Tugas Pengertian Geofisika Tambang
-
Upload
novi-maha-putra -
Category
Documents
-
view
113 -
download
7
description
Transcript of Tugas Pengertian Geofisika Tambang
Geofisika
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan
kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas
atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-
parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat
ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara
vertikal maupun horisontal.
Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu
untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan
pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi
geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).
Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang
ada. Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang
memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi
hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi.Bidang kajian ilmu
geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan oseanografi(laut).
Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang mempelajari
gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology, dan eksplorasi
seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
Metode-metode geofisika
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif
dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi
gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan
elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktifitas bumi. Medan buatan dapat berupa
ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain
sebagainya. Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampak
seperti tabel di bawah ini:
Metode Parameter yang diukur Sifat-sifat fisika yang terlibat
SeismikWaktu tiba gelombang seismik pantul atau bias
Densitas dan modulus elastisitas yang menentukan kecepatan rambat gelombang seismik
GravitasiVariasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda
Densitas
MagnetikVariasi harga intensitas medan magnetik pada posisi yang berbeda
Suseptibilitas atau remanen magnetik
Resistivitas Harga resistansi dari bumi Konduktivitas listrik
Polarisasi terinduksi
Tegangan polarisasi atau resistivitas batuan sebagai fungsi dari frekuensi
Kapasitansi listrik
Potensial diri Potensial listrik Konduktivitas listrik
ElektromagnetikRespon terhadap radiasi elektromagnetik
Konduktivitas atau Induktansi listrik
RadarWaktu tiba perambatan gelombang radar
Konstanta dielektrik
1. Metode Seismik
Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang geofisika untuk
menerangkan aktifitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah
permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik. Hasil rekaman yang diperoleh dari
survei ini disebut dengan penampang seismik.
Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik banyak dipakai
oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah
permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak
berdasarkan interpretasi dari penampang seismiknya.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu:
1. Metode seismik pantul
2. Metode seismik bias
GELOMBANG SEISMIK
Gelombang seismik adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya
gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi
ini akan merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat terekam oleh seismometer.
Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik ini adalah apa yang kita kenal
sebagai fenomena gempa bumi.
Gelombang seismik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu
1. Gelombang Badan (body wave)
2. Gelombang Permukaan (surface wave)
SEISMOMETER
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur)
adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa
bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut
seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan
dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut
bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat
ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup
lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
SEISMOGRAM
Seismogram
Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas gempa bumi
sebagai fungsi waktu yang dihasilkan oleh seismometer. Rekaman ini dapat
dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari
beberapa seismogram yang direkam di tempat lain, kita dapat menentukan pusat gempa
atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.
2. Metode Magnetik
Magnitudo gempa adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya
kekuatan gempa di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat
yang berbeda, harus menghasilkan harga yang sama walaupun gempa yang dirasakan di
tempat-tempat tersebut tentu berbeda. Richter pada tahun 30-an memperkenalkan konsep
magnitudo untuk ukuran kekuatan gempa di sumbernya. Satuan yang dipakai adalah
skala Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Pada umumnya magnitudo diukur
berdasarkan amplitudo dan periode fase gelombang tertentu. Rumus untuk menentukan
magnitudo gempa yang umum dipakai pada saat ini adalah:
dengan M adalah magnitudo, a adalah amplitudo gerakan tanah (dalam mikron), T adalah
periode gelombang, Δ adalah jarak pusat gempa atau episenter, h adalah kedalaman
gempa, CS adalah koreksi stasiun oleh struktur lokal (sama dengan 0 untuk kondisi
tertentu), dan CR adalah koreksi regional yang berbeda untuk setiap daerah gempa. Ada
beberapa jenis magnitudo yang pernah diperkenalkan dan dipakai sampai saat ini. ML
adalah magnitudo lokal yang diperkenalkan oleh Richter untuk mengukur magnitudo
gempa di California menggunakan fase gelombang P. MS diperkenalkan oleh Guttenberg
menggunakan fase gelombang permukaan terutama gelombang R. Magnitudo lain yaitu
mb (body waves magnitudo) diukur berdasar amplitudo gelombang badan, baik P atau S.
MAGNITUDO LOKAL
Magnitudo lokal ML diperkenalkan oleh Richter untuk mengukur magnitudo
gempa-gempa lokal, khususnya di California Selatan. Nilai amplitudo yang digunakan
untuk menghitung magnitudo lokal adalah amplitudo maximum gerakan tanah (dalam
mikron) yang tercatat oleh seismograph torsi (torsion seismograph) Wood-Anderson,
yang mempunyai periode natural = 0,8 sekon, magnifikasi (perbesaran) = 2800, dan
faktor redaman = 0,8. Jadi formula untuk menghitung magnitudo lokal tidak dapat
diterapkan di luar California dan data amplitudo yang dipakai harus yang tercatat oleh
jenis seismograph di atas.
MAGNITUDO GELOMBANG BADAN
Magnitudo gempa yang diperoleh berdasar amplitudo gelombang badan (P atau
S) disimbulkan dengan mb. Dalam prakteknya (di USA), amplitudo yang dipakai adalah
amplitudo gerakan tanah maksimum dalam mikron yang diukur pada 3 gelombang yang
pertama dari gelombang P (seismogram periode pendek, komponen vertikal), dan
periodenya adalah periode gelombang yang mempunyai amplitudo maksimum tersebut.
Sudah tentu rumus yang dipakai untuk menghitung mb ini dapat digunakan disemua
tempat (universal). Tapi perlu dicatat bahwa faktor koreksi untuk setiap tempat (stasiun
gempa) akan berbeda satu sama lain.
MAGNITUDO GELOMBANG PERMUKAAN
Magnitudo yang diukur berdasar amplitudo gelombang permukaan disimbulkan
dengan MS. secara praktis (di USA) amplitudo gerakan tanah yang dipakai adalah
amplitudo maksimum gelombang permukaan, yaitu gelombang Rayleigh (dalam mikron,
seismogram periode panjang, komponen vertikal, periode sekon) dan
periodenya diukur pada gelombang dengan amplitudo maksimum tersebut.
HUBUNGAN ANTARA MAGNITUDO
Dalam menentukan magnitudo, tidak ada keseragaman materi yang dipakai
kecuali rumus umumnya, yaitu persamaan diatas tadi. Untuk menentukan mb misalnya,
orang dapat memakai data amplitudo gelombang badan (P dan S) dari sebarang fase
seperti P, S, PP, SS, pP, sS (yang jelas dalam seismogram). Seismogram yang dipakaipun
dapat dipilih dari komponen vertikal maupun horisontal (asal konsisten). Demikian juga
untuk penentuan MS. Oleh karena itu, kiranya dapat dimengerti bahwa magnitudo yang
ditentukan oleh institusi yang berbeda akan bervariasi, walaupun mestinya tidak boleh
terlalu besar.
Namun demikian, tampaknya ada hubungan langsung antara mb dan MS, yang secara
empiris ditulis sebagai: mb = 0.56MS + 2,9
ENERGI GEMPA
Kekuatan gempa disumbernya dapat juga diukur dari energi total yang dilepaskan
oleh gempa tersebut. Energi yang dilepaskan oleh gempa biasanya dihitung dengan
mengintegralkan energi gelombang sepanjang kereta gelombang (wave train) yang
dipelajari (misal gelombang badan) dan seluruh luasan yang dilewati gelombang (bola
untuk gelombang badan, silinder untuk gelombang permukaan), yang berarti
mengintegralkan energi keseluruh ruang dan waktu. Berdasar perhitungan energi dan
magnitudo yang pernah dilakukan, ternyata antara magnitudo dan energi mempunyai
relasi yang sederhana, yaitu: logE = 4,78 + 2,57mb dengan satuan energi dyne cm atau
erg. Berdasar persamaan tersebut, kenaikan magnitudo gempa sebesar 1 skala richter
akan berkaitan dengan kenaikan amplitudo yang dirasakan disuatu tempat sebesar 10
kali, dan kenaikan energi sebesar 25 sampai 30 kali. Untuk mendapatkan gambaran
seberapa besar energi yang dilepaskan pada suatu kejadian gempa, kita dapat
menggunakan persamaan di atas untuk menghitung energi gempa yang mempunyai
magnitudo mb = 6.8. Perhitungan energi ini akan menghasilkan angka sebesar 1022 erg
= 1015 joule = 278 juta kWh. Angka ini mendekati energi listrik yang dihasilkan oleh
generator berkekuatan 32 mega watt selama 1 tahun. Jadi untuk gempa dengan
magnitudo 7.8, energinya menjadi kurang lebih 30 kali lipat dari itu (30 x 278 juta kWh).
3. Metode Resistivity
ResistorVariableResistor
Simbol resistor (AS dan Jepang)
ResistorVariableresistor
Simbol resistor (Eropa, IEC)
Sebuah resistor sering disebut werstan, tahanan atau penghambat, adalah suatu
komponen elektronik yang dapat menghambat gerak lajunya arus listrik.
Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm, yang
menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman.
Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan
kebalikan dari Ohm yaitu mho. Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga
resistensi atau hambatan listrik. Besarnya diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu
resistor dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila resistor tersebut menjembatani
beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah
sebesar 1 ampere, atau sama dengan sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik
mengalir menghadap arah yang berlawanan dari arus.
Hubungan antara hambatan, tegangan, dan arus, dapat disimpulkan melalui hukum
berikut ini, yang terkenal sebagai hukum Ohm:
di mana V adalah beda potensial antara kedua ujung benda penghambat, I adalah besar
arus yang melalui benda penghambat, dan R adalah besarnya hambatan benda
penghambat tersebut.
Berdasarkan penggunaanya, resistor dapat dibagi:
1. Resistor Biasa (tetap nilainya), ialah sebuah resistor penghambat gerak arus,
yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini
biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
2. Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-
ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga
nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini
kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit
Board, PCB).
3. Resistor NTC dan PTS, NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah Resistor
yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTS
(Positife Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah
besar bila temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis Resistor yang berubah hambatannya
karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar,
sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.
Perbedaan antara tahanan jenis semu dan tahanan jenis sebenarnya.
- Tahanan jenis sebenarnya t (True resistivity) bila keadaan subsurface bumi
dianggap homogen.
- Tahanan jenis semu a (Apparent resistivity) bila bumi diasumsikan tidak
homogen (misalnya adanya perlapisan bumi dengan masing-masing lapisan
mempunyai yang berbeda), maka hasil pengukuran di permukaan tersebut tidak
mencerminkan harga resistivitas rata-rata, melainkan resistivitas semu.
Setiap batuan penyusun kerak bumi memiliki tingkat kemampuan untuk dapat di
aliri arus listrik yang berbeda. Hal tersebut merupakan dasar penyelidikan geolistrik dan
di kembangkan dalam ilmu geofisika. Perbedaan dari sifat konduktifitas batuan terjadi
karena perbedaan resistivity batuan, perubahan tersebut akan mencerminkan batas-bata
pelapisan batuan.
RESISTIVITAS BATUAN
Resistivitas atau tahanan jenis batuan adalah tahanan yang di berikan oleh massa
batuan sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi di aliri arus
listrik dari ujung ke ujung. Resistivitas listrik suatu bahan (material) dapat di nyatakan
sebagai :
ρ = R
dimana :
ρ = Tahanan jenis material (ohm-m)
R = Tahanan yang diukur (ohm)
A = Luas penampang material (m )
L = Panjang (m)
Nilai R material non-konduktor adalah mendekati nol atau sama dengan nol.
karena R = V/I, maka diperoleh persamaan :
ρ = .
dimana :
V = beda potensial (volt)
I = kuat arus (ampere)
Dalam eksplorasi dengan menggunakan metode yang memanfaatkan sifat resistivitas
bumi, besaran fisika yang diukur adalah arus yang mengalir diantara kedua elektroda
arus yang terletak dititik-titik A dan B, perbedaan potensial antara dua elektroda yang
diukur dititik-titik M dan N (gambar 2.1) antara keduanya untuk tiap dua elektroda yang
berdekatan. Digunakan empat elektroda, maka resistivitas bumi yang diukur adalah:
Ρ = K
Dengan K sebagai faktor geometri yang merupakan efek jarak pisah ekuivalen elektrode.
Persamaan itu digunakan untuk permodelan bumi yang serba sama,pada kenyataannya
bumi tidak serba sama, persamaan diatas digunakan sebagai definiai relativitas semu
bumi.
Suatu langkah yang paling sederhana untuk dapat menyajikan resistivitas adalah
mengganggap bumi ini homogen. Seperti yang diketahui bahwa bumi heterogen hal ini
yang menyebabkan nilai resistivitas yang di peroleh selama pengukuran adalah harga-
harga nisbi atau harga semu. n-konduktor adalah mendekati nol atau sama dengan nol.
A BM N
V
I
Gambar : Kedudukan elektroda-elektroda
Harga resistivitas gemu ini mungkin dap.it lebih besar atau lebih kecil dari harga
aktual, tetapi ini kadang-kadang sama. Potensial gradien terkadang tak hingga bila spasi
elektroda mendekati nol. gradienya dipengaruhi oleh jarak spaai dua elektode yang ada.
Akibatnya bila spasi elektrode mendekati nol akan di peroleh harga resistivitas aktual
bila apasi kedua elektroda sangat kecil.
Harga tahanan jenis batuan ditentukan oleh ada atau tidaknya degradasi dari
komposisi batuan. Jenis komponen pembentuk batuan memiliki nilai yang tidak selalu
sama, selain itu resistivitas batuan juga di tentukan oleh faktor-faktor berikut :
1. Porositas batuan
2. Permeabilitas batuan
3. Tahanan jenis cairan pengisi pori batuan
4. Temperatur batuan
VERTICAL ELECTRIC SOUNDING
Vertical electric sounding adalah merupakan ide yang digunakan untuk
menentukan perubahan tahanan di dalam batuan yang berada di bawah suatu titik acuan
dipermukaan dan mengkorelasikan dengan data geologi agar diketahui struktur bawah
permukaan bumi.
Prosedur ini didasarkan pada kenyataan bahwa di bagian arus listrik yang
dimasukkan ke bumi menembus kedalaman tertentu bertambah besar dengan makin jauh
antara elektroda arus.
Walaupun demikian arus listrik yang menembus di lapisan homogen ini tidak
dapat digunakan sebagai pegangan yang berlaku untuk bumi yang tidak homogen atau
berlapis-lapis. Untuk bumi atau media heterogen dimana arus yang menembus sampai
kedalaman tertentu tergantung pada geometri susunan lapisan bumi.
A On = 2
B
B
A BM N
NM
M NO
O
n = 3
n = 1
A
3a
2a
a
Gambar : Kedudukan Elektroda Pada VES
Penerapan metode wenner merupakan kegiatan kombinasi antara kegiatan
lapangan dengan analisa laboratorium, hal yang terpenting adalah teknik pengambilan
data yang benar dan kemampuan interpreter yang menginterpretasi data dari lapangan.
Dengan mendapatkan data yang valid maka tingkat kesalahan yang terjadi dapat
diminimalkan sehingga akan didapatkan hasil pengukuran yang mendekati nilai aslinya.
Rumus dasar tahanan jenis semu :
dengan
Konfigurasi elektroda cara Wenner
I
V
A M O N B
a a a
Dalam konfigurasi ini AM = MN = NB = a
dengan
Konfigurasi elektroda cara Schlumberger
I
V
A M O N Bl
L
A,B : Elektroda arus
M,N : Elektroda potensial
Nilai resistivitas untuk konfigurasi ini diberikan oleh :
TEKNIK AKUISISI LAPANGAN
Sebelum melakukan akuisisi lakukan pengamatan tentang kondisi topografi maupun
geologi lokal dari daerah yang akan di teliti. Perbedaan tinggi antara dua tempat perlu
diperhatikan dalam penentuan jalur atau lintasan, untuk memudahkan kegiatan pada
waktu pengambilan data pilihlah lintasan yang relatif agak lebih datar dari medan
sekitarnya. Jika tidak dapat lintasan landai maka perbedaan tinggi kedua titiknya tersebut
dicatat dan dijadikan sebagai data koreksi didalam analisa data. Vegetasi yang berada
sepanjang lintasan dibersihkan agar tidak terjadi aliran arus listrik melalui media
tumbuhan. Resistivitas bumi yang portable dan sederhana bentuknya ada berbagai tipe
seperti yokogawa jepang dan abem terrameter, pada umumya prinsip kerja alat adalah
sama. Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam akuisisi :
1. Elektroda
Adalah tongkat logam yang mudah dialiri dan memiliki konduktifitas yang stabil.
Alat di tancapkan ketanah untuk menentukan kuat dan lemahnya arus dan beda
potensial.
2. Sumber arus
Digunakan baterai atau aki, biasanya 12-24 volt, atau dapat juga digunakan arus
AC di gunakan pembangkit generator.
3. Kabel
Dipergunakan untuk menghubungkan elektroda arus dengan sumber arus maupun
untuk media penghubung elektroda dengan alat pengukur beda potensial.
4. Pita ukur
Alat ini digunakan untuk menentukan jarak 1 elektroda dengan elektrode dengan
elektroda yang lainnya.
5. Lembar catatan data
Untuk mencatat dan menghitung hasil dari pengamatan alat disiapkan kertas dan
grafik logaritmik yang transparan dengan skala dan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan.
Setelah semua peralatan yang dibutuhkan untukakulsisi slap dan lintasan
telah ditentukan adapun yang harus dilakukan diantaranya :
1 . Pemasangan elektroda
Untuk memperoleh imformasi sampai kedalaman h maka di butuhkan rentang 3h
sampai 4h, di gunakan satuan meter atau feet.
2. Merangkai alat
Hubungkan elektroda-elektroda dengan kabel kereaistimeter sesuai dengan
aturan wenner (GAMBAR 2.2).
3. Pengujian kinerja alat
Sebelum pengamatan dimulai, periksa apakah alat-alat yang digunakan sudah
berfungsi.
NOISE EFFECT
Nilai pembacaan alat dapat berubah atau tidak sesuai dengan nilai yang
sebenarnya, hal ini terjadi karena beberapa hal diantaranya :
1. Rangkaian elektroda
Terjadi karena posisi elektroda arua tidak simetris terhadap titik tengah atau
rentang elektroda tidak sama.
2. Kontak elektroda
Bila salah satu elektroda arus diletakkan dekat pagar kawat akan kontak dengan
tanah yang membujur sepanjang garis normal arah garis bentang elektroda.
3. Kebocoran arus
Terjadi karena kondisi kabel yang kurang balik atau tak layak pakai.
Teknik Interpretasi Data
Teknik menginterpretasi data akan tergantung kepada teknik akuisisi data. Dalam
tulisan ini hanya akan membahas interpretasi pendugaan wenner. Dari hasil pengaraatan
dilapangan, maka dihitung harga tahanan jenis semu yang terukur, untuk susunan
elektroda wenner tahanan Jenis untuk setiap Jarak a tertentu dapat ditentukan, dengan
menggunakan software RES2DIV data hasil pengukuran lapangan dapat di interpretasi.
Dari hasil interpretaai data tersebut didapat gambaran secara grafis tentang bentuk
pelapisan seri unit pelapisan dengan ketebalan maslng-maslng satuan pelapisan batuan.
Namun belum dapat di ketahui jenis batuan yang menyusun tiap lapisan, untuk itu perlu
observasi lapangan secara sapling atau dengan cara mengkorelasikan dengan peta
geologi setempat. Untuk memperoleh hasil yang baik sebaiknya ini, digunakan data
sampling lapangan yakni dengan teknik pengeboran beberapa titik yang telah diketahui
tebal tiap lapisan dibawahnya. Dari analisa lumpur bor dan inti bor maka dapat diketahui
jenis batuan yang ada ditiap lapisan. Setelah jenis batuannya dikenali dan dikelompokkan
sesuai dengan kedalamannya maka dapat buat peta urutan pelapisan lengkap dengan
ketebalan.
4. Metoda gravitasi
Metoda gravitasi adalah suatu metoda eksplorasi yang mengukuran medan
gravitasi pada kelompok-kelompok titik pada lokasi yang berbeda dalam suatu area
tertentu. Tujuan dari eksplorasi ini adalah untuk mengasosiakan variasi dari perbedaan
distribusi rapat massa dan juga jenis batuan.
Tujuan utama dari studi mendetil data gravitasi adalah untuk memberikan suatu
pemahaman yang lebih baik mengenai lapisan bawah geologi. Metoda gravitasi ini
secara relatif lebih murah, tidak mencemari dan tidak merusak (uji tidak merusak) dan
termasuk dalam metoda jarak jauh yang sudah pula digunakan untuk mengamati
permukaan bulan. Juga metoda ini tergolong pasif, dalam arti tidak perlu ada energi yang
dimasukkan ke dalam tanah untuk mendapatkan data sebagaimana umumnya
pengukuran.
Pengukuran percepatan gravitasi memberikan informasi mengenai densitas
batuan bawah tanah. Terdapat rentang densitas yang amat lebar di antara berbagai jenis
batuan bawah tanah, oleh karena itu seorang ahli geologi dapat melakukan inferensi atau
deduksi mengenai strata atau lapisan-lapisan batuan berdasarkan data yang diperoleh.
Patahan yang umumnya membuat terjadinya lompatan pada penyebaran densitas batuan,
dapat teramati dengan metoda ini.