[Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

44
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkomunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua orang, tanpa terkecuali. Bahkan orang tuli dan orang buta pun melakukan komunikasi, meski dengan caranya sendiri. Komunikasi dilakukan setiap waktu, dari bangun tidur hingga tidur kembali, sehingga komunikasi merupakan hal yang dianggap biasa karena orang sudah terbiasa melakukannya. Namun, bila ditilik lebih dalam, dalam berkomunikasi memiliki teori dan teknik-teknik yang tidak setiap orang tahu. Bila dipelajari, teknik-teknik ini dapat membantu para perawat dalam berkomunikasi, tidak hanya berkomunikasi biasa, namun berkomunikasi terapeutik dengan pasiennya. Untuk itulah makalah ini disusun, agar para perawat dapat mempelajari teknik-teknik berkomunikasi. B. RUMUSAN MASALAH Penyusunan makalah ini didasari atas: 1. Apakah komunikasi itu? 2. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan anak hingga lansia? 3. Teori apa sajakah yang menjelaskan komunikasi? 4. Bagaimana cara berkomunikasi secara terapeutik dengan klien? C. TUJUAN Pembuatan makalah ini bertujuan : 1. Menjabarkan mengenai apa itu komunikasi. 2.Menjelaskan macam teknik komunikasi dengan anak hingga orang lansia dan hambatanya. 3. Menjelaskan berbagai teori mengenai teknik komunikasi 1

Transcript of [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Page 1: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berkomunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua orang, tanpa

terkecuali. Bahkan orang tuli dan orang buta pun melakukan komunikasi, meski dengan

caranya sendiri. Komunikasi dilakukan setiap waktu, dari bangun tidur hingga tidur kembali,

sehingga komunikasi merupakan hal yang dianggap biasa karena orang sudah terbiasa

melakukannya.

Namun, bila ditilik lebih dalam, dalam berkomunikasi memiliki teori dan teknik-teknik

yang tidak setiap orang tahu. Bila dipelajari, teknik-teknik ini dapat membantu para perawat

dalam berkomunikasi, tidak hanya berkomunikasi biasa, namun berkomunikasi terapeutik

dengan pasiennya.

Untuk itulah makalah ini disusun, agar para perawat dapat mempelajari teknik-teknik

berkomunikasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Penyusunan makalah ini didasari atas:

1. Apakah komunikasi itu?

2. Bagaimana teknik berkomunikasi dengan anak hingga lansia?

3. Teori apa sajakah yang menjelaskan komunikasi?

4. Bagaimana cara berkomunikasi secara terapeutik dengan klien?

C. TUJUAN

Pembuatan makalah ini bertujuan :

1. Menjabarkan mengenai apa itu komunikasi.

2. Menjelaskan macam teknik komunikasi dengan anak hingga orang lansia dan

hambatanya.

3. Menjelaskan berbagai teori mengenai teknik komunikasi

4. Membantu perawat dalam berkomunikasi terapeutik dengan kliennya.

D. MANFAAT

1. Mengerti dan memahami konsep komunikasi

2. Dapat membantu perawat dalam mempelajari teknik-teknik dalam berkomunikasi

3. Perawat memahami berbagai teori dalam berkomunikasi

4. Perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik terhadap klien.

1

Page 2: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

BAB II

PEMBAHASAN

1. KOMUNIKASI

A. KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan seni penyampaian informasi (pesan, ide, sikap/gagasan)

dari komunikator/ penyampai berita untuk mengubah serta membentuk perilaku

komunikan/ penerima berita (pola, sikap, pandang dan pemahamannya) ke pola dan

pemahaman yang dikehendaki bersama.

1. Tingkatan Komunikasi

Tingkatan komunikasi dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu :

a. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi dengan diri sendiri, berusaha mengenal diri sendiri, dan

segala konsep diri yang melingkupinya, menanyakan diri sendiri tentang

segala hal yang diinginkan/ yang ingin diketahui terkait dengan keinginan,

kebutuhan, dll.

Metode : refleksi, renungan, curhat/ diary, kontemplasi.

b. Komunikasi Interpersonal

Berkomunikasi dengan orang lain secara face to face maupun dalam

kelompok.

Metode : komunikasi searah, komunikasi dua arah.

c. Komunikasi Massa :

Menyampaikan informasi kepada beberapa orang disebuah situasi yang

sengaja diciptakan.

2. Tujuan Komunikasi

a. Untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu dalam

mencapai suatu tujuan.

b. Membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.

c. Untuk bermain dan menghibur diri.

d. Untuk mengenali diri sendiri dan juga orang lain.

3. Fungsi Komunikasi

a. Sebagai informasi, sarana pendidikan untuk pendidik.

b. Media untuk mentransfermasikan ilmu dari pendidik ke peserta didik.

2

Page 3: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

c. Sarana dalam hubungan social.

d. Melaksanakan kelangsungan hidup.

e. Sarana komunikasi ekspresif dan ritual

4. Elemen Komunikasi

a. Komunikator : orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain.

b. Pesan : berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing/ gerakan.

c. Saluran komunikasi : sarana untuk menangkap lambing yang kemudian

diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang member makna terhadap suatu

stimulus/ rangsangan.

d. Komunikan : pihak yang diajak berkomunikasi.

e. Umpan balik : arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya

komunikasi.

f. Referen (stimulus) : memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan

orang lain.

B. PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan pada

komunikannya,sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan

dengan komunikatornya.

1. Karakteristik Komunikasi

Komunikasi memiliki berbagai karaketeristik, yaitu sebagai berikut:

a. Komunikasi memerlukan sedikitnya dua orang.

b. Hubungan yang terbentuk merupakan hasil dari kegiatan komunikasi.

c. Komunikasi terjadi secara kontinu dan berulang-ulang.

d. Seseorang yang melakukan komunikasi melakukan pertukaran pesan.

e. Komunikasi verbal dan nonverbal berlangsung simulton.

f. Seseorang yang melakukan komunikasi berespon terhadap pesan yang

mereka dapat.

g. Pesan yang diterima oleh komunikan tidak selalu sama dengan arti pesan

yang dimaksud sebelumnya oleh komunikator atau seperti yang diharapkan

komunikator.

h. Pertukaran pesan memerlukan pengetahuan.

i. Pengalaman masa lalu mempengaruhi pengiriman pesan dan interprestasi

pesan oleh penerima pesan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

j. Komunikasi dipengaruhi oleh seseorang menilai dirinya sendiri dan oleh

materi yang dikomunikasikan.

3

Page 4: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

2. Jenis Komunikasi

a. Komunikasi formal :

Komunikasi yang dalam pelaksanaannya terjadi antara bawahan dalam

ruang lingkup pekerjaan secara hirarki.

b. Komunikasi informal:

Komunikasi yang dalam pelaksanaannya tidak mengenal hirarki dan

komunikasi informal tidak mengandung saksi.

3. Bentuk Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi dapat digolongkan dalam 2 jenis yaitu:

a. Komunikasi verbal (komunikasi dengan kata-kata)

Secara formal digunakan untuk menunjukkan maksud dan tujuan tertentu. secara

informal untuk bersosialisasi. komunikasi efektif harus diawali dengan

bahasa verbal yang tepat, seperti memanggil nama.

1) Teknik informing. Bahasa singkat danjelas, mudah dimengerti, pada teknik

ini perawat bersifat aktif dan pasien pasif. Akan tetapi metode ini tidak

efektif.

2) Bertanya langsung: membantu untuk mendapat informasi spesifik. jika

berlebihan dapat menyebabkan lansia defensif. (menggunakan pertanyaan

tertutup ya/tidak). bertanya terbuka-tertutup : meliputi pertanyaan reflektif,

klarifikasi, parafrase, ex : anda sedang sedih, mengapa?

3) Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan non verbal

pada lansia tidak sama, teknik ini dapat dialkukan. tidak dianjurkan pada

klien lansia yang sedang gelisah atau bingung.

4) Social communication. Tujuannya untuk lebih membina hubungan saling

percaya dengan lansia. untuk memperoleh informasi lain diluar info

kesehatan lansia.

b. Komunikasi non verbal(komunikasi deangan menggunakan bahasa tubuh)

Aspeknya:

1) Simbol, contohnya cara berpakaian menentukan identitas pribadi

seseorang.

2) Nada suara (tone voice), bisa menunjukkan emosi seseorang,

mengindikasikan emosi pada lansia. Pada lansia saat kita berkomunikasi

hendaknya menggunakan nada yang rendah.

4

Page 5: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

3) Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atau tujuan

komunikasi. Body language pasien harus diperhatikan karena body

language yang tidak sesuai dapat menjadi barier komunikasi. Oleh karena

itu perawat harus menempatkan diri untuk berkomunikasi dengan lansia.

4) Space or distance, and position. public space, area tidk ada hubungan

dengan orang lain (>12 kaki). social space, komunikasi terjadi dalam tahap

interpersonal (4-12 kaki). personal space, seberapa dekat orang dapat

berkomunikasi dengan kita dan kita merasa nyaman (18 inci – 4 kaki).

intimate space, hanya orang tertentu yang boleh masuk.

5) Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud dari

komunikasi. gesture sangat membantu pada orang yang tidak dapat

mendengar.

6) Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan bangsa.

karena ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisa ditunjukkan lewat

ekspresi wajah.

7) Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawan bicara

8) Kecepatan komunikasi, jangn tergesa-gesa ketika berkomunikasi dengan

lansia, karena menyebabkan kebingingan dan frustrasi.

9) Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa. dan

menyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi. komunikasi di malam

hari mengganggu waktu tidur lansia.membutuhkan yang lebih lama dan

sabar untuk komunikasi dengan lansia.

10) Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring. sentuhan

terapeutik dapat menurunkan ansietasn depresi, dapat meningkatkan

keberadaan dan rasa penghargaan bagi lansia.

11) Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansia berduka, cemas,

sakit.

5

Page 6: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

2. TEKNIK KOMUNIKASI DI BERBAGAI TINGKAT USIA

A. KOMUNIKASI DENGAN ANAK

1. Teknik dalam Komunikasi dengan Anak

Berikut adalah teknik komunikasi dengan anak, mulai dari bayi hingga usia sekolah.

a. Bayi :

Mengungkapkan kebutuhan denganteriakan dan bersuara yang dapat

diinterpretasikan oleh orangsekitarnya, contoh: menangis.

Untuk itu orang dewasa harus mampu mengartikan dari tangis bayi, apakah bayi

tersebut ingin makan, ataukah ingin buang air besar.

b. Toddler dan Pra sekolah

Berikut adalah teknik yang harus dikuasi untuk berkomunikasi dengan toddler

dan anak pra sekolah:

1) Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.

2) Memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksa yang akan

digunakan.

3) Bicara lambat

4) Hindari sikap mendesak untuk dijawab, contoh: jawab dong!

5) Hindari konfrontasi langsung

6) Salaman pada anak ( kurangi rasa cemas)

7) Bergambar atau bercerita.

c. Usia sekolah

1) Gunakan kata sederhana yg spesifik

2) Jelaskan sesuatu yg membuat ketidakjelasan pada anak

3) Jelaskan arti fungsi dan prosedur tindakan

4) Jangan menyakiti atau mengancam

2. Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak

a. Tahap Prainteraksi

Mengumpulkan data tentang kliendengan mempelajari status atau bertanya

kepada orang tua tentang masalah yang ada.

b. Tahap Perkenalan

Memberi salam dan senyum pada klien,melakukan validasi , mencari kebenaran

data yg ada, menobservasi, memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan

menjelaskan kerahasiaan klien.

6

Page 7: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

c. Tahap Kerja

Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu

tentang hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama.

d. Tahap Terminasi

Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan

reinforcement positif, tindak lanjut,kontrak, dan mengakhiri wawancara dgn cara yg

baik

3. Faktor-Faktor dalam Komunikasi dengan Anak

a. Pendidkan

b. Pengetahuan

c. Sikap

d. Usia Tukem

e. Status kes anak

f. Sistem sosial

g. Saluran

h. Lingkungan.

B. TEKNIK KOMUNIKASI PADA ORANG DEWASA

Komunikasi verbal dan nonverbal adalah saling mendukung satu sama lain. seperti

pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa. Ekspresi wajah,

gerakan tubuh dan nada suara. memberi tanda tentang status emosional dari orang

dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala pada hal-hal ini.

Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa ttdak berdaya, tidak aman

dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian

mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka

makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pegalaman yang mengancam dirinya,

dirnana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapatterungkap dalam bentuk

kemarahan dan agresi.

Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang

dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari

imobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.

Berikut adalah teknik berkomunikasi terahadap orang dewasa:

1. Suasana hormat menghormati

7

Page 8: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat

pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan

fikirannya.

2. Suasana saling menghargai

Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan menyampingkan

harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan diri mereka akan dapat

menjadi komunikasi.

3. Suasana saling percaya

Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat

membawa hasil yang diharapkan.

4. Suasana saling terbuka

Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain.

Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

C. KOMUNIKASI PADA LANSIA

Berbeda dengan komunikasi dengan individu lain karena lansia itu pada dasarnya

adalah unik.lansia itu unik pada nilai, kepercayaan, persepsi, budaya dan pemahaman serta

lingkungan sosial yang berbeda.

Perbedaan tersebut dapat menghasilkan komunikasi yang tidak efektif antara

perawat dengan lansia.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia

antara lain:

1. Perubahan fisik

a. penurunan pendengaran

tuli konduksi :karena serumen, dan tulang yang tidak berfungsi

tuli sensori :penurunan saraf pendengaran.

Ini paling banyak terjadi pada lansiakarena adanya normal agging proses. adanya

penurunan sensori atau prebikusis membuat lansia enggan untuk berkomunikasi dengan

orang lain.

Solusinya adalah dengan menggunakan alat bantu dengar, bicara langsung dengan

jelas dan pelan pada telinga yang  mengalami gangguan pendengaran, gunanya untuk

merangsang stimulus.

8

Page 9: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

penurunan penglihatan

Dapat mengganggu proses komunikasi karena gesture, ekspresi wajah, gerak bibir

(kompensasi lansia dengan gangguan penglihatan)tidak dapat ditangkap secara maksimal.

Solusinya adalah dengan menggunakan gesture dan ekspresi wajah dengan

maksimal. berhadapan langsung ketika berkomunikasi, pencahayaan yang cukup, hindari

cahaya yang bersinar dan terlalu menyilaukan, serta minimalkan komunikasi tertulis.

2. Normal agging process

Adanya penirunan sensori dan penurunan memori adalah hal yang wajar bagi lansia.

penurunan memori biasanya hanya dapat mengingat peristiwa yang lampau. pemrosesan

informasi melambat.

3. Perubahan sosial

Timbul akibat adanya perubahan fisik dan normal agging process. solusinya adalah

dengan diberi pemahaman dan diajak bersosialisasi.

4. Pengalaman dan budaya

Apa yang diyakini orang tua dengan orang yang masih muda misalnya sangat

bertentangan. contoh lansia menganggap bahwa jam 8 malam itu sudah terlalu larut untuk

menerima tamu

Berikut adalah tips-tips dalam berkomunikasi dengan lansia:

1. Menyediakan waktu ekstra

2. Mengurangi kebisingan

3. Duduk berhadapan

4. Menjaga kontak mata

5. Mendengar aktif

6. Berbicara pelan, jelas dan keras

7. Gunakan kata-kata atu kalimat yang sederhana dan pendek

8. Menetapkan satu topik dalam satu waktu

9. Awali percakapan dengan topik sederhana

10. Bicarakan tentang topik yang familiar dan menarik bagi lansia.

11. Beri kesempatan lansia untuk mengenang masa lalu.

12. Menyampaikan instruksi secara tertulis dan sederhana.

9

Page 10: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

D. MODEL - MODEL KONSEP KOMUNIKASI DAN PENERAPANNYA PADA

KLIEN DEWASA

1. Model Shanon & Weaver

Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat

kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau menciptakan

pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima. Dengan kata lain model

shannon & weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan

untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (Transmitter)

mengubah pesan menjadi suatu signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.

Suatu konsep penting dalarn model ini adalah adanya gangguan (Noise) yang dapat

menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Model Shannon-Weaver dapat

diterapkan kepada konsep komunikasi interpersonal. Model ini memberikan keuntungan

bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten, pesan langsung kepada penerima tanpa

perantara. Tetapi model ini juga mempunyai keterbatasan yaitu tidak terlihatnya hubungan

tansaksional diantara sumber pesan dan penerima.

2. Model Komunikasi Leary

Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan

multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,

dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .

Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan tingkah laku tersebut

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat

terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2) Hate – love.

Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan

ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa tahun

pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu mondominasi

peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh. Seharusnya dalam

berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan memberi antara pasien dan

profesional.

Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh perawat

hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan

klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat

menerapkan posisi dominan ini pada klien dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien

dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan

sukar untuk dirubah dalam wakru yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh

diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan profesio

10

Page 11: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

pribadi.

3. Model lnteraksi King

Model King memberikan penekanan pada proses komunikasi antara perawat - klien.

King menggunakan sistem perspektif untuk menggambarkan bagaimana profesional

kesehatan (perawat) untuk memberi bantuan kepada klien. Pada dasarnya model ini

meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien secara simultan membuat keputusan tentang

keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi.

Keputusan berperan penting yang merangsang terjadi reaksi. Interaksi merupakan proses

dinamis yang meliputi hubungan timbal balik antara persepsi, keputusan dan tindakan

perawat - klien. Transaksi adalah hubungan relationship yang timbal balik antaraperawar-

klien seiama berpartisipasi. Feedback dalam model ini menunjukkan pentingnya arti

hubungan perawat-klien.

Model ini sesuai untuk klien dewasa karena mempertimbangkan faktor-faktor intrinsik

dan ekstrinsik klien dewasa yang pada akhirnya bertujuan untuk menjalin transaksi. Adanya

feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang disampaikan

dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya persepsi yang salah

terhadap pesan yang disampaikan.

4. Model Komunikasi Kesehatan

Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3

(tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi,

dar 3) Konteks

Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana

seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah

seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman

dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain (significant

order) penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk

mempertahankan kesehatan.Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di

dalarn proses komunikasi tersebut. Konteks yaitu kornunikasi kesehatan yang memiliki topik

utama tentang kesehatan klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi.

Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena profesional

kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan mempengaruhi

interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi secara berkesinambungan,

tidak statis dan umpan balik. Komunikasi melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap

11

Page 12: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

kesehatan klien. Konteks komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang

diberikan.

Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan tertentu

seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan, usia, faktor budaya, nilai

yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat harus memperhatikan hal-hal tersebut agar

ttdak terjadi kesalahpahaman. Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat

menerima pasien sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima

setiap orang berbeda satu dengan yanglain.

Berdasarkan pada hal tersebut diatas, model konsep komunikasi yang tepat dan

dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model komunikasi interaksi King dan model

komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi ini menunjukkan hubungan

relationship yang rnemperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan pengirim dan

penerirna, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia

ke arah yang lebih baik sehingga perawat perlu untuk menguasai tehnik dan model konsep

komunitasi yang tepat untuk setiap karakteristik klien.

Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap dalam

dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu model komunikasi

yang tepat agar tujuan dapat tercapai.

Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model interaksi

King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan relationship yang saling

memberidan menerima serta adanya feedback untuk mengevaluasi apakah informasi yang

disampaikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

12

Page 13: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

3. JOHARI WINDOW, KOMUNIKASI KEPERAWATAN, DAN EKSPLORASI

PERASAAN

A. JOHARI WINDOW ( JENDELA JOHARI )

1. Definisi

Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window

sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang

digambarkan sebagai sebuah jendela. ‘Jendela’ tersebut terdiri dari matrik 4 sel, masing-

masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan.

Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah

yang tidak disadari. Berikut ini disajikan gambar ke 4 sel tersebut.

Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti

nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah

hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama

maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertical sehingga mengurangi

hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan

interpersonal kita.

Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang

lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga,

kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi

penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miskomunikasi tentang

kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang

Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak.

Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll.

Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin

13

Page 14: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan

bagus dalam bekerja tim.

Unknown area adalah informasi yang orang lain dan juga kita tidak mengetahuinya.

Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri

kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng

sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan

“cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan

diri atau belajar dari pengalaman

Yang dimaksud dengan daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang

diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang

diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya. Dalam berhubungan

interpersonal, orang ini lebih memahami orang lain tetapi tidak mampu memahami tentang

diri, sehingga orang ini seringkali menyinggung perasaan orang lain dengan tidak sengaja.

Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri

tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Dalam daerah ini, orang menyembunyikan/menutup

dirinya. Informasi tentang dirinya disimpan rapat-rapat. Daerah yang tidak disadari membuat

bagian kepribadian yang direpres dalam ketidaksadaran, yang tidak diketahui baik oleh diri

sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.

Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah

pada seseorang berbeda dengan orang lain. Gambaran kepribadian di bawah ini dapat

memberikan contoh mengenai daerah-daerah dalam Jendela Johari.

Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan

diri (self-disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik ( Feedback ). Tahap

pengungkapan diri, orang memperluas daerah C (lihat gambar 2), sedangkan untuk

memperluas daerah B dibutuhkan umpan balik dari orang lain (lihat gambar 3). Akhirnya, ia

akan mempunyai daerah publik (A) yang semakin luas (lihat gambar 4).

14

Page 15: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Contoh Kasus :

Dian, gadis pemalu, ia selalu sulit menjalin pergaulan. Sangat jarang ia dapat

menceritakan perasaan, keinginan, dan fikiran-fikiran yang ada pada dirinya. Akibatnya, ia

kurang dikenal oleh teman sepergaulannya.

Kemungkinan besar, Dian mempunyai daerah publik (A) yang kecil, sedangkan

daerah yang tersembunyi lebih besar (C) atau Siti mempunyai daerah buta yang lebih besar

(B), sebab kelebihan yang merupakan aset bagi dirinya tidak disadarinya atau dilihat orang

lain.

Semakin luas daerah A dapat dikatakan seseorang mempunyai konsep diri yang

positif. Ia telah tahu, baik dalam kuantitas maupun kualitas, kekuatan dan kelemahan

dirinya. Orang semakin bebas untuk menentukan langkahnya, topeng-topeng yang

dipakainya semakin terkuak dan ditinggalkannya. Ia menjadi pribadi yang matang, percaya

diri, tidak takut menghadapi kegagalan, dan siap mengahadapi tantangan.

2. Kesimpulan

Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang

lain akan menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah

sebagai wahana (sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang

dapat menjawab pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin

menjadi siapa? Jawaban atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan

peran-peran yang dimainkannya. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau

mengembangkan diri.

B. KOMUNIKASI KEPERAWATAN

1. Klarifikasi Nilai

Adalah suatu proses yang digunakan seseorang untuk mengidentifikasi, mengkaji,

dan mengembangkan nilai individual mereka. Prinsip klarifikasi nilai adalah bahwa tidak ada

satupun kelompok nilai yang tepat bagi setiap orang. Klarifikasi nilai meningkatkan

pertumbuhan personal dengan cara membantu kewaspadaan, empati, dan tilik diri.

15

Page 16: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Klarifikasi Nilai

Proses Domain Tindakan

Memilih Kognitif Refleksi dan pertimbangan

alternatif menghasilkan

kebebasan dan memilih

keyakinan

Menghargai Afektif Keyakinan yang dipilih

dihargai

Bertindak Perilaku Keyakinan yang dipilih

digabungkan ke perilaku

yang ditegaskan ke orang

lain dan diulang secara

keseluruhan

Para perawat perlu membantu klien mengklarifikasi nilai-nilai mereka karena nilai

tersebut mempengaruhi dan berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu / dengan isu

akhir kehidupan.

C. EKSPLORASI PERASAAN

Eksplorasi perasaan adalah mengkaji/menggali perasaan-perasaan yang muncul

sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain, dimana eksplorasi perasaan

membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap yang sangat

berpengaruh. Objektif yang komplit dan yang sangat berpengarruh dijabarkan sebagai

seseorang yang tidak responsif, kesalah mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu

dimana mutu hubungan terapeutik perawat sangat terbuka, sadar, dan kontrol diri, akal,

perasaan, dimana dapat membantu pasien.Perawat harus terbuka akan perasaan pasien

dan bagaimana perawat mengerti akan pasien serta bagaimana pendekatan pasien.

Perasaan perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien.

16

Page 17: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

4. KomunikasiTerapeutik

A.DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling

memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi

in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat

dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat

membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus

direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai

karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan

beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

B.MANFAAT KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja

sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.

mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh

perawat (Indrawati, 2003 : 50).

C.TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran

serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang

lain, lingkungan fisik dan diri sendiri (Indrawati, 2003 48).

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh

kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan

perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang

mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

D.JENIS KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.

Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan

yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen

(1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal

yang dimanifestasikan secara terapeutik.

17

Page 18: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di

rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap

muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau

simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon

emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk

menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan

komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon

secara langsung.Komunikasi Verbal yang efektif harus:

a. Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-

kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat

dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan

contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting

dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa,

bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang

mengekspresikan ide secara sederhana.

b. Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan

kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,

dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu

mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang

dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru

paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-

paru anda”.

c. Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,

sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu

kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat

akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika

berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah

untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan

kondisi klien.

d. Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi

verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin

akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.

18

Page 19: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan

perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar

untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan

memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat

nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan

kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk

diulang.

e. Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang

menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan

diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan

pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk

berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang

disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

f. Humor

Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu

pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan

keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan

Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi

catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi

terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan

menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak

mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan

dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di

surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

a. Lengkap

b. Ringkas

c. Pertimbangan

d. Konkrit

e. Jelas

f. Sopan

g. Benar

19

Page 20: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

a. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

b. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

c. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk

mengetahui perkembangan masa lampau.

d. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

e. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat

pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

a. Adanya dokumen tertulis

b. Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

c. Dapat meyampaikan ide yang rumit

d. Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

e. menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

f. Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

g. Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

h. Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

a. Memakan waktu lama untuk membuatnya

b. Memakan biaya yang mahal

c. Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

d. Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

e. Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

f. Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

g. Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

20

Page 21: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.

Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan

saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal

menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

a. Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa

isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai

kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga

memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang

berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

b. Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara

individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.

c. Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua

orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang

mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus

dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

d. Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita

hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai

merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan

kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan

secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang

mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.

e. Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai

benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk

menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi,

komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu

memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan

pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka

makin tinggi status sosial orang itu.

21

Page 22: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

f. Logo dan Warna

Kreasi dan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya

komunikasi bisnis, namun model kerajinan dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan.

Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da

suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil

dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

g. Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan

bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis,

kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau

warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi

kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa

sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,

menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang

disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

E.KARAKTERISTIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu

sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan

pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada

pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan

penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan

dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan

perasaannya lebih mendalam.

F.FASE – FASE DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi

bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima

22

Page 23: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification

of roles dan contract formation.

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah

ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang

masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan

pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun

suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan

telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan

memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan

(Arwani, 2003 61).

G. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Menurut Stuart dan Sundeen tahun 1995, tehnik komunikasi terdiri dari:

1. Mendengar aktif;  Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi

terhadap pesan orang lain yang menggunakan semua indra, Liendberg et al, cit

Nurjanah (2001)

2. Mendengar pasif;  Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan

non verbal untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan

juga keikutsertaan secara verbal

3. Penerimaan:  Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima

informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.

Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan

mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

4. Klarifikasi;  Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa

yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan

apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat

mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.

5. Fokusing;  Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi

area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart &

Sundeen, cit Nurjanah (2001).

6. Observasi;  Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi

dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah

laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen,

23

Page 24: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak

menjadi malu atau marah.

7. Menawarkan informasi;  Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk

mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi

adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan

memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah,

(2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan

klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada

saat memberikan informasi.

8. Diam (memelihara ketenangan);  Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir

pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk

menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami

kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan

dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam

dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan

kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir,

meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.

9. Assertive:  Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman

mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain,

Nurjanah, 2001.

10. Menyimpulkan;  Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk meningkatkan

pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama

denga ide dalam pikiran, Varcarolis, cit, Nurjanah, 2001.

11. Giving recognition (memberiakn pengakuan/penghargaan);  Memberi

penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan menandakan

kesadaran, Schultz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001.

12. Offering Sel (menawarakan diri);  Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda

tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, Schultz & Videbeck.cit.

Nurjanah, 2001

13. Offering general leads (memberikan petunjuk umum);  Mendukung klien untuk

meneruskan, Schultz & Videbeck cit, Nurjanah, 2001

14. Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka):  Mendorong klien untuk

menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeuitik apabila klien

menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk

apabila perawatan mendominasi interaksi dan menolak res[pon klien, Stuart %

Sundeen, cit, Nurjanah, 2001.

24

Page 25: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

15. Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu);  Melakukan

klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian

lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan

memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat

memberikannasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien.

16. Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi);

Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau

diterima, Schulz & Videbeck, cit, Nurjanah, 2001

17. Encourage Comparison (mendukung perbandingan);  Menanyakan kepada klien

mengenai persamaan atau perbedaan

18. Restating (mengulang) Restating;   adalah pengulangan pikiran utama yang

diekspresiakn klien, Stuart & Sundeen, Cit Nurjanah, 2001.

19. Reflekting (Refleksi):  Digunakan pada saat klien menanyakan pada perawat

tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan membantu perawat untuk

tetap memelihara pendekatan yang tidak menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah

20. Eksploring (Eksporasi);  Mempelajari suatu topik lebih mendalam

21. Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan);  Menyediakan informasi

dengan perilaku yang tidak menilai

22. Voucing doubt (menunjukkan keraguan);  Menyelipkan persepsi perawat

mengenai realitas. Tehnik ini digunakan dengan sangat berhati-hati dan hanya pada

saat perawat merasa yakin tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada saat

perawat ingin memberi petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.

23. Seeking consensual validation;  Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik

oleh perawat maupun klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka

pikirkan.

24. Verbalizing the implied:  Memverbalisasikan kata-kata yang klien tunjukkan atau

anjuran.

25. Encouraging evaluation (mendukung evaluasi):  Perawat membantu klien

mempertimbangkan orang dan kejadian kedalam nilai dirinya

26. Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan);

Membantu klien untuk mengidentifikasi perasaan berhubungan dengan kejadian atau

pernyataan .

27. Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi):  Penekanan kegiatan kerja

dengan klien tidak menekan melakukan sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan

bahwa terdapat kemungkinan perubahan melalui kolaborasi.

25

Page 26: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

28. Encouragingformulation of plan of action (mendukng terbentuknya rencana

tindakan):  Memberikan kesempatan pada klien untuk mengantisipasi alternative

dari tindakan untuk masa yang akan datang.

29. Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk);  Statemen yang menunjukkan

peran, tujuan dan batasan untuk interaksi. Hal ini akan menolong klien untuk

mengetahui apa yang dia harapkan dari dirinya.

30. Open-ended comments (komentar terbuka-tertutup):  Komentar secara umum

untuk menentukan arah dari interaksi yang seharusnya dilakukan. Hal ini akan

mengijinkan klien untuk memutuskan apa topik/materi yang paling relevan dan

mendukung klien untuk meneruskan interaksi.

31. Reducing distant (penurunan jarak);  Menurunkan jarak fisik antara perawat dank

lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana perawat ingin terlibat

dengan klien.

32. Humor;  Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam

komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit akibat

stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .

H. FAKTOR – FAKTOR PENGHAMBAT KOMUNIKASI

Teknik-teknik yang Menghambat Komunikasi Efektif

a. Penggunaan Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup akan membatasi jawaban klien yang hanya akan seputar

‘ya’ atau ‘tidak’ saja.Pertanyaan tertutup tidak mampu mengembangkan klien.Jawaban

klien hanya akan di alam lingkup sempit saja,sehingga masalah klien tidak dapat

teratasi dengan sempurna.

b. Tidak Fokus

Pembicaraan yang tidak fokus dan meluas tidak akan mampu menyelesaikan

masalah dengan tepat karena terlalu luasnya pembicaraan.Masalah klien justeru

menjadi tidak jelas.

c. Sikap yang kurang tepat

d. Kecakapan yang kurang dalam komunikasi

e. Kurangnya pengetahuan

f. Kurang mengetahui system sosial

g. Prasangka yang tidak beralasan

h. Jarak fisik

i. Tidak ada persamaan persepsi

j. Indera yang rusak

26

Page 27: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

k. Berbicara yang berlebihan

l. Mendominir pembicaraan

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):

1. Perkembangan.

2. Persepsi.

3. Nilai.

4. Latar belakang sosial budaya.

5. Emosi.

6. Jenis kelamin.

7. Pengetahuan.

8. Peran dan hubungan.

9. Lingkungan.

10. Jarak.

11. Citradiri.

12. Kondisi fisik

Untuk mengatasihambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk

mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-

klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan

komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan

tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap

hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.

27

Page 28: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

5. INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSI INFORMASI

A. INTERAKSI SOSIAL

Usaha pertama dalam komunikasi dengan klien adalah melakukan interaksi sosial.

Perawat seringakali menggunakan interaksi sosial superficial pada pembicaraan dengan

klien untuk memberikan dasar bagi hubungan yang lebih dekat.

B. INTERAKSI INFORMASI

Dalam melakukan interaksi dan membina hubungan antara pasien dengan klien, maka

perawat harus dapat memperoleh informasi ataupun bertukar informasi dengan klien.

C. PENGEMBANGAN KONSEP HELPING RELATIONSHIP

Pesan perawat merupakan bentuk bantuan bagi klien yang mengalami masalah

kesehatan. Ketika seseorang masuk ke setting pelayanan kesehatan, ia memerlukan

bantuan dari brangluin. Ada suatu motif yang mendasari hubungan yang terbentuk antara

klien dan petugas kesehatan, termasuk perawat, yaitu hubungan saling membantu dengan

tujuan mengatasi masalah kesehatan. Situasi ini dikenal sebagai hubungan yang berfokus

membantu (helping Relationship).

28

Page 29: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling

memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi

in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat

dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat

membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

B. KRITIK DAN SARAN

Diharapakan bagi semua perawat dapat mengimplementasikan dari konsep

komunikasi kepada klien atau pasien.

29

Page 30: [Www.indowebster.com]-Makalah Komunikasi Keperawatan - Bab I - VI

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafid. 2006.Pengantar Ilmu Komunikasi.PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. 2000. Komunikasi Interpersonal Dalam

Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko.EGC: Jakarta.

Helmi, A. F. Dan Ramdhani, N. 1992. Konsep Diri dan Kemampuan Bergaul.

Jalaluddin Rakhmat.2004.Psikologi Komunikasi.Cetakan 2004

Keliat, B.A. 2002.Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. EGC:Jakarta.

Koentjoro. 1989. Konsep Pengenalan Diri dalam AMT. Makalah Dalam Modul

Pelatihan AMT. Jurusan Psikologi Sosial UGM, dalam rangka Lustrum V Fak.Psikologi

UGM, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S .1997.Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan. Rineka Cipta:

Jakarta

Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Purwanto, H. 1998. Komunikasi untuk Perawat. EGC: Jakarta.

Stuart.G.W. & Sundeen.S.J.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Alih Bahasa: Achir

Yani S. Hamid. ed ke-3. Jakarta: EGC

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktek. Jakarta: EGC.

30