Tugas Praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan

download Tugas Praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan

If you can't read please download the document

Transcript of Tugas Praktikum Mata Kuliah Pemanenan Hutan

TUGAS PRAKTIKUM MATA KULIAH PEMANENAN HUTAN

REDUCE IMPACT LOGGING(Mengenal Sistem Pemanenan Hutan yang Berdampak Rendah)

Disusun oleh :KELOMPOK 1

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010

DAFTAR NAMA KELOMPOK 1 1. ARPANDI 2. MUH.ISNAN ISKANDAR 3. MUNAJAT NURSAPUTRA 4. HENDRA SAPUTRA 5. KASMIN M AKBAR 6. WIDYANTI UTAMI A. 7. ATHIRA OCTAVIANY 8. ANUGRAHANDINI NASIR 9. AYU ANTARIKSA 10. VIVI ATMILIA H 11. PUTU ARI EKA S

REDUCE IMPACT LOGGING

Sebagai salah satu penyangga sistem kehidupan dan sebagai modal Pembangunan Nasional, hutan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia baik manfaat ekologis, sosial budaya maupun ekonomis, oleh sebab itu hutan harus dijaga kelestariannya. Kegiatan pengeksplotasian di negara ini telah memberikan dampak positif bagi system perekonomian. Namun demikian bukan hanya dampak positif yang diberikan, tetapi kegiatan pengeksplotasian juga memberikan dampak negatif yang cukup besar. Hal ini dikarenakan perlindungan areal hutan dan isinya seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang dan paraturan pemerintah, tidak dihiraukan oleh para pengelola hutan termasuk pemilik hutan (pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan). Akibat dari semua kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan tanpa memperhatikan azas kelestarian menyebabkan kawasan hutan rusak dari total daerah berhutan dan perlu penanganan secara saksama. Gagalnya mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari di Indonesia selama ini adalah kurangnya tindakan pembenahan terhadap hutan, sistem penyelenggaraan kehutanan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kearifan lokal yang dapat menunjang pencapaian pengelolaan hutan secara lestari dan penegakan etika profesi secara konsisten. Salah satu indicator pengelolaan hutan yang lestari adalah dampak selama pemanenan yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah lingkungan (Reduce Impact Logging) yang menjadi indicator paling penting dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang rendah dan tersedianya tegakan tinggal yang berjenis komersil yang cukup dan sehat. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perhatian telah difokuskan pada pembalakan berdampak rendah, atau penebangan berdampak rendah (RIL), sebagai salah satu pendekatan untuk bergerak ke arah hutan lestari. Sebagai contoh bunga di RIL, awal tahun ini lebih dari 260 orang berpartisipasi dalam sebuah konferensi internasional tentang penerapan dikurangi dampak penebangan,

diselenggarakan di Kuching, Malaysia. Konferensi ini diselenggarakan oleh AsiaPasifik Komisi Kehutanan, FAO, dan sembilan organisasi lainnya. Meskipun ada beberapa yang bersikeras bahwa satu-satunya cara untuk melindungi hutan dari kerusakan adalah untuk melarang semua bentuk penebangan kayu, ekonom telah cepat menunjukkan bahwa jika produksi kayu itu untuk berhenti, hutan tropis akan dilihat oleh banyak pemerintah dan individu sebagai sumber nilai kecil, mungkin lebih logis dan menguntungkan dikonversi untuk penggunaan produktif lainnya. Karena itu, ada semakin banyak pragmatis yang mempromosikan perbaikan manajemen mayoritas dunia . Mereka berpendapat bahwa pembalakan berdampak rendah ditingkatkan sangat dapat mengurangi kerusakan hutan, dan membantu menjaga alam sumber daya yang produktif dan berkelanjutan digunakan adalah penting bagi banyak nasional ekonomi. Namun, bahkan pendukung RIL mengakui bahwa RIL saja tidak akan membawa tentang pengelolaan hutan berkelanjutan-ini mungkin merupakan kondisi yang diperlukan, tetapi bukan cukup satu. Ada beberapa hubungan antara RIL dan kondisi lain yang diperlukan untuk pengelolaan hutan berkelanjutan. Pengelolaan dan pemanenan hutan alam Indonesia diatur dalam sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Praktek Reduced Impact Logging (RIL) sebetulnya sudah direkomendasikan di dalam TPTI, namun jarang diterapkan di lapangan karena berbagai alasan, antara lain: a. Kurangnya pengawasan terhadap praktek pemanenan kayu. b. Kurangnya ketegasan dalam pelaksanaan RIL. c. Kurangnya pemahaman keuntungan dari pelaksanaan RIL. d. Kurangnya pemahaman terhadap tahapan yang diperlukan dalam pelaksanaan RIL dan kurangnya keahlian khusus. Kemajuan dalam pengelolaan hutan lestari akan dipromosikan dengan penerapan teknik RIL, yaitu suatu tehnik yang bertujuan mengurangi kerusakan pada tanah dan tegakan tinggal serta dampaknya terhadap kehidupan satwa liar.

Apa itu RIL? RIL merupakan adalah suatu pendekatan dan sistematis dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan

evaluasi terhadap pemanenan kayu. RIL pembuatan jalan, penebangan dan

penyempurnaan praktek

penyaradan yang saat ini sudah ada. RIL memerlukan wawasan kedepan dan keterampilan yang baik dari para operatornya serta adanya kebijakan/ policy tentang lingkungan yang mendukungnya. Mengapa dengan RIL? Para manajer hutan makin dituntut untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengelolaannya dan melaksanakan pengelolaan hutan dengan standar yang lebih baik. Salah satu cara melakukan hal tersebut adalah dengan penerapan teknik RIL. Penyaradan dengan traktor terutama crawler dan skidder adalah subsistem penyaradan yang paling umum (+ 90%) dipergunakan dalam sistem pemanenan kayu dengan sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Melihat kenyataan bahwa sistem-sistem pemanenan kayu yang lebih berwawasan lingkungan (seperti sistem kabel, helikopter maupun balon) masih kurang atau belum di kenal di Indonesia oleh sebab itu konsep RIL akan membawa model penebangan kea rah tersebut. Alasan penerapan RIL adalah : 1. Pengurangan resiko lingkungan dan sosial 2. Ekonomi 3. Pasar produk kehutanan 4. Kebijakan dan penerapan yang tepat Perencanaan dalam RIL umumnya mencakup sebagai berikut :1.

SEBELUM PERENCANAAN PEMANENAN

a. Inventarisasi Hutan

b. Pemetaan Tahapan pertama adalah melaksanakan inventarisasi hutan yang diikuti oleh kegiatan pemetaan topografi dan lokasi pohon. Manuala. b. c. d.

berikut

ini

menyajikan informasi secara rinci bagaimana mengerjakan hal tersebut : Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan Petunjuk Dasar dalam Timber Cruising dan Survei Topografi Prosedur Survei Topografi Hutan (TFF&APHI, 2001)

Persiapan Pemetaan, Pemetaan kontur dan lokasi pohon skala 1:2.000 1:5.000 dengan interval garis kontur 5-10 m dapat dihasilkan secara manual atau dengan menggunakan suatu program komputer, misalnya :a.

FIEPLP

(Forest Inventory and Product Linking Programme)

dari

TROPENBOS Foundation Projectb. c. d.

GENESIS dan GENAMAP Programme dari SFMP- GTZ Project ROADENG Software SIPTOP (Sistem Informasi Pohon dan Topografi) dari PT. INHUTANI I2.

PENATAAN ZONA AREAL HUTAN

a. b. c.

Areal Non-Produksi Kayu Areal Produksi Kayu Manajemen Areal Non Produksi Kayu Identifikasi areal non-produksi kayu merupakan hal yang penting dalam

menentukan dan menetapkan areal produktif. Zona areal produksi kayu = luas total areal hutan unit manajemen - luas areal non produksi kayu. Zona areal produksi kayu menjadi dasar luas areal dalam penentuan jatah tebangan tahunan (AAC) Zona-zona yang dikeluarkan dari areal produksi kayu antara lain :a. b. c. d. e.

Zona perlindungan dan konservasi Zona hutan masyarakat dan masyarakat lokal Zona konservasi keanekaragaman hayati Zona konservasi satwa liar Zona penelitian ilmiah

f. g. h. i. j.

Zona penyangga, antara lain : Kawasan cagar budaya Areal penyangga tepi pantai, goba, danau dan mata air Areal rawan longsor Areal penyangga kanan-kiri sungai Areal non-produksi kayu dikelola sebagai berikut :

a. Tidak boleh ada penebangan di kawasan tersebut atau di zona penyangga b. Mesin-mesin tidak boleh masuk ke kawasan tersebut, terkecuali pada sungai yang diijinkan untuk diseberangi c. Tidak boleh ada pekerjaan tanah atau tumpahan pekerjaan tanah jatuh ke dalam kawasan tersebut atau zona penyangganya d. Tidak boleh membuang serpihan penebangan (cabang-cabang dan ratingranting) ke dalam kawasan tersebut atau di zona penyangganya e. Bila memungkinkan, pohon-pohon harus ditebang menjauhi zona penyangga dan sungai3. a. b. c. d.

PERENCANAAN PEMANENAN

Perencanaan Jalan Pembuatan Rencana Pemanenan Operasi Sebelum Pemanenan Persiapan Lapangan Sebelum Pemanenan Perencanaan Jalan meliputi :

a. Pengumpulan data penting b. Pembatasan wilayah perencanaan c. Evaluasi kemungkinan lokasi trase jalan d. Perencanaan jaringan jalan e. Lokasi jalan Prosedur Pembuatan Jalan Sarad dan TPn adalah a. Tim pembuka TPn dan jalan sarad terdiri dari seorang penebang dan seorang pembantu penebang

b. Penebang membuka TPn dan jalan sarad dengan menebang semua pohon > 15 cm yang berada di areal TPn dan pada rencana jalan sarad c. Penebangan dimulai dari ujung salah satu cabang jalan sarad di dalam hutan menuju TPn dengan arah rebah menjauh dari TPn d. Takik rebah dan takik balas dibuat serendah mungkin dengan arah rebah pohon sesuai dengan arah jalan sarad atau di atas jalan sarad4.

PENEBANGAN

Proses penebangan pada dasarnya meliputi : a. Penebangan dimulai sesuai dengan urutan atau pola penebangan yang telah direncanakan di atas peta. b. Pemeriksaan keadaan lokasi penebangan, penentuan arah rebah pohon, persiapan tempat kerja, pembuatan jalur penyelamatan dan pemberi peringatan c. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada tunggak serendah mungkin d. Pembersihan batang dari cabang-cabang dan pemotongan tajuk pohon e. Pembersihan batang dari banir pohon f. Pengukuran dan pemotongan batang sesuai dengan permintaan perusahaan g. Memasang nomor pohon pada tunggak dan pada ujung batang log h. Membuka jalur winching i. Menuju pohon lain yang akan ditebang5.

KEGIATAN PASCA PEMANENAN KAYU

a. Penutupan jalan b. Penutupan jalan sarad c. Penutupan penyeberangan sementara d. Penutupan tambang e. Penutupan tpn f. Penutupan kamp dan bengkel g. Pemeliharan rutin

Sekilas Tentang Keunggulan RIL Besarnya kerusakan tegakan tinggal berdasarkan tipe kerusakan sebagai akibat kegiatan penyaradan kayu baik dengan teknik Reduced Impact Logging (RIL) maupun dengan teknik konvensional didominasi oleh kerusakan kulit, batang dan banir. Presentasi kerusakan dengan teknik RIL untuk masing-masing jenis adalah kerusakan kulit sebesar 12.41 % kerusakan batang 18.09 % kerusakan banir 7.17 %. Dari ketiga jenis kerusakan yang dilihat, jenis kerusakan batang yang paling besar, ini terjadi pada kelerengan curam yakni rata-rata sebesar 25,6 %. Lapangan berlereng datar 11.8 %, berlereng landai 15.0 %, berlereng bergelombang 19.9 %. Dari presentasi kerusakan yang besar terjadi pada kelerengan yang curam. Presentasi kerusakan dengan teknik konvensional untuk masing-masing jenis adalah kerusakan kulit sebesar 23.08 % kerusakan batang 29.18 % kerusakan banir 9.17 %. Dari ketiga jenis kerusakan yang dilihat, jenis kerusakan batang yang paling besar, ini terjadi pada kelerengan curam yakni rata-rata sebesar 35.4 %. Lapangan berlereng datar 20.32 %, berlereng landai 26.01 %, berlereng bergelombang 35.03 %. Dari presentasi kerusakan yang besar terjadi pada kelerengan yang curam. Tujuan dari penggunaan pendekatan ini adalah untuk mengurangi dampak pada sungai dengan sedapat mungkin menghindari melintasi sungai. Pembalakan lebih efisien serta meningkat jika informasi kontur dan sungai ditampilkan bersama-sama dengan data posisi pohon sehingga dapat digunakan untuk mendesain jaringan pemanenan yang optimal. Dampak dari bentuk/contoh pemanenan tersebut menunjukan bahwa penyaradan kayu dengan teknik RIL dapat mengurangi/menekan jumlah kerusakan tegakan tinggal untuk tingkat pohon sebesar 37.67 %. Dibandingkan dengan kerusakan akibat pemanenan kayu konvensional yang kerusakannya sebesar 61.43 %.

Adanya perbedaan angka presentasi kerusakan tersebut adalah karena kerusakan yang diakibatkan oleh: Kondisi lapangan yang curam, kayu yang disarad dalam ukuran yang panjang, gesekan pisau traktor, benturan-benturan kayu, lemahnya sistem pengawasan dan kurangnya pemahaman tentang pemanenan kayu baik RIL maupun Konvensional, serta target produksi. Pada dasarnya perencanaan yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula. Bertolak dari hasil diatas Elias (1999) menyatakan bahwa pemanenan kayu dengan teknik RIL didasarkan pada prospektif masa depan dari tegakan yang akan dipanen yang didasari data dan informasi yang akurat untuk digunakan dalam perencanaan dan mendesain lay out dari petak-petak tebang operasi pemanenan kayu seperti : Peta pemanenan kayu, Pengawasan, dan Pemeriksaan serta Inspeksi blok, pelatihan para pekerja secara rutin, serta prosedur dan teknik kerja.

SUMBER LITERATUR

Alex, J., 2010, Penelitian Reduced Impact Logging di PT. GHL Pulau Buru, www.wordpress.blogspot.com, [di akses 17 September 2010, 20.00 wita]. Elias, et al, 2001, Pedoman Reduce Impact Logging di Indonesia, Center for International Forestry Research (Cifor), Jakarta, Indonesia.