[Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI
-
Upload
wonoboyoindah -
Category
Documents
-
view
431 -
download
3
Transcript of [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berkomunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua orang, tanpa
terkecuali. Bahkan orang tuli dan orang buta pun melakukan komunikasi, meski dengan
caranya sendiri. Komunikasi dilakukan setiap waktu, dari bangun tidur hingga tidur kembali,
sehingga komunikasi merupakan hal yang dianggap biasa karena orang sudah terbiasa
melakukannya.
Namun, bila ditilik lebih dalam, dalam berkomunikasi memiliki teori dan teknik-teknik
yang tidak setiap orang tahu. Bila dipelajari, teknik-teknik ini dapat membantu para perawat
dalam berkomunikasi, tidak hanya berkomunikasi biasa, namun berkomunikasi terapeutik
dengan pasiennya.
Untuk itulah makalah ini disusun, agar para perawat dapat mempelajari teknik-teknik
berkomunikasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Penyusunan makalah ini didasari atas:
1. Apakah komunikasi itu?
2. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan anak hingga lansia?
3. Teori apa sajakah yang menjelaskan komunikasi?
4. Bagaimana cara berkomunikasi secara terapeutik dengan klien?
C. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan :
1. Menjabarkan mengenai apa itu komunikasi.
2. Menjelaskan macam teknik komunikasi dengan anak hingga orang lansia dan
hambatanya.
3. Menjelaskan berbagai teori mengenai teknik komunikasi
4. Membantu perawat dalam berkomunikasi terapeutik dengan kliennya.
D. MANFAAT
1. Mengerti dan memahami konsep komunikasi
2. Dapat membantu perawat dalam mempelajari teknik-teknik dalam berkomunikasi
3. Perawat memahami berbagai teori dalam berkomunikasi
4. Perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik terhadap klien.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. KOMUNIKASI
A. KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap/gagasan)
dari komunikator/ penyampai berita untuk mengubah serta membentuk perilaku
komunikan/ penerima berita (pola, sikap, pandang dan pemahamannya) ke pola dan
pemahaman yang dikehendaki bersama.
1. Tingkatan Komunikasi
Tingkatan komunikasi dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu :
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi dengan diri sendiri, berusaha mengenal diri sendiri, dan
segala konsep diri yang melingkupinya, menanyakan diri sendiri tentang
segala hal yang diinginkan/ yang ingin diketahui terkait dengan keinginan,
kebutuhan, dll.
Metode : refleksi, renungan, curhat/ diary, kontemplasi.
b. Komunikasi Interpersonal
Berkomunikasi dengan orang lain secara face to face maupun dalam
kelompok.
Metode : komunikasi searah, komunikasi dua arah.
c. Komunikasi Massa :
Menyampaikan informasi kepada beberapa orang disebuah situasi yang
sengaja diciptakan.
2. Tujuan Komunikasi
a. Untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam
mencapai suatu tujuan.
b. Membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.
c. Untuk bermain dan menghibur diri.
d. Untuk mengenali diri sendiri dan juga orang lain.
3. Fungsi Komunikasi
a. Sebagai informasi, sarana pendidikan untuk pendidik.
b. Media untuk mentransfermasikan ilmu dari pendidik ke peserta didik.
2
c. Sarana dalam hubungan social.
d. Melaksanakan kelangsungan hidup.
e. Sarana komunikasi ekspresif dan ritual
4. Elemen Komunikasi
a. Komunikator : orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain.
b. Pesan : berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing/ gerakan.
c. Saluran komunikasi : sarana untuk menangkap lambing yang kemudian
diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang member makna terhadap suatu
stimulus/ rangsangan.
d. Komunikan : pihak yang diajak berkomunikasi.
e. Umpan balik : arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya
komunikasi.
f. Referen (stimulus) : memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang lain.
B. PROSES KOMUNIKASI
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan pada
komunikannya,sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya.
1. Karakteristik Komunikasi
Komunikasi memiliki berbagai karaketeristik, yaitu sebagai berikut:
a. Komunikasi memerlukan sedikitnya dua orang.
b. Hubungan yang terbentuk merupakan hasil dari kegiatan komunikasi.
c. Komunikasi terjadi secara kontinu dan berulang-ulang.
d. Seseorang yang melakukan komunikasi melakukan pertukaran pesan.
e. Komunikasi verbal dan nonverbal berlangsung simulton.
f. Seseorang yang melakukan komunikasi berespon terhadap pesan yang
mereka dapat.
g. Pesan yang diterima oleh komunikan tidak selalu sama dengan arti pesan
yang dimaksud sebelumnya oleh komunikator atau seperti yang diharapkan
komunikator.
h. Pertukaran pesan memerlukan pengetahuan.
i. Pengalaman masa lalu mempengaruhi pengiriman pesan dan interprestasi
pesan oleh penerima pesan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
j. Komunikasi dipengaruhi oleh seseorang menilai dirinya sendiri dan oleh
materi yang dikomunikasikan.
3
2. Jenis Komunikasi
a. Komunikasi formal :
Komunikasi yang dalam pelaksanaannya terjadi antara bawahan dalam
ruang lingkup pekerjaan secara hirarki.
b. Komunikasi informal:
Komunikasi yang dalam pelaksanaannya tidak mengenal hirarki dan
komunikasi informal tidak mengandung saksi.
3. Bentuk Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu:
a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan kata-kata)
Secara formal digunakan untuk menunjukkan maksud dan tujuan tertentu. secara
informal untuk bersosialisasi. komunikasi efektif harus diawali dengan
bahasa verbal yang tepat, seperti memanggil nama.
1) Teknik informing. Bahasa singkat danjelas, mudah dimengerti, pada teknik
ini perawat bersifat aktif dan pasien pasif. Akan tetapi metode ini tidak
efektif.
2) Bertanya langsung: membantu untuk mendapat informasi spesifik. jika
berlebihan dapat menyebabkan lansia defensif. (menggunakan pertanyaan
tertutup ya/tidak). bertanya terbuka-tertutup : meliputi pertanyaan reflektif,
klarifikasi, parafrase, ex : anda sedang sedih, mengapa?
3) Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan non verbal
pada lansia tidak sama, teknik ini dapat dialkukan. tidak dianjurkan pada
klien lansia yang sedang gelisah atau bingung.
4) Social communication. Tujuannya untuk lebih membina hubungan saling
percaya dengan lansia. untuk memperoleh informasi lain diluar info
kesehatan lansia.
b. Komunikasi non verbal(komunikasi deangan menggunakan bahasa tubuh)
Aspeknya:
1) Simbol, contohnya cara berpakaian menentukan identitas pribadi
seseorang.
2) Nada suara (tone voice), bisa menunjukkan emosi seseorang,
mengindikasikan emosi pada lansia. Pada lansia saat kita berkomunikasi
hendaknya menggunakan nada yang rendah.
4
3) Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atau tujuan
komunikasi. Body language pasien harus diperhatikan karena body
language yang tidak sesuai dapat menjadi barier komunikasi. Oleh karena
itu perawat harus menempatkan diri untuk berkomunikasi dengan lansia.
4) Space or distance, and position. public space, area tidk ada hubungan
dengan orang lain (>12 kaki). social space, komunikasi terjadi dalam tahap
interpersonal (4-12 kaki). personal space, seberapa dekat orang dapat
berkomunikasi dengan kita dan kita merasa nyaman (18 inci – 4 kaki).
intimate space, hanya orang tertentu yang boleh masuk.
5) Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud dari
komunikasi. gesture sangat membantu pada orang yang tidak dapat
mendengar.
6) Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan bangsa.
karena ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisa ditunjukkan lewat
ekspresi wajah.
7) Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawan bicara
8) Kecepatan komunikasi, jangn tergesa-gesa ketika berkomunikasi dengan
lansia, karena menyebabkan kebingingan dan frustrasi.
9) Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa. dan
menyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi. komunikasi di malam
hari mengganggu waktu tidur lansia.membutuhkan yang lebih lama dan
sabar untuk komunikasi dengan lansia.
10) Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring. sentuhan
terapeutik dapat menurunkan ansietasn depresi, dapat meningkatkan
keberadaan dan rasa penghargaan bagi lansia.
11) Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansia berduka, cemas,
sakit.
5
2. TEKNIK KOMUNIKASI DI BERBAGAI TINGKAT USIA
A. KOMUNIKASI DENGAN ANAK
1. Teknik dalam Komunikasi dengan Anak
Berikut adalah teknik komunikasi dengan anak, mulai dari bayi hingga usia sekolah.
a. Bayi :
Mengungkapkan kebutuhan denganteriakan dan bersuara yang dapat
diinterpretasikan oleh orangsekitarnya, contoh: menangis.
Untuk itu orang dewasa harus mampu mengartikan dari tangis bayi, apakah bayi
tersebut ingin makan, ataukah ingin buang air besar.
b. Toddler dan Pra sekolah
Berikut adalah teknik yang harus dikuasi untuk berkomunikasi dengan toddler
dan anak pra sekolah:
1) Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.
2) Memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksa yang akan
digunakan.
3) Bicara lambat
4) Hindari sikap mendesak untuk dijawab, contoh: jawab dong!
5) Hindari konfrontasi langsung
6) Salaman pada anak ( kurangi rasa cemas)
7) Bergambar atau bercerita.
c. Usia sekolah
1) Gunakan kata sederhana yg spesifik
2) Jelaskan sesuatu yg membuat ketidakjelasan pada anak
3) Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan
4) Jangan menyakiti atau mengancam
2. Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
a. Tahap Prainteraksi
Mengumpulkan data tentang kliendengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah yang ada.
b. Tahap Perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien,melakukan validasi , mencari kebenaran
data yg ada, menobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
menjelaskan kerahasiaan klien.
6
c. Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu
tentang hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama.
d. Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan
reinforcement positif, tindak lanjut,kontrak, dan mengakhiri wawancara dgn cara yg
baik
3. Faktor-Faktor dalam Komunikasi dengan Anak
a. Pendidkan
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Usia Tukem
e. Status kes anak
f. Sistem sosial
g. Saluran
h. Lingkungan.
B. TEKNIK KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA
Komunikasi verbal dan nonverbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti
pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah,
gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang
dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa ttdak berdaya, tidak aman
dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian
mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka
makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya,
dirnana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapatterungkap dalam bentuk
kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang
dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
imobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.
Berikut adalah teknik berkomunikasi terahadap orang dewasa:
1. Suasana hormat menghormati
7
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan
fikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan menyampingkan
harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat
menjadi komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.
Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
C. KOMUNIKASI PADA LANSIA
Berbeda dengan komunikasi dengan individu lain karena lansia itu pada dasarnya
adalah unik.lansia itu unik pada nilai, kepercayaan, persepsi, budaya dan pemahaman serta
lingkungan sosial yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat menghasilkan komunikasi yang tidak efektif antara
perawat dengan lansia.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia
antara lain:
1. Perubahan fisik
a. penurunan pendengaran
tuli konduksi :karena serumen, dan tulang yang tidak berfungsi
tuli sensori :penurunan saraf pendengaran.
Ini paling banyak terjadi pada lansiakarena adanya normal agging proses. adanya
penurunan sensori atau prebikusis membuat lansia enggan untuk berkomunikasi dengan
orang lain.
Solusinya adalah dengan menggunakan alat bantu dengar, bicara langsung dengan
jelas dan pelan pada telinga yang mengalami gangguan pendengaran, gunanya untuk
merangsang stimulus.
8
penurunan penglihatan
Dapat mengganggu proses komunikasi karena gesture, ekspresi wajah, gerak bibir
(kompensasi lansia dengan gangguan penglihatan)tidak dapat ditangkap secara maksimal.
Solusinya adalah dengan menggunakan gesture dan ekspresi wajah dengan
maksimal. berhadapan langsung ketika berkomunikasi, pencahayaan yang cukup, hindari
cahaya yang bersinar dan terlalu menyilaukan, serta minimalkan komunikasi tertulis.
2. Normal agging process
Adanya penirunan sensori dan penurunan memori adalah hal yang wajar bagi lansia.
penurunan memori biasanya hanya dapat mengingat peristiwa yang lampau. pemrosesan
informasi melambat.
3. Perubahan sosial
Timbul akibat adanya perubahan fisik dan normal agging process. solusinya adalah
dengan diberi pemahaman dan diajak bersosialisasi.
4. Pengalaman dan budaya
Apa yang diyakini orang tua dengan orang yang masih muda misalnya sangat
bertentangan. contoh lansia menganggap bahwa jam 8 malam itu sudah terlalu larut untuk
menerima tamu
Berikut adalah tips-tips dalam berkomunikasi dengan lansia:
1. Menyediakan waktu ekstra
2. Mengurangi kebisingan
3. Duduk berhadapan
4. Menjaga kontak mata
5. Mendengar aktif
6. Berbicara pelan, jelas dan keras
7. Gunakan kata-kata atu kalimat yang sederhana dan pendek
8. Menetapkan satu topik dalam satu waktu
9. Awali percakapan dengan topik sederhana
10. Bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia.
11. Beri kesempatan lansia untuk mengenang masa lalu.
12. Menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.
9
D. MODEL - MODEL KONSEP KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA PADA
KLIEN DEWASA
1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan
pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model
shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan
untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter)
mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Suatu konsep penting dalarn model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat
diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan
bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa
perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan
tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,
dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat
terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan
ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun
pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi
peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam
berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan
profesional.
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat
hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan
klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat
menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan
sukar untuk dirubah dalam wakru yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh
diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesio
10
pribadi.
3. Model lnteraksi King
Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien.
King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional
kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini
meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien secara simultan membuat keputusan tentang
keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.
Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses
dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan
perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik antaraperawar-
klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti
hubungan perawat-klien.
Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik
dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya
feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan
dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah
terhadap pesan yang disampaikan.
4. Model Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3
(tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi,
dar 3) Konteks
Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah
seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant
order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk
mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di
dalarn proses komunikasi tersebut. Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik
utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional
kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan,
tidak statis dan umpan balik. Komunikasi melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap
11
kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang
diberikan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu
seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai
yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar
ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat
menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima
setiap orang berbeda satu dengan yanglain.
Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan
dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model
komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan
relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan
penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep
komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam
dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi
yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi
King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling
memberidan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang
disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
12
3. JOHARI WINDOW, KOMUNIKASI KEPERAWATAN, DAN EKSPLORASI
PERASAAN
A. JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )
1. Definisi
Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window
sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang
digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-
masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.
Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah
yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut.
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti
nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah
hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama
maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi
hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan
interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang
lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga,
kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi
penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang
kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak.
Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll.
Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin
13
kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan
bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya.
Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri
kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng
sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan
“cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan
diri atau belajar dari pengalaman
Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang
diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang
diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan
interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang
diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja.
Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri
tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup
dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat
bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri
sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah
pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat
memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan
diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik ( Feedback ). Tahap
pengungkapan diri, orang memperluas daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk
memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia
akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).
14
Contoh Kasus :
Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat
menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia
kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.
Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan
daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar
(B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang
lain.
Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang
positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan
dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang
dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya
diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.
2. Kesimpulan
Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang
lain akan menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah
sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang
dapat menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin
menjadi siapa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan
peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau
mengembangkan diri.
B. KOMUNIKASI KEPERAWATAN
1. Klarifikasi Nilai
Adalah suatu proses yang digunakan seseorang untuk mengidentifikasi, mengkaji,
dan mengembangkan nilai individual mereka. Prinsip klarifikasi nilai adalah bahwa tidak ada
satupun kelompok nilai yang tepat bagi setiap orang. Klarifikasi nilai meningkatkan
pertumbuhan personal dengan cara membantu kewaspadaan, empati, dan tilik diri.
15
Klarifikasi Nilai
Proses Domain Tindakan
Memilih Kognitif Refleksi dan pertimbangan
alternatif menghasilkan
kebebasan dan memilih
keyakinan
Menghargai Afektif Keyakinan yang dipilih
dihargai
Bertindak Perilaku Keyakinan yang dipilih
digabungkan ke perilaku
yang ditegaskan ke orang
lain dan diulang secara
keseluruhan
Para perawat perlu membantu klien mengklarifikasi nilai-nilai mereka karena nilai
tersebut mempengaruhi dan berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu / dengan isu
akhir kehidupan.
C. EKSPLORASI PERASAAN
Eksplorasi perasaan adalah mengkaji/menggali perasaan-perasaan yang muncul
sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain, dimana eksplorasi perasaan
membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap yang sangat
berpengaruh. Objektif yang komplit dan yang sangat berpengarruh dijabarkan sebagai
seseorang yang tidak responsif, kesalah mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu
dimana mutu hubungan terapeutik perawat sangat terbuka, sadar, dan kontrol diri, akal,
perasaan, dimana dapat membantu pasien.Perawat harus terbuka akan perasaan pasien
dan bagaimana perawat mengerti akan pasien serta bagaimana pendekatan pasien.
Perasaan perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien.
16
4. KomunikasiTerapeutik
A.DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi
in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai
karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan
beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
B.MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat (Indrawati, 2003 : 50).
C.TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diri sendiri (Indrawati, 2003 48).
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.
D.JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan
yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen
(1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal
yang dimanifestasikan secara terapeutik.
17
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap
muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau
simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan
komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon
secara langsung.Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-
kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting
dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang
dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru
paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-
paru anda”.
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu
kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat
akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika
berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah
untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan
kondisi klien.
d. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
18
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan
perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar
untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan
memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat
nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
e. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan
pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f. Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan
keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan
Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi
terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan
menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan
dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di
surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a. Lengkap
b. Ringkas
c. Pertimbangan
d. Konkrit
e. Jelas
f. Sopan
g. Benar
19
Fungsi komunikasi tertulis adalah:
a. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.
c. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
d. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a. Adanya dokumen tertulis
b. Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c. Dapat meyampaikan ide yang rumit
d. Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e. menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f. Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g. Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
h. Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
Kerugian Komunikasi tertulis adalah:
a. Memakan waktu lama untuk membuatnya
b. Memakan biaya yang mahal
c. Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
d. Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
e. Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
f. Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g. Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.
20
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa
isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai
kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga
memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang
berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
b. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara
individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.
c. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua
orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang
mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus
dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
d. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita
hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai
merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan
kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan
secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang
mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
e. Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai
benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk
menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi,
komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu
memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan
pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka
makin tinggi status sosial orang itu.
21
f. Logo dan Warna
Kreasi dan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya
komunikasi bisnis, namun model kerajinan dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan.
Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da
suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil
dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
g. Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan
bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis,
kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau
warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa
sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang
disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
E.KARAKTERISTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu
sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada
pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
F.FASE – FASE DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi
bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima
22
kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification
of roles dan contract formation.
2. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang
masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan
pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun
suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
3. Penyelesaian (Termination)
Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan
telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan
memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
(Arwani, 2003 61).
G. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1995, tehnik komunikasi terdiri dari:
1. Mendengar aktif; Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi
terhadap pesan orang lain yang menggunakan semua indra, Liendberg et al, cit
Nurjanah (2001)
2. Mendengar pasif; Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan
non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan
juga keikutsertaan secara verbal
3. Penerimaan: Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima
informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.
Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
4. Klarifikasi; Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa
yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan
apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat
mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
5. Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi
area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart &
Sundeen, cit Nurjanah (2001).
6. Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah
laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen,
23
cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak
menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan
memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah,
(2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan
klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada
saat memberikan informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk
menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami
kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam
dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan
kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir,
meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
9. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain,
Nurjanah, 2001.
10. Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan
pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama
denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.
11. Giving recognition (memberiakn pengakuan/penghargaan); Memberi
penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan
kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.
12. Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda
tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit.
Nurjanah, 2001
13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien untuk
meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001
14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong klien untuk
menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien
menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk
apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart %
Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.
24
15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan
klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian
lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan
memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat
memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien.
16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi);
Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau
diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001
17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan); Menanyakan kepada klien
mengenai persamaan atau perbedaan
18. Restating (mengulang) Restating; adalah pengulangan pikiran utama yang
diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen, Cit Nurjanah, 2001.
19. Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat
tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk
tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah
20. Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam
21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Menyediakan informasi
dengan perilaku yang tidak menilai
22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Menyelipkan persepsi perawat
mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhati-hati dan hanya pada
saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada saat
perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.
23. Seeking consensual validation; Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik
oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka
pikirkan.
24. Verbalizing the implied: Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan atau
anjuran.
25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Perawat membantu klien
mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya
26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan);
Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan kejadian atau
pernyataan .
27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Penekanan kegiatan kerja
dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan
bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui kolaborasi.
25
28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya rencana
tindakan): Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative
dari tindakan untuk masa yang akan datang.
29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk); Statemen yang menunjukkan
peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan menolong klien untuk
mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.
30. Open-ended comments (komentar terbuka-tertutup): Komentar secara umum
untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya dilakukan. Hal ini akan
mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yang paling relevan dan
mendukung klien untuk meneruskan interaksi.
31. Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara perawat dank
lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat
dengan klien.
32. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit akibat
stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .
H. FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI
Teknik-teknik yang Menghambat Komunikasi Efektif
a. Penggunaan Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup akan membatasi jawaban klien yang hanya akan seputar
‘ya’ atau ‘tidak’ saja.Pertanyaan tertutup tidak mampu mengembangkan klien.Jawaban
klien hanya akan di alam lingkup sempit saja,sehingga masalah klien tidak dapat
teratasi dengan sempurna.
b. Tidak Fokus
Pembicaraan yang tidak fokus dan meluas tidak akan mampu menyelesaikan
masalah dengan tepat karena terlalu luasnya pembicaraan.Masalah klien justeru
menjadi tidak jelas.
c. Sikap yang kurang tepat
d. Kecakapan yang kurang dalam komunikasi
e. Kurangnya pengetahuan
f. Kurang mengetahui system sosial
g. Prasangka yang tidak beralasan
h. Jarak fisik
i. Tidak ada persamaan persepsi
j. Indera yang rusak
26
k. Berbicara yang berlebihan
l. Mendominir pembicaraan
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):
1. Perkembangan.
2. Persepsi.
3. Nilai.
4. Latar belakang sosial budaya.
5. Emosi.
6. Jenis kelamin.
7. Pengetahuan.
8. Peran dan hubungan.
9. Lingkungan.
10. Jarak.
11. Citradiri.
12. Kondisi fisik
Untuk mengatasihambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-
klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan
komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan
tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap
hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
27
5. INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSI INFORMASI
A. INTERAKSI SOSIAL
Usaha pertama dalam komunikasi dengan klien adalah melakukan interaksi sosial.
Perawat seringakali menggunakan interaksi sosial superficial pada pembicaraan dengan
klien untuk memberikan dasar bagi hubungan yang lebih dekat.
B. INTERAKSI INFORMASI
Dalam melakukan interaksi dan membina hubungan antara pasien dengan klien, maka
perawat harus dapat memperoleh informasi ataupun bertukar informasi dengan klien.
C. PENGEMBANGAN KONSEP HELPING RELATIONSHIP
Pesan perawat merupakan bentuk bantuan bagi klien yang mengalami masalah
kesehatan. Ketika seseorang masuk ke setting pelayanan kesehatan, ia memerlukan
bantuan dari brangluin. Ada suatu motif yang mendasari hubungan yang terbentuk antara
klien dan petugas kesehatan, termasuk perawat, yaitu hubungan saling membantu dengan
tujuan mengatasi masalah kesehatan. Situasi ini dikenal sebagai hubungan yang berfokus
membantu (helping Relationship).
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi
in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
B. KRITIK DAN SARAN
Diharapakan bagi semua perawat dapat mengimplementasikan dari konsep
komunikasi kepada klien atau pasien.
29
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafid. 2006.Pengantar Ilmu Komunikasi.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. 2000. Komunikasi Interpersonal Dalam
Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko.EGC: Jakarta.
Helmi, A. F. Dan Ramdhani, N. 1992. Konsep Diri dan Kemampuan Bergaul.
Jalaluddin Rakhmat.2004.Psikologi Komunikasi.Cetakan 2004
Keliat, B.A. 2002.Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. EGC:Jakarta.
Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah Dalam Modul
Pelatihan AMT. Jurusan Psikologi Sosial UGM, dalam rangka Lustrum V Fak.Psikologi
UGM, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S .1997.Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta
Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Purwanto, H. 1998. Komunikasi untuk Perawat. EGC: Jakarta.
Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir
Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta: EGC
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta: EGC.
30