TUGAS SEMESTER ANDO.docx
-
Upload
joseph-ando-roga-sabon -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
Transcript of TUGAS SEMESTER ANDO.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangIndonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang, memiliki masalah
perkotaan yang sangat kompleks. Sebagai salah satu ciri negara berkembang adalah
sangat pesatnya perkembangan penduduk perkotaan terutama kota-kota besar dari
negara tersebut, sebagai akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk dan
urbanisasi. Kaum urban dari kalangan miskin, biasanya menyasar pinggiran kota
yang belum memiliki fasilitas ruang kota, agar lebih murah. Salah satu akibatnya
adalah munculnya permukiman kelompok sosial kota terpinggirkan, yang tidak
terencana, tidak memiliki fasilitas infrastruktur, yang semakin lama semakin
berkembang secara alami dan akhirnya tumbuh tidak terkendali menjadi wilayah
permukiman yang serba semrawut dan kumuh. Sementara itu pemerintah kota belum
siap dengan antisipasi suprastruktur (peraturan ruang kota yang pasti) dan
kelengkapan imprastruktur ruang kota (fasilitas jalan, air bersih, riol, fasos, fasum)
untuk wilayah tersebut.
Sistem penyediaan air bersih pada dasarnya merupakan komponen suatu daerah
dan bentuk pelayanan publik yang penyediaannya seharusnya dilaksanakan oleh
pemerintah untuk kepentingan masyarakat luas, karena pembangunan utilitas umum
adalah salah satu tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh pemerintah
(Rondinelli, 1990). Berdasarkan pendapat tersebut, penyediaan air bersih merupakan
syarat mendasar bagi suatu daerah untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakatnya. Penyediaan air bersih bagi pemenuhan kebutuhan rumah
tangga/domestik merupakan usaha yang secara langsung dapat mempengaruhi
kualitas kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sanitasi?
2. Bagaiman keadaan sanitasi di masyrakat Indonesia?
3. Bagaimana mendesain sanitasi yang baik?
4. Penyakit-penyakit apa yang berhubungan dengan air bersih?
5. Bagaiman sistem penyediaan air bersih?
6. Bagaiman sistem pelayanan air bersih?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui kondisi sanitasi yang ada di masyarakat.
2) Untuk mengetahui dampak dari penyedian air bersih yang jelek
3) Untuk mengetahui system pelayanan air bersih
4) Untuk mengetahui desain pegelolaan sanitasi dan penyediaan air bersih
1.4 Manfaat Penulisan
Dari setiap penulisan suatu makalah pasti adanya manfaat yang bisa didapatkan
seperti halnya penulisan makalah ini, antara lain:
1. Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa.
2. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum akan pentingnya pengelolaan
sanitasi dan penyediaan air bersih.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sanitasi
Secara praktis, istilah sanitasi dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan
pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak
membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan.
(Depledge, 1997)
Tujuan teknis pembuangan tinja secara saniter adalah untuk mengisolasi tinja
sehingga bibit penyakit infeksius didalamnya tidak dapat mencapai inang baru.
Metolodologi yang dipilih untuk area yang berbeda akan tergantung pada beberapa
faktor termasuk kondisi geologi dan hidrogeologi, budaya dan kebiasaan masyarakat,
ketersediaan bahan lokal dan biaya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
(WHO, 1992)
Intervensi di sektor sanitasi (termasuk penyuluhan kesehatan) memiliki tiga tujuan
utama: (Philippines Sanitation Sourcebook, 2005)
1. Memperbaiki kondisi kesehatan
2. Meningkatkan martabat dan kualitas hidup
3. Perlindungan lingkungan
2.1.2 Sanitasi yang Terjangkau
Hal ini dapat terjadi karena fasilitas sanitasi yang memadai memerlukan biaya
investasi yang relatif tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat yang tinggal di
daerah spesifik. Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria terjangkau dalam studi ini
akan lebih fokus pada keterjangkauan masyarakat terhadap biaya pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas sanitasi. Sementara itu, fasilitas sanitasi individual yang ada
tidak memadai, dimana tinja dibuang langsung ke badan air tanpa melalui
pengolahan. Suatu pilihan sanitasi dapat dikatakan terjangkau apabila biaya O&M-
nya dapat dijangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat penggunanya. Pilihan
sanitasi yang memiliki sistem O&M yang sederhana dan memerlukan biaya rendah
merupakan pilihan sanitasi yang tepat untuk diterapkan di daerah spesifik yang
cenderung memiliki kemampuan ekonomi yang rendah.
2.1.2 Sanitasi yang Berkelanjutan
Disamping terjangkau secara ekonomis, diterima secara sosial, serta
dilengkapi faktor teknis dan institusi yang baik, sistem sanitasi yang berkelanjutan
harus melindungi lingkungan dan sumber daya alam. Saat meningkatkan kualitas
fasilitas sanitasi yang ada dan/atau merancang system sanitasi yang baru, kriteria
keberlanjutan terkait aspek-aspek di bawah ini perlu dipertimbangkan:
1) Kesehatan: termasuk risiko terpapar oleh virus/bakteri penyakit patogen dan
substansi berbahaya lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
di semua titik sistem sanitasi mulai dari kakus/jamban, pengumpulan,
pengolahan hingga pemanfaatan kembali atau pembuangan ke badan air
2) Sumber daya lingkungan dan alam: meliputi energi yang dibutuhkan, air dan
sumber daya alam lainnya yang diperlukan untuk konstruksi, pengoperasian
dan pemeliharaan sistem, dan juga potensi munculnya emisi hasil pengolahan
ke lingkungan sekitar
3) Teknologi dan operasi: berkaitan dengan fungsi dan kemudahan sistem untuk
dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan menggunakan sumber daya
manusia yang ada. Aspek ini juga perlu mempertimbangkan kekuatan
struktur, kerentanan terhadap bencana, kondisi dan situasi topografi serta
fleksibilitas dan kemampuan penyesuaian elemen teknis terhadap infrastuktur
yang ada, demografi, pembangunan sosio-ekonomi dan perubahan iklim
4) Aspek finansial dan ekonomi: berkaitan dengan kapasitas rumah tangga dan
masyarakat untuk membayar layanan sanitasi, termasuk dalam tahap
konstruksi, operasi dan pemeliharaan dan depresiasi sistem
5) Aspek sosial-budaya dan kelembagaan: mempertimbangkan penerimaan
sistem secara sosial-budaya dan ketepatan sistem, kenyamanan, persepsi
terhadap sistem, isu jender dan dampak terhadap martabat hidup, kontribusi
pada peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan, serta aspek,hukum dan
kelembagaannya.
Pemilihan teknologi sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan adalah suatu
hal yang penting namun perlu diingat bahwa adanya kebutuhan masyarakat terhadap
sanitasi yang lebih memadai adalah hal yang lebih penting. Penerima manfaat
merupakan pengambil keputusan akhir dalam menggunakan ataupun menolak
teknologi sanitasi. Merekalah yang menentukan keberhasilan suatu intervensi di
sektor sanitasi karena nilai dari investasi tidak hanya tergantung pada dukungan
masyarakat saja, tetapi lebih pada kepedulian penerima manfaat yang merasakan
dampak positif dari teknologi sanitasi yang memadai.
Agar terciptanya sanitasi yang baik di kehidupan masyrakat maka perlu
dilakukan beberapa cara:
A. Memperbaiki Kondisi Kesehatan
Patogen dari tinja dapat ditransmisikan melalui beberapa rute yang dikenal
sebagai “Diagram-F”. Rute transmisi ini dapat diputus melalui penyediaan fasilitas
sanitasi yang memadai sehingga dapat menghindarkan kontak antara tinja dengan
manusia dan binatang (termasuk serangga). Jika transmisi dapat diputus maka
penyakit yang berkaitan dengan tinja dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan.
Intervensi sanitasi menjadi salah satu pemutus. Sebagai contoh, lubang toilet yang
tertutup rapat akan mengurangi kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk, vektor
filariasis; pengolahan tinja sebelum dibuang juga dapat membunuh telur dan kista
berbagai parasit (Ascaris, Entamoeba, dan Schistosoma) sehingga akan mencegah
kontaminasi terhadap tanah maupun air. (WHO, 1992) Dengan demikian maka
penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai dan berkelanjutan di daerah spesifik ini
akan sangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan walaupun tentunya perlu
diikuti pula dengan intervensi lainnya yaitu penyediaan air bersih dan promosi
kesehatan untuk mendorong praktik cuci tangan menggunakan sabun. Seperti terlihat
pada Gambar 1.2 berikut ini:
Gambar 1.2 Diagram F-Sanitasi
B. Meningkatkan Martabat dan Kualitas Hidup
Fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan tempat tinggal akan
memberikan privasi dan kenyamanan bagi penggunanya. Pengolahan air limbah yang
memadai juga akan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Kebersihan diri dan
lingkungan akan meningkatkan martabat masyarakat, terutama kaum wanita. Sanitasi
yang baik menurunkan risiko kejadian penyakit, dan kematian, terutama pada anak-
anak seperti penyakit kulit, diare, cacingan, dan penyakit mata. Kondisi ekonomi dan
sosial di daerah spesifik yang cenderung rendah dapat ditingkatkan melalui
peningkatan status kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Perilaku hidup bersih
dan sehat yang disertai penyediaan infrastrukturnya sangat diperlukan oleh
masyarakat di daerah spesifik.
C. Perlindungan Lingkungan
Pembuangan air limbah domestik secara langsung kelingkungan dapat
menyebabkan terjadinya degradasi sumber daya air permukaan maupun air tanah.
Kontaminan biologis yang masuk ke sumber air tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kandungan oksigen dalam air yang sebetulnya diperlukan oleh biota
akuatik. Lama-kelamaan sumber air tersebut dapat menjadi anaerob dan kualitas air
dan lingkungan menjadi turun. Pengadaan fasilitas sanitasi yang memadai di daerah
spesifik akan secara signifikan meningkatkan kualitas badan air.D. Tantangan Kondisi Lingkungan Fisik
Dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1: Kondisi dan Tantangan Fisik Utama di Daerah Spesifik
Tantangan Pantai &Muara
Sungai Rawa danMAT Tinggi
Banjir
Gelombang air
Banjir
Variasi taraf muka
air permukaan
musiman
Dasar/muka tanah
yang lunak & tidak
stabil
Muka air tanah
tinggi
Erosi
Penurunan tanah
Udara yang
bersifat korosi f
Keterbatasan lahan
Pola permukiman
tidak teratur &
kumuh
Jalan akses tidak
memadai
Keterangan: rumah apung, Rumah paggung rumah di darat
E. Tantangan non-Fisik
Tantangan utama pada aspek non-fisik lingkungan di setiap daerah spesifik
dapat dikatakan tipikal. Diantaranya:
1. Daerah spesifik cenderung merupakan kawasan kumuh dengan karakteristik:2
a. Kepadatan penduduk sedang (150 – 300 jiwa/Ha) sampai tinggi (500
jiwa/Ha)
b. Dihuni oleh penduduk dengan pendapatan menengah-bawah
c. Permukiman yang tidak tertata
d. Jalan akses yang sempit
e. Merupakan permukiman yang semi-legal atau bahkan ilegal
f. Bangunan rumah kebanyakan semi permanen
g. Sanitasi lingkungan yang kotor
2. Pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan masih rendah
sehingga aspek kesehatan lingkungan tidak menjadi prioritas
3. Dominasi penduduk pendatang di daerah spesifik menimbulkan beberapa
kesulitan, antara lain: pembentukan pengurus/kelompok pengelola fasilitas
sanitasi, kurangnya tanggungjawab masyarakat yang hanya tinggal sementara
di daerah tersebut, serta pengambilan keputusan menyangkut pembangunan
daerah
4. Keinginan masyarakat untuk tersambung ke, atau menggunakan, fasilitas
sanitasi relatif tinggi, namun hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan
sanitasi yang memadai dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kualitas lingkungan yang lebih baik
5. Keragaman tingkat ekonomi penduduk terkadang menimbulkan kesulitan
dalam penetapan struktur tarif.
6. Sebagai daerah yang seringkali terpinggirkan, daerah sulit tidak menjadi
prioritas bagi pemerintah sehingga monitoring dan dukungan terhadap
fasilitas sanitasi tidak memadai
7. Merubah sekaligus mengakomodasi kebiasaan buang tinja yang selama ini
dilakukan, sebagai upaya memutus pencemaran badan air oleh tinja
Seperti contoh pada Gambar 1.2 di bawah ini:
Gambar 1.2 Contoh Kebiasan Masyarakat
2.1.3 Pemilihan Sistem Setempat atau Sistem Terpusat
Terdapat banyak pilihan sistem sanitasi yang memadai, mulai dari cubluk
sederhana sampai dengan sistem perpipaan dengan instalasi pengolahan air buangan
yang modern. (WHO & OECD EAP Task Force Secretariat, 2005) Sistem sanitasi
secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu sistem setempat (on-site system) dan
sistem terpusat (off-site system). Penerapan sistem sanitasi setempat lebih dari
sekedar penerapan teknologi sederhana, namun juga merupakan intervensi yang
melibatkan aspek perubahan sosial. Jika perbaikan kondisi sanitasi di daerah
perkotaan maupun perdesaan diharapkan dapat diterima oleh masyarakat, maka
faktor-faktor sosial dan budaya terkait perlu dipertimbangkan selama proses
perencanaan dan pelaksanaan. Struktur sosial, aspek kepercayaan, konsep kesehatan
diri dan lingkungan, dan kepercayaan yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan,
serta keinginan untuk berubah, menjadi kunci keberhasilan penerapan sistem sanitasi
setempat. (WHO, 1992)
Struktur pengolahan utama dalam sistem setempat berada di, atau sangat dekat
dengan, sumber air buangan dari rumah tangga. Untuk perdesaan, sistem setempat,
jika memungkinkan, merupakan sistem yang secara teknis, finansial dan institusional
dapat diterima. Untuk sistem setempat ini, keluarga bertanggung jawab terhadap
operasi dan pemeliharaannya. Sistem terpusat lebih rumit dan memerlukan system
pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih teratur serta memerlukan
lebih banyak biaya. Namun, sistem setempat jelas memiliki keterbatasan. Kondisi
tanah dan muka air tanah dapat membuat solusi sistem setempat menjadi sulit atau
bahkan tidak mungkin diterapkan; dan selain itu, jika kepadatan penduduknya sangat
tinggi maka akan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan—apalagi jika posisi
sistem ini berada di arah hulu dari sumber air. Berdasarkan Standar Pelayanan
Minimal (Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001), pemilihan sistem
setempat atau sistem terpusat didasarkan pada jenis kota, kepadatan penduduk, dan
tinggi muka air tanah:
Sistem setempat lebih diarahkan untuk kota sedang kecil dengan kepadatan
rata-rata > = 200 jiwa/ha,dengan taraf muka air tanah > 2 m, dan potensi cost
recovery yang belum mendukung untuk sistem perpipaan
Sistem terpusat lebih diarahkan untuk kota metro besar dengan kepadatan
rata-rata >= 200 jiwa/ha, taraf muka air tanah < 2m, dan potensi pemulihan
biaya belum mendukung untuk sistem perpipaan (perlu studi kelayakan)
Simplified sewerage/condominial sewerage: sebuah jaringan perpipaan air
buangan yang dibangun memakai diameter pipa kecil. Pipa ditanam pada
kedalaman dangkal dan kemiringan kecil dibanding saluran limbah
konvensional
Saluran limbah bebas zat padat (small bore sewer): sebuah jaringan perpipaan
air buangan yang fungsinya menyalurkan air buangan yang telah dipisahkan
zat padatnya, atau dari pengolahan pendahuluan (efluen dari tangki septik) ke
fasilitas pengolahan berikutnya atau bisa juga ke tempat pembuangan tertentu
Conventional sewerage: jaringan perpipaan air buangan bawah tanah yang
besar. Saluran ini mengangkut black water, gray water dan air hujan dari
sumbernya (rumah tangga, komersial, dan lain-lain) ke fasilitas pengolahan
terpusat dengan memakai gaya gravitasi (dan pompa jika perlu). Sistem ini
cocok untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dimana air
bersih tersedia dalam bentuk sambungan rumah
2.1.4 Pemilihan Tingkat Pengelolaan
Tingkat pengelolaan sistem sanitasi yang dimaksud merupakan fasilitas
tempat melakukan buang hajat atau BAB yang terbagi kedalam 4 kategori berikut:
1. Jamban pribadi: jamban yang hanya digunakan oleh satu rumah tangga
2. Jamban bersama: jamban yang digunakan secara bersama oleh lebih dari satu
rumah tangga yang berdekatan
3. Jamban umum: jamban yang digunakan oleh penduduk di suatu lingkungan
tertentu
4. Sistem perpipaan: sistem pengaliran air buangan dari rumah tangga yang
tersambung dengan sistem perpipaan dan pengolahannya dilakukan secara
terpusat.
1.2.5 Pemilihan Kontruksi Bagian Atas dan Tengah
Opsi konstruksi bagian atas dan tengah diperlukan supaya masyarakat maupun
stakeholder dapat memilih opsi yang sesuai dengan kondisi fisik daerahnya maupun
dengan keinginan dan kebiasaan masyarakatnya. Beberapa pertimbangan untuk
konstruksi bagian atas meliputi: (WSP-EAP, 2009)
Sirkulasi udara yang cukup
Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca pada musim panas dan hujan
Kemudahan akses di malam hari
Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar
Menggunakan bahan lokal
Dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini:
Gambar 1.3 Contoh kontruksi bagian atas
Konstruksi bagian tengah meliputi:
Penutup lubang WC
Dudukan jamban yang memperhatikan keamanan (tidak licin dan tidak
runtuh)
Melindungi dari kemungkinan munculnya bau tidak sedap
Mudah dibersihkan dan dipelihara
Menggunakan bahan lokal Walaupun pemilihan struktur bagian atas dan
tengah diarahkan pada pemanfaatan struktur atau kebiasaan yang telah ada,
namun perbaikan atau pengembangan lebih lanjut tetap diperlukan agar dapat
memenuhi pertimbanganpertimbangan diatas.Dapat dilihat pada Gambar 1.3
di bawah ini:
Gambar 1.3 Contoh Kontruksi bagian tengah
Penggunaan bahan lokal sangat direkomendasikan. Slab beton di rumah
dengan lantai kayu (pada rumah apung dan rumah panggung) sedapat mungkin
dihindari karena beban berat beton tersebut dapat meruntuhkan konstruksi lantai,
apalagi jika kondisi lantai kayu dibawah slab beton tidak diketahui.
2.2 Peranan Terhadap Penurunan PenyakitTelah diketahu secara luas bahwa adanya suplai air bersih yang sehat, dapata
menurunkan angka penderita penyakit khususnya penyakit yang berhubungan dengan
air (waterborne deseases), tidak hanya kolera, disentri dan thypus tetapi juga
trachoma, beberapa penyakit kulit dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh
cacing parasit. Di negara maju dimana suplay air bersih masyarakat sudah hamper
100%, maka jumlah penyakit akibat penyakit enteric misalnya kolera, disentri, thypus
dan sejenisnya dapat di tekan dengan tajam. Hal ini juga ditunjang dengan adanya
kemajuan medis serta pengembangan obat-obatan baru. Walaupun demikian telah
diyakini bahwa kontribusi yang terbesar adanya suplai air bersih yang sehat untuk
kehidupan sehari-hari dengan system yang sangat baik.
2.3 Karakteristik Bahaya Terhadap Kesehatan yang Berkaitan dengan Air
Bahaya atau resiko yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum
dapatdiklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tidak langsung.
Sebgai salah satu contoh dapat kita lihat pada Tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2 Jumlah penderita panyakit yang berhubungan dengan air per tahun di DKI
Jakarta tahun (1984-1988)
No Penyakit Jumlah
1 Diare 177.506
2 Kolera 2.146
3 Disentry 15.131
4 Thypus 2.220
5 Para Thypus 813
6 Cacing Pita 729
7 Cacing Nematoda 7.169
8 Mikosis 8.425
Sumber: Study onUrban Drainage and Wastewater in the City of Jakarta,
Master Plan Study, Supporting Report (Draft) Vol 1, 1990
Bahaya berlangsung terhadap kesehatan manusia dan masyrakat dapat terjadi
akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik
secara langsung di minum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air tercemar
untuk kehidupan sehari-hari untuk misalnya pencucian alat makan dll, atau akibat
penggunaan air untuk rekreasi. Bahay terhadap kesehatan masyarakat juga dapat
diakibatkan oleh kegiatan industri dan pertaniaan. Sedangkan bahaya tidak langsung
dapat terjadi misalnya mengkonsumsi hasil perikanan dimana produk-produk tersebut
dapat mengakumulasi zat-zat polutan berbahaya.
Pencemran air oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat
kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunnya, ataupun tejadi pada saat air baku
olahan dari pusat pengolahan ke konsumen. Oleh sebab itu kita perlu merencankan
pembangun untuk penyediaan air bersih agar sehat dan layak untuk dikonsumsi.
2.4 Penyediaan Air Bersih
Sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling
berkaitan. Dalam setiap organisasi sistem perubahan pada suatu komponen dapat
menyebabkan perubahan komponen lainnya. Dalam sistem mekanis, komponen
berhubungan secara “mekanis” misalnya komponen dalam mesin mobil. Dalam sitem
“tidak mekanis” misalnya dalam interaksi sistem tata guna lahan dan jaringan air
minum, komponen yang ada tidak dapat berhubungan secara mekanis, akan tetapi
perubahan pada salah satu komponen lainnya (sistem jaringan), sehingga dapat di
katakan bahwa prinsip sistem “mekanis” sama saja dengan sistem “tidak mekanis”.
Air bersih dalam kehidupan manusia merupakan salah satu kebutuhan paling esensial,
sehingga perlu memenuhinya dalam jumlah dan kualitas yang memadai, selain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan,
karena melalui air dapat timbul berbagai jenis penyakit teruma penyakit perut ,
sehingga dengan adanya ketersediaan bersih dengan kualitas yang baik dan kuantitas
yang memadai, akan menjamin terciptanya kesehatan bagi masyarakat (Sutrisno,
2006). Dalam tinjauan aspek teknis, penyedi aan air bersih di bedakan menjadi dua
1) sistem (Chatib, 1996), yaitu: Sistem Penyedi aan Air Bersih Indi vidual
(Individual Water Supply System). Sistem penyedi aan air bersih indi vidual
adalah sistem penyedi aan air bersih untuk penggunaan pribadi atau pelayanan
terbatas. Sumber air yang digunakan dalam sistem ini umumnya berasal dari
air tanah. Hal ini disebabkan air tanah memiliki kualitas yang lebih baik di
banding sumber lainnya. Sistem penyedi aan ini biasnya tidak memiliki
komponen transmisi yang dibangun oleh pengembang untuk melayani suatu
lingkungan perumahan yang dibangunnya. Berdasarkan uraian tersebut, yang
termasuk dalam sistem ini adalah smur gali, pompa tangan dan sumur bor
(untuk pelayanan suatu lingkungan perumahan tertentu)
2) Sistem Penyediaan Air Bersih Komunitas (Community/Municipality Water
Supply System) Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan adalah
suatu sistem penyedi aan air bersih untuk masyarakat umum atau skala kota,
dan untuk pelayanan yang menyeluruh, termasuk untuk keperluan rumah
tangga (domestik), sosial maupun industri. Pada umumnya sistem ini
merupakan sistem yang lengkap dan menyeluruh bahkan kompleks, baik
dilihat dari segi teknis maupun sifat pelayanannya. Sumber air yang di
gunakan umumnya air sungai atau danau yang memiliki kuantitas cukup
besar. Sistem ini juga dapat mempergunakan beberapa macam sumber
sekaligus dalam satu sistem sesuai kebutuhannya.
Sistem penyediaan air bersih meliputi berbagai peralatan seperti: tangki air
bawah tanah, tangki air di atas atap, pompa‐pompa, perpipaan dan sebagainya. Dalam
peralatan ini, air minum haris dapat di alirkan ketempat‐tempat yang dituju tanpa
mengalami pencemaran. Hal‐hal yang menyebabkan pencemaran antara lain:
a. Masuknya kotoran, tikus, serangga kedalam tangki .
b. Terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa.
c. Terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya.
d. Tercampurnya air minum dengan air jenis kualitas lainnya.
e. Aliran balik (backflow) air jenis kualitas air kedalam pipa air minum.
Pada saat ini sistem penyedi aan air bersih yang banyak digunakan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sistem sambungan langsung
2. Sistem tangki atap
3. Sistem tangki tekan
4. Sistem tanpa tangki (booster system)
Tangki‐tangki yang di gunakan untuk menyimpan air minum haruslah
dibersihkan secara teratur, agar kualitas air dapat dijaga (Noerbambang, 1993).
Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan
masyarakat desa/kota, yaitu (Nace, 1976):
1) Air hujan, yaitu hasil dari kondensasi uap air yang jatuh ketanah.
2) Air tanah, yaitu air yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil
melalui sumur buatan.
3) Air permukaan, yaitu air sungai atau danau.
4) Desilinasi air laut, atau air tanah payau/asin.
5) Hasil pengolahan air buangan.
Dari kelima sumber diatas, air yang sering dimanfaatkan untuk air bersih
adalah air tanah dan air permukaan ini menjadi pilihan utama, disebabkan kedua
sumber tersebut mudah di dapat, jumlahnya besar dan secara kualitas relatif lebih
baik dan memnuhi syarat untuk dimanfaatkan sebagai air bersih. Disamping itu juga
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan sumber daya air. Faktor‐faktor tersebut adalah sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 1985):
a. Kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin dan lain‐lain),
mempengaruhi presipitasi dan evaporasi.
b. Kondisi topografi.
c. Intensitas curah hujan
d. Kondisi geologi (batuan)
e. Medan (fisiografi).
2.4.1 Sistem Pelayanan Air Bersih
Dalam pemanfaatan sumber daya air di kenal dengan system pelayanan umum
sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dalam pelayanan umum ini dikenal tiga system
penyediaan air bersih (Noerbambang dan Morimura, 1985): dapat di lihat pada
Gambar 1.4 berikut ini:
Sumber airbaku a a
1a
2 3 b
c
Gambar 1.4 Sistem pelayanan Air Bersih
Keterangan:
a. Jaringan transmisi
b. Jaringan di stribusi
c. Pelanggan
1. Intake
2. IPA (instalasi pengolahan air)
3. Reservoir
Dari gambar di atas dapat di jelaskan Sistem Pelayanan Air Bersih, sebagai
berikut:
Sistem Pengolahan Air Baku (intake) Sistem ini juga disebut dengan Instalasi
Pengelohan Air (IPA) merupakan instalasi pengolahan, dari air baku menjadi
air yang siap untuk didistribusikan kepada pihak konsumen air bersih.
Sistem Jaringan Transmisi Merupakan suatu sistem transportasi air baku ke
sistem pengolahan air baku ketempat penampungan (reservoir).Cara
pengangkutannya bisa dengan cara gravitasi atau dengan pemompaan.
Sistem Jaringan Distribusi Adalah sistem penyaluran air bersih dari reservoir
sampai kedaerah‐daerah pelayanan. Sistem distribusi jaringan merupakan
sistem yang paling penting dalam penyedi aan air bersih, hal ini mengingat:
a. Baik buruknya sistem pelayanan air bersih dinilai dari baik tidaknya system
distribusi, artinya masyarakat hanya mengetahui air sampai ke pelanggan dan
masyarakat tidak melihat bagaimana prosesnya
b. Lebih 60% investasi untuk sistem penyediaan air bersih di pergunakan untuk
sistem distribusi ini, bahkan jika daerah pelayanannya cukup luas sampai
mencapai 90%.
Dalam sistem distribusi air bersih, ada beberapa hal yang harus di perhatikan,
yaitu:
1. Air harus sampai pada masyarakat pengguna dengan kualitas baik tanpa ada
kontaminasi.
2. Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setiap saat dan dalam jumlah yang
cukup.
3. Sistem dirancang sedemikian rupa sehingga kebocoran pada sistem distribusi
dapat dihindari, hal ini penting karena menyangkut efektifitas (service user)
pelayanan dan efisiensi pengelolaan (service provider).
4. Tekanan air dapat menjangkau daerah pelayanan, walaupun dengan kondisi
air bersih yang cukup kritis.
Menurut hirarkinya, pipa‐pipa yang digunakan dalam distribusi adalah:
1. Pipa Induk: Pipa ini merupakan pipa distribusi pada jaringan terluar yang
menghubungkan blokblok pelayanan. Pipa ini tidak bisa digunakan untuk
melayani kapling rumah. Pipa yang digunakan disini adalah pipa yang
mempunyai ketahanan tinggi.
2. Pipa Cabang: Pipa cabang di pakai untuk menyadap air langsung dari pipa
induk dialirkan kesuatu blok pelayanan. Jenis pipa ini sebaiknya sama dengan
pipa induk .
3. Pipa Service: Pipa ini melayani sambungan langsung dengan rumah.
2.4.2 Epanet Untuk Sistem Perpipaan Distribusi Air
Adalah software / program komputer yang dikembangkan oleh US EPA
Berupa pemodelan hidrolika sistem perpipaan distribusi air.
Digunakan untuk simulasi perpipaan sistem distribusi.
Komponen : perpipaan, node (percabangan), pompa, valve, reservoir,
Dapat di lihat pada Gambar 1.5 di bawah ini:
Gambar 1.5 Epanet Untuk Sistem Perpipaan Distribusi Air
BAB IIIKESIMPULAN
Sanitasi dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta
air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan
seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan, jika sanitasi itu tidak di kelola dan
dipelihara dengan baik maka akan menimbulkan atau menyebabkan banyak penyakit.
Masalah sanitasi yang sering terjadi di masayrakat adalah MCK yang kurang sesuai
atau tidak layak untuk digunakan sehingga banyak warga masyarakat terserang
berbagai jenis penyakit, baik penyakit yang menular mauun penyakit yang tidak
menular.
Penyediaan air bersih tidak terbatas kepada air minum saja, tetapi juga untuk
penggunaan berbagai macam kehidupan sehari-hari, termasuk penggunaan industri.
Dewasa ini standar kehidupan masyarakat sudah meningkat dengan pesat, dan dengan
adanya produk barang-barang dan peralatan yang dapat memudahkan pekerjaan
sehari-hari, misalnya mesin cuci, pencuci piring otomatis, alat penyejuk udara, WC
bilas otomatis maka suplay air bersih, khususnya dengan system perpipaan sangat
mutlak. Dalam kondisi ini maka pengadaan sarana penyediaan air bersih bagi
masyarakat adalah faktor vital dalam rangka meningkatkan standar hidup masyarakat.
PENGELOLAAN SANITASI dan SISTEM PENYEDIAAN AIR
BERSIH
Disusun Oleh:
Yoseph Sabon Roga (10.26.002)Yohanes D. Sareng (10.26.021)
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG2011