tugas pak suhadi.doc

16
ANALISIS PRAKTEK-PRAKTEK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DILEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Arus globalisasi dan kemajuan teknologi tidak selamanya berdampak positif, ternyata ada juga dampak negatifnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di mancanegara sana, saat ini bisa disaksikan di dalam rumah melalui layar televisi, internet dan fasilitas teknologi informasi lainnya yang secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak diusia remaja yang memiliki kecenderungan untuk mencoba-coba sesuatu, tidak sabar, mudah terbujuk dan selalu ingin menampakkan egonya. Diselenggarakannya praktek-praktek pendidikan sebagai acuan mereka didalam melangkah menuju hidup selanjutnya, dan memberikan pengetahuan secara konkrit dan sistematis didalam memberikan arahan yang tepat kepada mereka sesuai dengan perkembangan mereka didalam berfikir, dan dijadikan sebagai pedoman untuk melangkah menuju manusia yang berilmu. Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, tetapi bimbingan dan pengarahan pendidikan agar ia menjadi manusia purna. Pendidikan sangat perlu bagi manusia dan hanya manusialah yang memerlukan pendidikan. Proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu atau sosial, untuk mengarahkan potensi-potensi dasar (fitrah) maupun belajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai islam untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 1

Transcript of tugas pak suhadi.doc

ANALISIS PRAKTEK-PRAKTEK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DILEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Arus globalisasi dan kemajuan teknologi tidak selamanya berdampak positif, ternyata ada juga dampak negatifnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di mancanegara sana, saat ini bisa disaksikan di dalam rumah melalui layar televisi, internet dan fasilitas teknologi informasi lainnya yang secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak diusia remaja yang memiliki kecenderungan untuk mencoba-coba sesuatu, tidak sabar, mudah terbujuk dan selalu ingin menampakkan egonya.

Diselenggarakannya praktek-praktek pendidikan sebagai acuan mereka didalam melangkah menuju hidup selanjutnya, dan memberikan pengetahuan secara konkrit dan sistematis didalam memberikan arahan yang tepat kepada mereka sesuai dengan perkembangan mereka didalam berfikir, dan dijadikan sebagai pedoman untuk melangkah menuju manusia yang berilmu.

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia. Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, tetapi bimbingan dan pengarahan pendidikan agar ia menjadi manusia purna. Pendidikan sangat perlu bagi manusia dan hanya manusialah yang memerlukan pendidikan. Proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu atau sosial, untuk mengarahkan potensi-potensi dasar (fitrah) maupun belajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai islam untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Melihat realitas yang ada menjadi sebuah keharusan dan kewajiban didalam mengadakan sebuah penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan islam dimana generasi saat ini begitu membutuhkan pengetahuan secara spiritual, dengan tujuan memudahkan mereka didalam melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Jika melihat realita sekarang pendidikan islam tertinggal karena tidak sesuainya dengan teori-teori efektif school. Lalu lembaga pendidikan islam sendiri merupakan suatu wadah untuk mewujudkan segala keinginan didalam mendidik anak yang sesuai dengan ajaran islam yakni alquran dan hadis.Dengan demikian penting untuk menganalisa fakta penyelenggaraan pendidikan islam sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan perkembangan zaman yang telah bergulir.

2. Topik Pembahasan

Dalam rangka menfokuskan kajian agar terarah dan detail maka topik pembahasan pada makalah ini dibatasi pada :

a. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan islam

b. Bagaimana analisis penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan islam

3. Tujuan Penulisan

a. Bagi Penulis;

1) Memberikan gambaran yang jelas tentang praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan

2) Menjadi pengetahuan penting dalam menyelenggarakan pendidikan dilembaga pendidikan islam

B. PEMBAHASAN1. Penyelenggaraan Pendidikan di lembaga pendidikan islam

Mayoritas penduduk indonesia beragama islam, bahkan umat islam di indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan komposisi penduduk yang demikian, harus disadari bahwa keberadaan pendidikan islam tidak bisa diremehkan meskipun masih ada beberapa kelemahan dan kenyataan bahwa tidak setiap muslim dinegri ini belajar di lembaga pendidikan islam

Pendidikan islam di indonesia termasuk warisan peradaban islam, sekaligus aset bagi pembangunan pendidikan nasional. Sebagai warisan, ia merupakan amanat sejarah untuk dipelihara dan dikembangkan oleh umat islam dari masa ke masa. Sedangkan sebagai aset, pendidikan islam yang tersebar di wilayah ini membuka kesempatan bagi bangsa indonesia untuk menata dan mengelolanya sesuai dengan sistem pendidikan nasional

Penyelenggaraan pendidikan merupakan bagian terpenting dari gerak lajunya lembaga pendidikan. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu membuat rencana umum yang menyeluruh untuk kemudian dibuat rencana-rencana khusus agar memudahkan pelaksanaan kegiatan pendidikan, dengan demikian pelaksanaan kegiatan pendidikan akan lebih sistematis, terarah, efektif dan efisien

Eksistensi lembaga pendidikan islam di indonesia terutama bentuk pesantren telah cukup tua, seiring dengan keberadaan para penyebar islam. Lembaga tersebut mengalami berbagai perkembangan dengan berdirinya madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi, dan lembaga kursus serta pelayanan umat. Masing-masing lembaga tersebut semakin berkembang setidaknya secara kuantitatif. Jumlah lembaga-lembaga itu senantiasa bertambah dari tahun ketahun dan tersebar di seluruh indonesia. Sayangnya secara kualitatif masih menghadapi berbagai problem yang serius walau sedang berusaha untuk diatasi, baik problem yang bersifat internal maupun eksternal. Keberadaan lembaga pendidikan islam baik yang berbentuk pesantren, madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi baik secara terpisah maupun bersama-sama dalam satu kompleks masih jauh dari apa yang diharapkan umatnya.

Secara kualitatif lembaga-lembaga pendidikan yang sekarang ini muncul serta dinilai terkemuka(outstanding) masih jauh dari penilaian ideal. Karena, memang dalam bahasa pengembangan pendidikan berlaku adagium start from the beginning to the end, and end for the beginning.

Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya masyarakat menimbulkan tuntunan yang semakin tinggi terhadap standar pendidikan. Apalagi ketika disadari bahwa pendidikan merupakan faktor penentu bagi kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa, membuat kelemahan yang ada pada pendidikan islam semakin terasa sekali dan tentunya harus segera diselesaikan dan diatasi bersama-sama. Lembaga pendidikan islam harus memiliki orientasi yang jelas. Ibarat kendaraan, orientasi itu seperti trayek, yaitu jalur yang harus dilalui untuk ,mencapai tujuan. Dengan pengertian lain, orientasi itu layaknya sasaran yang mengantarkan pada tujuan. Oleh karenanya,orientasi dapat membuat gerak pendidikan lebih terarah, teratur,dan terencana. Untuk merumuskan orientasi tersebut perlu mempertimbangkan fenomena-fenomena yang terjadi terkait dengan pendidikan.

Berdasarkan orientasi pendidikan islam tersebut yang tampaknya berdimensi ganda lembaga pendidikan islam dalam semua bentuknya (pesantren, madrasah, sekolah serta perguruan tinggi) harus dikelola dan diselenggarakan dengan stategi tertentu yang mampu menyehatkan keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bahkan dapat mengantarkan pada kemajuan yang signifikan.

Namun, strategi yang dipilih harus mempertimbangkan berbagai kondisi yang dirasakan lembaga pendidikan islam itu, sehingga menjadi strategi yang fungsional. Suatu strategi yang benar-benar mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi sehingga ia dapat berfungsi layaknya resep yang mujarab dalam mengatasi masalah.Strategi semacam itu harus berbentuk langkah-langkah operasional yang dapat dipraktekkan dengan suatu mikanisme tertentu yang memberikan jalan keluar. Sebelum sampai pada strategi yang detail, perlu ada perhatian tertentu pada skala prioritas guna memantapkan langkah dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan islam.

Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program pendidikan yang didalamnya memuat sesuatu yang akan dilaksanakan, penentu tujuan pendidikan, kebijaksanaan dalam pendidikan, dalam perencanaan arah yang akan ditempuh dalam kegiatan pendidikan, prosedur, dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.Nilai-nilai inti yang menjadi ajaran Islam akan mewarnai proses pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Islam. Perilaku manajerial dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus senantiasa didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta praktik-praktik keteladanan yang diberikan oleh para ulama salaf dan pemimpin Islam.

Konsep manajemen lembaga pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh beberapa asumsi yang mendasari dalam sistem pengelolaaan dan penyelenggarannya. Asumsi-asumsi yang dimaksudkan,antara lain

a. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori yang digali dari sumber dan khazanah keIslaman.

b. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan pendidikan secara umum yang ada pada saat ini.c. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan pendidikan secara umum dengan menjadikan Islam sebagai nilai untuk memandu dalam proses penyelenggaraan pendidikannya.

Ketiga asumsi tersebut di atas, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mengelola lembaga pendidikan Islam dengan baik sehingga menjadi bermutu dan berkualitas sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai. Manajemen di sini pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menata lembaga pendidikan Islam dengan melibatkan seluruh sumber daya manusia dan non manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien di lembaga pendidikan Islam.

Lembaga pendidikan Islam yang dimaksudkan, antara lain pendidikan di pondok pesantren, pendidikan Islam terpadu, pendidikan madrasah dan pendidikan lanjutan seperti IAIN/STAIN, UIN atau Perguruan Tinggi Islam yang bernaung di bawah Kementrian Agama, pendidikan umum yang bernapaskan Islam yang diselenggarakan oleh dan/atau berada di bawah naungan yayasan dan organisasi Islam dan semisalnya.

Ketika prinsip dan kaidah Islam telah menjadi warna, ciri khas dan karakteristik dalam pelaksanaan manajemen lembaga pendidikan Islam, maka semua unsur civitas akademikyang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan Islam dengan tanpa pengecualian harus turut serta melebur dalam warna dan ciri khas serta karakteristik sebuah lembaga pendidikan Islam tersebut.

Imam suprayogo menyatakan bahwa dalam mengembangkan kualitas lembaga pendidikan setidaknya ada 2 sisi yang harus dipenuhi sekaligus: pertama, perhatikan terhadap daya dukung, meliputi ketanagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan, serta manajemen yang tangguh; kedua, harus ada cita-cita, etos , dan semangat yang tinggi dari semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Oleh karena itu persoalan mutu atau kualitas merupakan persoalan yang sangat rumit. Karena, banyaknya komponen penyangga yang harus dibenahi terlebih dulu, yang nantinya akan dapat mengantarkan terwujudnya mutu pendidikan islam sebagaimana yang menjadi harapan kita bersama. Jika komponen-komponen penyangga itu tidak diperbaiki, mutu pendidikan islam tersebut tidak akan terealisasi meskipun semua orang mengharapkan. Dan perbaikan terhadap komponen-komponen itu membutuhkan pengaturan dan pengelolaan yang benar dalam hal pendanaan, strategi, kesadaran bersama, perubahan sistem, kesemptan, dan sebagainya.Untuk mewujudkan kualitas tersebut, sedari awal pendidikan islam harus mempunyai misi yang bersifat teoretis dan aplikatif. Maka, pendidikan islam harus mampu:

a. Membebaskan akal peserta didik dari semua kekangan dan belenggu

b. Membangkitkan indra dan perasan peserta didik sebagai pintu untuk berfikir

c. Membekali berbagi macam ilmu pengetahuan yang dapat membersihkan akal dan meninggikan derajat peserta didik

Hal ini mengarah pada model pendidikan yang membebaskan. Maksudnya, membebaskan dari semua kondisi yang menyebabkan peserta didik berpikiran tidak memiliki saluran kreativitas akibat terbeenggu oleh sikap dan peraturan yang dibuat oleh guru , ternyata menyangkut tata tertib dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang membebaskan hendaknya tidak ada lagi pemberlakuan dikotomi antara subjek dan objek atau antara guru dan peserta didik, sebab mereka memerankan semua posisi itu. Suatu saat peserta didik berposisi sebagai objek, maka, peserta didik sebagai mtra dialog bagi guru, bahkan, peserta didik sebagai pembelajar junior, sedang guru sebagai pembelajar senior. Mereka sama-sama sebagai pembelajar dan hanya berbeda pengalaman. Ini berari, kita membutuhkan perubahan paradigma pembelajaran, menuju suatu model paradigma pembelajaran yang bersifat kesejajaran, kesetaraan egaliter dan inklusif

Beberapa strategi yang ditawarkan dalam mengelola dan menyelenggarakan pendidikan di lembaga pendidikan islam baik berupa pesantren, madrasah, sekolah, serta perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut.a. Merumuskan visi, misi, dan tujuan lembaga secara jelas serta berusaha keras mewujudkannya melalui kegiatan-kegiatan rill sehari-hari

b. Membangun kepemimpinan yang benar-benar profesioanal (terlepas dari intervensi ideologi, politik, organisasi, dan mazhab dalam menempuh kebijakan lembaga)

c. Menyiapkan pendidik yang benar-benar berjiwa pendidik sehingga mengutamakan tugas-tugas pendidikan dan bertanggung jawab terhadap kesuksesan peserta didiknya.

d. Berusaha keras untuk memberikan kesadaran para siwa/santri/ mahasiswa bahwa belajar merupakan kewajiban dan kebutuhan paling mendasar yang menetukan masa depan mereka.

e. Merumuskan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan peserta didik

f. Menggali strategi pembelajaran yang dapat mengakselerasi kemampuan siswa yang masih rendah menjadi lulusan yang kompetitifg. Mengkondisikan lingkungan pembelajaranyang aman, nyaman, dan menstimulasi belajar.

Sebaliknya ada juga keadaan yang harus di hindari dan sedapat mungkin berusaha dikeluarkan dari lembaga pendidikan islam, yaitu sebagai berikut.

a. Politik kepentingan. apa pun kepentingannya, baik kepentingan pribadi, kelompok, maupun organisasi tidak diperkenankan masuk dalam lembaga pendidikan islam. jenis kelamin politik yang boleh masuk dalam lembaga islam hanya satu, yaitu politik pemberdayaan dan bahkan poltik ini harus diwujudkan.

b. Kecenderungan bisnis pribadi. Usaha memperoleh laba dari hasil suatu barang dan jasa serta kegiatan lainnya hanya untuk kepentingan lembaga.

c. Pemborosan. Baik pemborosan waktu, biaya tenaga, dan strategi. Sebab, segala sesuatu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Bila kepala madrasah, pimpinan perguruan tinggi islam, maupun kyai pesantren mampu mewujudkan perubahan pada siswa/santri/mahasiswa dari baik menjadi istimewa, dari sedang menjadi baik sekali, dan dari rendah menjadi baik, maka mereka telah mampu menghadirkan pendidikan yang sejati, mereka merupakan pahlawan pendidikan kemampuannya mengubah kondisi siswa/santri/mahasiswa menjadi lebih baik lagi.Model pendidikan demikian inilah yang seharusnya terjadi yang dapat disebut sebagai pendidikan emansipatoris. Yatitu suatu pendidikan yang membebaskan peserta didik dari kebodohan, keterbelakangan, keterbelengguan, ketersesatan, dan kemaksiatan. Jadi, pendidikan benar-benar hadir sebagai lembaga yang mampu menolong dan memberi jalan keluhuran bagi peserta didik sehingga benar-benar terjadi perubahan positif-konstruktif.Perwujudan perubahan seperti ini sungguh tidak mudah tetapi harus dilakukan pimpinan lembaga pendidikan islam terutama melalui guru/ustadzah/dosen karena kebanyakan segmen peserta didik ini berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah secara intelektual. Kondisi semacam ini memang membutuhkan model pendidikan yang menerapkan strategi ganda. Karena itu, pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan islam harus mengandalkan proses dengan rekayasa menuju metode, pendekatan, maupun strategi yang mampu mempercepat pemberdayaan peserta didik secara maksimal. Hal ini dapat mencapai melalui langkah-langkah:a. Mengidentifikasi problem peserta didik, baik problem personal, intelektual, maupun hubungan sosial.

b. Menerapkan pendekatan persuasif yang berorientasi pada upaya menyadarkan peserta didik.

c. Menerapkan pemberdayaan intelektual peserta didik

d. Membuat kondisi sekolah dan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menarik bagi peserta didik.

e. Berupaya meningkatkan mutu pada semua aspek secara terus menerus.

Khusus dalam pelaksanaan pendidikan dilembaga pedidikan islam diperlukan perhatian yang lebih besar dari pada pendidikan pada umumnya, terutama yang menyangkut mutu pendidikan itu sendiri. Pendidikan agama tidak dapat diukur melalui tabel-tabel statistik, tetapi dengan totalitas peserta didik sebagai pribadi dan bagian dari sistem sosial.2. Analis Penyelenggaraan Pendidikan Di Lembaga Pendidikan Islam

Secara umum lembaga pendidikan islam masih tertinggal kita harus menerima kenyataan yang pahit bahwa posisi pendidikan islam di indonesia menempati kelas ekonomi walau tetap memiliki komitmen untuk menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membangun kembali di masa depan. Posisi ini melekat pada lembaga pendidikan islam setelah bersanding dengan lembaga pendidikan katolik dan lembaga pendidikan umum negri, ternyata, kedua lembaga pendidikan tersebut lebih maju dan jauh meninggalkan lembaga pendidikan islam.

Oleh karena itu, tidak heran bila kita lihat kondisi lembaga pendidikan islam yang hanya mampu bertahan beberapa tahun dan berakhir dengan kondisi yang biasa di sebut oleh slogan la yahya wala yamutu. Hidup enggan mati tak mau, tidak berdaya dan tidak bermutu, sebagai cermin keadaan yang memprihatinkan secara berkesinambungan.

Bagi lembaga pendidikan pendidikan islam yang bernasib agak baik lantaran di kelola secara profesioanl, mendapat dukungan dana yang cukup atau mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat sekitar, masih optimis untuk bertahan hidup. Hanya saja, harus di waspadai jika terjadi sesuatu kontra produktif yang dapat membalik keadaan dan mendegradasikan posisi tersebut. Hal ini bisa saja terjadi, misalnya konflik yang serius antara jajaran pimpinan. Ini merupakan suatu bentuk konflik yang sangat sulit diatasi, karena pihak-pihak yang berkonflik adalah para pengendali dan penentu jalannya proses pendidikan. Tampaknya, minat masyarakat muslim terhadap lembaga pendidikan islam belakangan ini telah bergeser dari pertimbangan ideologis menuju pertimbangan rasional. Artinya, mereka tidak bisa serta merta memasukkan putra-putrinya ke madrasah atau sekolah islam hanya karena kesamaan identitias keislaman. Akan tetapi , mereka melakukan seleksi. Jika ternyata lembaga pendidikan tersebut benar-benar bagus dan berkualitas, mereka sangat tertarik untuk menjadikannya sebagai pilihan Ada beberapa fenomena yang menunjukkan kemajuan yang signifikan dan di minati masyarakat dimana masyarakat mulai memburu sekolah yang keadaannya sudah maju, gejala-gejala kemajuan yang terjadi pada beberapa lembaga pendidikan islam itu sebagian dari proses santrinisasi atau kebangkitan islam, dan pastinya tidak jauh dari proses dan usaha para pemimpin lembaga yang profesional dalam menyelenggarakan dan mengelola pendidikan di lembaga pendidikan islam tersebut, dan mampu membuktikan kemajuannya baik dari segi akademik maupun non akademik maka akan menjadi momentum terbaik untuk era sekarang ini. Sebab, kebutuhan masyarakat masyarakat muslim kelas menengah keatas sekarang ini adalah terjaminnya mutu akademik dan kepribadian, terutama dalam menghadapi era globalisasi.Berikut telah kita ketahui bersama tentang teori-teori diatas yang mengatakan bahwa kepala madrasah baik dari perguruan tinggi maupun pesantren bila dapat memberikan perubahan yang dianggap baik bagi para kalangan masyarakat maka disitulah mereka dikatakan telah berhasil di dalam memberikan pendidikan bagi anak baik itu secara intelektual maupun akademik.Jadi permasalahannya bukan karena masyarakat muslim tidak lagi memiliki komitmen terhadap agamanya yang di wujudkan dengan memilih lembaga pendidikan islam bagi putra putrinya. Akan tetapi, lebih karena tuntutan yang semakin tinggi oleh karena itu dikatakan bahwa kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan islam sebenarnya bukan karena telah terjadi pergeseran nilai-nilai ikatan keagamaan yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga pendidikan islam itu kurang menjajikan dan kurang responsitif terhadap tuntunan dan permintaan saat ini maupun mendatang.Jika melihat penyelenggaraan pendidikan khususnya di lembaga pendidikan islam sekarang masih jauh dari berbagai teori yang telah di kemukakan diatas oleh sebab itu beberapa lembaga pendidikan harus kembali berfikir di dalam memberikan perubahan, baik dari sarana prasarana dan metode-metode yang akan diberikan kepada peserta didik, karena masyarakat pada umumnya telah berfikir jangka panjang , pemikiran jangka panjang selalu mengarah pada pemberdayaan sumber daya manusia terutama melalui proses pendidikan yang benar-benar mampu mengadakan perubahan positif-konstruktif progesif, artinya suatu proses pendidikan yang mampu mengubah kemampuan sederhana menjadi kemampuan tinggi dengan berbagai cara, metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran.Perhatikan pula berbagai proses didalam menyelenggarakan pendidikan di lembaga pendidikan islam itu sendiri dengan beberapa teori yang telah di kemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan beberapa aspek yang itu akan sangat bermanfaat bagi para pemimpin pendidikan di lembaga pendidikan islam dengan menggunakan beberapa konsep, prinsip-prinsip yang sumbernya dari khazanan ke islaman dan tetap memperhatikan perkembangan pendidikan pada saat ini.

Lalu di dalam menyelenggarakan pendidikan khususnya di lembaga pendidikan islam demi memperoleh pendidikan yang berkualitas, harus memberikan kesempatan kepada peserta didik unutuk membebaskan akal peserta didik dari semua kekangan dan belenggu, bebaskan peserta didik di dalam berfikir dan berkreatifitas, dan lebih pada menigkatkan pengetahuan mereka, membersihkan akal pikiran dengan khazanah keilmuan,.

Oleh karena itu, peserta didik hendaknya di berikan peran yang lebih aktif lagi dalam berbagai kegiatan sekolah, mereka bukan saja sebagai peserta didik, tetapi juga pengegas pelaksanaan suatu kegiatan belajar mengajar. Mereka juga perlu di libatkan di dalam pengambilan keputusan dalam batas-batas tertentu.misal seperti mengenai peraturan-peraturan sekolah yang akan di terima oleh peserta didik, sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi subyek, artinya siswa pun di harapkan berperan aktif, berinisiatif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran di sekolah. Berbagai strategi yang telah di kemukakan diatas dan menjadi sebuah keharusan di dalam menyelenggarakan pendidikan di lembaga pendidikan islam demi tercapainya sebuah tujuan bersama demi menambahkan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan islam, pendidikan di lembaga pendidikan islam harus mengandalkan proses menuju metode, pendekatan serta pemberdayaan dan perubahan kepada peserta didik secara maksimal.

Dengan demikian, pendidikan di lembaga pendidikan islam harus di arahkan dan mencapai sebuah perubahan yang maksimal, demi terjaminnya pendidikan di lembaga pendidikan islam itu sendiri, dengan mengutamakan proses pembelajaran untuk peserta didik, mementingkan seberapa banyak mereka memperoleh keilmuan, tidak hanya mementingkan sebuah kelulusan 100% tanpa proses pembelajaran yang baik dan benar.C.PENUTUP

1.Kesimpulan

Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program pendidikan yang didalamnya memuat sesuatu yang akan dilaksanakan, penentu tujuan pendidikan, kebijaksanaan dalam pendidikan, dalam perencanaan arah yang akan ditempuh dalam kegiatan pendidikan, prosedur, dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.

Dengan berbagai teori yang telah di paparkan diatas memberikan sebuah keharusan kepada para pemimpin atau manajer sekolah didalam mengaplikasikannya di lembaganya masing-masing ,demi tercapainya tujuan bersama di dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya di lembaga pendidikan islam.

DAFTAR PUSTAKA

Qomar, Mujamil,. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta:erlangga

Fadzar, Malik A. 1998. Visi pembaharuan pendidikan islam. Jakarta:PT Raja Grafindo

Rahma, Musthafa.2005. holistika pemikiran pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo

Rahim, Husni.2001.arah baru pendidikan islam di indonesia. Jakarta:PT Raja Grafindo

Suprayogo, Imam.1999.Revormasi Visi pendidikan islam.Malang: STAIN Prees

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam(Jakarta:Erlangga,2007),42.

A. Malik Fadzar,Visi Pembaruan Pendidikan Islam(jakarta:PT raja grafindo,1998),46.

Musthafa Rahman, Holistika Pemikiran Pendidikan(jakarta:PT raja grafindo,2005),250.

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....51

Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam...52

Husni Rahim,arah baru pendidikan islam di indonesia(Jakarta:Wacana ilmu,2001),5.

Husni Rahim, arah baru pendidikan islam....6

Imam Suprayogo, Revormasi visi pendidikan islam,(Malang:STAIN Prees,1999),73.

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....54

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam...56

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....57

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....210

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....45

10