Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

19
TUGAS PERKULIAHAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN "MENYAMPAIKAN BERITA BURUK" A. PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK Menurut as Hornby (1974) terapeutik adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Disini dapat diartikan bahwa terapetik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspesi yang memfasilitasi proses penyembuhan. Tujuan dari hubungan terapeutik adalah ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) : 1. Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri 2. Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi 3. Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergatungan, hubungan interpersonal dengan kapasitas member dan menerima cinta 4. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis. Fase Hubungan Terapeutik Perawat – Klien Karekteristik vital dari hubungan perawat dan klien adalah membagi tingkah laku, pikiran dan perasaan. Coad Denton ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) menggambarkan keintiman dalam penggunaan proses keperawatan untuk mendukung klien yaitu saat mereka mengeksplorasi kebutuhannya, penyelesaian masalah, dan bagaimana memperoleh kemampuan koping yang baru. Empat fase dari proses hubungan terapeutik perawat – klien : a. Fase preinteraksi b. Fase orientasi c. Fase kerja d. Fase terminasi B. PENGERTIAN BERITA BURUK

description

IU

Transcript of Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Page 1: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

TUGAS PERKULIAHAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

"MENYAMPAIKAN BERITA BURUK"

A.    PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIKMenurut as Hornby (1974) terapeutik adalah merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Disini dapat diartikan bahwa terapetik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspesi yang memfasilitasi proses penyembuhan.

Tujuan dari hubungan terapeutik adalah ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) :1.      Kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri2.      Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi3.      Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergatungan, hubungan

interpersonal dengan kapasitas member dan menerima cinta4.      Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan

dan mencapai tujuan pribadi yang realistis.Fase Hubungan Terapeutik Perawat – KlienKarekteristik vital dari hubungan perawat dan klien adalah membagi tingkah laku, pikiran dan perasaan.Coad Denton ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) menggambarkan keintiman dalam penggunaan proses keperawatan untuk mendukung klien yaitu saat mereka mengeksplorasi kebutuhannya, penyelesaian masalah, dan bagaimana memperoleh kemampuan koping yang baru.Empat fase dari proses hubungan terapeutik perawat – klien :

a.       Fase preinteraksib.      Fase orientasic.       Fase kerjad.      Fase terminasi

B.     PENGERTIAN BERITA BURUKBerita buruk adalah sebuah berita yang kurang menyenangkan untuk didengar, dan

mungkin juga dapat merubah sikap seseorang yang mendapatkan berita tersebut.

KASUS IAnda adalah perawat yang bertugas di bangsal penyakit dalam. Disana terdapat seorang ibu santi, 35 tahun mempunyai 2 orang anak berumur 4 dan 6 tahun. Suaminya bapak andi berusia 37 tahun. Ibu santi hari ini sedang menunggu hasil biopsy tentang keluhan payudara kanannya. Ternyata dari hasil biopsy didapat keterangan bahwa ibu santi positif terkena kanker dan dari rapat tim medis. Tindakan operasi adalah tindakan yang menjadi prioritas utamanya.

KASUS IIYani, Mahasiswa 23 tahun dibawa kebagian gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas yang cukup hebat, yang pada akhirnya jiwanya tidak tertolong lagi. Keluarganya menunggu diruang tunggu, bagaimana anda seorang perawat menghadapi permasalahan ini.Satu dari tugas – tugas yang paling berat bagi seorang perawat adalah menyampaikan berita buruk. Sebagai contoh : “Pak Amin, Saya mempunyai kabar buruk, dari hasil biopsy menyatakan anda positif terkena kanker”. Atau oleh karena buruknya kondisi pasien dan

Page 2: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

walaupun anda sudah melakukan semua usaha maksimal anda, pada akhirnya pasien meninggal. Tugas anda memberitahukan istri, ibu atau ayah pasien. Bagaimana anda menyatakan kepada keluarga pasien tentang hal tersebut.

Beberapa akan menolak untuk menyampaikan berita buruk seperti ini, lebih lagi sangat sedikit training agar perawat mampu menghilangkan kemampuan mereka dalam menyampaikan berita buruk. Lebih dari itu baik siswa ataupun perawat klinik juga menyampaikan berita buruk, sehingga ketrampilan dalam menyampaikan berita buruk ini perlu untuk lebih diasah. Di bawah ini akan di bahas langkah – langkah bagaimana menyampaikan berita buruk.Persiapan

1.      Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi dan catatan perawat serta catatan medis tentang pasien.

2.      Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu dengan orang yang kita tuju secara langsung. Akan tetapi kita kadang tidak mempunyai pilihan, menyampaikan berita buruk melalui telepon. Di tekankan disini, usahakan agar bertemu secara langsung dengan orang yang kita tuju ketika menyampaikan berita buruk.Menyampaikan dengan tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti: ibu lala, datangilah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda!”Jika mengerjakan pemeriksaan laboratorium dan mempunyai kemungkinan yang besar yang akan munculnya berita buruk dari test, maka harus di jadwalkan pertemuan secepat mungkin setelah hasil pemeriksaan tersebut berita buruk atau baik. Diharapkan ada pertemuan baik dengan pasien atau juga dengan keluarga ketika hasil pemeriksaan di dapatkan.

3.      Mencari tempat yang tenang, meminimalkan distraksi dan memberikan waktu yang cukup dalam menyampaikan berita. Akan lebih bagus jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat dan orang yang akan di ajak bicara. Duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan yang tergesa – gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau tempat yang tidak semestinya, misal koredor, rumah sakit yang banyak orang. Beritahukan rekan kerja anda tidak terganggu atau diinterupsi selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara anda tampak normal, tidak bergetar, atau grogi.

Membuat hubungan           Buatlah percakapan awal, walaupun anda mungkin mengira bahwa orang yang akan anda

ajak bicara sudah mempunyai firasat apa yang akan anda sampaikan. Beberapa tugas yang penting dalam bagian ini adalah :

1.      Percakapan awalPerkenalkan diri anda dan orang – orang yang bersama – sama dengan anda. Jika disana banyak terdapat orang yang belum di ketahui oleh perawat, cari tahu siapa dia.

2.      Kaji status resipien (orang yang anda tuju kabar buruk )Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda perlu mengkaji tentang pemahaman resipien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat bisa menjadi mengutarakan pertanyaan seperti ” apa yang anda pahami tentang apa yang lebih terjadi ” atau dengan menanyakan “ sesuatu test itu di lakukan ”

Page 3: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Berbagi beritaAda kiasan bahwa kabar adalah seperti bom, yang radiasinya dapat mengenai

berbagai semuanya.1.      Bicara pelan, gunakan kalimat yang jelas dan menggunakan kalimat yang ambigu, atau

mempunyai arti ganda.2.      Berikan peringatan awal. Anda bisa mengatakan, “saya takut saya mempunyai kabar yang

kurang bagus bagi anda….3.      Sampaikan berita yang akan disampaikan. Kalimat hendaknya singkat dan hanya beberapa

kalimat singkat dan hanya beberapa kaliamat pendek saja. “hasil biopsy sepertinya tidak seperti yang kita harapkan, hal tersebut kanker “Akibat dari berita

1.      Tunggu reaksi dengan tenang. Siapkan diri anda dengan hal – hal yang tidak anda perkirakan. Resipien mungkin menerima dengan berbagai jalan yang tidak di perkirakan. Reaksi yang mungkin : menangis, menjerit, terdiam, tertawa atau segera menanyakan pertanyaan – pertanyaan beruntun. Terkadang mereka menampakan diri seolah tidak mendengar apa yang di sampaikan perawat. Apapun respon resipien, biarkan itu terjadi. Tunjukkan bahwa diri anda hadir dan sambung dengan situasi yang ada. Jangan coba untuk mengkompensasikan untuk ketidaknyamanan perawat sendiri dengan berbicara untuk mengisi situasi ketidaknyamanan anda.

2.      Lihat dan dengarkan tanda – tanda, respon perawat yang di inginkan oleh resipien. Tanda tersebut bisa berupa pertanyaan atau tanda agar perawat menunjukkan respon empati. Respon hendaknya yang sederhana dan akui adanya respon shock dari resipien. Kajilah respon resipien dan perawat juga bisa menyampaikan : “saya paham, hal ini sangat sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini.

3.      Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya. Beberapa resipien dapat menerima informasi baru dari pada yang lainnya, validasi reaksi resipien. Kabar buruk terkadung berarti bahwa dunia baru saja terbalik. Kehilangan mendadak dari sebuah control adalah bagian awal shock. Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai control dengan menanyakan “ apakah anda menbutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara kemudian “ siapakah yang akan menemani atau datang bersama anda ?” kebutuhan untuk membangkitkan kemampuan resipien dalam menguasai control sangat di perlukan dan resipien terkadang membutuhkan bantuan walaupun hal tersebut kebutuhan yang mendasar. Anda dapat menanyakan bagaimanakah anda dapat membantu resipien : “apakah ada seseorang yang dapat kita panggil untuk anda ?”Transisi untuk follow up

1.      Jadwalkan pertemuan untuk memfollow up. Buatlah rencana yang konkret untuk follow up secepat mungkin. Pertemuan tidak lanjut ini adalah waktu yang bagus untuk menambahkan beberapa informasi yang lebih detail dan menanyakan beberapa pertanyaan.

2.      Jelaskan posisi anda dalam proses. Jika seandainya anda adalah perawat yang akan merawat pasien maka jelaskan bahwa anda akan berada disana dan akan merawat pasien, sedang jika anda harus merefer pasien ke bagian lain, maka jelaskan siapakah yang akan mendampingi pasien selanjutnya.

3.      Seperti halnya perawat memulai, maka andapun juga akan mengakhiri. Akhiri perjumpaan anda dengan hubungan yang empati dan tunjukan bahwa anda perhatian.Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat. Sering kali perawat pun merasa berat hati dan merasa stress ketika menyampaikan kabar buruk. Oleh karena itu berbagai pengalaman dan perasaan kepada teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi perawat sendiri. Berikan waktu bagi diri anda sendiri, berikan waktu untuk menenangkan diri anda sendiri dengan bermeditasi atau berdoa.

C.    KOMUNIKASI PADA KLIEN YANG MENJALANI OPERASI

Page 4: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Operasi atau pembedahan merupakan salah satu prosedur khusus medik yang dapat atau harus dilakukan sebagai terapi terhadap penyakit atau cidera. Operasi berdasarkan besar kecilnya, dapat di bedakan menjadi operasi mayor dan minor. Sedangkan tingkat kedaruratannya dapat di bedakan menjadi operasi terencana(elektif),operasi urgen, dan operas emergensi (cito). Berdasarkan manfaatnya dapat di bedakan menjadi : diagnosis, misalnya biopsy, laporoskopi,bronkoskopi,ablatif (mengangkat sebagian tubuh), misalnya, apendektomi, tiroidektomi, amputasi, reseksi kolon, rekontruktif, misalnya bedah plastic, fiksasi interna pada fraktur, paliatif, contohnya kolostomi, transplantasi contohnya transplantasi ginjal, hati. Kornea, sendi, konstruktif sontonya operasi celah bibir.

Terakhir berdasarkan setting operasi, situasi operasi dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : Pra operasi, operasi, dan pasca operasi. Ketiga bagian ini memiliki karakteristik dan tujuan perawatan klien yang berbeda sehingga kegiatan yang dilakukan oleh klien dan atau komunikasi yang diperluka pada fase ini berbeda satu sama lain. Situasi pra operasi merupakan situasi yang terjadi pada masa sebelum operasi. Selama kurun waktu ini klien dipersiapkan untuk menjalanioperasi yang akan dilaksanakan. Masa ini merupakan masa penting untuk menyiapkan kondisi klien dan menurunkan resiko operasi Masa operasi (inytra operasi) dimulai saat klien masuk dalam ruiang operasi sampai klien dipindah ke ruang pemulihan. Pada situasi ini perawat tidak berperan dominan,tetapi bertanggung jawab memenuhi kebutuhan klien.masa pascaoperasi adalah situasi setelah klien kembali dari ruang operasi kemudian di tempatkan dirung pemulihan /atau di kembalikan ke ruang perawat. Pada tahap ini perawat berperan membantu klien memenuhi kebutuhan harian sekaligus melanjutkan perawatan operasi(bila ada).

Situasi operasi merupakan situasi yang di warnawi suasana stress,baik bagui klien maupun keluarganya, sehingga perawat dan tenaga kesehatan lain perlu member perhatian pada upaya mengurangi kecemasan sekaligus menurunkan resiko operasi yang dapat timbul karena klien tidak kooperatif.

Operasi ,sebagai salah satu bentuk tindakan infasif hanya dapat di lakukan oleh tenaga propesional dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan klien dan keluarganya. Oleh karena itu, komunikasi selama masa operasi (perioperatif) sangat di perlukan. Komunikasi yang kurang antara petugas kesehatan dan klien dapat mengakibatkan kesalah pahaman, pemahaman yang rendah tentang operasi, peningkatan kecemasan dan ketakutan,dan partisipasi klien dan keluarga yang rendah pada  situasi operasi.

Peran Perawat  Selama OperasiMasa praoperasi selama masa operasi, perawat berperan dalam mencapai tujuan

keperawatan ,yaitu:a.       Klien secara fisik siap di operasib.      Klien secara psikologis siap menjalani operasic.       Klien dapat mendemonstrasikan cara mengambil posisi miring , batuk,nafas dalam , dan

menjaga luka operasid.      Klien mengatakan bahwa ia memahami tehnik mengontrol nyeri pasca operasie.       Klien menjelaskan hal-hal yamg akan terjadi selama masa intra dan pasca operasif.       Klien akan mempertahankan pemunahan nutrisi dan cairan

Berikut adalah tugas perawat untuk memenuhi berbagai kebutuhan diatas pada masa praoperasi

a.       Menegakkan data dasar dan membuat rencana keperawatanb.      Mengidentifikai kebutuhan klien dan keluarga tentang pengajaranc.       Mengidentifikasi factor resiko pada aspek fisik dan psikososiald.      Mengambil tindakan untuk memaksimalkan keamanan dan kenyamanan fisik dan

emosional.Masa Operasi

Page 5: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Walaupun pada masa operatif peran perwat tidak dominan, tetapi perawat berperan :a.       Memantau respon psikologis pasienb.      Mengatur posisi klien untuk mencegah cidera atu pertumbuhan pada kulit, pernafasan dan

fungsi neuru muskulerc.       Mempertahankan teknik aseptikd.      Perawat dalam masa ini berperan sebagai perawat sirkuler, yang membantu klien mengatur

posisi tubuh, mempersiapkan alat pantau, dan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama masa operasi.

e.       Pada akhir operasi perawat bertugas menghitung jumlah instrument, benang, dan kassa yang digunakan selama operasi untuk mencegah benda tertinggal dalam tubuh

Masa PascaoperasiPeran perawat dalam masa ini adalah mencegah komplikasi operasi dan anestasi (Dran & christoph, 1997). Pengkajian dilakukan secara continue dan berkesinambungan. Pemantauan dilakukan terhadap fungsi pernafasan, kardiovaskular, persyarafan, status luka dan cairan tubuh. Pemantauan dilakukan hingga kondisi klien stabil dan selanjutnya dapat dilakukan perawatan harian dan perawatan pascaoperasi (bila ada)

Komunikasi Pada Masa OperasiMasa PraoperasiSelama masa praoperasi perawat dapat melakukan komunikasi melalui pendekatan

berikuta.       Mempertahankan hubungan terapeutik untuk memungkinkan klien untuk mengungkapkan

(verbalisasi), rasa takut, rasa cemas dan kuatir klien tentang rencana operasib.      Menggunakan sentuhan seperlunya untuk menunjukan empati dan kepedulianc.       Menggunakan kemampuan mendengar aktif untuk mengidentifikasi dan memvalidasi

respon verbal dan non verbal yang mengindikasikan ketakutan dan kecemasand.      Mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan yang umum diajukan klien, seperti

“Apakah nanti saya dalam keadaan sadar?”, “Berapa lama operasi akan berlangsung?”, “Dimana keluarga saya berada saat itu?”, “Apakah setelah operasi saya akn merasa nyeri?”, “Perlukah saya mendapat tranfusi darah?”, “Berapa luas luka operasi nantinya?”, “Apakah saya boleh bekerja dan sebagainya ?”.

Hal yang perlu di perhatikan dalam member dukungan adalah menghindari kegunaan ungkapan yang member keterangan palsu seperti:tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, dan sejenisnya karena hal ini merupakan bentuk pengikaran terhadap kebutuhan emosional, memutus komunikasi terapeutik, dan mungkin saja ungkapan tersebut tidak benar.

Bentuk komunikasi yang juga penting adalah penyuluhan karena klien dan keluarganya perlu mengatahui situasi opersi nantinya, hal yang di rasakan klien, tehnik mengurangi nyeri, dan tindakan fisik yang di perluka untuk menjegah komplikasi dan mempercepat persembuhan.

Bentuk penyuluhan yang perlu di komunikasikan pada klien yang mendapat klien tentang praoperasi antara lain

a.       Aktivitas fisik·         Nafas dalam·         Batuk·         Alih baring·         Latihan ekstremitasb.      Managemen nyeri·         Penggunaan obat – obatan·         Pengaturan waktu penggunaan obat·         Pengaturan posisic.       Persiapan fisik

Page 6: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

·         Puasa·         Penggunaan obat tidur·         Pengisian check list·         Pra operasid.      Kunjungan anetesiologe.       Pengunjung dan ruang tunggu·         Gambaran tentrang posisi keluarga dan tindakan yang dapat mereka lakukan

Masa OperasiPada masa operasi perawat berkomunikasi dengan klien sebagai upaya melakukan

pengecekan terhadap[ persiapan klien baik secara personal, juga terhadap alat dan obat yang diperlukan (bila ada pada klien). Komunikasi juga dilakukan dengan member dukungan pada klien dan mengurangi kecemasan yang mungkin timbul selama masa operasi.

Pada masa ini komunikasi mungkin kurang intens, terutama bila klien mendapat anestesi umum yang menurunkan kemampuan motorik dan sensorik klien.

Masa PascaoperasiKomunikasi pada masa ini dapat dilkukan segera setelah klien berada diruang pulih –

sadar. Komunikasi verbal mulai dilkukan oleh perawat waalupun klien belum sadar sepenuhnya. Teknik komunikasi non verbal, seperti menggunakan sentuhan, penting artinya untuk meningkatkan kepercayaan diri klien. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa pemberian umpan balik positif dan pengajaran :

a.       Keluhan dan respon fisiologi tubuhb.      Luka operasi dan penggantian balutanc.       Sensasid.      Penggunaan obat – obatane.       Latihan gerak dan aktivitas fisik lainf.       Staf ruang pemulihang.      Pemantauan oleh perawath.      Penggunaan cairan intra vena dll.DAFTAR PUSTAKA

Nurjannah, Intansari, S. Kep. 2005. Komunikasi Keperwatan : Dasar – dasar Komunikasi Bagi Perawat. Yogyakarta : MocomedicaTamsuri, Anas, S.Kep Ns. 2006. Buku Saku Komunikasi Dalam Keperwatan. Jakarta : EGCTim Penyusun Modul. 2012. Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : SSGNs. Abdul Nasir, S. Kep; Ns. Abdul Muhith, S. Kep., M. Kes; Sajidin, S. Kep.,M. Kes; dan Wahid Iqbal Mubarak, S. KM. 2009. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Dari ilustrasi kasus Prita Mulyasari dapat diambil beberapa fakta yang berhubungan dengan hak pasien atas informasi yakni :

1. Pasien ingin  mendapat penjelasan mengenai penyakit dan semua terapi yang didapatkannya.

2. Ada kesalahan dari pihak dokter dan rumah sakit mengenai informasi awal yang diberikan terhadap pasien dan cara dokter/rumah sakit menjelaskannya kurang memuaskan pasien.

3. Keingintahuan pasien pasien yang begitu besar dan meminta kejujuran dokter dan rumah sakit sehingga seolah-olah dokter dan rumah sakit kewalahan menjelaskannya.

4. Pasien meminta catatan medik selama dia dirawat terutama hasil laboratorium yang menyebabkan dia dirawat di rumah sakit tersebut.

Page 7: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Dalam kasus ini Prita meminta kejelasan dari pihak rumah sakit dan dokter tentang beberapa hal :

Hasil laboratorium yang merupakan indikasi dia dirawat inap di rumah sakit. Kejelasan mengenai penyakit yang dideritanya. Informasi tentang obat-obat dan tindakan medis yang diberikan. Tujuan pemberian obat-obatan dan tindakan medis yang diterimanya.

Bila apa yang ditulis oleh PM dianggap benar, maka ada beberapa tindakan dokter dan rumah sakit yang kurang tepat terkait dengan informasi yang seharusnya diperoleh pasien :Merujuk pada Surat Edaran Dirjen Yanmed No. YM. 02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit  pada butir nomor 9 pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :

Penyakit yang diderita Tindakan medis apa yang hendak dilakukan Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk

mengatasinya. Alternatif terapi lainnya. Prognosisnya. Perkiraan biaya pengobatan.

Sebenarnya tidak ada alasan bagi dokter dan pihak rumah sakit untuk tidak memberikan informasi yang diinginkan oleh PM tentang penyakitnya. Namun terkait dengan hasil laboratorium yang diminta PM yakni jumlah trombosit 27.000 yang merupakan indikasi bahwa dia harus dirawat di rumah sakit pihak dokter dan rumah sakit seharusnya bisa memberikan penjelasan yang baik. Terkait dengan keluhan pasien harus segera ditanggapi secara terbuka, jujur, dan empati. Jelaskan kepada pasien apa yang sebenarnya terjadi. Permintaan informasi formal dari pihak yang berkepentingan tentang keluhan pasien harus ditanggapi secara konstruktif berdasarkan Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES,2008)Kalau memang ada kesalahan pembacaan hasil pemeriksaan awal maka dokter dan pihak rumah sakit harus mengakuinya dan menjelaskan dengan baik kepada pasien dan menghentikan terapi akibat diagnosis dari penyakitnya. Namun yang terjadi adalah seolah-olah dokter dan pihak rumah sakit tidak mau mengakui kesalahan pemeriksaan awal dan meneruskan terapi atas dasar pemeriksaan yang salah tersebut  dan tidak menjelaskan dengan gamblang tentang penyakit yang diderita oleh PM. Padahal rumah sakit boleh melakukan pembetulan kesalahan rekam medis sesuai undang-undang (PERMENKES RI No. 629/MENKES/PER/III/2008  tentang Rekam medik pasal 5 dan 6)Terkait dengan pemberian informasi kepada pasien ada beberapa yang harus diperhatikan :

1. Informasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak.2. Informasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh orang

awam.3. Informasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi

pasien.4. Informasi harus diberikan secara lengkap dan jujur, kecuali dokter menilai bahwa

informasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien atau pasien menolak untuk diberikan infomasi (KODEKI, pasal 5)

5. Untuk tindakan bedah (operasi) atau tindakan invasive yang lain, informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi. Apabila dokter yang bersangkutan tidak ada, maka informasi harus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggng jawab.

Page 8: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

Kewajiban dokter terkait dengan informasi adalah memberikan informasi yang adekuat dan besikap jujur kepada pasien  tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya (KODEKI, pasal 7b)Salah satu kewajiban rumah sakit terhadap pasien adalah harus memberikan penjelasan mengenai apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang harus dilakukan (KODERSI, Bab III Pasal 10)Pasien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis  yang akan diterimanya (Undan-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52).  Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya mencakup :

1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan3. Alternatif tindakan lain dan resikonya4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. (Pasal 45 ayat 3)

Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi terlebih dahlu harus memberika penjelasan kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan pasien (PERMENKES No.1419/MENKES/PER/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter Gigi pasal 17)Pasien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.Pemberian obat-obatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien meminta untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan kecuali dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau kehilangan nyawa pasienDalam Pedoman Penegakkan Disiplin Kedokteran tahun 2008 seorang dokter dapat dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabila tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.Berdasarkan PERMENKES RI No. 629/MENKES/PER/III/2008  tentang Rekam medik Pasal 12 dikatakan bahwa berkas rekam medic adalah milik sarana pelanayan kesehatan dan isi rekam medik adalah milik rekam medik .  Bentuk ringkasan rekam medic dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. Namun boleh tidaknya pasien mengetahui isi rekam medic tergantung kesanggupan pasien untuk  mendengar informasi mengenai penyakit yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.Jadi pasien isi rekam medic bukan milik pasien sebagaimana pada PERMENKES sebelumnya (1989)tentang rekam medic. Pasien hanya boleh memilikinya dalam bentuk ringkasan rekam medikMenurut Petunjuk Praktek Kedokteran yang Baik (DEPKES,2008) komunikasi yang baik antara dokter pasien terkait dengan hak untuk mendapatkan informasi meliputi :

1. Mendengarkan keluhan, menggali informasi, dan menghormati pandangan serta kepercayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya.

2. Memberikan informasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi, diagnosis, terapi dan prognosis pasien, serta rencana perawatannya dengan cara yang bijak dan  bahasa yang dimengerti pasien. Termasuk informasi tentang tujuan pengobatan, pilihan obat yang diberikan, cara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan kemungkinan efek samping obat yang mungkin terjadi; dan

Page 9: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

3. Memberikan informasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien.

4. Jika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama dalam perawatan dokter, dokter yang bersangkutan atau penanggunjawab pelayanan kedokteran (jika terjadi di sarana pelayanan kesehatan) harus menjelaskan keadaan yang terjadi akibat jangka pendek atau panjang dan rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan secara jujur dan lengkap serta memberikan empati.

5. Dalam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberika persetujuan dan penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. Untuk itu dokter harus melakukan pemeriksaan secara teliti, serta menyampaikan rencana pemeriksaan lebih lanjut termasuk resiko yang mungkin terjadi secara jujur, transparan dan komunikatif. Dokter harus yankin bahwa pasien mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien dalam memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.

Kasus Prita Mulyasari didasarkan pada tidak terpenuhinya hak pasien atas informasi medis, hal ini terjadi karena ketidakberhasilan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien.Konflik yang timbul dan terjadi sebenarnya dapat dihindari apabila semua pihak yang terkait dalam hal ini dokter, pasien dan rumah sakit berunding secara musyawarah dan mufakat dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban masing-masing.1. Hendaknya dokter dalam menyampaikan informasi kepada pasien harus senantiasa       memenuhi standard professional, standard subjektif dan standard objektif, yaitu :a. Standard professional adalah apa yang ingin disampaikan dokter kepada pasienb. Standard objektif adalah apa yang pasien ingin ketahui tentang panyakitnyac. Standard subjektif adalah apa yang orang banyak ingin ketahui tentang penyakit tersebut.

1. Hendaknya dalam hubungan dokter dengan pasien, seorang dokter dapat mengaplikasikan bentuk komunikasi yang efektif.

2. Hendaknya seorang dokter berpegang teguh dan mematuhi standard profesi dan menghormati hak-hak pasien sebagai mana yang tertuang pada kodeki.

Berikut file-file yang berhubungan dengan hukum kesehatan di Indonesia. Silahkan di-donlot :

1. Hukum Kesehatan 2. Undang-Undang Praktik Kedokteran 3. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Petunjuk Pelaksanaanya. 4. Kode Etik R

BLIK

I NENGAH SUMERTA, SH, MH (BAGIAN HUKUM DAN HUMAS)I. PENDAHULUAN Bahwa sudah tidak bisa dipungkiri lagi di mana kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada perkembangan kebutuhan manusia, yang salah satunya diantaranya di bidang teknologi informasi. Informasi menjadi kebutuhan pokok setiap orang dalam rangka pengembangan pribadi di lingkungan sosialnya. Dengan perubahan/amandemen UUD 1945, sebagaimana diatur dalam Pasal 28 F dan 28 J bahwa hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia. Atas dasar tersebut, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang akan diberlakukan terhitung mulai tanggal 30 April 2010. Dalam Pasal 2 ditentukan bahwa setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik, dan hanya informasi

Page 10: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

publik tertentu/terbatas yang dikecualikan/dirahasiakan yang sifatnya ketat.Itu artinya bahwa informasi publik tersebut menjadi hak setiap warga negara untuk mengetahuinya, kecuali yang harus dirahasiakan.Di bidang pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada 3 (tiga) pelaku utama yang berperan, yang masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Ketiga pelaku utama tersebut adalah Pasien, Dokter dan Rumah Sakit. Pengaturan hak dan kewajiban tersebut, telah ditentukan dalam berbagai peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang Praktek Kedoktetan, Undang-Undang Kesehatan, Undang-Undang Rumah Sakit, Permenkes No. 159 b/1988 tentang Rumah Sakit dan Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. YM.01.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit.Mengacu kepada UU KIP tersebut, maka sudah seharusnya pelaku utama pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yaitu Pasien, Dokter dan Rumah Sakit secara terbuka mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing yang mungkin selama ini belum diketahui secara utuh. Berikut Hak dan Kewajiban tersebut:II. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN   2. 1. HAK PASIEN   1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; 3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; 4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; 5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; 6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; 7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; 8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun luar Rumah Sakit; 9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; 10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatife tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; 11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; 14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; 15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; 16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; 17. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan 18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan el,ektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

Page 11: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

undangan.2.2 KEWAJIBAN PASIEN   1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit; 2. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya; 3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat; 4. Melunasi/memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit/dokter; 5. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.III. HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER 3.1. HAK DOKTER   1. Memperaleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar prafesi dan standar prosedur aperasional. 2. Memberikan pelayanan medis menurut standar prafesi dan standar prasedur aperasianal. 3. Bekerja menurut standar profesi serta berdasarkan hak atanami. 4. Menalak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang¬undangan, prafesi dan etika. 5. Menghentikan jasa prafesianalnya kepada pasien apabila misalnya hubungan dengan pasien sudah berkembang begitu buruk sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali untuk pasien kepada dokter lain. 6. Berhak atas privacy (berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan aleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang melecehkan atau memalukan). 7. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya. 8. Berhak atas informasi atau pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadap pelayanannya. 9. Berhak untuk diperlakan adil dan jujur, baik oleh rumah sakit maupun aleh pasien. 10. Menerima imbalanjasa.3.2. KEWAJIBAN DOKTER   1. Mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara dokter terse but dengan rumah sakit. 2. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prafesi dan standar prosedur aperasianal serta kebutuhan medis pasien. 3. Merujuk pasien ke dokter atau dakter gigi lain, yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengabotan. 4. Memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. 5. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. 6. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bertugas dan mampu melakukannya. 7. Memberikan informasi yang adekwat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. 8. Membuat rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan keadaan pasien. 9. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedakteran atau kedakteran gigi. 10. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya. 11. Bekerjasama dengan profesi dan pihak lain yang terkait secara timbal balik dalam memberikan pelayanan kepada pasien. 12. Mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.

Page 12: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan

1 V. HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT   4.1. HAK RUMAH SAKIT   1. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit; 2. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan; 4. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan; 5. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian; 6. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; 7. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 8. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan. 4.2. KEWAJIBAN RUMAH SAKIT   1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat; 2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit; 3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; 4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya; 5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; 6. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan; 7. Membuat, melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; 8. Menyelenggarakan rekam medis; 9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, ,parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia; 10. Melaksanakan sistem rujukan; 11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan; 12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; 13. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien; 14. Melaksanakan etika Rumah Sakit; 15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; 16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional; 17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya; 18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws); 19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan 20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok. 

Page 13: Tugas Perkuliahan Komunikasi Keperawatan