Tugas pupuk alami randy 1210213079
-
Upload
institute-techologi-bandung -
Category
Engineering
-
view
1.400 -
download
9
Transcript of Tugas pupuk alami randy 1210213079
PUPUK ALAMI
(PUPUK AORGANIK)
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologitanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah).
Jenis dan ciri ciri pupuk alami :
1. PUPUK KANDANG
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang
digunakan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pupuk kandang berperan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara
yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur,
alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut.
Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki
kandungan hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur
hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar
kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu,
perlu pupuk yang banyak untuk menyamai pemberian pupuk kimia.
Seperti jenis pupuk organik lainnya, pupuk kandang memiliki sejumlah
kelebihan seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas biologi tanah dan
memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya yang
kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai
bibit penyakit atau parasit tanaman.
A. JENIS JENIS PUPUK KANDANG
Dilihat dari bentuknya, terdapat pupuk kandang padat dan cair. Pupuk
padat biasanya didapatkan dari tahi (feses) sedangkan pupuk cair diambil dari air
kencing (urine). Ada juga yang diambil dari campuran feses dan urine, biasanya
berbentuk campuran kental seperti lumpur. Selain bentuk fasa-nya, ada juga
pupuk kandang yang berupa campuran antara kotoran dengan material lain.
Seperti, kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi yang dijadikan alas
kandang atau kotoran sapi yang bercampur jerami. Berikut ini, beberapa jenis
pupuk kandang yang banyak dipergunakan.
a. Kotoran sapi
Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi.
Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami
proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut
memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak
dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau
pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa pengomposan,
akan terjadi perebutan unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi
kotoran.
Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang tinggi. Atas dasar itu,
para petani sering menyebut kotoran sapi sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar
air juga membuat ongkos pemupukan menjadi mahal karena bobot pupuk cukup
berat. Kotoran sapi telah dikomposkan dengan sempurna atau telah matang
apabila berwarna hitam gelap, teksturnya gembur, tidak lengket, suhunya dingin
dan tidak berbau.
b. Kotoran ayam
Kotoran ayam sangat diminati petani sayuran daun karena reaksinya yang
cepat, cocok dengan karakter sayuran daun yang rata-rata mempunyai siklus
tanam pendek. Pupuk ini mempunyai kandungan unsur hara N yang relatif tinggi
dibanding pupuk kandang jenis lain. Terlebih lagi, unsur N dalam kotoran ayam
bisa diserap tumbuhan secara langsung, sehingga relatif tidak perlu proses
dekomposisi terlebih dahulu.
Pupuk kandang ayam biasanya diambil dalam bentuk campuran dengan
sekam padi, terutama untuk kotoran ayam pedaging (broiler). Sekam padi
digunakan para peternak ayam sebagai alas kandang. Ketika kandang dibersihkan
kotoran akan bercampur dengan sekam tersebut. Sekam padi ikut memperkaya zat
hara terutama untuk unsur K. Kotoran ayam broiler juga mengandung unsur P
yang lebih tinggi.
Selain beberapa kelebihannya, kotoran ayam rentan membawa bibit
penyakit terutama bakteri jenis Salmonella. Oleh karena itu pemanfaatannya harus
hati-hati dan digunakan sesuai kebutuhan. Kekhawatiran lain adalah penggunaan
obat-obatan dan hormon pada peternakan ayam akan terbawa kedalam kotoran
ayam. Kontaminan ini tentunya tidak diharapkan bagi para petani sayur organik.
c. Kotoran kambing
Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar dipecah
secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan dikomposkan dahulu sebelum
digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing yang telah
matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak bau.
Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis
pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan
kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.
B. TEKNIK PENGOMPOSAN PUPUK KANDANG
Pengomposan pupuk kandang bermanfaat untuk menguraikan bahan-
bahan organik yang terdapat dalam kotoran, sehingga menjadi sumber-sumber
hara yang stabil dan bisa diserap tanaman. Proses pengomposan mengeluarkan
panas, energi panas ini sekaligus juga akan membunuh bibit penyakit dan
mematikan biji-bijian gulma. Sehingga pupuk kandang yang telah dikomposkan
relatif lebih aman dari penyakit dan hama tanaman.
Menurut penelitian Balittanah (2006), pengomposan pupuk kandang akan
meningkatkan kadar hara makro. Zat-zat hara yang terkandung dalam kotoran,
akan diubah menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Seperti unsur N yang
mudah menguap akan dikonversi menjadi bentuk lain seperti protein.
Pada prakteknya, pengomposan pupuk kandang akan lebih efektif apabila
ditambahkan dengan inokulan seperti EM3 dan dibolak-balik setiap hari. Namun
kebanyakan peternak membiarkan kotoran ternak menumpuk hingga menjadi
pupuk yang matang digunakan. Bahkan jenis kotoran unggas biasanya jarang
dikomposkan terlebih dahulu, setelah diambil dari kandang, kotoran tersebut
langsung diaplikasikan ke lahan pertanian.
C. TEKNIK PENGAPLIKASIAN PUPUK KANDANG
Pupuk kandang sudah digunakan para petani sejak berabad-abad lampau,
baik itu dalam keadaan segar maupun yang telah dikomposkan. Pupuk kandang
menyediakan semua unsur hara makro bagi tanaman, terutama nitrogen. Nitrogen
yang terdapat dalam pupuk kandang berbentuk nitrat, suatu zat yang mudah larut
dan diserap akar tanaman. Bentuk seperti ini sama dengan yang disediakan oleh
pupuk kimia sintetis.
Penggunaan pupuk kandang di lahan kering diberikan dengan berbagai
cara, seperti ditebarkan di atas tanah, dicampur saat pengolahan tanah, diberikan
dalam larikan, atau diberikan pada lubang tanam. Para petani tanaman sayuran
biasa memberikan pupuk kandang dalam jumlah besar dengan dosis 20-75 ton per
ha. Sedangkan untuk tanaman pangan, seperti jagung dan kacang-kacangan lebih
sedikit.
Pemberian pupuk kandang tidak langsung efektif pada musim tanam
pertama, tapi akan memberikan hasil yang signifikan setelah diberikan pada
musim tanam kedua dan selanjutnya. Hasil penelitian Balittanah terhadap tanaman
jagung menujukkan pada pemberian musim pertama hanya menambah hasil panen
sebesar 6% tetapi pada musim kedua naik hingga 40%.
Jenis pupuk kandang dari kotoran unggas secara umum memberikan hasil
yang lebih cepat dibanding kotoran sapi atau kambing. Karena unsur hara dalam
pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap
tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses
penguraian terlebih dahulu.
Penggunaan pupuk kandang di lahan sawah lebih sedikit dibanding lahan
kering (pangan dan sayuran). Biasanya petani menggunakannya sebagai tambahan
pupuk kimia dengan dosis kurang dari 2 ton per ha.
2. KOMPOS
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-
rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah
tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana
95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang
dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
(Rohendi, 2005).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses
pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk
mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-
teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang,
maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat
berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi
sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic,
seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik
industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
A. JENIS JENIS PUPUK KOMPOS
Pengelompokan jenis-jenis pupuk kompos bisa dilihat dari tiga aspek. Pertama,
dilihat dari proses pembuatannya, yaitu ada kompos aerob dan anaerob. Kedua,
dilihat dari dekomposernya, ada kompos yang menggunakan mikroorganisme ada
juga yang memanfaatkan aktivitas makroorganisme. Ketiga, dilihat dari
bentuknya ada yang berbentuk padat dan ada juga yang cair. Berikut ini beberapa
contoh dari jenis-jenis pupuk kompos yang umum dipakai.
1. Pupuk kompos aerob
Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan oksigen.
Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran
hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya memakan waktu 40-50
hari, untuk lebih jelasnya silahkan baca cara membuat kompos. Lamanya waktu
dekomposisi tergantung dari jenis dekomposer dan bahan baku pupuk.
2. Pupuk bokashi
Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling
terkenal. Ciri khas pupuk bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan
sebagai starter-nya, yaitu efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini terdiri dari
campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi
bahan organik dengan cepat dan efektif. Untuk mengetahui cara membuatnya,
silahkan baca artikel cara membuat pupuk bokashi.
3. Vermikompos
Vermikompos merupakan salah satu produk kompos yang memanfaatkan
makroorganisme sebagai pengurai. Makroorganisme yang digunakan adalah
cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat dengan
cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah. Kotoran yang
dihasilkan cacing tanah inilah yang dinamakan vermikompos. Jenis organisme
lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah belatung (maggot black
soldier fly).
4. Pupuk organik cair
Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara
pengomposan basah. Prosesnya bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk
organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari beberapa
praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun dibanding pada akar
(kecuali pada sistem hidroponik). Penyemprotan pupuk organik cair pada daun
harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat. Pemberian dosis yang
berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat. Untuk mengetahui
cara membuatnya silahkan baca cara membuat pupuk organik cair
B. BAHAN BAKU KOMPOS
Bahan baku kompos bisa diambil dari sisa-sisa tanaman dan atau kotoran hewan.
Masing-masing bahan memiliki kandungan unsur-unsur yang berbeda. Unsur-
unsur tersebut berfungsi sebagai zat hara yang diperlukan tanaman.
Sebelum membuat pupuk kompos, sebaiknya kita mengetahui tujuan pemupukan
terlebih dahulu. Kita harus tahu zat apa yang paling dibutuhkan oleh tanaman
yang sedang kita rawat. Misalnya, tanaman yang baru tumbuh membutuhkan
unsur nitrogen (N) yang lebih, sedangkan tanaman yang akan berbuah
membutuhkan unsur kalium (K) yang lebih.
Setelah kita tahu tujuan pemupukannya, baru ditentukan pupuk kompos seperti
apa yang butuhkan. Pupuk kompos tidak seperti pupuk kimia sintetis, dimana zat
hara yang terkandung dalam pupuk sudah jelas komposisinya. Pada pupuk
kompos zat hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam komposisi yang
berbeda-beda. Komposisinya tergantung pada bahan baku yang digunakan.
Meskipun begitu, kita bisa membuat pupuk kompos dengan komposisi zat hara
yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kita bisa membuatnya dengan melakukan
pendekatan bahan baku. Setiap material organik memiliki kekhasan kandungan
unsur-unsur. Misalnya, jerami, hijauan dan kotoran ayam memiliki kandungan N
yang besar. Nah, bahan-bahan tersebut bisa kita jadikan kompos yang kaya akan
unsur N.
Berikut ini kompilasi kandungan unsur-unsur dari bahan organik yang biasa
dipakai untuk membuat kompos:
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGGUNAAN KOMPOS
Kekurangan
1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan
harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya
operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara,
pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi
beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap
pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Kelebihan
Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara
makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk
buatan (anorganik).
Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic,
asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan
yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan
mikroorganisme.
Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang
mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah
dan terutama sifat biologis tanah.
Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
Menjadi penyangga pH tanah.
Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
Membantu menjaga kelembaban tanah
Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
Tidak merusak lingkungan.
3. Night Soil / Air kencing (urine)
Selain kotoran yang berbentuk padat, urine juga bisa dijadikan pupuk
untuk tanaman. Urine merupakan buangan dari sisa-sisa metabolisme dalam
tubuh. Urine mengandung kadar nitrogen yang tinggi, hasil dari perombakan
metabolisme protein. Selain nitrogen, urine juga mengandung sulfur dan pospat.
Urine yang paling populer digunakan sebagai pupuk cair adalah urine
kelinci, karena memilki kandungan unsur hara N yang cukup tinggi mencapai
2,72%. Cara penggunaannya pun cukup mudah yaitu dengan mengencerkan 1 liter
urine kedalam 20 liter air bersih. Kemudian campuran tersebut disemprotkan pada
tanaman sebagai pupuk daun. Pupuk kandang dari urine juga bisa dicampur
dengan pupuk kandang padat dan diaplikasikan sebagai pupuk pada tanah. Selain
untuk pupuk, urine hewan ternak sering dimanfaatkan untuk membuat pestisida
organik atau pupuk hayati.
4. Pupuk organik dari guano atau deposit kotoran burung
Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar dan sudah
mengendap lama didalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri
pengurai. Pupuk Guano ini ternyata mengandung nitrogen, fosfor dan potassium
yang sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar serta
kekuatan batang tanaman. Menurut penelitian dari Universitas Cornell di New
York-Amerika mengenai kegunaan guano sebagai pupuk organik menyatakan
bahwa kotoran kelelawar ( guano) memiliki kadar nitrogen yang besar, serta
mengandung kadar unsur fosfat ( bahan utama penyusun pupuk di samping
nitrogen dan Potasium ) tertinggidan kadar kalium yang besar pula.
Pupuk guano mengandung semua unsur atau mineral mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Jika di bandingkan dengan pupuk kimia buatan, pupuk
guano tidak mengandung zat pengisi. Pupuk guano tinggal lebih lama dalam
jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi
tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan.Pupuk alami seperti inilah yang
saat ini sedang dicari sebagai pengganti pupuk yang terbuat dari bahan kimia,
karena lebih ramah lingkungan juga tidak mengandung efek lain yang
ditimbulkan.
5. Pupuk organik berasal dari abu tanaman (Abu janjang sawit)
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan
menghasilkan abu tandan. Abu tersebut ternyata mengandung 30 - 40% K2O, 7%
P2O5, 9% CaO dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro
yaitu 1.200 ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu.
Sebagai Gambaran Umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit
dengan 1.200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10.8% atau
sekitar 129.6 ton abu/hari, setara dengan 5.8 ton KCL, 2.2 ton Kiserite dan 0.7 ton
TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk
butiran berkadar K2O 30 - 38% dengan pH 8 - 9
Kelangkaan pupuk KCL yang kerap kali dihadapi oleh perkebunan dapat
diatasi dengan menggantinya menggunakan abu tandan. Biaya produksinya pun
lebih rendah dibandingkan dengan harga pupuk KCL.
6. Pupuk organik berasal dari letusan gunung berapi (abu vulkanik)
Dalam jangka pendek, abu vulkanik memiliki dampak yang buruk bagi
lingkungan hidup. Namun dalam jangka panjang, abu vulkanik memiliki manfaat
untuk kehidupan manusia khususnya di bidang pertanian.
Abu vulkanik memiliki dampak yang buruk dalam jangka pendek karena
di awal keluarnya dari kepundan gunung berapi, material ini memiliki sifat
kimiawi yang akan menurunkan kesuburan tanah. Abu vulkanik memiliki kadar
keasaman (Ph) sekitar 4 – 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena
abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 – 5,5.
Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat
keasaman (Ph) seberar 6 – 7. Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut
menurunkan tingkat kesuburan tanah dan akan mengalami penurunan
produktivitas lahan.
Dalam jangka pendek abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau
gulma yang biasa menjadi musuh petani.Hal ini dikarenakan, makhluk hidup
tersebut tidak dapat hidup dalam suasana terlalu asam, sehingga populasi makhluk
tersebut akan menurun.Namun sayangnya mikroba penyubur tanah juga ikut mati
oleh karena kondisi yang sangat asam ini.
Dalam jangka panjang, abu vulkanik mampu memberikan dampak yang
sangat positif bagi peningkatan produktivitas tanah. Saat kadar keasaman dari abu
vulkanik telah dapat dinormalisasi melalui proses alamiah ataupun dengan
bantuan manusia menggunakan dolomit atau pengapuran (CaCO3) sebagai
penetral, maka kandungan mineral yang tersimpan dalam abu vulkanik akan
menjadi pupuk alamiah yang sangat baik untuk perkembangan tanaman pertanian.
Dengan menggunakan metode analisis aktivitas neutron cepat (AANC) terhadap
sampel abu vulkanik, maka didapatkan data kuantitatif atas kandungan mineral
yang terkandung di dalam sampel abu vulkanik. Terdapat empat buah mineral
utama yang terkandung di dalam abu vulkanik, diantaranya : Besi (Fe),
Aluminium (Al), Magnesium (Mg), Silika (Si). Keempat mineral tersebut adalah
zat hara yang dapat membantu menyuburkan tanaman.
Hanya saja, ketebalan debu menutup permukaan tanah menjadi faktor
penting dalam menentukan kecepatan penggunaan kembali tanah yang tertutup
debu. Untuk ketebalan debu yang tipis, kurang dari 1 cm dapat hilang dengan
segera ketika hujan. Ketebalan 1 cm hingga 4 cm dapat hilang oleh pengolahan
menggunakan cangkul dan ketebalan antara 5-10 cm dapat hilang saat dilakukan
pengolahan tanah secara mekanik menggunakan traktor.
Untuk ketebalan debu mencapai 40 cm atau lebih memerlukan waktu
cukup lama, agar tanah dapat digunakan kembali untuk bercocok tanam,
menunggu terjadi proses pelapukan dan dekomposisi dari debu.