Tugas Paper Arsitektur Klasik (Rezqi Aulia Rakhmani- 03420140044 - b1)

55
TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ARSITEKTUR KLASIK Dosen : Ir. Aris Alimuddin, ST.,MT REZQI AULIA RAKHMANI 03420140044 B1

description

ARSITEKTUR KLASIK

Transcript of Tugas Paper Arsitektur Klasik (Rezqi Aulia Rakhmani- 03420140044 - b1)

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 0

    TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

    ARSITEKTUR KLASIK

    Dosen : Ir. Aris Alimuddin, ST.,MT

    REZQI AULIA RAKHMANI

    03420140044

    B1

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 1

    1

    ARSITEKTUR KLASIK

    Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di

    Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan

    first class. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan atau

    pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam

    menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013).

    Predikat kata Klasik diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren

    (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat

    dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya.

    Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang

    dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu

    kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon di Athena dan

    Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik

    yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order,

    geometri dan ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni craftmanship. Perlu

    diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal

    konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pada bentuk

    akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh

    Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam jaman Arsitektur Klasik ini. Hal ini dapat kita

    jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana

    Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga

    unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, CONSTRUCTIO dan VENUSTAS. Dispositio

    adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan pada

    tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen

    yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni

    ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran

    pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013).

    Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut:

    Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban

    bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah

    sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian,

    yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5,

    dinamakan Attic yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari bata-

    bata yang disusun. (Isodore dalam Varro, 19xx).

    Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya arsitektur

    sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan

    gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 2

    dan menyebar hampir keseluruh benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut adalah

    Hagia Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut:

    Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang

    menakjubkan sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol

    diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah

    keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu

    dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah,

    khususnya dalam wawasan perspektivis Bird Eye View. Dan semuanya ini menjadi lengkap

    dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan

    (Isodore dalam Varro, 19xx).

    Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Kualitas ruang

    Arsitektur Klasik Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti

    diaphanitas (kesemrawangan), densitas (kepekatan), obscuritas (kegelapan) atau umbria

    (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep

    kecemerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela

    khususnya bentuk jendela mawar stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah

    lainnya.

    Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy dalam usaha mengerti dan

    menangkap cahaya yang datang dari luar. Di lain pihak ada karya-karya gereja Gothic yang

    meminimalisir banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan

    sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur

    Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby,

    Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok

    arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Arsitektur

    Baroque dan Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat,

    karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur

    sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang

    berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai

    aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur,

    seperti tertulis sebagai berikut:

    Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah

    bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior

    orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa

    dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya,

    pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya

    yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan

    Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen relief dengan

    sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang

    dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian

    bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 3

    pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya,

    sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya

    gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar

    dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi

    juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, bagaikan ditancapkan dari atas

    langit. (Isodore dalam Varro,19xx).

    1. Ciri-ciri Arsitektur Klasik

    Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:

    Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.

    Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.

    Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang

    cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja.

    Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan

    bangunan-bangunan utamanya.

    Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.

    Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh

    struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat

    direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya (Hemingway, 2003).

    2. Fungsi Arsitektur Klasik

    Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan

    budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa pengaruh ke

    zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni

    pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci, dan

    kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan. Namun, secara umum

    pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan bukanlah faktor yang penting.

    Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau melalui

    proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja.

    Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang

    berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling

    pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur pra-

    Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi

    dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari

    ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi

    dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan pada saat itu terfokus pada terciptanya

    bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap

    mitos dewa-dewi alam semesta. (Maulana, 2013).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 4

    2

    YUNANI

    Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang

    berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar

    dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen

    utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.

    Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau

    utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city

    states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan.

    Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan

    berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan

    dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM

    dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.

    Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan

    perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana

    munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia

    serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM)

    dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini

    berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya

    Parthenon.

    Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana

    kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan

    pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan

    marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.

    Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang

    mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk

    bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan

    adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang

    meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-

    bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak

    kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.

    Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunanbangunan

    publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah,

    dkk, 2014).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 5

    a. Kuil-Kuil

    Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah

    berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani.

    Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan

    pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak

    dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada

    bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari

    pengalaman yang datang dari luar.

    Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil

    menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang

    mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik

    yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.

    Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu

    utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah

    (crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi

    yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar

    terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom

    (biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos)

    sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang

    naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan

    pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa

    akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada

    di dalamnya.

    Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan

    dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan

    batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali

    muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota.

    (Istiqomah, dkk, 2014).

    b. Orde Klasik

    Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah

    sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat

    diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.

    Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-kolom yang terlihat

    kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi

    kolom (termasuk capital) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali

    pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding)

    berkembang dari kayu.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 6

    Gambar 1.2: Kuil Parthenon

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 1.1: Orde Doric, Ionic, Chorintian

    Sumber: en.wikipedia.com

    Orde Ionic merupakan orde yang

    scroll capitalnya berasal dari Asia Minor

    pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang

    telah mature memiliki 24 galur yang

    dipisahkan menjadi lembaran-lembaran

    kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah

    liat (plinth) muncul pada akhir masa

    Hellenic. Tinggi kolom (termasuk capital

    dan base) adalah sekitar 9 x diameter

    terendah.

    Peninggalan achantus pada capital

    Corinthian hampir tidak dapat dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu

    dapat dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom

    biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014).

    c. Evolusi Temple Plan

    Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil mendapatkan bentuk

    yang ideal dimana sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang mengalami

    perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni

    6 x 13 pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM. Kuil-kuil di

    Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki

    suatu aturan yang pasti.(Istiqomah, dkk, 2014).

    d. Dekorasi Kuil

    Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap

    pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini

    meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias

    tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-and-dart

    (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan

    permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014).

    1. Kuil Parthenon (447-432 SM )

    Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang

    dibangun dengan marmer pentelic. Parthenon merupakan

    bangunan yang sangat menonjol dan merupakan pusat dari

    Acropolis. Parthenon dibangun antara 447-432 SM

    sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan Callicrates

    (Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias).

    Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 7

    Gambar 1.3: Denah Parthenon

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 1.4: Denah Acropolis

    Sumber: en.wikipedia.com

    terbesar dari karya kuil Doric yang pernah di bangun,

    sebuah penampilan dengan proporsi sempurna yang

    dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena.

    Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi.

    Desain dasar dapat terlihat pada bangunan itu sendiri

    yakni kuil Doric dengan deretan kolom-kolom penunjang

    atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan tinggi 10,4 m serta

    terdapat serambi prostyle yang diduplikasikan dari

    Ophistodomos. Di dalam naos terdapat monument emas

    Phidias yakni patung Athena serta memiliki kolom-kolom

    internal pada tiga sisi. Di belakangnya, namun masih dapat

    diakses hingga opisthodomus, merupakan tempat suci

    yakni sebuah Hall of the Virgins yang dianggap sebagai tempat sakral. Entablature-nya terdapat

    pada ketinggian 3,4 m. Pediment dan metope merupakan hiasan yang diukir. Ionic

    menginspirasikan frieze pada sekeliling dinding luar naos, serambi dan opisthodomos yang

    menggambarkan prosesi Panathenaic.

    2. Propylaea ( 437-432 SM )

    Propylaea adalah bangunan berbentuk pintu gerbang

    karya arsitek mnesicless, tapi pembangunannya tak sempat

    diselesaikan karena terjadi peperangan dengan bangsa

    Peloponnesia. Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa

    dilihat sampai sekarang, tetapi ada beberapa bangunan yang

    benar-benar sudah hilang antara lain; Pinacotheca (sebuah

    galeri seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang musik

    dari Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan

    tempat berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung

    Promachos karya Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari

    perunggu dan mendominasi wajah kota. Kehalusan dari denah Acropolis terlukis melalui tangga-

    tangga lapangan yang melandai dan ruang kolom dari propylae (437-432 SM) dengan istana

    depan dari gedung-gedung yang ada disampingnya. Arsitek Minesicles menciptakan perpaduan

    yang unik antara keagungan dan kesederhanaan yang tepat pada entrance serambi depan

    Acropolis. Kolom-kolom luarnya adalah Doric dimana salah satu kolom yang ada di dalamnya

    yakni pada jalur lintasan utama merupakan kolom Ionic yang lebih kecil, sebuah penjajaran yang

    briliant.

    Suatu penempatan yang luar biasa. Selanjutnya memiliki sayap dengan pintu-pintu yang

    dilengkapi dengan serambi bergambar. Propylaea menjadi pintu gerbang dari Acropolis

    dirancang dan yang dibangun pada 437-432 SM meliputi suatu bangunan pusat dan dua sayap

    cabang samping. Colonnades sepanjang sisi timur dan barat mempunyai suatu baris kolom Doric

    dua baris kolom Bersifat Ionic membagi koridor tengah ke dalam tiga komponen.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 8

    Gambar 1.5: Athena Nike

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 1.6: Kuil Erechtheum

    Sumber: en.wikipedia.com

    Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan, dinding atau panel dicat dan di sebut"

    Pinakotheke". Langit-Langit Dari Propylaea mempunyai dekorasi dicat dan suatu sima

    dilubangi di sekitar atap. (Istiqomah, dkk, 2014).

    3. Kuil Athena Nike ( 427-424 SM )

    Kuil Nike merupakan kuil terkecil yang bagi penduduk

    Athena dianggap sebagai kuil pembawa keberuntungan bagi

    kota Athena. Kuil ini merupakan salah satu tempat suci yang

    mempesona, dipersembahkan kepada kemenangan Athena

    yang dibangun oleh Callicrates. Kuil ini merupakan salah satu

    dari bangunan Ionic pertama di Athena. Gaya bangunannya

    terdiri dari empat ionic dengan empat kolom pada masing-

    masing akhir. Bentuknya amphiprostyle dimana terdapat

    portico (serambi yang bertiang-tiang) pada setiap akhirnya

    namun tidak terdapat pteron (outer colonnade). Kuil ini berdiri

    dengan Hak cipta dari Propylae yang telah lama direncanakan.

    Perbandingan proporsi kolom dengan diameter yang kecil

    mungkin untuk menghindari perbedaan yang begitu besar

    dengan Propylaea.

    Untuk pertama kalinya dalam dunia Arsitek Yunani menggunakan tiga fasade. Pada kuil

    nike Athena terdapat suatu sandaran disebelah kanan dan di depan yang kuat, kecuali beberapa

    batu Elusinian yang dekorasi strukturnya dalam wujud suatu pintu gerbang luas dengan sayap

    yang panjang dan lebar sekitar 156 kaki. Suatu serambi disisi kiri adalah museum lukisan dan

    suatu ruang terbuka pada sisi kanan yang berisi patung yang didalamnya terdapat tiang-tiang.

    Dekorasinya menggambarkan kemenangan Athena atas Persia. Relief pembebasan

    terlihat pada bagian atas dari dinding dimana pada bagian atas sisi timur melukiskan konferensi

    para dewa, sedangkan pada atas sisi yang lain menggambarkan pemandangan dari peristiwa

    pertempuran .

    Suatu sandaran pualam dihias dengan penyajian relief;pembebasan Nikae

    (Kemenangan), yang dilindungi tepi dari benteng yang di atasnya kuil menegangkan.

    (Istiqomah, dkk, 2014).

    4. Erechtheum ( 421-405 SM )

    Erechteum merupakan sebuah kuil pengganti bangunan

    sebelumnya yang mengalami kehancuran pada 480 SM akibat

    peperangan dengan bangsa Persia yang dipimpin Salamis. Kuil

    ini dibangun oleh arsitek Mnesicles antara tahun 421-405 SM

    dan terletak pada situs yang dikelilingi oleh hutan keramat dan

    tanah perkuburan. Dibangun dengan gaya bersifat ionic dan

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 9

    Gambar 1.7: Kuil Artemis

    Sumber: en.wikipedia.com

    banyak patung pemujaan Athena. Terdapat kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa

    diapresiasikan hanya dalam satu view point. Kuil ini dibangun untuk memperingati pertarungan

    antara Athena dan Poseidon untuk Athens.

    Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2 level yang didirikan pada site yang

    tidak tepat serta membutuhkan penambahan tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang

    ada, satu serambi pada bagian utara dihias indah oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar masuk

    yang diperkaya dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan serambi terindah. Sedangkan

    serambi selatan ditopang dengan pahatan patung Caryatid. Dekorasi dinding friezen berwarna

    dark grey, sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer putih.

    Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic mempunyai suatu prostasis pada

    sisi atas bagian timur, suatu propylon sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi terkenal

    dari Caryatids pada bagian selatan.

    Kuil yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian, dipersembahkan kepada pemujaan

    dari dua dewa utama Attica, Athena dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan

    disini dimana Erechteum lebih sakral daripada Parthenon

    Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang mungkin menyangkut

    kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari bangunan. Di atas menjadi pandangan dari

    selatan dan timur. (Istiqomah, dkk, 2014).

    5. Kuil Artemis

    Bagian timur Aegean adalah tempat lahirnya

    bangunan Yunani kuno. Kuil Artemis adalah bangunan

    dengan bentuk dasar dari Capital Voluted pertama yang

    terlihat tahun 570 SM. tipe dasar bangunan ini memiliki

    potongan horizontal yang bergulur yang berada diatas

    dengan cetakan cembung dasar (Thorus).

    Kuil Artemis di Afesus adalah bengunan terkemuka

    dangan pahatan gendang pada kolom bangunannya.

    Dinding luarnya berbentuk sudut, dan memiliki sebuah

    halaman berbentuk cekung yang luas yang mengelilingi

    bangunan dengan ciri khas Asia Kecil. Bangunan kuil terbesar 10 x 21 kolom,dengan jumlah

    kolom 122, tangga 7 trap gank ionic. (Istiqomah, dkk, 2014).

    6. Kuil Apollo (336-332 SM)

    Kuil Apollo Doric dipersembahkan kepada dewa Apollo dan memiliki luas 6 x 16 yang

    diwarisi dari para pendahulunya yaitu yang keenam berada didekat perbendaharan Athena (510

    SM). Bertempat di kawasan Delphi yang merupakan tempat yang paling menarik dari semua

    tempat suci yang ada. Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan sebagai tempat peramal dari

    Dewa Apollo. Di sini semua bangunan lain saling berhubungan dimana tahap terpenting dari

    sejarahnya dimulai pada abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar jalan suci berliku-liku ke arah

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 10

    Gambar 1.8: Doric Apollo

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 1.9: Kuil Hera

    Sumber: sacred-destination.com

    Gambar 1.10: Patung Hera

    Sumber: sacred-destination.com

    Gambar 1.11: Kuil Olimpiade Zeus

    Sumber: en.wikipedia.com

    selatan dan terlihat tidak baik namun pada kenyataannya

    dengan teliti menyusun serta menciptakan rangkaian

    pemandangan. Bangunan Doric pertama terdiri dari 100%

    marmer dengan dinding yang dihiasi pahatan tentang pujian

    dan musik untuk Apollo. (Istiqomah, dkk, 2014).

    7. Kuil Hera

    Kuil ini dibangun pada tahun 550 SM. Mengalami

    perpanjangan rencana pada masa awal Doric (6 x 16).

    Sebagian besar Ethinus block yang masih bertahan berasal dari

    abad ke-5 SM (characterized by angled straight sides), tetapi

    beberapa dari abad ke-6 SM (sisi tikungan yang hati-hati).

    Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua. Kadang-

    kadang disebut Basilica karena kesalahan arkeolog-arkeolog

    terdahulu yang berpikir bahwa kuil ini merupakan bangunan

    publik bangsa Romawi. Tidak seperti kuil-kuil lainnya,

    maksud pembangunan kuil ini ditujukan sebagai ucapan

    syukur kepada Hera dalam bentuk kuil. Oleh karena itu, di

    bagian dalam kuil terdapat patung Hera dalam bentuk kecil

    yang sekarang disimpan dalam museum Paesteum.

    (Istiqomah, dkk, 2014).

    8. Kuil Olimpiade Zeus

    Di Sisilia bangunan terbesar adalah Kuil Olimpiade

    Zeus, dimana bangunan dinding bersatu dengan Doric bagian

    luar kolom. Corak eksterior mengangkat model pahatan

    dibawah entablature yang berat. Menggunakan mature Doric

    6 x 13 plan. Secara keseluruhan dibangun dengan plesteran

    batu kapur / gamping dengan hiasan marmer dan genteng

    atap.

    Italia dan sisilia memiliki pemeliharaan yang baik

    pada kuil Doric diawal tahun ke 5 dan 6 SM. Doric basilica

    yang dibangun 530 SM terinspirasi oleh bangunan Yunani

    Kuno, dimana bentuknya seperti cerutu yang memiliki

    capitle besar dengan dekorasi leher. selain itu terdapat

    bangunan kuil Poseidon, dimana anak tangga utama menuju

    langit-langit atap memiliki bagian-bagian yang kuat.

    (Istiqomah, dkk, 2014).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 11

    Gambar 1.12: Kuil Theseion

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 1.13: Kuil Poseidon

    Sumber: en.wikipedia.com

    9. Kuil Theseion ( 449-444 SM)

    Kuil ini dibangun pada tahun 449-444 SM. Namun

    dialihfungsikan menjadi sebuah gereja pada zaman

    Byzantine Greeks dimana dikonstruksikan sebagai apse

    pada akhir bagian timur dan memberikan sebuah concrete

    vault pada bangunan kuil tersebut. Seperti pada Parthenon,

    Doric frieze pada bagian serambi digantikan dengan

    kelanjutan Ionic frieze. Cukup terdapat banyak moulding

    pada bagian atas. Bangunan ini sebagian besar dibangun

    dengan menggunakan marmer Pentelic kecuali pada bagian

    tiga anak tangga paling bawah yang menggunakan batu

    gamping. Kuil ini menyimpan patung Athena dan

    Theseus/Hephaestos. Baik pronaos maupun opisthodomos

    didekorasi dengan Ionic frieze termasuk di dalamnya

    beberapa tipe triglyphs Doric yang ditambahkan dengan

    hiasan pada pediment dan metope. Frieze pada pronaos

    menggambarkan pertarungan Theseus dengan Pallantides

    pada persembahan para dewa dimana frieze pada

    opisthodomos menggambarkan pertarungan antar Centaur

    dan Lapith. Pada awalnya, pediment di bagian timur diindikasi sebagai kelahiran Erichthonios

    sedangkan bagian barat adalah Heracle sebelum Thetis. Namun, pada teori terakhir menganggap

    bahwa pediment di bagian barat memperlihatkan lagi pertarungan antara Centaur dan Lapith

    sedangkan pediment di bagian timur menggambarkan Heracles ketika akan menjadi pahlawan

    menuju Gunung Olympus. Hanya 18 dari 68 metope kuil Theseion yang dihias, sedangkan yang

    lainnya dicat. Sepuluh metope pada sisi timur menggambarkan pekerjaan Heracles sedangkan

    empatnya masing-masing sebelah utara dan selatan yang menggambarkan Exploits of Theseus.

    (Istiqomah, dkk, 2014).

    10. Kuil Poseidon

    Kuil poseidon dibangun pada tahun 440 SM di

    atas reruntuhan kuil sebelumnya pada masa Archaic.

    Berada di ketinggian 60 m di atas laut. Tipe desain kuil

    ini adalah hexastyle yakni memiliki portico depan dengan

    6 kolom. Hanya beberapa kolom dari kuil tersebut yang

    masih berdiri.

    Seperti dengan kuil-kuil Yunani lainnya, kuil

    poseidon dibangun berbentuk persegi panjang dengan

    tiang-tiang penunjang atap (collonnade) di keempat

    sisinya. Jumlah perbandingan kolom awal berdiri dengan

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 12

    saat ini adalah 42:18. kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material lokal

    yakni marmer putih.

    Pada bagian tengah kuil terdapat naos dimana terletak patung poseidon yang menghadap

    ke pintu utama. (Istiqomah, dkk, 2014).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 13

    3

    ROMAWI

    Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum petani

    yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta

    sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami

    suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara

    komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni,

    namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai

    yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa

    dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan

    sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator.

    Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang

    (ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian

    masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu koordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial).

    Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi

    Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism).

    Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam satu gaya kepemimpinan

    yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan

    sebagai statesmanship yaitu bangsa yang memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan

    kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium. Sedangkan Yunani dapat

    digolongkan sebagai negara negara kota atau negara federasi. Romawi dikenal sebagai bangsa

    yang love of power sedang Yunani dikenal sebagai bangsa love of beauty.

    a. Karakteristik Arsitektur Romawi

    1. Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti

    dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung.

    2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial

    sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara

    hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur

    social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta

    besar.

    3. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif.

    Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam

    skala kota demikian juga sebaliknya.

    4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media

    ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 14

    Gambar 2.2: Pantheon

    Sumber: airbnb.com

    5. Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi

    arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail.

    6. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik,

    tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam.

    b. Langgam Arsitektur

    1. Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang

    mengungkap karakter ideal secara utuh.

    2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang

    tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu

    totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru.

    3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen

    vertikal dan horizontal.

    4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

    c. Konsep Ruang

    1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau

    keteraturan statis.

    2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus

    dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan.

    3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis

    tertentu.

    4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens

    dan aksialitas.

    d. Tipologi Bangunan

    1. Kuil

    Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-

    elemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak

    berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding

    pembatas ruang yang vertikal dengan yang melengkung dan

    diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan untuk

    tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter,

    Juno dan Minerva.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 15

    Gambar 2.3: Basilika

    Sumber: airbnb.com

    Gambar 2.4: Teater

    Sumber: airbnb.com

    Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh Handrian sejak awal abad 2

    SM yang diperuntukan bagi semua dewa. Konsep ruang dalamnya menggambarkan karakteristik

    Kosmik dengan model surgawi. Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur

    Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam perkembangan teknoiogi

    membangun terutama nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnya.

    Secara keseluruhan bangunan ini memiliki dua elemen utama yaitu:

    a. Rotunda.

    Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar. Diameter atau garis tengah kubah

    irii sebesar 43.6 meter.

    b. Portico.

    Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade) dengan langgam elemen Carinthian

    Order.

    2. Basilika

    Bangunan publik dengan sifat multi fungsi

    diantaranya dapat digunakan untuk bangunan administrasi,

    pengadilan, bermusyawarah atau berkumpul dan tempat

    interaksi sosial masyarakat kota Roma (Public Promenade).

    Bangunan ini ada kemiripan dengan Stoa di Yunani.

    3. Teater

    Masih bersumber pada teater Yunani dengan

    beberapa perubahan bentuk dan metoda strukturnya.

    Konsep ruangnya mengalami pergeseran orientasi yang

    bukan lagi dengan setting panorama alamiah, tetapi lebih

    memfokuskan pada pertunjukan tersebut, akibatnya kesan

    ruang dalam terasa lebih kuat terutama dengan membuat

    tempat duduk yang curam. Teater ini biasanya digunakan

    untuk pertunjukan sandiwara realistik yang menampilkan

    unsur-unsur dekor, penghapusan orkes dan ukuran

    panggung yang terbatas.

    4. Amphiteather Hippodrome Circus

    Berkembang akibat popularitas olah raga atletik, lomba kereta, pertarungan Gladiator

    melawan hewan buas. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berbentuk ellips dengan

    daya tampung untuk kurang lebih 700 orang. Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 16

    Gambar 2.5: Roman Bath

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 2.6: Spalato

    Sumber: en.wikipedia.com

    bentuk arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga terdapat struktur basement

    untuk kandang, jebakan dan tempat keluarnya para gladiator.

    5. Roman Bath

    Tempat pemandian atau kolam yang minp dengan

    pemandian Turki (mandi panas-bilas-mandi spaberenang

    di air dingin) dan digunakan juga sebagai tempat

    perkumpulan anggota klub (Social Centre). Salah satu

    pemandian yang tekenal pada waktu itu adalah Bath of

    Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah

    dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks,

    program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang

    diperlukan.

    6. Spalato ( Palace of Diocletian )

    Rumah tmggal para pemimpin yang

    me.nampilkan karakter simetris dan bernuansa muter

    kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran

    kaisar sebagai Cosmocreator (kekuatan yang menguasai

    dunia). Bangunan ini dapat dikelompokkan dalam jenis

    villa dan istana.

    7. Forum

    Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang

    direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen-elemen

    bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur

    koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu

    contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik adalah Forum Romanium.

    8. Villa ( Roman Country House)

    Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka).

    Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus

    oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada

    waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang

    bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 17

    Gambar 3.1: Peta daerah Byzantine

    Sumber: en.wikipedia.com

    4

    BYZANTINE

    Kekuasaan Byzantine berpusat di Constantinople (Istanbul-Turki) merupakan

    Kekuasaan dibawah Roma di Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang

    menguasai jalur perdagangan laut yang menghubungkan benua Eropa dan Afrika hingga ke

    Asia, merupakan wilayah otonom dengan perdaban menuju millenium dibandingkan

    kekaisaran Roma sendiri. Daerah ini merupakan perpanjangan Roma di bagian timur, atau

    sering disebut kerajaan Roma timur.

    Wilayah yang sekarang masuk dalam negara Itali sekarang di mana kekuasaan Romawi

    berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-timur di Laut Mediterania.

    Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani, yang berupa kepulauan dan

    sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean. Roma sebagai pusat

    kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak jauh

    dari pantai laut Mediterania. Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan didapat dari

    penaklukan, berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya

    Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan

    tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian besar Eropa, Afrika Utara

    dan Asia Barat.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 18

    Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol kekuasan Yang

    Maha Esa

    Sumber: en.wikipedia.com

    Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat

    pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages),

    kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari

    Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran

    Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat

    di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan

    Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine

    menjadi dominan dalam arsitektur.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:

    Pengaruh kebudayaan Romawi.

    Pengaruh agama Kristen.

    Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.

    Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat

    perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun,

    mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di

    bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).

    a. Karakteristik Arsitektur Byzantine

    Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani

    kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur

    Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol

    dari kekuasaan yang Maha Esa.

    Sistem konstruksi

    beton dari Romawi

    dikembangkan dengan pesat.

    Kubah yang merupakan ciri

    dari daerah timur, menjadi

    model atap Byzantine yang

    merupakan penggabungan

    dari Konstruksi kubah dan

    sudut model Yunani dan

    Romawi. Karena dominan

    bentuk dari seluruh bangunan

    menggunakan bentuk

    lingkaran dan lengkung

    dengan bentang lebih lebar.

    Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-

    kecil diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk

    denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 19

    Gambar 3.3: Struktur Pendetive

    Sumber: en.wikipedia.com

    batu apung yang disebut

    Purnise. Kubah dibuat

    tanpa menggunakan

    penunjang sementara

    (bekisting). Kubah bola

    utama tersebut

    melambangkan Surga

    menurut ajarannya,

    sedangkan kubah-kubah

    sudut atau disebut

    Squinch untuk

    menggambarkan

    ajarannya dalam bentuk

    mosaik antara Bema atau bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh

    Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture tirai. Bentuk Eksterior, kadang tidak

    berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk, 2014).

    b. Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi

    Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik

    dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan

    material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine

    membawa pengaruh terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.

    Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek,

    dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan,

    unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja.

    Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka

    atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi

    berkembang menjadi semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk

    membentuk arsitektur Byzantine.

    Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum

    lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri

    sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama

    dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar

    sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah

    liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma.

    Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang

    tidak selalu dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga

    dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan

    banyak macam desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade. (Febrianita, dkk,

    2014).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 20

    Gambar 3.5: Ruang dalam Hagia

    Shopia

    Sumber: en.wikipedia.com

    c. Hagia Sophia

    Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan

    diperbaiki kembali setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD.

    Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara

    gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.

    Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami perbaikan dan renovasi, kebanyakan

    disebabkan oleh gempa bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang. Sampai

    pada masa Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565), Hagia Sophia menjadi lebih besar dan

    megah, namun tidak mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah dan tampilan

    bangunannya. (Febrianita, dkk, 2014).

    1) Fungsi

    Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari

    gereja ke masjid selama hampir lima abad, sekarang

    akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi

    museum ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis,

    Mustafa Kemal Atatrk. Pada 1923, museum Hagia

    Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya

    peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di

    dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama

    Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat.

    (Febrianita, dkk, 2014).

    Gambar 3.4: Hagia Sophia

    Sumber: en.wikipedia.com

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 21

    Gambar 3.6, Kolom struktural utama.

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 3. 7, Hagia Sophia

    Sumber: en.wikipedia.com

    2) Bentuk

    Denah utama Hagia Sophia adalah ruang

    tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran

    32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom

    struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini

    menyangga pelengkung setengah lingkaran yang

    menyangga kubah utama.

    Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi

    548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat

    dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding

    yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang

    keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah

    Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari Tralles.

    Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh

    bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan

    mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar

    makhluk hidup.

    Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia

    dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6)

    yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya

    Byzantine didasari oleh karya bangunan Kristen

    awal yang menempatkan area pembaptisan dan

    kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga

    ruang-ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi radial dengan pusatnya

    yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak

    lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi banyak dengan

    ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.

    Gambar 3.9, Fasade Hagia Sophia

    Sumber: en.wikipedia.com

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 22

    Gambar 3.10, Perbedaan kubah Pendetive

    dengan kubah pada umumnya.

    Sumber: en.wikipedia.com

    Gambar 3.11, Skema Pembebanan

    Bearing Wall.

    Sumber: en.wikipedia.com

    Kubah merupakan ciri khas arsitektur

    Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur

    pendentive. Pendentive adalah struktur yang menopang

    kubah, berbentuk A terbalik dengan kolom

    dibawahnya. (Febrianita, dkk, 2014).

    3) Sistem Strukur Dan Kontruksi

    Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur

    yang digunakan adalah Dinding Pemikul (Bearing

    Wall). Pada dinding, penggunanaan batu bata

    terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan

    sebelum lapisan permukaan interior dan lantai

    marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang

    berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari

    konstruksi Byzantium.

    Penggunaan batu bata yang sama dengan

    bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan

    diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai

    perekat antara batu bata berupa campuran antara

    kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik

    atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan

    bangunan terbaik di Roma. (Febrianita, dkk, 2014).

    4) Estetika & Material

    Pondasi & Lantai :

    Secara keseluruhan lantai bangunan

    Hagia Sophia, material yang digunakan rata-rata adalah marmer, yang didatangkan dari

    pulau-pulau di Laut Mediterania bagian timur.

    Elemen Dinding

    Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik yang

    terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran

    dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan jendela. Jendela-jendela kecil

    setengah lingkaran mengelilingi dasar kubah (pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan

    kepala tiang (capital) bergaya Korintia dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara

    simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita, dkk, 2014).

    Atap/Kepala Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional bangsa Timur, menjadi motif umum

    asitektur Byzantine, yang merupakan gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya

    kolumnar klasik. Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi denah

    persegi dengan teknik Pendetives. Kubah dan lengkung Byzantine diperkirakan dibuat

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 23

    Gambar 3.16, Urutan Konstruksi Atap

    Sumber: en.wikipedia.com

    tanpa menggunakan penyokong sementara atau perancahan atau centering dengan penggunaan batu bata datar yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup nyata yang

    kemungkinan didapat dari metode Timur. Jendela-jendela disusun pada bagian bawah

    kubah, yang pada periode berikutnya dinaikkan letaknya pada drum yang tinggi. (Febrianita, dkk, 2014).

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 24

    5

    KRISTEN AWAL

    Geografis, Geologis dan Iklim

    Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo Petrus dan santo Paulus ke

    Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir Banister fletcherA History of architecture, The

    Athlone Press. London. 1975.h.345.) Wilayah

    kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di

    sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia

    Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah

    berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas,

    pada jaman Kristen Awal (313-800).

    Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen

    Awal, pada bahan bangunan khususnya bahan

    galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah

    bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan

    marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk

    dekorasi termasuk mozaik dan patung. Iklim

    berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang lebih panas,

    biasanya lebih banyak membuat jendela.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 25

    Sejarah

    Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I 280-337 M, Kaisar Roma

    dengan sebutan Konstaintin yang Agung/ Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya

    menerima dan mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang sudah

    ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan pusat administrasi dan

    pemerintahan dari Roma ke Konstatntiopel Constantinople sekarang Istanbul di Turki, pada

    330). Hingga Charlemagne (800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir

    satu abad sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan penguasaan,

    hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376, berhasil menguasai wilayah

    utara hingga Itali. Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric.

    Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada 584 orang-orang

    Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau jermal utara yang mendominasi

    seluruh itali antara 584-774), menguasai hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad. Pada 800,

    charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar dalam dinasti carolingian yang juga

    di ambil dari namanya. Charlemange artinya charles agung charles the great, juga digelari

    Charles I, selain menjadi raja perancis, juga emperor tahta suci romawi holy Roman Empire)

    dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan menyatu dalam sisitem

    pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung hingga 1806. Roma tidak lagi

    mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000, karna sekain timbul

    regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat. Constatine memindah pusat

    pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah

    menjadi Constantinople. Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute

    monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan

    ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua:

    valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95

    berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat Suatu rangkaian emperium di

    barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di

    konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang

    memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada

    jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen

    awal berikutnya raja di pilih dari semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar

    perancis sekarang), afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan

    kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romano-teotonic, memberikan

    kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti dari sejarah ini, hingga sekarang masih

    terlihat pada banyak nya negara-negara kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari

    sistem veodal, para tuan tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih

    kuat, ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara baru ini selain membuat

    budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa mengganti bahasa latin.

    Arsitektur Gereja Basilika dan gereja

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 26

    Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur kadang-kadang secara

    sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa lampau terekspresi pada masa sesudahnya.

    Dalam arsitektur suatu gaya merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya

    sebelumnya, setelah mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit

    demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari

    tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan,

    membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi faktor

    tertentu. Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII), mempunyai nilai

    yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi. Gereja-gereja Basilikan mempunyai

    kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan

    bentangan lebih lebar. Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas

    ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Kolom berderet dikiri-

    kanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk

    setengah lingkaran atau setengah segi banyak.

    Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam

    gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal. Warna, kaca warna dan mozaik

    mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada

    bagian dalam dari kubah. Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman

    romawi, digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk

    bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek untuk membangun

    gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja yang besar biasanya terbesar

    dilingkungannya. Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330)

    didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero. Gereja basilika ini

    didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam

    komplek vatikan, di roma. Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan

    berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk

    ke atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini dapat di capai

    melalui tangga melebar, hampir selebar gereja.

    Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit kembar aisle yang

    terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave, terdapat apse, dalam hal ini denahnya

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 27

    setengah lingkaran. Pada tengahnya diletakan altar. Di sebelah selatan

    menempel pada sanctuary, terdapat unit kembar denahnya lingkaran,

    beratap kubah, satu untuk makam Honorius, lainya untuk gereja kecil.

    Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom.

    Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut

    bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung-

    pelengkung. Atap dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk

    pelana yaitu atap berisi miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari

    nave, terdapat deretan jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas

    arsitektur Kristen Awal. Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya

    setengah kuda-kuda (kuda-kuda dengan satu sisi miring), juga disanggga

    oleh deretan kolom menyangga pelengkung-pelengkung seperti pada nave

    Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo Petrus

    (basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur Kristen

    Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian tengah

    adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung dari

    aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal, bagian dalam di sangga

    oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya dinding.

    Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432-

    440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di liahat keindahan antara

    lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu).

    Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga entablature

    berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet,

    selang-seling dengan panel-panel, dimana

    masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan

    pada panel dinding tersebut bertema

    sejarah Perjanjian lama, di antaranya

    lukisan penyebrangan Laut Merah dan

    jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup

    dengan plafond, diukir dengan pola

    kotak-kotak.

    Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108),

    dibangun kembali di atas lokasi dimana

    sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih

    tua yang dibongkar.Bebe rapa pondasi

    lama masih ada pada ruang bawah tanah

    yang beratap pelengkup(crypt). Meskipun

    dibangun pada jaman Kristen awal,

    namun ciri arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kuat mendominasi gereja ni.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 28

    Atrium dikelilingi portico atau arcade di

    sebelah timur dari unit pertama, di tengah-tengah ada

    air mancur untuk pensucian dan pemandian. Pintu

    masuk ke dalam atrium ada dua : yang utama di

    depan sebelah timur melalui sebuah porch, satu

    lainnya pada portico lateral utara. Bagian utama

    gereja seperti hampir semua gereja pada

    jamannyasegi empat, memanjang diujunga terdapat

    apse , sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave

    ada choir yaitu tempat untuk koor penyanyi gereja.

    Choir dikelilingi dinding semacam pagar

    (balustrade), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah

    kanan epistle ambo, tempat berkotbah dan membaca

    ayat-ayat suci dari Injil. Meskipun pandangan dari

    luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama,

    yang di sebelah selatan lebih lebar. Konstruksi

    portico lateral berupa kolom-kolom lonik, depan dan belakang berupa pelengkung patah silang

    diagonal. Pada ruang utama, kolom-kolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga

    pelengkung-pelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya setengah

    lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque. Gereja S. clement di Roma

    (1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri), tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom

    untuk ilin (cendelabrum) dan detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch

    (gerbang masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo

    (gambar-gambar di kanan-tengah). Ruang dalam (bawah). Gereja Saint Paolo Fouri le Mura

    (380) adalah juga salah satu dari basilica utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo

    Paulus (Saint Paul). Pada 1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir

    memusnahkan seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya.

    Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika Santo Petrus, Roma,

    lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh aisle ganda di kiri kanan, apse diujung

    berdenah setengah lingkaran. Kolom berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga

    dinding dan konstruksi atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 29

    kuda ganda dari atap satu sisi miring.

    Semua kepala kolom dihias dengan corak

    Korintien. Atrium dikelilingi portico

    menjadi cirri dari arsitektur gereja pada

    jaman ini, dahulu juga ada, namun

    asebagian sudah runtuh. Diluar Roma tidak

    sedikit gereja dan basilika dibangun dengan

    arsitektur berciri khas seperti beberpa

    gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna,

    sebuah kota di Itali utara-timur, beberapa

    kilometer dari pantai Mediterania, terdapat

    sebuah gereja bernama S. Apollinare in

    Classe (534-9). Gereja didirikan oleh

    Justanian diatas lokasi dimana sebelunya

    terdapat kuil pemujaan dewa Apolo.

    Kemungkinan besar seniman dan pengrajin

    dalam membangun gereja ini dari Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup

    besar dalam gereja ini.

    Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave ditengah apit kembar di kiri-

    kanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam

    hanya berupa narthex. Kolom berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala

    Korintien, dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan bagian

    utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh,

    namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi,

    dicapai harus melalui tangga, karena berada

    di atas ruang yang sebagian di bawah tanah

    (crypt).

    Ada perbedaan secara prinsip

    dibanding dengan gereja-gereja dibahas

    sebelum ini adalah pandangan depan yang

    tidak simetris. Yang membuat tidak

    simetris adalah sebuah unit di sebelah kiri

    atau utara depan dari gereja untuk masuk

    dari sisi utara. Campanil atau menara

    lonceng yang terdapat di sisi utara,

    denahnya juga agak berbeda dibanding

    dengan lainnya, disini berbentuk lingkaran.

    Atap di atas nave kontruksinya kuda-kuda berbentuk plana dengan

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 30

    dua sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen Awal, juga

    terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda dari kayu tidak ditutup dengan

    plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi.

    Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut

    Agean ( sekarang dalam wilayah Yunani ), terdapat

    sebuah gereja bernama St. George, didirikan ketika

    wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya

    berbeda dengan gereja gereja didirikan sejaman yang

    cenderung membuat denah segi empat, disini lingkaran

    Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang

    dari lima meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit

    berkurang ketebalannya mejadi sekitar tiga meter.

    Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya

    terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng,

    berbentuk kerucut hampir datar, bertumpuk tiga. Dengan

    demikian dari segi ruang dalam, maka

    kubah hanya berfungsi sebagai penutup

    semacam plafond, namun berupa ceruk

    ( bagian dalam dari kubah ). Pada

    dinding bagian atas terdapat tujuh jendela, karena tebalnya dinding

    jendela jendela yang ambangyna pelengkung ini mirip seperti

    ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh jendela.

    Apse terdapat di ujung sebuah ruang yang denahnya segi empat,

    menjorok ke luar dinding, pada sumbu membujur dari nave yang

    bentuknya lingkaran tersebut. Selain ketujuh jendela, semua jendela

    besar kecil lain ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja

    ini tidak mempunyai hiasan, sangat bertolak belakang dengan

    bangunan bangunan lain yang sejamannya. Salah satu gereja

    yang menyandang nama karena mepunyai denah berbentuk

    lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 83 ).

    Gerja ini terbesar di antara gereja gereja lain berdenah lingkaran (

    diameter 64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar.

    Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel ( gereja kecil ). Masing

    masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya radial bagian dari lingkaran. Apse kecil

    dari setiap kapel, menjorok ke luar, denahnya setengah lingkaran.

    Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ), bergaris tengah

    23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model Korientin, menyangga pelengkung

    dan entablature berbentuk cincin. Di atas entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa

    kerangka kuda kuda kayu pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 31

    23.00 M, dari permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang atasnya

    pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat ini bentuknya kerucut,

    tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda kuda kayu ditutup genting

    Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam gang ( ambulatory ),

    pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom kolom silindris Korintien. Atap

    lingkaran luar tersebut setengah kuda kuda membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh

    lebih rendah dari atap lingkaran.

    Makam dan Babtistery

    Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang merupakan

    kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan menjadi salah satu cirri arsitektur

    Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya

    lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena

    mempunyai titik focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam.

    Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di Roma, dibangun pada

    330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia. Pintu masuk melalui sebuah porch,

    berdinding tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan

    dengan pintu lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya melengkung, khas Kristen Awal.

    Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter 12.20 M, dikelilingi

    oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya

    5.00 M. Gang semcam nave melingkar

    tersbut terbentuk oleh dinding luar dan

    deretan kolom granit posisinya pada

    lingkaran, sebanyak 12 buah, masing

    masing ganda dan kembar. Penampang atap

    gang, berupa pelengkung setengah lingkaran.

    Kolom kolom menjadi tumpuan dari

    pelengkung, yang juga posisinya melingkar.

    Pada bagian atas diameter dinding mengecil,

    menjadi tambur ( tambour ) atau drum,

    menumpu atap berbentuk kubah. Di

    sekeliling tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah

    lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja

    disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian

    kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond.

    Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran, namun bentuknya

    sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut di atas. Makam terdiri dari dua

    lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding

    bagian luar poligoanl sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 32

    semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond dari lantai

    bawah berbentuk pelengkung.

    Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam lingkaran penuh, sedangkan

    bagian luar decagonal. Selain denahnya yang berbentuk salib, keunikannya lain dari makam,

    adalah tangga yang berada di luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri kanan pintu masuk

    lantai bawah. Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M.

    Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak banyak makam yang

    denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib, kepala dan tengah tengah yang

    membentuk ruang segi empat, terdapat makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang )

    di utara timur, atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih

    tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala, denahnya bujur

    sangkar, dikelilingi oleh empat buah pelengkung.

    Bagian dalam dari ruang tengah tersebut dindingnya tinggi, beratap

    kubah, namun di luar ditutup oleh atap pyramidal. Karena denahnya

    bujur sangkar maka bentuk kubah tidak

    penuh berbentuk bagian dari bola, namun

    pada bagian setiap sisi terpotong bidang

    vertical dari dindingnya.

    Semua dinding terbuat dari

    konstruksi bata, pada sisi sisi luar dihias

    dengan pelengkung mati. Hiasan di luar

    tidak terlalu banyak hanya berupa

    molding dan semacam cornice,

    membentuk garis garis besar horizontal

    dan miring mengikuti kemiringan atap.

    Pada dinding tengah ynag tinggi, masing

    masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup

    banyak hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan

    dinding.

    Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan

    khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma ( 432 40 ) di

    bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai

    karena kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah

    salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 33

    tempat lain. Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi oleh

    lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi berhadapan 19.20 M.

    Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan buah kolom pada setiap

    titik sudut segi delapan dalam dan dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai

    lingkaran luar. Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya

    lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil. Masing masing

    kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga menumpu entablature berbentuk cincin,

    di atsnya lagi pada setiap sisi ada dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat

    jendela atas bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bulls aye ). Bagaian dalam

    atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah. Bentuk kubah bukan

    bagian dari bola, namun paath patah sebanyak delapan buah sejumlah dindinding dari denah

    hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting. Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran

    atau segi banyk, mungkin karena bentuk bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di

    tengah seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik focus

    tersebut, dapat dirasakan lebih khidmat.

    Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di selatan timur (

    Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat.

    Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan kolom berdiri pada

    setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi berhadapan 6.10 M.

    Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya turun tiga trap,

    mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan. Lingkaran luar pertama

    diameternya 11.60 M pada sekelilingnya

    terdapat 15 kolom kembar berjejer ke arah

    titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima

    belas kolom tersebut menyangga kubah

    yang tumpuannya berupa pelengkung

    pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa

    ambulatory terbentuk oleh kolom kolom

    tersebut dengan dinding yang denahnya

    lingkaran penuh. Plafond dari ambulatory

    lengkung lengkung jga kosentrik.

    Meskipun bagian atas di ruang dalam

    bagian tengah bentuknya kubah dan

    pelengkung disekelilingnya, namu atapnya

    berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu

    sisi miring. Pada dinding diantar atap

    tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela

    atap.

    Aneka Dekorasi Gereja pada jaman Kristen Awal

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 34

    Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian bagian etrtentu dengan

    relief, ukiran, dan lain lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi ( jaman kelanjutan

    yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangn dari gaya Romawi,

    dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding.

    Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih terkihat jelas pada Order

    yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang dihias ( entablature ). Yang paling banyak

    diantarnya ialah Order Korientien, yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita .

    Hiasan geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain lantai,

    dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda jaman Kristen Awla

    terlihat berikut.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 35

    6

    ROMANESQUE

    SEJARAH DAN GEOGRAFI

    Budaya barat tidak berhenti mendapat

    warna Romawi, meskipun imperium itu runtuh pada

    abad V. Wilayah wilayah bekas jajahan Romawi pada

    masa itu jatuh ke berbagai kelompok suku antara lain :

    dari Jerman menguasai wilayah Lombard di Itali bagian

    utara, kelompok suku Burgundy menguasai wilayah Gaul,

    Anglo-Saxon di Britania.sementara itu pada abad VII,

    fisigoths di Spanyol jatuh ke tangan Arab, namun

    Ekspansi Arab ke Eropa melalui Spanyol, terhenti di

    Poitiers (Prancis bagian selatan) pada 732 oleh Carlos

    Martel seorang pemimpin Frankis. Selanjutnya pada Abad

    IX, Eropa Barat dan wilayah laut Mediterania, terbagi dalam berbagai imperium. Wilayah

    dan penguasaanya antara lain Carolingian di utara-barat, Bisantin di tengah kawasan yaitu

    kawasan mediterania dan Abbasia di wilayah Arab, Mesir dan Afrika utara.

    Carolingian adalah istilah dipakai untuk menyebut wilayah, kekuasaan dan

    imperium didirikan Charlemagne, menjadi raja mulai darin768, dinobatkan menjadi

    imperior 800-14. Dinasti Charlemagne berkuasa hingga abad XX, wilayah berkuasanya

    meliputi Perancis, Jerman, dan Belanda.

    Carolongian Renaissance

    Penobatan Charlemagne dilaksanakan di S.Peter Roma, menandai jaman baru di Eropa,

    yaitu jaman Jerman-Kristen, dimana secara politik dan keagamaan dibawah That Suci

    Romawi (Holy Roman Emperor). Jaman itu disebut Carolingian Renaissance yang punya

    dasar budaya Jerman, terkait langsung dengan tradisi Romawi, mendapat pengaruh besar

    dari Bisantin dan Oriental. Jaman Carolingian yang juga sering disebut awal atau Pra-

    Romanesque, pada akhir abad VIII dan abad IX. Arsitektur Carolingian mempunyai ciri

    tersendiri terdapat terutama di Jerman dan Prancis.

    Contoh sangat representatif dari arsitektur jaman tersebut adalah Istana Aix-la chapelle di

    mana di dalamnya terdapat Kapel Palatine, di Aacen (792-805). Aacen saat ini menjadi

    bagian dari Republik Federasi Jerman, terletak di bagian barat, dekat dengan perbatasan

    Belgia. Kompleks dibangun oleh Charlemagne dalam kompleks seluas lebih kurang 20 Ha.

    Secara keseluruhan, kompleks terbagi menjadi tiga bagian berupa unit-unit satu dengan yang

    lain terpisah, namun dihubungkan oleh sebuah selasar cukup panjang. Paling utara adalah

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 36

    unit untuk audiensi(Sala Regails). Yang diletakkan di depan Apse (posisinya sama denagn

    altar di gereja). Ruang audiensi mempunyai porche di sebelah selatan. Unit kedua berupa

    hall di tengah-tengah, ke kiri atau ke ruang audiensi, melalui sebuah selasar di bawah atap,

    sepanjang lebih kurang 50 M. Ke arah kanan atau selatan dari hall juga terdapat lagi selasar

    yang bentuk dan panjang sama dengan yang disebut pertama, menghubungkan hall dengan

    Kapel. Bagian dimana terdapat Kapel, selain kapelnya sendiri. Ada tiga unit lain masing-

    masing tersusun dalam pola silang salib atau

    huruf T. Pada kaki terdapat atrium cukup luas

    dibanding dengan kapel yang tidak terlalu besar.

    Bagian ini dihubungkan langsung dengan bagian

    sentral dari kapel. Gang atau ruang peralihan

    antara atrium denagn kapel, diapit kembar di kiri-

    kanan oleh sebuah tangga naik menuju ke

    menara(turret).

    Arsitektur kapel sangat mirip dengan S.Vital di

    Ravenna. Denah kapel poligonal bersisi 16, garis

    tengahnya 32 M. nave atau bagian sentraldari

    kapel dikelilingi oleh delapan kolom, masing-

    masing bila ditarik garis antara dua kolom

    berdampingan terbentuk segi delapan. Kolom-

    kolom cukup besar dengan penampangsegi

    banyak tidak beraturan, menyangga sebuah

    kubah garis tengahnya 14,5m. Kubah ini

    dahulu ditutup dengan atap pi ramida bersisi

    delapan. Aisle dua lantai menelilinginnave,

    bagian dalam segi delapan, namun dinding

    bagian uarnya segi enambelas. Lantai dua

    untuk gang atau balkon, membentuk

    mezzanine di atas nave.

    Sejak didirikan kapel cukup banyak mengalami

    perubahan, terutama pada masa antara 1353

    hingga 1413, apse diperpanjang ke belakang

    (timur) untuk ruang kotor (choir) dengan gaya

    gotik. Bidang-bidang segitiga pada ujung-ujung

    dari atap pelana (gable) dibuat pada abad XIII.

    Kapel tambahan kiri-kanan dibangun pada abad

    XIV dan XV. Hiasan-hiasan runcing-piramida

    (steeple) ditambahkan pada jaman modern abad

    XX

    Pengaruh Bisantin dalam arsitektur Kapel

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 37

    Palatine terlihat antara lain pada jendela atas di setiap sisi tambur. Kolom-kolom silindris

    dan dekorasinya pada lantai atas amabang atas pelengkung adalah bagian khas dari arsitektur

    Romawi.

    Di Worms, sebuah kota sekarang di dalam Republik Federal Jerman, sekitar 50 Km dari

    Frankfurt, terdapat sebuah katedral, memakai nam kotanya yaitu katedral worms, didirikan

    oleh Conrad II. Pembangunan dimulai pada 1171 selesai dibangun pada 1230, merupakan

    rekonstruksi dari Katedral S.Peter sudah ada sebelumnya tidak diubah. Seperti kota-kota

    modern yang ada di Eropa sekarang, bangunan kuno ini berada di tengah-tengah kota

    Worms saat ini menjadi kota lama. Katedral berdenah segi empat, sisi terpanjang 107.60 M

    lebar 25.60 M. perbandingan keduanya sekitar sari dibanding empat lebih, sehingga katedral

    terlihat sangat panjang. Di Cologne, sebuah kota di Perancis bagian selatan, terdapat sebuah

    gereja berarsitektur Carolongian, bernama gereja Apostles gereja didirikan mulai 1190 dan

    masa-masa berikutnya banyak mengalami penambahan. Denahnya memanjang ke arah

    timur-barat dari ujung ke ujung panjangnya 82.30 M lebar 26.80 M terdiri dari nave dan

    aisle kiri-kanan (utara selatan). Tata runag semacam itu menjadi tradisi gereja sejak jaman

    Kristen Awal. Gereja mempunyai apse dobel, khas Carolongian satu yang utama diujung

    timur-utara, lainnya di barat-selatan. Apse di ujung timur lebih besar denahnya setengah

    lingkaran, yang dibarat bujur sangkar. Meskipun tidak setinggi katedral Worms, corak

    Carolongian lainnya juga terlihat pada adanya menara mengapit kembar di kiri kanan

    masing-masing apse tersebut diatas. Keunikan gereja ini antara lain terlihat pada adanya

    ceruk maacam apse, di sisi kiri kanan (utara selatan) ujung timur nave. Denah dari bagian

    semacam apse tersebut setengah lingkaran, sama dengan apsenya yang ada di ujung timur.

    Pada ujung timur terdapat empat buah klom besar dan tinggi (dalam posisi pada titik sudut

    bujur sangkar), penyangga atapnya yang berbentuk kerucut patah-patah bersisi delapan.

    Pada puncak dari atap bersisis delapan terdapan lantern. Selain atap-atap runcing kerucut,

    termasuk pada atap menara, nave yang memanjang beratap pelana dengan kerangka kuda-

    kuda kayu segi tiga. Atap aisle setengah kuda-kuda berisi miring tunggal. Kedua menara

    kecil di ujung barat mengapit sebuah unit berdenah bujur sangkar di ujun barat. Bagian ini

    dindingnya tinggi membentuk sebuah menara tinggi dan besar. Gereja S.Michael di

    Hildeshiem sebuah kota kecil di Jerman bagian utara-timur sekitar 200 Kmdi sebelah barat

    dari Berlin, dibangun antara 1001, juga berkarakter dominan Carolongian. Gereja

    mempunyai empat menara dalam hal ini semuanya silindris, meninggi atapnya kerucut. Dua

    diantaranya didepan kembar mengapit ujung depan nave depan, dua lainnya dibelakang

    mengapit narthex. Denah gereja simetris, bagian-bagian selain menara, gerbang masuk dan

    ujung depan nave, atapnya pelana dan aisle beratap satu sisi miring.

  • A r s i t e k t u r K l a s i k 38

    ARSITEKTUR ROMANESQUE DI ITALY (abad IX hingga XII)

    Setelah kematian Charlemagne,

    Italy mengalami disintegrasi,

    kekaisaran lemah, keadaan anarki.

    Pisa menjadi kota penting dan

    berkembang pesat di jaman

    pertengahan. Ciri dari Romanesque

    italia, terlihat pada wajah depan,

    sangat ramai dengan hiasan, deretan