Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

28
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009) B. Tujuan Penulisan Tujuan umum: Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare. Tujuan khusus:

Transcript of Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Page 1: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT ( ISPA )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah

kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab

kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di

negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi. Di

Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga saat ini salah satu

penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan

Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.

Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari

kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

B. Tujuan Penulisan

Tujuan umum:

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare.

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare

2. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare

3. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare

4. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare

5. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare

Page 2: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan

singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan

saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung

sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan

selaput paru. Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas

termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu sinus, rongga

telinga dan pleura. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan

menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat

kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit

yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,

tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan

terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila

ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat

antibiotic.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung

kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Kelainan pada sistem

pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,

menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian

atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada

bulan-bulan musim dingin.

Page 3: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

II. KLASIFIKASI

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis

ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.

III. ETIOLOGI

Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus

Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma

pneumonia.

IV. FAKTOR RESIKO

Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR dan premature.

Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap infeksi,social

ekonomi,cuaca dan polusi udara.

V. PATOFISIOLOGI

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi

bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.

Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan

atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Page 4: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

VI.JENIS – JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest

indrawing).

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan

dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan

pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini

dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5

tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah

atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per

menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada

bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah

kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang

tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50

kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah

dan tidak ada napas cepat.

VII. TANDA – TANDA BAHAYA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-

gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila

semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila

sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun

Page 5: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat

dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan

pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis ;

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,

napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,

kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak

golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya

menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran

menurun, stridor, Wheezing

VIII. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan

strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan

turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit

ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk

pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

Page 6: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA

meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

Pencegahan dapat dilakukan dengan : Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Immunisasi.

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

IX.Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain

Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

Meningkatkan makanan bergizi

Bila demam beri kompres dan banyak minum

Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih

Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat

Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi

dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus

dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air

(tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok

teh

dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

X.PENGKAJIAN :

Page 7: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Suku :

Pekerjaan :

Status perkawinan :

Tanggal MRS :

Pengkajian :

Penanggung jawab :

Regester :

Diagnosa masuk :

Alamat :

II. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama

Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan

Riwayat penyakit sekarang

2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot

dan

Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

Riwayat penyakit dahulu

Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

Page 8: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Riwayat penyakit keluarga

Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien tersebut

Riwayat social

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :

Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien

Ispeksi

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan

Tonsil tanpak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringna parut pada leher

Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung,

tachypnea, dan hiperventilasi

Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe

servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

Perkusi

Suara paru normal (resonance)

Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

Page 9: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

IV. PEMERIKSAASN PENUNJAN

• Tanggal :

• HB :

• LED :

• Hematokrit :

• Trombosit :

• MCV ` :

• MCH :

• MCHC :

• Diff Count :

• Urien PH :

• Ureum :

• Kreatinin :

• SGOT :

• SGPT :

• Na :

• Kalium :

• Cl :

• AGD :

• PCO2 :

• Radiologi :

• ECG :

V.DIAGNOSA KEPERAWATAN :

I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C

INTERVENSI

1. Observasi tanda – tanda vital

2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial

Page 10: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat

seperti terbuat dari katun.

4. Atur sirkulasi udara.

5. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.

6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.

7. Kolaborasi dengan dokter :

• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial

• antipiretika

RASIONAl

1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

2. Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan

bahan perantara .

3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap

keringat.

4. Penyedian udara bersih.

5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.

7. Untuk mengontrol infeksi pernapasan

Menurunkan panas

II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

Tujuan :

klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.

* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.

* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.

INTERVENSI

1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat

Page 11: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

3. Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan

lingkungan beersih dan menyenamgkan.

4. Tingkatkan tirai baring.

5. Kolaborasi

• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

RASIONAL

1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi.

2. .Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total

3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.

4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic

5. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk

memberikan nutrisi maksimal.

III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol

INTERVENSI

1. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau

meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.

2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. Dan

mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.

3. Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat

4. Kolaborasi

Page 12: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

5. Berikan obat sesuai indikasi

• Steroid oral, iv, & inhalasi

• analgesic

RASIONAL

1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat

penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi

yang diberikan.

2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

3. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran

histamine dalam inflamadi pernapasan.

5. Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri

iV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi

penekanan imun)

Tujuan :

*tidak terjadi penularan

* tidak terjadi komplikasi

INTERVENSI

1. Batasi pengunjung sesuai indikasi

2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas

3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat

sampah

Page 13: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita

penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh

menurun / asupan makanan berkurang

5. Kolaborasi

Pemberian obat sesuai hasil kultur

RASIONAL

1. Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.

2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien

terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

3. Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4. .Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

5. Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas /

atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA.

A.Definisi

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang

disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan

radang parenkim paru.

ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang

menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.

B. Tanda dan Gejala

Pilek biasa

Keluar sekret cair dan jernih dari hidung

Kadang bersin-bersin

Sakit tenggorokan

Page 14: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Batuk

Sakit kepala

Sekret menjadi kental

Demam

Nausea

Muntah

Anoreksia

C.Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus

streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus

penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,

herpesvirus.

Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan

streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran

pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan

tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan

risiko serangan ISPA.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah

rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

D. Penyebaran Penyakit

Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:

Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk

Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin

Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad

renik.

Page 15: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

E. Tingkat Penyakit ISPA

Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair,

tenggorokan merah, telinga berair.

Sedang

Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang

dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan

(adentis servikal).

Berat

Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi

berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.

Sangat Berat

Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

F. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:

Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih

besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih

rendah.

Status Imunisasi

Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan

dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok

dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak

G. Pencegahan

Page 16: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan

makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit

baik.

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup

hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang

menderita penyakit ISPA.

H. Asuhan Keperawatan

Pengkajian:

Riwayat kesehatan:

Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

Riwayat penyakit sekarang

(kondisi klien saat diperiksa)

Riwayat penyakit dahulu

(apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)

Riwayat penyakit keluarga

(adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)

Riwayat social

(lingkungan tempat tinggal klien)

difokuskan pada pengkajian sistem pernafasanPemeriksaan fisik

Inspeksi

Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

Tonsil tampak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringan parut pada leher

Page 17: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.

Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada

nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

Perkusi

Suara paru normal (resonance)

Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

I.Diagnosa Keperawatan

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi

Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 °C

Intervensi:

Observasi tanda-tanda vital

Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti

pakaian dari bahan katun.

Atur sirkulasi udara

Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hari

Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.

Kolaborasi dengan dokter:

Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial

Antipiretika

Page 18: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Rasional:

Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya

Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan

bahan perantara.

Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap

keringat.

Penyediaan udara bersih

Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat

Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas

Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan:

*Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.

*Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan

*Tidak menunjukkan tanda malnutrisi

Intervensi:

Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.

Tingkatkan tirah baring

Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.

Rasional:

Page 19: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan

rencana nutrisi.

Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total

Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.

Untuk mengurangi kebutuhan metabolik

Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk

memberikan nutrisi maksimal.

Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

Tujuan: nyeri berkurang/terkontroL

Intervensi:

Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang memperburuk atau

meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.

Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan

mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.

Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat

Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

Rasional:

Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat

penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi

yang diberikan.

Mengurangi bertambahberatnya penyakit

Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin

dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.

Page 20: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi

penekanan imun)

Intervensi:

Batasi pengunjung sesuai indikasi

Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas

Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin

Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita

penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh

menurun/asupan makanan berkurang.

Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasional:

Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius

Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaiki pertahanan klien

terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

Mencegah penyebaran patogen melalui cairan

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap

infeksi.Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan

sensitifitas atau diberikan secara profilaktik k

Page 21: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam,

maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya. Sampai saat ini belum

ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial adalah pengobatan

secara rasional. Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang

tepat sesuai dengan kuma penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab ISPA

dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan yang tepat, kemudian

dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

Saran

Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca

makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam

membuat asuhan keperawatan

Page 22: Tugas Pinto Mulyo Askep Ispa

DAFTAR PUSTAKA

• DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

• Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992

• Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien

• Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.199