Tugas Metod Tempe
-
Upload
didi-saputra -
Category
Documents
-
view
40 -
download
5
description
Transcript of Tugas Metod Tempe
ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI TEMPE
DI KOTA PALEMBANG
Disusun oleh:
Didi Saputra 01101002023
Muhammad Mirza 01101002027
Nopri Kurnia Tama 01101002004
Rinaldo Apriandy 01101002051
Tito Saputra 01101004046
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirromaanirrohim.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, sholawat
atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Akhirnya tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian ini dapat diselesaikan, dengan judul “ANALISIS NILAI
TAMBAH INDUSTRI TEMPE DI KOTA PALEMBANG”.
Meskipun tugas mata kuliah Metodologi Penelitian ini berhasil
diselesaikan, namun di satu sisi masih banyak terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan di dalamnya, untuk itu kami minta maaf yang sebesar-besar
nya.
Dan pada kesempatan yang baik ini kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua Dosen pengasuh mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah
banyak memberikan pelajaran dan bimbingan kepada kami, hingga pada akhirnya
tugas ini dapat diselesaikan. Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT
sebagai amal sholeh. Dan semoga “ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI
TEMPE DI KOTA PALEMBANG” ini bermanfaat bagi semua pihak terutama
bagi kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi. Terima kasih.
1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ...................................................................................... 7
2.1.1. Teori Industri ......................................................................................... 7
2.1.2. Teori Nilai Tambah ................................................................................ 8
2.2. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10
2.3. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 10
2.4. Hipotesis ................................................................................................ 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 12
3.2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 12
3.3. Teknik Analisis ...................................................................................... 12
3.4. Batasan Variabel .................................................................................... 13
3.4.1. Definisi Konsepsional ............................................................................ 13
3.4.2. Definisi Operasional .............................................................................. 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 14
4.1.1. Lokasi Usaha ......................................................................................... 14
2
4.1.2. Gambaran Umum Responden ................................................................ 14
4.1.3. Biaya Madya .......................................................................................... 15
4.1.4. Bahan Baku ............................................................................................ 15
4.1.5. Bahan Bakar dan Bahan Penolong ........................................................ 15
4.2. Pembahasan ........................................................................................... 16
4.2.1. Analisis Nilai Tambah Industri Tempe ................................................. 16
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 19
5.2. Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
UKM memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia. Selain sebagai salah satu sektor penyerap tenaga
kerja, UKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil
pembangunan. Industri Kecil dan Menengah terbukti lebih tangguh dalam
mengahadapi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa
tahun lalu, di mana pada saat yang sama banyak industri berskala besar
yang mengalami kebangkrutan. Sayangnya unit industri ini sering kali
terabaikan karena jumlah produksinya yang masih dalam skala kecil dan
belum mampu bersaing dengan unit industri yang lain.
Pengembangan UKM ini perlu mandapat perhatian yang lebih baik
dari pemerintah ataupun dari masyarakat agar dapat bersaing dengan
pelaku ekonomi lainnya. Pemerintah perlu meningkatkan peranannya
dalam memberdayakan UKM selain mengembangkan kemitraan Industri
antara industri besar dan industri kecil, serta meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia yang ada.
Ada tiga alasan utama kenapa suatu negara harus mendorong
industri kecil yang ada untuk terus berkembang. Alasan pertama adalah
karena pada umumnya cenderung memiliki Nilai Tambah yang lebih baik
dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian untuk
alasan yang kedua, seringkali mencapai peningkatan produktivitasnya
melalui investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari
dinamika industrinya yang terus menyesuaikan perkembangan zaman.
4
Untuk alasan yang terakhir, industri kecil ternyata memiliki keunggulan
dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan industri besar.
Di Indonesia, industri kecil yang ada memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit industri, dan
mendukung pendapatan rumah tangga.
UKM ini tidak hanya diminati karena industrinya yang sederhana,
namun juga dikarenakan modal yang digunakan untuk membuka industri
sejenis ini membutuhkan modal yang relatif lebih kecil dibanding industri-
industri menengah keatas. Selain itu dalam hal pelaksanaan industri ini
juga relatif lebih mudah dan sederhana, biasanya hanya menggunakan
tenaga kerja sebanyak 5-10 orang.
Ada dua definisi industri kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama,
definisi ndustri kecil menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang
Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp1 miliar dan memiliki kekayaan bersih,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat industri, paling banyak Rp200
juta. Kedua, menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil
identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS
mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1)
industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan
pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;
serta (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap Nilai Tambah industri kecil dan menengah
khususnya Industri Tempe di Kota Palembang dan memberi judul
penelitian ini “ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI TEMPE DI
KOTA PALEMBANG”.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
Bagaimana nilai tambah pada Industri Tempe di Kota Palembang.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka
penellitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nilai Tambah pada
Industri Tempe di Kota Palembang.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Manfaat Akademik
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang ilmu ekonomi serta dapat
menjadi masukan yang bermanfaat terutama dalam hal Nilai
Tambah industri kecil dan menengah.
b. Manfaat Operasional
Diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk
penelitian selanjutnya terutama dalam hal pengembangan Nilai
Tambah pada industri kecil dan menengah yang ada di Indonesia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori industri
Menurut kamus, ekonomi adalah industri produktif terutama dalam
bidang produksi atau perindustrian tertentu yang menyelanggarakan jasa-
jasa misalnya transportasi dan perhubungan dengan menggunakan modal
dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar (Winardi, 1998: 257)
Industri secara mikro adalah kumpulan dari beberapa perIndustrian
yang menghasilkan barang dan jasa yang homogen atau barang dan jasa
yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat, sedangkan
secara makro industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai
tambah (Hasibuan, 1993: 12)
Definisi industri menurut undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang
perindustrian menyatakan pengelolaan bahan mentah, bahan baku, bahan
setengah jadi, menjadi barang yang lebih tinggi nilai gunannya.
Berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik tahun 2002, industri
pengolahan dibagi menjadi:
a. Industri besar (memperkerjakan 100 orang lebih).
b. Industri sedang ( memperkerjakan 20-99 orang).
c. Industri kecil (memperkerjakan 5-19 orang).
d. Industri rumah tangga (memperkerjakan kurang dari 3 orang).
7
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
industri adalah sekumpulan dari berbagai macam bentuk Industri yang
menghasilkan barang dan jasa sejenis.
2.1.2. Teori Nilai Tambah
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi digolongkan menjadi tenaga
kerja, modal, jasa modal, kultur budaya dan faktor sosial. Apabila faktor-
faktor tersebut digunakan dalam proses produksi maka akan diperoleh
pendapatan atas nilai tambah dari faktor produksi tersebut atau pendapatan
Industri dari pendayagunaan faktor disebut nilai tambah menurut harga
faktor (Sukirno, 1996).
Nilai tambah atau value added adalah perbedaan antara harga
pembelian bahan mentah atau bagian-bagian yang selesai dikerjakan dan
penjualan produk yang bersangkutan. Apabila dari perbedaan tersebut
dikurangi depresiasi dan pajak perIndustrian tidak langsung, maka value
added untuk semua output merupakan pendapatan nasional (Winardi,
1998: 497).
Dalam menggunakan berbagai faktor produksi maka dibutuhkan
biaya madya guna menghasilkan output, dan dari output ini dapat
diperoleh nilai tambah sebagai pendapatan. Nilai tambah yang dihasilkan
dari kegiatan produksi tergantung pada tingkat produktivitas, nilai produk
marginal dan efisiensi (Hasibuan, 1993: 18). Peningkatan produksi belu
tentu menjamin terjadinya peningkatan nilai tambah, seperti dalam Industri
industri karena masih ditentukan oleh komponen harga dan intensitas
penggunaan masukan baik dari dalam maupun luaar negeri.
Nilai tambah yang diciptakan suatu Industri adalah sama dengan
keluaran (output) dikurang biaya masukan (input). Nilai tambah
mempunyai komponen upah ayau gaji, sewa, pajak, penyusutan, dan
keuntungan.
8
Variabel keluaran adalah fungsi dari berbagai kuantitas dan
kualitas masukan. Variabel keluaran identik dengan produksi akhir berupa
barang jadi atau barang setengah jadi. Masukan antara merupakan
gabungan dari bahan baku atau bahan penolong, biaya transportasi, sewa
gedung, mesin-mesin, jasa industri dan non industri dan alat-alat serta
barang lain (Hasibuan, 1987: 5-6). Nilai tambah yang dihasilkan suatu
Industri adalah sama dengan keluaran (output) dikurangi dengan masukan
madya (nilai tambah atas harga faktor setelah ditambah pajak dan
dikurangi penyusutan).
Faktor-faktor yang menentukan nilai tambah antara lain harga
bahan baku dan bahan penolong, tenaga penjualan dan tinggi rendahnya
efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja dan bahan baku. Semakin tinggi
harga jual, jika tingkat efisiensi dan harga bahan baku tetap maka nilai
tambah dan nilai prouksi bertanda positif yang menunjukan bila terjadi
peningkatan dalam nilai produksi, maka nilai tambah juga akanmeningkat
dengan asumsi biaya madya tetap dan sebaliknya hubungan negatif terjadi
apabila biaya madya meningkat namun nilai tambah berkurang dengan
asumsi nilai produksi tetap.
Nilai tambah dapat diperoleh dari selisih antara nilai output dan
biaya madya. Nilai output adalah nilai produksi yang benar-benar
dihasilkan dari suatu kegiatan-kegiatan industri. Biaya madya adalah biaya
dalam proses produksi yang berupa bahan baku, bahan penolong, bahan
operasional dan pengeluaran seperti untuk jasa industri sewa gedung, tanah
dan mesin-mesin. Tinggi atau rendahnya nilai tambah sangat
mempengaruhi efisiensi pada suatu Industri.
Nilai tambah terdiri dari dua macam, yaitu nilai tambah kotor
(value added bbruto) dan nilai tambah bersih (value added netto). value
added bruto adalah pembayaran-pembayaran untuk pajak, bunga modal,
sewa tanah, laba, cadangann-cadangan untuk depresiasi serta kompensasi
9
untuk manajemen dan pegawai-pegawai lainnya, termasuk didalamnya
jaminan sosial. Sedangkan di dalam value added netto tidak terdapat
depresiasi (Winardi, 1998: 497).
Value added neto adalah nilai tambah yang dihitung berdasarkan
harga pasar, harga pasar adalah harga yang didasarkan pada harga yang
dibayarkan pembeli termasuk penyusutan. Penyusutan merupakan bagian
dari ongkos produksi sehingga dimasukan pada harga penjualan, nilai
tambah netto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses
produksi dengan cara menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh
berbagai sektor dalam perekonomian.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian Trianto (2004) tentang Analisis Nilai Tambah dan
efisiensi Produksi Cetak Offset pada Industri Percetakan di Kota
Palembang menyimpulkan bahwa sebagian besar industri percetakan di
Kota Palembang, terutama pada proses produksi cetak offsetnya,
menciptakan nilai tambah yang relatif kecil. Kesimpulan ini juga diperkuat
oleh hasil perbandingan nilai tambah yang diciptakan oleh nilai tambah
industri lain yang pernah diteliti. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut,
diperoleh bahwa nilai tambah rata-rata yang diciptakan oleh industri
percetakan di Kota Palembang lebih kecil dibandingkan nilai tambah rata-
rata yang diciptakan oleh industri kasur lihab dan industri pagar terali besi
di Kota Palembang.
2.3. Kerangka Pemikiran
Besarnya nilai tambah pada suatu industri tergantung pada besarnya Biaya
madya yang dihasilkan oleh industri tersebut dan besarnya nilai output pada
industri tersebut.
10
NILAI OUTPUT
NILAI TAMBAH
BIAYA MADYA
Nilai tambah didapat dari selisih antara nilai output dengan biaya
madya atau biaya input (bahan baku dan penolong, bahan bakar, tenaga
listrik dan gas, sewa gedung, mesin dan alat-alat dan pengeluaran lainnya).
Apabila Nilai output lebih besar dari pada biaya madya maka nilai
tambah yang dihasilkan akan menjadi lebih besar. Namun sebaliknya
apabila Biaya madya lebih besar daripada Nilai output maka Nilai tambah
yang dihasilkan akan menjadi lebih kecil.
2.4. Hipotesis
Dilihat dari semakin banyaknya Industri-Industri Tempe di Kota
Palembang maka dapat dinyatakan dilihat bahwa Nilai Tambah dari
Industri Tempe di Kota Palembang tergolong cukup besar.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini ruang lingkup dibatasi hanya pada Industri-
Industri Tempe yang ada di Kota Palembang.
Penelitian ini hanya membahas Nilai Tambah daripada Industri
kecil menengah (UKM) khususnya Industri Tempe.
3.2. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu dengan melakukan
observasi langsung kepada beberapa para pemilik usaha Tempe di
Kelurahan Bukit Sangkal.
3.3. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
kualitatif deskriptif. Teknik analisis kulitatif yaitu dengan menyajikan
berbagai tabel dan grafik yang diperlukan, dan analisis penjelasan yang
sesuai dan relavan untuk memecahkan permasalahan yang ada, dan
menghubungkan kaitannya dengan fenomena ekonomi yang terjadi secara
nyata.
Nilai Tambah Industri Tempe dilihat dari selisih antara Nilai output
terhadap biaya madya. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
12
Untuk melihat besaran biaya madya pada Industri Tempe maka
dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Sehingga apabila biaya madya yang digunakan semakin rendah,
maka nilai tambah yang diperoleh semakin tinggi.
3.4. Batasan Variabel
3.4.1. Definisi Konsepsional
Industri merupakan kumpulan dari perIndustrian yang
menghasilkan barang sejenis atau yang mempunyai sifat saling mengganti
yang sangat erat. Industri juga merupakan kegiatan ekonomi yang
menciptakan nilai tambah.
3.4.2. Definisi Operasional
1. Biaya input adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi,
seperti bahan baku, bahan bakar dan barang lainnya, serta jasa
industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri, dan lain-lain.
2. Biaya madya adalah biaya antara dalam prosesindustri yang berupa
bahan baku, bahan bakar dan barang lainnya di luar sewa gedung,
mesin, biaya jasa non industri, dan lain-lain.
3. Nilai output adalah jumlah barang yang diproduksi oleh produsen.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) output adalah jumlah barang
yang diproduksi oleh produsen dikali dengan satuan nilai rupiah
4. Nilai tambah merupakan selisih antara biaya madya dengan nilai
output. Biaya madya terdiri atas bahan baku dan penolong, biaya
bahan bakar, dan pengeluaran lainnya di luar biaya sewa gedung,
mesin dan alat-alat lainnya.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Lokasi Usaha
Salah satu bagian penting dari pemasaran adalah lokasi. Jika lokasi
atau tempat yang dipilih oleh pengusaha tersebut strategis dan muda
ditemui oleh masyarakat, maka akan memudahkan pengusaha untuk
mempromosikan usaha mereka dan juga bisa menekan biaya promosi.
Salah satu industri tempe yang ada di kota Palembang terdapat di
Kelurahan Bukit Sangkal. Pada umumnya industri tempe di Kota
Palembang berlokasi di daerah pinggiran kota atau lokasi dimana proses
produksi tempe dapat berjalan dengan baik, contohnya di daerah yang
dekat dengan aliran air. Daerah-daerah seperti ini dianggap mempermudah
proses pembasuhan atau proses pembersihan kacang kedelai sebelum
diproduksi menjadi tempe.
4.1.2. Gambaran Umum Responden
Responden yang di observasi atau menjadi objek penelitian adalah
para pemilik usaha tempe di Kelurahan Bukit Sangkal. Sebagain besar dari
mereka berasal dari Suku Jawa yang bergabung dalam kelompok koperasi
yang bernama PRIMKOPTI. Profil pengusaha kebanyakan dari pendidikan
yang rendah baik dari tingkat SD, SMP dan SMA. Kelompok koperasi ini
menggunakan modal yang diberikan baik dari pemerintah maupun
pinjaman modal yang bisa dikembalikan nanti ketika usaha telah berjalan.
Responden mengambil usaha tempe dengan alasan pendidikan mereka
yang rendah dan tidak mampu bersaing dengan orang yang berpendidikan
14
tinggi dan usaha tempe ini sendiri merupakan usaha yang dapat di mulai
dengan modal yang rendah serta proses pembuatan yang mudah dilakukan.
4.1.3. Biaya Madya
Biaya madya adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
sejumlah bahan baku dan bahan penolong, serta bahan lainnya atau biaya
yang digunakan untuk membeli faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi.
4.1.4. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan tempe ini
adalah sebagai berikut:
1. Kacang Kedelai
Kacang Kedelai merupakan bahan terpenting dalam proses pembuatan
tempe. Sebagian besar produsen tempe membeli kacang kedelai impor,
alasannya karena kualitas kacang kedelai dalam negeri kurang baik
sehingga para produsen tempe lebih memilih kacang kedelai impor
demi mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.
2. Ragi
Ragi dikenal sebagai jamur tempe yang merupakan jamur yang bekerja
dalam proses pembuatan tempe, yaitu dalam proses fermentasi.
4.1.5. Bahan Penolong dan Bahan Bakar
Bahan penolong merupakan bahan pendukung dalam kelancaran
proses produksi hingga kemasan, pada tiap-tiap responden pada dasarnya
menggunakan bahan penolong yang sama yang terdiri atas:
1. Bahan Bakar Kayu
Bahan bakar yang digunakan dalam produksi tempe ini adalah berupa
kayu, produsen tempe masih menggunakan tungku untuk mengukus
kacang dan masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama untuk
pembuatan tempe.
15
2. Plastik Kemasan
Kemasan yang digunakan bervariasi ukurannya, tetapi dari hasil
pengamatan pada umumnya pengusaha tempe menggunakan plastik
ukuran 500 gram.
Tabel 1.1 Bahan Baku, Bahan Penolong dan Bahan Bakar
Proses Produksi Tempe di Kota Palembang
Bahan
Bahan BakuHarga
(per unit/kg)
Bahan Penolong
dan Bahan Bakar
Harga
(per unit/kg)
Kacang Kedelai Rp 6.000 Kayu Bakar Rp 10.000
Ragi Rp 1.000 Plastik Kemasan Rp 15.000
Solar Rp 4.500
Sumber: Data penelitian, 2012 (diolah)
Keberhasilan bahan baku merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan oleh tiap-tiap produsen tempe karena produksi tempe ini
dilakukan setiap hari, sedangkan bahan baku kacang kedelai harganya
cenderung tidak stabil karena menggunakan kedelai impor.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Nilai Tambah Industri Tempe
Nilai tambah yang diciptakan suatu industri adalah sama dengan
keluaran (output) dikurangi biaya masukan (input). Nilai tambah
mempunyai komponen upah/gaji, sewa pajak, penyusutan, dan
keuntungan. Variabel keluaran adalah fungsi dari berbagai kuantitas dan
kualitas masukan. Variabel keluaran identik dengan produksi akhir berupa
barang jadi atau barang setengah jadi. Masukan antara merupakan
16
gabungan dari bahan baku atau bahan penolong dan bahan-bahan
penolong dan alat-alat serta barang lain (Hasibuan, 1993: 5-6).
Tabel 1.2
Nilai Tambah Industri Tempe di Kota Palembang
Responden Nilai Output (Rp) Biaya Madya (Rp) Nilai Tambah (Rp)
1 1.350.000 1.115.000 235.000
2 800.000 549.000 251.000
3 850.000 630.000 220.000
4 700.000 438.500 261.500
5 500.000 350.500 149.500
6 900.000 577.000 323.000
7 450.000 252.000 198.000
8 1.200.000 794.500 405.500
9 600.000 493.000 107.000
10 550.000 409.500 140.500
11 1.000.000 775.000 225.000
12 750.000 582.500 167.500
13 800.000 627.000 173.000
14 650.000 426.000 224.000
15 400.000 209.500 190.500
16 950.000 670.500 279.500
17 1.400.000 1.145.500 254.500
18 750.000 607.000 143.000
19 500.000 374.500 125.500
20 700.000 489.500 210.500
Rata-rata 790.000 575.800 214.200
Sumber: Data penelitian, 2012 (diolah)
17
Berdasarkan tabel 1.2 penggunaan nilai tambah pada industri
tempe antar responden berfluktuatif. Nilai tambah rata-rata dari industri
tempe adalah sebesar Rp 214.200, di mana nilai tambah terbesar berada
pada responden kedelapan yaitu sebesar Rp 405.500 dan nilai tambah
terkecil pada responden kesembilan yaitu sebesar Rp 107.000.
Perbedaan nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing
produsen tempe dikarenakan perbedaan dalam tingkat produksi (output)
dan perbedaan dalam besarnya biaya madya (input). Pada produsen
kedelapan dimana produsen ini memiliki nilai tambah paling besar
diantara produsen tempe lainnya memiliki nilai output sebesar Rp.
1.200.000 sementara biaya madya relative kecil yakni sebesar Rp. 794.500
sehingga nilai tambah yang diperoleh adalah sebesar Rp. 405.500. berbeda
dengan produsen ke tujuh belas meskipun memiliki nilai output yang besar
yakni Rp.1.400.000 namun nilai tambah yang dihasilkan relative tidak
terlalu besar yakni Rp. 254.500, hal ini dikarenakan meskipun nilai output
cukup besar namun disisi lain biaya madya yang dikeluarkan juga cukup
besar yakni Rp. 1.145.000 sehingga nilai tambah yang diperoleh pun
relative menjadi lebih kecil disbanding produsen tempe lainnya.
18
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah Industri Tempe Di
Kota Palembang dapat disimpulkan bahwa dari 20 produsen yang diteliti
terlihat bahwa nilai tambah yang diperoleh oleh masing-masing produsen
tempe berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dimanaNilai tambah
rata-rata dari industri tempe adalah sebesar Rp 214.200, di mana nilai
tambah terbesar berada pada responden kedelapan yaitu sebesar Rp
405.500 dan nilai tambah terkecil pada responden kesembilan yaitu
sebesar Rp 107.000.
Perbedaan nilai tambah antar produsen tempe di sebabkan karena
dua faktor, yakni :
1. Perbedaan nilai output pada produsen tempe.
2. Perbedaan Biaya madya pada produsen tempe.
5.2. Saran
1. Pemerintah Kota Palembang perlu menjamin ketersediaan bahan baku
dalam proses produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih murah.
2. Perlu adanya perhatian serius dari pihak pemerintah maupun swasta
dalam memajukan industri tempe, baik dalam meningkatkan modal
maupun dalam membantu pemasaran produksi dari industri tempe di
dalam negeri, agar dapat memacu produktivitas dari industri kerajinan
sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara
Industri Baru 2030?. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan
Regulasi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Nazir, Mohammad. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto, Anton. 2004. “Analisis Nilai Tambah dan Efisiensi Produksi Cetak Offset
pada Industri Percetakan di Kota Palembang”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. Vol.9. Desember. Hlm. 65-70.
20