TEKNIK PEMANENAN GETAH

29
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TEKNIK PEMANENAN GETAH DENGAN MENGGUNAKAN STIMULAN ORGANIK CUKA KAYU Sukadarya Dulsalam Yuniawa PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, JULI 2015 SERI PAKET IPTEK

Transcript of TEKNIK PEMANENAN GETAH

Page 1: TEKNIK PEMANENAN GETAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

TEKNIK PEMANENAN GETAHDENGAN MENGGUNAKAN STIMULAN

ORGANIK CUKA KAYU

Sukadaryati DulsalamYuniawati

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015

SERI PAKET IPTEK

Page 2: TEKNIK PEMANENAN GETAH

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTANBADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANANBOGOR, JULI 2015

TEKNIK PEMANENAN GETAHDENGAN MENGGUNAKAN STIMULAN

ORGANIK CUKA KAYU

SERI PAKET IPTEK

SukadaryatiDulsalamYuniawati

Page 3: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Judul Buku:Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

Penulis:Sukadaryati, Dulsalam, Yuniawati

Desain Sampul dan Penata Isi: Andreas Levi Aladin

Jumlah Halaman: 22 + 6 halaman romawi

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil HutanBadan Penelitian, Pengembangan dan InovasiKementerian Lingkungan Hidup dan KehutananJl. Gunung Batu No. 5, BogorTelp/Fax: 0251 - 8633 378/8633413 E-mail: [email protected]: www.pustekolah.org

ISBN: 978-979-313-262-4

Dicetak oleh IPB Press, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan

© 2015, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Page 4: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Permintaan produksi getah pinus yang semakin meningkat mendorong dilakukannya peningkatan produksi getah. Di sisi lain, ketimpangan antara produksi getah dan potensi tegakan yang ada dari tahun ke tahun mengkhawatirkan kelangsungan pengelolaan hutan jelutung maupun kemenyan. Oleh karena itu, teknik pemanenan getah dan resin melalui implementasi stimulan organik berbahan dasar cuka kayu dilakukan dengan tujuan tidak hanya untuk meningkatkan produksinya, tetapi juga untuk menjamin kelestarian hasil dan pohon penghasilnya serta lingkungan di sekitarnya.

Penggunaan stimulan organik cuka kayu memberi keuntungan karena murah dan mudah diperoleh dapat diproduksi sendiri dari sisa-sisa/limbah pohon, lebih aman digunakan baik terhadap pohon maupun pekerja. Namun demikian, inovasi penggunaan stimulan organik ramah lingkungan harus terus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas mengingat produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan stimulan anorganik berbahan dasar asam kuat.

Penulis berharap informasi tentang Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu yang dikemas dalam Buku Seri IPTEK ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Bogor, Juli 2015

Kepala Pusat

Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si.

Kata PengantarKata Pengantar

Page 5: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Kata Pengantar ............................................................................................................ iii

Daftar isi ......................................................................................................................... iv

Daftar Gambar .............................................................................................................. v

I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

II. PEMBUATAN STIMULAN CUKA KAYU ......................................................... 6

III. TEKNIK PEMANENAN ........................................................................................ 9

1. Penyadapan Pinus dengan Stimulan Cuka Kayu........................... 9

2. Penyadapan Jelutung dengan Stimulan Cuka Kayu .................. 10

3. Penyadapan Kemenyan dengan Stimulan Cuka Kayu .............. 11

IV. KINERJA ................................................................................................................15

1. Pemanenan Getah Pinus ...................................................................... 15

2. Pemanenan Getah Jelutung ............................................................... 16

3. Pemanenan Getah Kemenyan ........................................................... 17

V. REKOMENDASI ..................................................................................................19

Daftar Pustaka ............................................................................................................20

Daftar IsiDaftar Isi

Page 6: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Gambar 1. Perbandingan stimulant cuka kayu (a), ETRAT (b),dan anorganik ........................................................................................ 8

Gambar 2. Penyadapan pinus dengan menggunakan stimulant cuka kayu .............................................................................. 9

Gambar 3. Penyadapan jelutung dengan model V: a. torehan pertama; b. torehan kedua; dan c. torehan ketiga .........................................................................10

Gambar 4. Penyadapan jelutung dengan model ½ spiral:a. torehan pertama; b. torehan kedua; dan c. torehan ketiga .........................................................................11

Gambar 5. Alat penyadapan dan pemanenan kemenyan (a=aget, b=panutuk, c=guris) ........................................................12

Gambar 6. Cara perlukaan kulit batang kemenyan ......................................13

Gambar 7. Cara penyemprotan stimulan ........................................................13

Gambar 8. Penutupan kembali kulit yang terkelupas (a) dan menandainya untuk mempermudah pemanenan .................13

Gambar 9. Getah kemenyan yang dipanen (a=menempel di kulit bagian dalam, b=menempel di kulit luar) ...................14

Daftar Gambar

Page 7: TEKNIK PEMANENAN GETAH
Page 8: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) diatur dalam UU No. 41 tahun 1999 pasal 26 (pada hutan lindung) dan pasal 28 (pada hutan produksi), serta PP. No. 6 tahun 2007 pasal 28 (hutan tanaman pada hutan produksi). Pemanfaatan HHBK dapat menghasilkan produk bernilai tinggi dan mampu menyumbangkan devisa negara. Dari produk getah pinus yang diolah menjadi derivat gondorukem, sebagai contoh menembus harga $US2.000–4.000 per ton (tahun 2014) dan Indonesia mampu mengekspor 80% produksinya ke mancanegara seperti Eropa, India, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika (Bina 2014; Perum Perhutani 2010). Pemanfaatan HHBK menjadi komoditas yang patut diperhitungkan.

HHBK yang potensial untuk dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomi tinggi antara lain getah pinus, getah jelutung, dan kemenyan. Getah pinus diperoleh dari penyadapan pohon pinus (Pinus merkusii), yaitu setelah pohon berumur 11 tahun atau diemeter batangnya mencapai minimal 25 cm. Selain diambil getahnya, kayu yang dihasilkan dari pohon pinus dapat dimanfaatkan untuk bangunan perumahan, lantai, mebel, kotak dan tangkai korek api, pensil, pulp, tiang listrik (diawetkan), papan wol kayu, serta kayu lapis (Atlas Kayu Indonesia jilid III). Getah jelutung diperolah dari proses penyadapan pohon jelutung (Dyeraspp). Getah jelutung banyak diusahakan di daerah di Kalimantan dan Sumatera (Siregar 1999). Getah jelutung digunakan sebagai bahan baku permen karet, campuran pembuatan ban mobil, bahan baku pembuatan cat, perekat, dan vernis (Coppen 1995; Waluyo 2010).

I. PENDAHULUANI. PENDAHULUAN

Page 9: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

2

Getah kemenyan diperoleh dari proses penyadapan pohon kemenyan (Styrax sp.). Kemenyan banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetik dan farmasi (Sasmuko 2001). Di sektor industri, kemenyan digunakan sebagai bahan pengikat parfum agar keharumannya tidak cepat hilang. Oleh masyarakat Jawa pada zaman dahulu, kemenyan digunakan untuk campuran rokok (rokok klembak). Selain itu, juga digunakan untuk ritual adat (dalam pemakaman orang meninggal) dan tidak sedikit manfaat kemenyan dihubungkan dengan dunia mistis.

Pemanfaatan HHBK memberi keuntungan ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar hutan. Di wilayah Jawa, pemanfaatan HHBK berupa kegiatan penyadapan pinus di areal Perum Perhutani mampu melibatkan masyarakat sekitar hutan sekaligus memberi tambahan penghasilan bagi mereka. Pendapatan petani kemenyan di daerah Sumatera Utara mencapai 50% dari pendapatan utamanya (Nurrochmat 2001). Pendapatan dari HHBK dapat diperoleh setiap tahun, sedangkan pendapatan dari kayu hanya dapat diperoleh pada akhir masa daur tanam atau pada saat usia panen tiba.

Peningkatan produksi getah sangat diharapkan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial. Hanya saja sering terjadi untuk mencapai hasil getah yang banyak, pohon disadap untuk menghasilkan getah sebanyak mungkin misalnya dengan melukai atau menyadap batang pohon secara berlebihan. Tidak sedikit proses penyadapan menggunakan stimulan atau zat perangsang berbahaya tanpa aturan sehingga pohon menjadi merana dan akhirnya mati. Sebagai gambaran, kegiatan penyadapan pohon pinus dilakukan dengan memaksa pohon untuk mengeluarkan banyak getah tanpa memberi kesempatan pohon untuk recovery, baik dalam hal cara penyadapannya maupun takaran stimulan yang digunakan. Pada taraf ini telah terjadi eksploitasi berlebihan terhadap pohon penghasil getah pinus tanpa mempedulikan keberlanjutan hasil. Peningkatan produksi getah pinus dengan penggunaan stimulan yang aman dan ramah lingkungan diperlukan untuk menjamin kelestarian hasil getah dan pohon penghasilnya.

Page 10: TEKNIK PEMANENAN GETAH

I. Pendahuluan 3

Di sisi lain, Indonesia pernah menjadi negara pengekspor getah jelutung terbesar di dunia, yaitu mencapai 6.500 ton pada tahun 1990, tetapi pada tahun-tahun berikutnya terus berkurang hingga hanya sebesar 1.182 ton pada tahun 1993 (Coppen 1995). Hal ini terkait dengan keberadaan pohon jelutung di hutan alam sebagai penghasil getah yang semakin berkurang jumlahnya akibat penebangan dan konversi lahan gambut menjadi areal perkebunan dan pertanian serta kebakaran hutan. Teknik pemanenan getah jelutung dilakukan dengan cara menyadap pohon jelutung. Penyadapan pohon jelutung dilakukan menggunakan metode sadapan berbentuk V dengan sudut kemiringan 30–45º dan interval pelukaan kulit 2–3 hari, bahkan ada yang seminggu sekali (Waluyo 2003). Metode penyadapan yang lainnya berupa pola sayatan ½ spiral baik dari kiri atas ke kanan bawah atau arah sebaliknya (Waluyo 2010). Pada umumnya penyadapan pohon jelutung dilakukan tanpa pemberian stimulan untuk merangsang keluarnya getah lebih banyak.

Demikian juga dengan produk getah kemenyan, Indonesia juga pernah sebagai pengekspor getahnya. Pada tahun 1939, sebelum perang dunia kedua, volume ekspor kemenyan dari Tapanuli Utara mencapai 1.913 ton atau setara dengan 601.000 gulden. Pada tahun 1978 volume ekspor kemenyan mencapai 323,6 ton atau setara dengan US$143.800. Pada tahun 1996, Sumatera Utara mampu mengekspor kemenyan sebanyak 66,8 ton atau setara dengan US$186.001 (Simanjuntak 2000 dalam Nurrochmat 2001). Kemenyan asal Tapanuli Utara telah dipasarkan 80% di Pulau Jawa dan 20% diekspor ke Malaysia dan Singapura (Sasmuko 2001). Teknik pemanenan getah kemenyan biasa dilakukan oleh masyarakat penyadap kemenyan dengan cara melukai batang pohon dengan alat tertentu dan kemudian menutup kembali luka tersebut. Sekitar 2–3 bulan petani kemenyan akan kembali ke pohon itu untuk memanen hasil getah kemenyan. Cara tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun. Penggunaan stimulan untuk merangsang keluarnya getah kemenyan agar lebih banyak belum pernah dilakukan. Paling tidak informasi secara ilmiah tentang penggunaan stimulan dalam penyadapan kemenyan belum ada.

Page 11: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

4

Usaha peningkatan produksi getah dalam kegiatan penyadapan pohon penghasil getah secara teknis di lapangan dilakukan dengan pemberian stimulan atau zat perangsang. Berbagai penelitian pemberian stimulan pada penyadapan pinus telah dikembangkan, seperti stimulan an-organik yang berbahan dasar asam kuat (H2SO4) ditambah asam kuat lainnya. Efek penggunan stimula berbahan dasar asam kuat dapat mengganggu kesehatan pohon dan juga penyadapnya serta menimbulkan pencemaran lingkungan (LIPI 2004). Oleh karena itu, dikembangkanlah produk stimulan berbahan dasar organik yaitu etilen yang sudah ada di pasaran dan digunakan pada penyadapan pinus di India, Pakistan, dan Brasil dengan merk dagang CEPA (Rodrigues et al. 2008; Rodrigues & Neto 2009; Rodrigues et al. 2011; Sharma & Lekha 2013). Namun demikian stimulan berbahan dasar etilen lebih mahal harganya.

Teknologi stimulan organik berbahan dasar cuka kayu yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan produksi getah sudah dikembangkan. Cuka kayu diperoleh dari limbah bahan yang berlignoselulosa yang mengalami karbonisasi sehingga asap yang keluar akibat proses tersebut dapat dikondensasikan menjadi bentuk cair. Keunggulan stimulan cuka kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan bahan dasar yang berasal dari limbah kayu (batang, cabang ataupun ranting) dan dapat diproduksi sendiri karena mudah dan murah. Komponen utama cuka kayu berupa asam asetat (CH3COOH) yang termasuk dalam kelompok asam lemah. Asam asetat inilah yang akan dijadikan bahan stimulan organik alternatif untuk meningkatkan produksi getah yang aman dan ramah lingkungan sekaligus mejamin kelestarian hasil dan penghasilnya.

Permintaan produksi getah pinus yang semakin meningkat mendorong dilakukannya peningkatan produksi getah. Di sisi lain, ketimpangan antara produksi getah dan potensi tegakan yang ada dari tahun ke tahun mengkhawatirkan kelangsungan pengelolaan hutan jelutung

Page 12: TEKNIK PEMANENAN GETAH

I. Pendahuluan 5

maupun kemenyan. Apalagi daerah penyebaran tanaman jelutung dan kemenyan terbatas hanya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan permasalahan tersebut, teknik pemanenan getah yang berorentasi pada kelangsungan produksi di masa yang akan datang diperlukan. Salah satu teknik pemanenan yang diterapkan adalah dengan mengombinasikan cara penyadapan dan penggunaan stimulan organik yang ramah lingkungan. Dengan teknik pemanenan getah yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi getah sekaligus tetap menjamin kelangsungan pengelolaan tegakan penghasil getah.

Page 13: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Cuka kayu yang digunakan diperoleh dari pembakaran atau karbonisasi batang pinus baik pada bagian batangnya maupun kulitnya. Pembakaran tersebut dilakukan selama 25–30 jam dengan lama pendinginan 6 jam. Kadar air batang pinus yang dibakar bervariasi dari 22,15–46,53%, dengan rendemen cuka kayu berdasarkan berat kering bahan yang diperoleh berkisar antara 36,60–62,14%. Pada umumnya semakin tinggi kadar air batang pinus yang dibakar akan cenderung semakin tinggi juga rendemen cuka kayu yang diperoleh. Hasil pendinginan berupa cairan asap yang dikenal sebagai cuka kayu dan biasanya berwarna coklat gelap cenderung hitam (crude). Cuka kayu tersebut mengandung 2 komponen, yaitu pyroligneus liquo dan bagian bawah merupakan endapan ter. Cuka kayu yang dihasilkan banyak mengandung asam asetat (CH3COOH), yaitu sekitar 50% di samping komponen utama lainnya, berupa fenol dan alkohol. Untuk memanfaatkannya kemudian dilakukan proses pemisahan atau destilasi antara 2 komponen tersebut. Destilasi dilakukan dengan pemanasan pada suhu ± 100–150 °C sedemikian rupa sehingga komponen-komponen lain terdestilasi kecuali yang akan tertinggal. Biasanya cairan cuka kayu hasil destilasi tersebut berwarna lebih bening dibandingkan dengan cuka kayu hasil pembakaran langsung.

Pada dasarnya bahan stimulan yang digunakan dalam penyadapan pinus mempunyai komponen utama asam (misalnya asam sulfat dan asam nitrat). Asam tersebut berperan sebagai penyangga agar getah sukar membentuk rantai sikliknya dan tetap dalam keadaan aldehida

II. PEMBUATAN STIMULAN

CUKA KAYU

II. PEMBUATAN STIMULAN

CUKA KAYU

Page 14: TEKNIK PEMANENAN GETAH

II. Pembuatan Stimulan Cuka Kayu 7

sehingga getah tetap encer dan keluar melebihi normal (Riyanto 1980). Berdasarkan hal tersebut akan diujicobakan cuka kayu sebagai bahan stimulan dalam proses penyadapan pinus untuk meningkatkan produksi getah. Penggunaan cuka kayu tanpa bahan tambahan sebagai stimulan pernah diujicobakan dan hasilnya cuka kayu tidak bisa menempel lama pada luka sadapan. Hal ini disebabkan sifat cuka kayu yang cair (seperti air). Dalam penggunaannya untuk bahan stimulan organik, cuka kayu akan dicampur dengan asam palmitat. Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang dengan rumus molekul CH3(CH2)16COOH. Asam palmitat terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak inti sawit, minyak avokat, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak bunga matahari, dan lain-lain. Asam palmitat juga terdapat dalam lemak sapi. Minyak tersebut merupakan ester gliserol palmitat maupun ester gliserol lainnya yang apabila disabunkan dengan suatu basa kuat, kemudian ditambahkan dengan suatu asam akan menghasilkan gliserol, asam palmitat di samping asam lemak lainnya. Minyak goreng, sebagai salah satu jenis asam palmitat adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan. Minyak goreng yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng curah (buka dalam bentuk kemasan) dan berfungsi sebagai penghantar panas. Komposisi cuka kayu dan minyak goreng yang digunakan sebagai stimulan organik mempunyai perbandingan 1 :1.

Page 15: TEKNIK PEMANENAN GETAH

8Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

Gambar 1. Perbandingan stimulan cuka kayu (a); etrat (b); dan anorganik (c)

Page 16: TEKNIK PEMANENAN GETAH

1. Penyadapan Pinus dengan Stimulan Cuka KayuPenyadapan pohon pinus dilakukan dengan cara koakan menggunakan alat kedukul, dengan ukuran lebar koakan ± 6 cm, tinggi koakan ± 30 cm, dan tebal ± 3 mm atau sampai menyentuh kayu bagian dalam. Perlukaan dilakukan pada batang pohon yang terkena sinar matahari. Stimulan cuka kayu diberikan setelah selesai perlukaan pada bidang sadap sebanyak ± 1 cc. Dilakukan pembaharuan perlukaan dan pengulangan pemberian stimulan setiap 3 hari sekali selama masa peludangan. Getah yang keluar dialirkan melalui talang kecil dan ditampung di tempat penampungan berupa gelas plastik yang ditutup plastik untuk mengurangi kotoran dan air yang masuk bercampur dengan getah. Penimbangan getah dilakukan di akhir peludangan (istilah untuk kegiatan pengumulan hasil getah pinus) yaitu setiap 12 hari.

III TEKNIK PEMANENAN

III TEKNIK PEMANENAN

Gambar 2. Penyadapan pinus dengan menggunakan stimulan cuka kayu

Page 17: TEKNIK PEMANENAN GETAH

10Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

2. Penyadapan Jelutung dengan Stimulan Cuka KayuMenentukan pohon sampel secara purposive sebagai sampel yang diberi perlakuan dan kontrol. Mencatat kondisi awal pohon jelutung yang akan disadap, seperti diameter pohon dan tinggi pohon. Membersihkan perdu atau semak sebelum penyadapan sedemikian rupa sehingga sinar matahari dapat langsung mengenai bidang sadap dan juga untuk memudahkan pengerjaan penyadapan. Membuat torehanpada batang jelutung dan menyemprotkan stimulan organik pada bidang perlukaan sebanyak ± 1cc. Penyadapan jelutung dilakukan pada pagi hari dan luka sadapan diusahakan menghadap sinar matahari langsung. Memasang tempat penampung getah di sekitar bidang sadap sedemikian rupa sehingga getah bisa tertampung semua. Memperbarui luka sadapan setiap 1 hari sekali dengan cara membuat luka sadapan di atas luka sadapan yang pertama dan diberi stimulan organik ± 1cc. Pembuatan luka pembaharuan sadapan dilakukan sebanyak 3 torehan (Gambar 3 dan 4). Setiap dilakukan pembaharuan, getah hasil sadapan sebelumnya diambil dan ditimbang.

Gambar 3. Penyadapan jelutung dengan model V: a. torehan pertama; b. torehan kedua; dan c. torehan ketiga

ba c

Page 18: TEKNIK PEMANENAN GETAH

III. Teknik Pemanenan 11

3. Penyadapan Kemenyan dengan Stimulan Cuka KayuTegakan kemenyan mulai disadap setelah diameter pohon berukuran 20–30 atau berumur 10 tahun. Sebelum dilakukan penyadapan, pohon kemenyan yang akan disadap dibersihkan dahulu dari semak belukar dan tanaman merambat lainnya. Pembersihan batang pohon kemenyan yang akan disadap dengan menggunakan alat guris. Pembersihan batang pohon kemenyan dilakukan dengan tujuan menghilangkan jamur, lumut ataupun tanaman kecil yang menempel pada kulit batang kemenyan. Jika tidak dibersihkan dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan pohon karena dapat mempermudah jamur, lumut, dan lainnya masuk melalui luka sadap yang dibuat. Perlukaan kulit pohon kemenyan dilakukan dengan alat panutuk pada bagian pisaunya kemudian kulit yang terkelupas ditutup kembali dengan memukul-mukulnya dengan alat panutuk pada bagian pegangannya. Pembuatan luka sadap pada batang pokok kemenyan (bukan bagian cabang) dilakukan dengan menyayat kulit batang (namun tidak sampai lepas) ± 3–4 cm sejajar panjang batang. Cara pemberian stimulan organik dilakukan dengan menyemprotkan stimulan organik sebanyak 1 cc atau setara dengan 10 kali semprotan pada luka sadapan. Pada penelitian dibuat 4 buah luka

b ca

Gambar 4. Penyadapan jelutung dengan model ½ spiral: a. torehan pertama; b. torehan kedua; dan c. torehan ketiga

11

Page 19: TEKNIK PEMANENAN GETAH

12Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

sadapan pada masing-masing batang kemenyan yang dipilih sebagai sampel. Dengan demikian 1 sampel batang kemenyan memerlukan 4cc stimulan organik. Pemanenan getah kemanyan dilakukan dengan alat khusus yang disebut agat. Pemanenan getah kemenyan biasanya dilakukan setelah 3–4 bulan setelah perlukaan, tetapi dalam penelitian ini pemanenan getah dilakukan setelah 1 bulan perlukaan.

Gambar 5. Alat penyadapan dan pemanenan kemenyan (a=agat; b=panutuk; c=guris)

b

a

c

Page 20: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Gambar 6. Cara perlukaan kulit batang kemenyan

Gambar 7. Cara penyemprotan stimulan

Gambar 8. Penutupan kembali kulit yang terkelupas (a) dan menandainya untuk mempermudah pemanenan (b)

a b

13

Page 21: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Gambar 9. Getah kemenyan yang dipanen (a=menempel di kulit bagian dalam; b=menempel di kulit luar)

14

a

b

Page 22: TEKNIK PEMANENAN GETAH

1. Pemanenan Getah Pinus Pemberian stimulan organik cuka kayu pada penyadapan pinus dapat meningkatkan produksi getah pinus 14,4%. Perlukaan awal pada pohon pinus menyebabkan stres pada batang sehingga mempengaruhi metabolisme sekunder. Pinus mengeluarkan getah sebagai bentuk reaksi akibat perlukaan untuk menutupi sel-sel yang rusak. Di dalam saluran getah dikelilingi oleh sel-sel epitel dan sel-sel epitel inilah yang membentuk getah sebagai akibat dari proses metabolisme. Penggunaan stimulan anorganik berbahan dasar Asam Sulfat (H2SO4) dalam penyadapan pinus berdampak kurang baik bagi kayu karena diduga menyebabkan sel-sel epitel sebagai penghasil getah menjadi mati. Asam sulfat sebagai bahan utama stimulan merupakan jenis asam kuat. Pada kenyataan di lapangan dapat dilihat bahwa batang pinus yang dilukai dan diberi stimulan berbahan dasar asam sulfat akan berubah warna menjadi cokelat kemerahan bahkan cokelat kehitaman atau gosong. Keadaan yang berbeda ditemukan bila penyadapan pinus menggunakan stimulan berbahan dasar alami, seperti stimulan cuka kayu di mana stimulan cuka kayu meninggalkan warna lebih terang/cokelat muda pada bekas koakan, sama seperti pada koakan batang pinus tanpa stimulan. Cuka kayu yang mengandung asam asetat yang merupakan jenis asam lemah tidak menimbulkan efek terlalu panas pada bidang sadapan pinus seperti asam sulfat. Akibatnya, bidang sadapan yang menggunakan stimulan cuka kayu tidak menimbulkan gosong. Selain itu, permukaan batang yang disadap terlihat lebih basah sedang jika menggunakan stimulan asam sulfat akan terlihat lebih kering.

IV. KINERJAIV. KINERJA

Page 23: TEKNIK PEMANENAN GETAH

16Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

2. Pemanenen Getah Jelutung Getah jelutung yang dihasilkan dengan teknik penyadapan berbentuk V menghasilkan getah lebih banyak dibandingkan dengan ½ spiral. Penggunaan stimulan cuka kayu menghasilkan getah lebih banyak dibandingkan kontrol (tanpa stimulan). Rata-rata getah jelutung yang dihasilkan jika menggunakan stimulan cuka kayu 20,94 gram sedangkan kontrol 11,03 gram.

Pemberian stimulan berbahan dasar cuka kayu mampu meningkatkan produksi getah jelutung karena kandungan asam asetat (CH3COOH) dapat berperan untuk memperlancar keluarnya getah karena efek panas yang ditimbulkan dari kandungan asamnya. Selain asam asetat, kandungan cuka kayu yang lainnya seperti metanol, fenol, karbonil diduga dapat merangsang etelin pada tanaman untuk meningkatkan tekanan osmosis dan tekanan turgor yang menyebabkan aliran getah akan bertambah cepat dan lebih lama. Menurut Hillis (1987), masuknya air ke dalam lumen sel epitel akan menyebabkan sel epitel membesar dan selanjutnya akan menekan resin yang berada di dalam saluran damar sehingga resin hancur dan terdorong keluar. Setelah itu, sel epitel akan memproduksi zat resin kembali untuk mengisi saluran damar tersebut.

Getah jelutung yang diambil dari penyadapan pohon jelutung memiliki warna putih susu (larutan susu) dan tidak memiliki aroma yang khas seperti getah pinus misalnya. Secara visual jika diamati getah jelutung yang dihasilkan lebih bersih karena ditampung dalam tempat yang tertutup rapat (gelas plastik tertutup rapat di bagian atasnya) sehingga sisa-sisa ranting atau daun, kerikil, atau batu kecil tidak dapat masuk ke dalam tempat penampungan plastik yang tertutup tersebut.

Page 24: TEKNIK PEMANENAN GETAH

IV. Kinerja 17

3. Pemanenan Getah Kemenyan Penggunaan stimulan cuka kayu dalam penyadapan kemenyan belum dapat menaikkan produksi getah kemenyan secara signifikan dengan kata lain hasil getah kemenyan dengan menggunakan stimulan cuka kayu cenderung menaikkan produksi getah. Rata-rata produksi getah kemenyan jika menggunakan stimulan cuka kayu masing-masing sebesar 0,953 g, sedangkan kontrol 0,847 g. Hasil getah kemenyan tersebut diperoleh setelah 1 bulan masa perlukaan.

Pemanenan getah kemenyan basanya dilakukan setelah 3–4 bulan setelah pohon kemenyan dilukai (FAO 2001; Jayusman 2014). Lebih lanjut menurut FAO (2001), getah kemenyan yang dihasilkan dari satu batang pohon kemenyan rata-rata sebanyak 0,1–0,5 kg per tahun. Penyadapan pohon kemenyan yang dilakukan selama ini tidak menggunakan stimulan. Waktu pemenenan yang dilakukan setelah 3–4 bulan ditujukan agar getah kemenyan dapat terkumpul lebih banyak dan getah yang diperoleh dalam kondisi tidak lengket atau lebih kering. Rentang waktu yang cukup lama (3–4 bulan) antara masa perlukaan hingga pemanenan getah menunjukkan bahwa keluarnya getah tidak terjadi pada saat perlukaan dilakukan. Berbeda dengan pohon pinus, karet ataupun jelutung, getah akan segera keluar dari bidang sadapan atau dari bagian yang dilukai. Hal tersebut berguna untuk pertahanan diri terhadap serangan dari luar, berupa serangga, jamur, ataupun bibit penyakit lainnya.

Getah kemenyan diuji kandungan asam sinamat yang merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C6H5CHCHCO2H, berbentuk kristal, berwarna putih dan sedikit larut dalam air. Asam sinamat diklasifikasi sebagai asam karboksilat tak jenuh dan terjadi secara alami pada sejumlah tanaman. Senyawa ini secara bebas larut dalam

Page 25: TEKNIK PEMANENAN GETAH

18Seri Paket Iptek Teknik Pemanenan Getah dengan Menggunakan Stimulan Organik Cuka Kayu

pelarut-pelarut organik. Pada umunya asam sinamat digunakan sebagai penyedap, indigo sintetik, dan produk farmasi tertentu. Kegunaan utama ialah dalam pembuatan metil, etil, dan benzil ester untuk industri minyak wangi.

Pemberian stimulan berbahan dasar cuka kayu dapat meningkatkan kandungan asam sinamat di dalam getah kemenyan. Kandungan asam sinamat yang diperoleh jika menggunakan stimulan berbahan dasar cuka kayu, yaitu sebesar 35,568% sedang kontrol (tanpa stimulan) sebesar 26,676%. Penggunaan stimulan cuka kayu dapat menaikkan kandungan asam sinamat sebesar 33%. Stimulan organik cuka kayu menghasilkan getah kemenyan dengan kandungan asam sinamat termasuk dalam mutu A, di mana menurut SNI 7940:2013 disebutkan bahwa kandungan asam sinamat getah kemenyan terdiri dari 3 kategori, yaitu mutu A (≥ 30%); mutu B (21–29%); dan mutu C (≤20%).

Page 26: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Penggunaan stimulan organik berbahan dasar cuka kayu dapat digunakan untuk menaikkan produksi getah pada penyadapan pohon pinus dan pohon jelutung. Penggunaan stimulan cuka kayu pada penyadapan pohon kemenyan dapat meningkatkan kandungan asam sinamat bahkan termasuk dalam mutu A.

Keuntungan penggunaan stimulan organik cuka kayu mudah dan murah diperoleh karena bisa diproduksi sendiri dari sisa-sisa/limbah pohon, lebih aman digunakan baik terhadap pohon maupun pekerja sehingga sustainabilitas dan ramah lingkungan. Kelemahan penggunaan stimulan organik cuka kayu belum dapat meningkatkan produktivitas getah lebih tinggi daripada penggunaan stimulan anorganik, terutama berbahan dasar asam sulfat. Oleh karena itu, diperlukan inovasi penggunaan stimulan organik ramah lingkungan yang lebih dapat meningkatkan produktivitas.

IV. REKOMENDASIIV. REKOMENDASI

Page 27: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Daftar Pustaka

Bina. (2014). PPCL eksport perdana produk Alphapinene ke India. Media Kehutanan dan Lingkungan. Edisi 03 Mei 2014/tahun XLI. Jakarta.

Coppen JJW. (1995). Gum, resins, and latexes of plant origin. Non Wood Forest Products. No. 6. Roma: FAO.

FAO. (2001). Monograph on Benzoin (Balsamic Resin from Stryrac species). Bangkok.

Hillis WE. (1987). Heartwood and Tree Exudate. Berlin Heidelberg, New York, London: Springer Verlag.

Jayusman. (2014). Mengenal pohon kemenyan (Styrax spp.). Jenis dengan Spektrum Pemanfaatan Luas yang Belum Dioptimalkan. Bogor: IPB Press.

[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2004). Lembar Data Keselamatan Bahan.[Internet]. [diunduh 2013 Jul 2]. Tersedia pada:http://www.kimianet.lipi.go.id.

Nurrochmat DR. (2001). Dampak krisis ekonomi dan moneter terhadap usaha kehutanan masyarakat : kemenyan di Tapanuli Utara. Resilisiensi Kehutanan Masyarakat di Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Debut Press.

Perum Perhutani. (2010). Current situation of Indonesian gum rosin in the world market. Praque: Pine Chemicals Association International Conference.

Riyanto TW. (1980). Sedikit tentang penaksiran hasil getah Pinus merkusii Jungh et de Vriese. Duta Rimba. Hal 12–17.

Daftar Pustaka

Page 28: TEKNIK PEMANENAN GETAH

Daftar Pustaka 21

Rodrigues KCS,Azevedo PCN, Sobreiro LE,Pelissari P, Fett-Neto AG. (2008). Oleoresin yield of Pinus elliottii plantations in subtropical climate: Effect of tree diameter, wound shape and concentration of active adjuvants in resin stimulating paste. Journal Crops and Product 27: 322–327.

Rodrigues KCS, Fett-Neto AG. (2009). Oleoresin yield of Pinus elliottii plantations in subtropical climate: Seasion variation and effect of auxin and salicylic acid-based stimulant paste. Journal Crops and Product 30 (2009): 316–320.

Rodrigues KCS, Apel MA, Henrique AT, Fett-Neto AG. (2011). Efficient oleoresin biomass production in pines using low cost metal containing stimulant paste. Journal Crops and Product 35 (2011): 4442–4448.

Sharma KR, C Lecka. (2013). Tapping of Pinus roxburghii (Chir Pine) for oleoresin in Himachal Pradesh, India. Journal Advances in Forestry Letters (AFL) 2 : 31–55.[Internet] [diunduh 2013 Desember 20]. Tersedia pada: www.afl-journal.org

Sasmuko AS. (2001). Kemenyan: Antara Misteri, Manfaat dan Upaya Pelestarian. Buletin Konifera 1(XVI):13–18. Medan: Balai Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.

Siregar H. (1999). Upaya-upaya Konservasi dalam Pengelolaan dan Pola Pemanfaatan Hutan Rakyat Kemenyan dan Hasilnya di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Waluyo TK. (2003). Perbandingan Sifat Fisiko-kimia Beberapa getah Jelutung (Dyera sp.) Olahan. Makalah Ekspose Hasil-hasil Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera dalam Mendukung Pengelolaan Hutan Lestari. 17 Desember 2003. Medan.

Waluyo TK. 2010. Penentuan Metode Penyadapan Getah Jelutung Hutan Tanaman Industri berdasarkan Sebaran Saluran Getah pada Kulit Batang. [Tesis]. Bogor: Institut Petanian Bogor. Tidak diterbitkan.

Page 29: TEKNIK PEMANENAN GETAH