TUGAS SEJARAH UMUM

8
TUGAS SEJARAH UMUM Kelas: X –ips 1 NAMA KELOMPOK : 1. Melda Aulia 2. Grace Marselina 3. Ayu P.S 4. Wulandari 5. M.Aqil Razak 6. M.Misabakhul munir

description

TUGAS SEJARAH UMUM

Transcript of TUGAS SEJARAH UMUM

Page 1: TUGAS SEJARAH UMUM

TUGAS SEJARAH UMUM

Kelas: X –ips 1NAMA KELOMPOK : 1. Melda Aulia 2. Grace Marselina 3. Ayu P.S 4. Wulandari 5. M.Aqil Razak 6. M.Misabakhul munir

Page 2: TUGAS SEJARAH UMUM

Masa pemerintahan Gus Dur

sejarah Masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid, bahwa beliau yang akrab dipanggil Gusdur terpilih sebagai Presiden RI yang ke-4 melalui Sidang Umum MPR tanggal 20 Oktober 1999 dengan masa bakti tahun 1999 - 2004.

Dalam menjalankan pemerintahannya K.H. Abdurrahman Wahid didampingi oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Gusdur adalah seorang santri tradisional yang memiliki wawasan kebangsaan yang tidak diragukan, sementara Megawati adalah seorang nasionalis yang juga memiliki wawasan Islam modern.

Pasangan K.H. Abdurrahman Wahid dan Megawati membentuk Kabinet Persatuan Nasional yang dilantik pada tanggal 28 Oktober 1999. Kabinet bentukan tersebut terdiri dari tokoh-tokoh profesional dan partai pendukung. Presiden K.H. Abdurrahman Wahid juga membentuk Dewan Ekonomi Nasional atau yang disingkat DEN.

Maksud pembentukan DEN (Dewan Ekonomi Nasional) adalah untuk memperbaiki ekonomi yang belum pulih akibat krisis yang berkepanjangan. Adapun susunan DEN adalah sebagai berikut :- Ketua DEN adalah Prof. Email Salim- Wakil : Subiyakto Cakrawerdaya- Sekretaris : Dr. Sri Mulyani Indrawati- Anggota : Anggito Abimanyu, Sri Adiningsih, dan Bambang Subianto

Dalam menjalankan pemerintahannya, K.H. Abdurrahman Wahid banyak mengalami persoalan yang harus dihadapi sebagai warisan persoalan dari masa Orde Baru. Adapun persoalan yang sangat menonjol adalah sebagai berikut :1. masalah KKN2. pemulihan ekonomi3. masalah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)4. kinerja BUMN5. pengendalian inflasi6. mempertahankan kurs rupiah7. masalah jaringan pengaman sosial (JPS)8. penegakan hukum9. penegakan HAM

Secara umum pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid belum mampu melepaskan krisis yang dialami bangsa Indonesia. Pertentangan DPR dengan lembaga kepresidenan juga makin transparan, banyak teguran DPR yang tidak diindahkan presiden.

DPR mengeluarkan Memorandum I untuk presiden pada tanggal 1 Pebruari 2001 yang disusul dengan Memorandum II pada tanggal 30 April 2001. Inti dari memorandum tersebut dibalas presiden Gusdur dengan mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 23 Juli 2001 pada dini hari pukul 01.00 WIB.

Isi Dekrit K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur) tersebut pada intinya sebagai berikut :1. Membekukan MPR dan DPR Republik Indonesia.2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun badan-badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun.3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.

Page 3: TUGAS SEJARAH UMUM

Sementara itu, Amien Rais selaku ketua MPR menolak secara tegas dekrit presiden tersebut. Atas usulan DPR maka MPR mempercepat sidang istimewa. Hal tersebut merupakan puncak jatuhnya K.H. Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenan.

Dalam sidang Istimewa tersebut MPR menilai Presiden K.H. Abdurrahman Wahid telah melanggar Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2000, karena menetapkan Komjen (pol.) Chaerudin sebagai pemangku sementara jabatan kepala Polri.

Selanjutnya, dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 23 Juli 2001 MPR memilih Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid berdasarkan Ketetapan MPR Nomor III Tahun 2001.

Keesokan harinya Hamzah Haz ketua umum PPP terpilih sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

Dengan terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden dan Hamzah Haz sebagai wakilnya, maka berakhirlah kekuasaan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Beliau meninggal dunia pada usia 69 tahun pada hari Rabu tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta dan dimakamkan di Ponsok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

6 Kebijakan kontroversial Gus Dur saat jadi presiden

Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memang dikenal kontroversial. Kebijakan-kebijakannya kerap menuai banyak kritik dari berbagai kalangan. Misalnya ketika Gus Dur mengunjungi Soeharto setelah penguasa Orde Baru itu lengser. Padahal, waktu itu Soeharto sedang menjadi sorotan publik.

Gus Dur juga pernah mengusulkan agar pemerintah mencabut Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang pelarangan PKI dan pelarangan penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme/Leninisme di Indonesia. Usul itu langsung menuai kontroversial, hingga akhirnya kandas direalisasikan.

Selain dua hal itu, sebenarnya masih ada banyak kebijakan-kebijakan Gus Dur tatkala menjadi presiden yang kontroversial. Namun untuk tulisan ini, merdeka.com hanya merangkum 6 kebijakan saja.

Berikut ini 6 kebijakan Presiden Abdurrahman Wahid yang menuai kontroversial:

1. Membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan       Merdeka.com - Baru sebulan menjabat sebagai presiden, Gus Dur langsung merombak tatanan birokrasi pemerintahan dengan membubarkan Departemen Sosial dan Departemen Penerangan. Departemen Sosial dan Departemen Penerangan, ini sebelumnya sudah ada sejak pemerintahan Orde Baru dan Habibie

Saat menjelaskan perihal pembubaran kedua pos kementerian itu di hadapan DPR, Gus Dur melontarkan komentar bahwa DPR tak ubahnya taman kanak-kanak. "Beda DPR dengan taman kanak-kanak memang tidak jelas," kata Gus Dur ketika itu. Pernyataan itu memunculkan protes keras dari sejumlah anggota Dewan.

Page 4: TUGAS SEJARAH UMUM

2. Sambangi Soeharto pasca-lengser       Merdeka.com - Gus Dur juga memilih menyambangi mantan Presiden Soeharto setelah penguasa Orde Baru itu dilengserkan pada 1998. Padahal, waktu itu Soeharto dan Keluarga Cendana sedang menjadi sorotan publik. Gus Dur pula yang menggagas bahwa Soeharto harus diadili, hartanya disita, lalu Soeharto dimaafkan. Hingga akhirnya, untuk pertama kalinya, pada 30 Agustus 2000 dilaksanakan pengadilan terhadap Soeharto.

3. Usul agar TAP MPR tentang PKI dihapus      Merdeka.com - Usul Gus Dur ini juga menuai kontroversial, yakni pencabutan Tap MPRS Nomor XXV Tahun 1966 tentang pelarangan PKI dan pelarangan penyebaran ajaran komunisme dan Marxisme / Leninisme di Indonesia. Namun usul ini kandas. Dalam rapat Panitia Ad Hoc II Badan Pekerja (PAH II BP) MPR, seluruh Fraksi MPR menolak usulan yang sempat menjadi polemik publik itu.

Akibat usul itu, aksi protes kaum muda serat umat Islam muncul di mana-mana. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun akhirnya ikut menolak usulan tersebut, kendati sempat berkukuh mendukung usulan tersebut.

4. Memecat Juzuf Kalla dan Laksamana Sukardi      Merdeka.com - Pada April 2000, Gus Dur memecat Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan Jusuf Kalla serta Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi. Alasan dia, keduanya terlibat dalam kasus korupsi, meskipun Gus Dur tidak pernah memberikan bukti yang kuat. Belakangan, Hamzah Haz juga mengundurkan diri dengan alasan menolak kedekatan Gus Dur dengan Israel.

5. Mengubah keangkeran Istana      Merdeka.com - Gus Dur mengubah keangkeran Istana dengan cara menerima tamu dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, hingga kiai NU yang hanya memakai sarung dan sandal. Bahkan suatu ketika ia pernah mengenakan celana pendek di Istana Negara. Gus Dur juga kerap kedatangan tamu hingga malam hari.

6. Ancam keluarkan dekrit pembubaran parlemen       Merdeka.com - Kebijakan ini paling kontroversial dilakukan Gus Dur menjelang akhir masa jabatan. Dia mengancaman mengeluarkan dekrit pembubaran parlemen. Dekrit itu berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR.

Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli, dan akhirnya MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Soekarnoputri, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.

KEPEMIMPINAN GUSDUR : PENCIPTA KONFLIK YANG JENIUSSiapapun tentunya mafhum dengan gaya kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid. Gaya selengean, ceplas ceplos merupakan gaya khasnya dalam memimpin bangsa ini. Terlepas dari gaya memimpinya yang seperti itu, beliau merupakan sosok pemimpin yang cerdas, (minimal diakui oleh para pengikutnya).. Beliau akrab disapa Gus Dur, Sang Bapak Bangsa yang sering melontarkan pendapat kontroversial. Setelah menjabat Presiden RI ke-4 (20 Oktober 1999-24 Juli 2001), ia tak gentar mengungkapkan sesuatu yang diyakininya

Page 5: TUGAS SEJARAH UMUM

benar kendati banyak orang sulit memahami dan bahkan menentangnya. Beliau adalah sosok pemimpin yang merasakan pentingnya informasi dan komunikasi, juga merupakan seorang pemimpin yang pandai menciptakan konflik.Merasa pentingnya peran komunikasi, dan juga mungkin beliau menyadari bahwa komunikasi dapat terhambat oleh tiga hal, seperti dikemukakan diatas, yakni hambatan pribadi, hambatan fisik dan hambatan semantik sampai-sampai beliau mengangkat beberapa juru bicara kepresidenan, barangkali ketiga faktor tersebut melekat pada diri gusdur, mulai dari faktor pribadi, dalam hal ini bisa saja seseorang sedikit lebih sulit berkomunikasi kepada orang atau pihak yang menjadi “musuhnya” dalam berpolitik. Hambatan fisik tentunya dapat menjadi hal yang utama yang mendorong untuk mengangkat juru bicara, setiap orang tentunya tahu bahwa gusdur memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima, sehingga langkah ini sangat cocok. Hambatan semantik juga tak jauh berbeda dengan dua hambatan sebelumnya, dan mungkin hal ini telah diterapkan oleh seluruh presiden diindonesia, misalnya bila melakukan negosiasi atau pembicaraan dengan pihak asing, dengan dibantu oleh penerjemah.Selain hal diatas, pengangkatan juru bicara kepresidenan adalah hal baru dalam sistem pemerintahan indonesia. Sebagai seorang yang cerdas, beliau menunjuk orang yang capable di bidang itu. Wimar Witoelar diangkat menjadi Ketua Tim Media/Juru Bicara Kepresidenan. Tentunya butuh pertimbangan matang untuk mengangkat orang sebagai petugas penyambung lidah presiden kepada masyarakat. Gusdur mengetahui bahwa Wimar memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan ini, yaah..begitulah, Wimar memang telah eksis di bidang komunikasi sejak masa orde baru, serta merupakan orang yang mumpuni dalam olah lidah. Selain itu gusdur juga memiliki media untuk menyalurkan seluruh aspirasi politik maupun curahan perasaannya, media ini berupa situs dengan alamat www.gusdur.netKeterkaitan antara komunikasi dan konflik dalam kerangka kepemimpinan dapat dilihat di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Dimasa pemerintahannya, Ia pernah menyerukan untuk mencabut TAP MPRS/No. XXV/MPRS tahun 1966 tentang larangan atas penyebaran paham dan organisasi komunis di Indonesia, berkomentar tentang DPR yang bertingkah seperti taman kanak-kanak, mengeluarkan dekrit untuk membubarkan DPR, Berselang beberapa waktu, ia memecat beberapa anggota Kabinet Persatuan-nya, termasuk Hamzah Haz (Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan), serta tindakan maupun komentar-komentar yang banyak membuat orang tersenyum atau bahkan membuat panas telinga orang yang mendengarnya.Hal tersebut bila ditinjau dari sudut teori konflik dan komunikasi tentu merupakan kajian yang menarik. Pertama gusdur yang dengan kecerdasannya mengangkat juru bicara kepresidenan untuk “meluruskan statement yang ia lontarkan”, kedua, gusdur seringkali, atau bahkan hobi menciptakan konflik dalam pemerintahan. Gusdur mungkin menyadari bahwa tugas utama seorang pemimpin modern tidak hanya menciptakan harmoni/keselarasan yang statis, akan tetapi mampu menciptakan konflik yang pada akhirnya mampu membuat organisasi lebih segar dan dinamis. Dan gusdur memiliki karakter untuk melakukan itu, ketika sebagian besar pemimpin lebih menyukai menghindari konflik, lebih menyukai berperan sebagai pendamai justru beliau mampu berperan sebagai stimulator konflik, sifat yang dimilikinya yang dinamis, kreatif, agresif dan berani menyerempet-nyerempet bahaya.Komunikasi yang efektif pada dasarnya mampu digunakan untuk meredam segala konflik yang ada. Hal ini tentu terbukti benar, misalkan ada dua kubu yang bertengkar, tentu ada konflik diantara mereka, naah bila mereka berkomunikasi secara benar dan berkeinginan untuk menyelesaikan konflik tersebut, tentunya konflik tersebut akan selesai diatasi. Melalui win-win solution misalnya, yang pada akhirnya keputusan yang diambil menguntungkan kedua belah pihak.Langkah gusdur untuk mencabut TAP MPR No. 25 dapat dianalisa sebagai langkah untuk melihat mana kawan dan lawan politiknya. Dan benar memang, apa yang gusdur lakukan, dia dapat mengetahui mana kawan, mana lawan politiknya, karena pada waktu hal tersebut terjadi terjadi pro dan kontra mendukung dan menolak rencana tersebut. Merasa dukungan

Page 6: TUGAS SEJARAH UMUM

terhadap dirinya besar gusdur kerap kali mengeluarkan statemen yang kontroversial ataupun statemen yang ambigu. Ambiguitas statemen yang gusdur keluarkan tentunya telah dipikirkan oleh gusdur, kalau bukan sebagai penciptaan konflik apalah lagi namanya? Itulah jeniusnya gusdur, apabila statemen yang ia keluarkan kurang menguntungkan kubunya, maka buru-buru juru bicara kepesidenan ‘meluruskan’ agar menjadi jelas statemennya.Secara alamiah, jika hal-hal kecil terus menerus ditumpuk maka akan menjadi besar juga. Konflik yang kerapkali diciptakan oleh gusdur akhirnya berbalik menyerangnya, ketika dia berkomentar tentang DPR yang bertingkah seperti taman kanak-kanak. Kontan komentar tersebut membuat pihak DPR merasa tak senang, akhirnya digalanglah kekuatan untuk menggulingkan gusdur. Gusdur yang merasa apa yang ia lakukan benar, dalam konsep konflik ia merasa mampu menguasai keadaan, ternyata salah menganalisanya. Terjadilah deal-deal politik kubu yang bersebrangan dengannya (dalam hal ini terjadi komunikasi antara pihak-pihak yang menentang gusdur), sedangkan komunikasi yang dibangun gusdur dengan pihak yang bersebrangan dengannya mengalami kemacetan sehingga tidak tercapai solusi terbaik untuk kedua belah pihak, yang pada akhirnya mengakibatkan gusdur terjungkal dari kursi kepresidenan