tugas pajak nur rachman baru.docx

18
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Undang- undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan edua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1!8" tentang Pajak Pertambahan N#la# Barang dan $asa dan Pajak Penjua %tas Barang Mewah& Terhadap pen'erahan Barang ena Pajak (BP) d#samp#ng d#kenakan Pajak Pertambahan N#la# sebaga#mana telah d#sebut dalam Pasal * Undang-undang PPN dan PPnBM d#kenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)& Beberapa karakter#st#k PPnBM 'a#tu + 1 PPnBM merupakan pungutan tambahan d#samp#ng PPN 2 Pengenaan terhadap PPnBM #n# han'a satu kal# 'a#tu pada saat pen'erahan BP 'ang tergolong mewah oleh Pengusaha 'ang menghas#lkan atau pada saat #mpor& " PPnBM t#dakdapat d#lakukan pengkred#tann'a dengan PPN& (Namun dem#k#an, apab#la ksport#r mengekspor BP 'ang tergolong mewah, maka PPnBM 'ang telah d#ba'ar pada saat perolehan dapat d#rest#tus#&) LATAR BELAKANG PENGENAAN PPNBM 1 PPN berdampak regres#., 'a#tusemak#n t#ngg# kemampuan konsumen, semak#n r#ngan beban pajak 'ang d#p#kul& Untuk mengurang# regres#/#tas terhadap konsumen 'ang mengkonsums# BP 'ang tergolong mewah d#kenakan beban pajak tambahan 'a#tu PPnBM& 2 onsums# BP 'ang tergolong mewah bers#.at kontraprodukt#.& al #n# merupakan upa'a untuk mengurang#pola konsums# t#ngg# 'ang t#dak produkt#. dalam mas'arakat& 1 1 http+ www&a adem#a&edu !323418 Makalah-ppnbm

Transcript of tugas pajak nur rachman baru.docx

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG MEWAH

Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.Terhadap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah disebut dalam Pasal 4 Undang-undang PPN dan PPnBM dikenakan juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).Beberapa karakteristik PPnBM yaitu :1. PPnBM merupakan pungutan tambahan disamping PPN1. Pengenaan terhadap PPnBM ini hanya satu kali yaitu pada saat penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada saat impor.1. PPnBM tidak dapat dilakukan pengkreditannya dengan PPN. (Namun demikian, apabila Eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah, maka PPnBM yang telah dibayar pada saat perolehan dapat direstitusi.)LATAR BELAKANG PENGENAAN PPNBM 1. PPN berdampak regresif, yaitu semakin tinggi kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul. Untuk mengurangi regresivitas ini, terhadap konsumen yang mengkonsumsi BKP yang tergolong mewah dikenakan beban pajak tambahan yaitu PPnBM. 1. Konsumsi BKP yang tergolong mewah bersifat kontraproduktif. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi pola konsumsi tinggi yang tidak produktif dalam masyarakat. [footnoteRef:1] [1: http://www.academia.edu/9626518/Makalah-ppnbm]

1. Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat dari komoditi impor. Dengan motivasi ini, pengenaan PPnBM dimaksudkan untuk melindungi produsen kecil dan tradisional atau untuk tujuan proteksi 1. Tuntutan peningkatan penerimaan negara dari tahun ke tahun

Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan dengan pertimbangan :1. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi1. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKB yang tergolong mewah1. Perlu adanya perlindungan terhadap konsumen kecil tradisional1. Perlu untuk mengamankan penerimaan NegaraBatasan Suatu barang termasuk BKB Yang tergolong mewah adalah:1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok1. Barang tersebut dimkonsumsi oleh masyarakat tertentu1. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu1. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi1. Barang tersebut dikonsumsikan untuk menunjukkan status

PPnBM dikenakan atas:1. Penyerahan BKB yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan BKB yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya1. Impor BKB yang tergolong mewah oleh siapapun

Objek pajak penjualan atas barang mewah :1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.1. Impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah.

TARIF PAJAK1. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah serendah-rendahnya 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat diteteapkan dalam beberapa pengelompokan tarif, yaitu tarif terendah sebesar 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen). Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah ang atas penyerahannya dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pengelompokan Barang Kena Pajak ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.1. Atas ekspor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen).Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu, Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang diekspor atau dikonsumsi di luar Daerah Pabean, dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan tarif 0% (nol persen). Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang telah dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang diekspor tersebut dapat diminta kembali.

KELOMPOK BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAHBERUPA KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Tarif (%) Jenis Barang Kena Pajak

10 kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima belas)orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semidiesel), dengan semua kapasitas isi silinder;

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder tidak lebih dari 1500 cc;

25 kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau dengan nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc;

kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin), dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton.

30 kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc;

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.

50 kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc;

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedanatau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc;

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; dan

semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.

60 kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc; dan

kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan semacam itu.

75 kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedanatau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;

kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel) berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc;

kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc;

trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

KELOMPOK BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Tarif (%) Jenis Barang Kena Pajak

10 kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran televisi;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga;

kelompok mesin pengatur suhu udara;

kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio;

kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya;

20 kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang dikenakan tariff 10%;

kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya;

kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang dikenakan tariff 10%;

kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering;

pesawat elektromagnetik dan instrumen musik;

kelompok wangi-wangian;

30 kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan tariff 10%;

40 kelompok minuman yang mengandung alcohol;

kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan;

kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool;

kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang dikenakan tarif 30%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga penggerak;

kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;

kelompok jenis alas kaki;

kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;

kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik;

Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan atau batu tepi jalan;

50 kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus;

kelompok pesawat udara selain yang dikenakan tarif 40%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan udara niaga;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan tarif 10% dan tarif 30%;

kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

75 kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang dikenakan tariff 40%;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau mutiara atau campuran daripadanya;

kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum."

Pengecualian Pengenaan PPnBM Atas Kendaraan BermotorUntuk kendaraan bermotor yang dikecualikan dari pengenaan PPnBM adalah1. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pamadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum;1. Kendaraan yang digunakan untuk tujuan Protokoler Kenegaraan; dan1. Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi silinder sebagaimana dimaksud dalam kendaraan bermotor kelompok 1 huruf a (10%) yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau Polri.Apabila kendaraan bermotor yang dikecualikan dari pengenaan PPnBM di atas dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak impor atau perolehannya ternyata depindahtangankan atau diubah peruntukannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula, maka Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang pada saat impor atau perolehannya tersebut wajib dibayar kembali dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak Barang Kena Pajak dipindahtangankan atau diubang peruntukannya. Demikian pula halnya apabila jangka 1 (satu) bulan tersebut Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang tidak atau kurang debayar,maka Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ditambah dengan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.Impor yang tidak dikenakan PPn BMAtas impor dan atau bangunan yang tidak dikenakan PPn BM adalah :1. Kendaraan Bermotor roda dua yang isi silindernya sampai dengan 250cc1. Kendaraan sasisTerhadap kendaraan bermotor jenis angkutan orang dan Van yang diubah dari kendaraan sasis dikenakan PPn BM sesuai ketentuan Saat Terutang PPn BMPenetapan saat terutangnya PPn BM sesuai Direktur jendral Pajak diatur :1. Saat terutangnya PPn BM atas impor BKP yaitu saat barang masuk pabean sesuai ketentuan UU Kepabean. Pemungutannya yaitu bersamaan dengan pemungutann Bea masuk. Kendaraan Brmotor bentuk CBU, PPn BM dipungut oleh Ditjen Bea dan Cukai1. Atas penyerahan Kendaraan Bermotor1. Hasil rakitan eks CKD1. Kendaraan Bermotor yang telah diubah dari kendaraan sasis atau angkutan barang

Mekanisme Pengenaan PPn BM Atas Kendaraan Bermotor 1. Impor kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar (CKD) oleh ATPM atau Pabrikan tidak dikenakan PPnBM 1. Penyerahan didalam daerah pabean kendaraan bermotor dalam keadaan CKD tersebut oleh ATPM dikenakan PPnBM dengan DPP 125% (biaya karoseri ditetapkan 25%) 1. Impor kendaraan jenis sedan dalam keadaan terpasang/CBU oleh bukan ATPM dikenakan PPnBM. Dalam nilai CIF < 80% nilai CIF kendaraan sejenis yang diimpor ATPM, maka DPPnya untuk menghitung PPN dan PPnBM sebesar 150% 1. Impor kendaraan bermotor jenis sedan dalam keadaan terpasang oleh ATPM tidak dikenakan PPnBM. Penyerahan didaerah pabean kendaraan jenis impor dikenakan PPnBM.

Cara Menghitung PPnBMCara menghitung Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Untuk itu perlu diperhatikan DPP-nya apakah harga jual, nilai impor, nilai pengganti, nilai ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.Rumus yang digunakan :PPnBM Terutang = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak

Contoh :Harga mobil termasuk Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (30%) sebesar Rp 140.000.000,00Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dihitung : x harga atau pembayaran atas penyerahan BKPt = besaran tarif PPnBM x Rp 140.000.000,00 = Rp 30.000.000,00Contoh lainnya apabila harga jual mobil (DPP) Rp 280.000.000,00PPnBM terutang (tarif 30%)= 30% x Rp 280.000.000,00= Rp 84.000.000,00PPnBM Bukan Kredit PajakPajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah, tidak dapat dekreditkan dengan Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang dipungut berdasarkan undang-undang PPN dan PPnBM.Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada setiap tingkat penyerahan, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah hanya dipungut pada tingkat penyerahan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah atau atas impor Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah. Dengan demikian, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah bukan merupakan Pajak masukan sehingga tidak dapat dikreditkan. Oleh karena itu, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat ditambahkan ke dalam harga Barang Kena Pajak yang bersangkutan atau debebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perundang-undangan Pajak Penghasilan.

Contoh soal 1. Bpk.Andi seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif 20% seharga Rp 200.000.000,- hitung :- PPN dan PPN-BM- jumlah yang di bayar Bpk.Andi

jawab :Jumlah pembayaranRp200.000.000,-PPN 10% X Rp 200.000.000Rp 20.000.000,-PPN-BM 20% X Rp 200.000.000Rp 40.000.000,- ----------------------+jumlah yang harus dibayarRp260.000.000,-

2. PT. Cahaya membeli BKP Barang Mewah Langsung dari pabrik seharga Rp 500.000.000 tarif barang Mewah 20% kemudian barang tersebut dijual lagi seharga Rp 750.000.000 di dalam negeri.hitunglah :- PPN dan PPN BM- Jumlah yang dibayar PT Cahaya- Jumlah Yang dibayar pembeli

Jawab :-PPN 10% X Rp 500.000.000 Rp 50.000.000PPN BM 20% X Rp 500.000.000 Rp 100.000.000 -----------------------+-PPN dan PPN BM yang harus dibayarRp 150.000.000

-PPN 10% X Rp 750.000.000Jumlah yang dibayar pembeli Rp 75.000.000

3.Bpk Sarno seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan tarif 30% seharga Rp 300.000.000,-Hitung :-PPN dan PPN Bm-Jumlah yang harus dibayar

Jawab :Jumlah Pembayaran Rp 300.000.000,-PPN 10% X Rp300.000.000Rp 30.000.000,-PPN BM 30% X Rp 300.000.000Rp 90.000.000,- -----------------------+Jumlah yang harus dibayarRp 420.000.000,-[footnoteRef:2] [2: http://narwan.blogspot.com/2011/12/contoh-soal-perhitungan-ppn-ppnbm_17.html]

Sumber :http://www.academia.edu/9626518/Makalah-ppnbmhttp://narwan.blogspot.com/2011/12/contoh-soal-perhitungan-ppn-ppnbm_17.html

HUKUM PAJAKPAJAK PERTABAHAN NILAI BARANG MEWAH

Disusun oleh;Nur Rachman 1111121245

Kelas : 5/C

Fakultas HukumUniversitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa2015