Tugas Metod Tempe

30
ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI TEMPE DI KOTA PALEMBANG Disusun oleh: Didi Saputra 01101002023 Muhammad Mirza 01101002027 Nopri Kurnia Tama 01101002004 Rinaldo Apriandy 01101002051 Tito Saputra 01101004046 FAKULTAS EKONOMI

description

penelitian

Transcript of Tugas Metod Tempe

Page 1: Tugas Metod Tempe

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI TEMPE

DI KOTA PALEMBANG

Disusun oleh:

Didi Saputra 01101002023

Muhammad Mirza 01101002027

Nopri Kurnia Tama 01101002004

Rinaldo Apriandy 01101002051

Tito Saputra 01101004046

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Tugas Metod Tempe

KATA PENGANTAR

Bismillahirromaanirrohim.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, sholawat

atas Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya. Akhirnya tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian ini dapat diselesaikan, dengan judul “ANALISIS NILAI

TAMBAH INDUSTRI TEMPE DI KOTA PALEMBANG”.

Meskipun tugas mata kuliah Metodologi Penelitian ini berhasil

diselesaikan, namun di satu sisi masih banyak terdapat kekurangan dan

ketidaksempurnaan di dalamnya, untuk itu kami minta maaf yang sebesar-besar

nya.

Dan pada kesempatan yang baik ini kami juga mengucapkan terimakasih

kepada semua Dosen pengasuh mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah

banyak memberikan pelajaran dan bimbingan kepada kami, hingga pada akhirnya

tugas ini dapat diselesaikan. Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT

sebagai amal sholeh. Dan semoga “ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI

TEMPE DI KOTA PALEMBANG” ini bermanfaat bagi semua pihak terutama

bagi kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi. Terima kasih.

1

Page 3: Tugas Metod Tempe

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 1

DAFTAR ISI .................................................................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ...................................................................................... 7

2.1.1. Teori Industri ......................................................................................... 7

2.1.2. Teori Nilai Tambah ................................................................................ 8

2.2. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10

2.3. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 10

2.4. Hipotesis ................................................................................................ 11

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 12

3.2. Sumber dan Jenis Data ........................................................................... 12

3.3. Teknik Analisis ...................................................................................... 12

3.4. Batasan Variabel .................................................................................... 13

3.4.1. Definisi Konsepsional ............................................................................ 13

3.4.2. Definisi Operasional .............................................................................. 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 14

4.1.1. Lokasi Usaha ......................................................................................... 14

2

Page 4: Tugas Metod Tempe

4.1.2. Gambaran Umum Responden ................................................................ 14

4.1.3. Biaya Madya .......................................................................................... 15

4.1.4. Bahan Baku ............................................................................................ 15

4.1.5. Bahan Bakar dan Bahan Penolong ........................................................ 15

4.2. Pembahasan ........................................................................................... 16

4.2.1. Analisis Nilai Tambah Industri Tempe ................................................. 16

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 19

5.2. Saran ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

3

Page 5: Tugas Metod Tempe

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

UKM memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan

ekonomi di Indonesia. Selain sebagai salah satu sektor penyerap tenaga

kerja, UKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil

pembangunan. Industri Kecil dan Menengah terbukti lebih tangguh dalam

mengahadapi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa

tahun lalu, di mana pada saat yang sama banyak industri berskala besar

yang mengalami kebangkrutan. Sayangnya unit industri ini sering kali

terabaikan karena jumlah produksinya yang masih dalam skala kecil dan

belum mampu bersaing dengan unit industri yang lain.

Pengembangan UKM ini perlu mandapat perhatian yang lebih baik

dari pemerintah ataupun dari masyarakat agar dapat bersaing dengan

pelaku ekonomi lainnya. Pemerintah perlu meningkatkan peranannya

dalam memberdayakan UKM selain mengembangkan kemitraan Industri

antara industri besar  dan industri kecil, serta meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia yang ada.

Ada tiga alasan utama kenapa suatu negara harus mendorong

industri kecil yang ada untuk terus berkembang. Alasan pertama adalah

karena pada umumnya cenderung memiliki Nilai Tambah yang lebih baik

dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kemudian untuk

alasan yang kedua, seringkali mencapai peningkatan produktivitasnya

melalui investasi dan perubahan teknologi. Hal ini merupakan bagian dari

dinamika industrinya yang terus menyesuaikan perkembangan zaman.

4

Page 6: Tugas Metod Tempe

Untuk alasan yang terakhir, industri kecil ternyata memiliki keunggulan

dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan industri besar.

Di Indonesia, industri kecil yang ada memiliki peran penting dalam

menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit industri, dan

mendukung pendapatan rumah tangga.

UKM ini tidak hanya diminati karena industrinya yang sederhana,

namun juga dikarenakan modal yang digunakan untuk membuka industri

sejenis ini membutuhkan modal yang relatif lebih kecil dibanding industri-

industri menengah keatas. Selain itu dalam hal pelaksanaan industri ini

juga relatif lebih mudah dan sederhana, biasanya hanya menggunakan

tenaga kerja sebanyak 5-10 orang.

Ada dua definisi industri kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama,

definisi ndustri kecil menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang

Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil

penjualan tahunan maksimal Rp1 miliar dan memiliki kekayaan bersih,

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat industri, paling banyak Rp200

juta. Kedua, menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS), industri kecil

identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS

mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1)

industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan

pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang;

serta (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap Nilai Tambah industri kecil dan menengah

khususnya Industri Tempe di Kota Palembang dan memberi judul

penelitian ini “ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI TEMPE DI

KOTA PALEMBANG”.

5

Page 7: Tugas Metod Tempe

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

Bagaimana nilai tambah pada Industri Tempe di Kota Palembang.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka

penellitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Nilai Tambah pada

Industri Tempe di Kota Palembang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapaun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Manfaat Akademik

Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya pada bidang ilmu ekonomi serta dapat

menjadi masukan yang bermanfaat terutama dalam hal Nilai

Tambah industri kecil dan menengah.

b. Manfaat Operasional

Diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya terutama dalam hal pengembangan Nilai

Tambah pada industri kecil dan menengah yang ada di Indonesia.

6

Page 8: Tugas Metod Tempe

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori industri

Menurut kamus, ekonomi adalah industri produktif terutama dalam

bidang produksi atau perindustrian tertentu yang menyelanggarakan jasa-

jasa misalnya transportasi dan perhubungan dengan menggunakan modal

dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar (Winardi, 1998: 257)

Industri secara mikro adalah kumpulan dari beberapa perIndustrian

yang menghasilkan barang dan jasa yang homogen atau barang dan jasa

yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat, sedangkan

secara makro industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai

tambah (Hasibuan, 1993: 12)

Definisi industri menurut undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang

perindustrian menyatakan pengelolaan bahan mentah, bahan baku, bahan

setengah jadi, menjadi barang yang lebih tinggi nilai gunannya.

Berdasarkan klasifikasi Badan Pusat Statistik tahun 2002, industri

pengolahan dibagi menjadi:

a. Industri besar (memperkerjakan 100 orang lebih).

b. Industri sedang ( memperkerjakan 20-99 orang).

c. Industri kecil (memperkerjakan 5-19 orang).

d. Industri rumah tangga (memperkerjakan kurang dari 3 orang).

7

Page 9: Tugas Metod Tempe

Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

industri adalah sekumpulan dari berbagai macam bentuk Industri yang

menghasilkan barang dan jasa sejenis.

2.1.2. Teori Nilai Tambah

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi digolongkan menjadi tenaga

kerja, modal, jasa modal, kultur budaya dan faktor sosial. Apabila faktor-

faktor tersebut digunakan dalam proses produksi maka akan diperoleh

pendapatan atas nilai tambah dari faktor produksi tersebut atau pendapatan

Industri dari pendayagunaan faktor disebut nilai tambah menurut harga

faktor (Sukirno, 1996).

Nilai tambah atau value added adalah perbedaan antara harga

pembelian bahan mentah atau bagian-bagian yang selesai dikerjakan dan

penjualan produk yang bersangkutan. Apabila dari perbedaan tersebut

dikurangi depresiasi dan pajak perIndustrian tidak langsung, maka value

added untuk semua output merupakan pendapatan nasional (Winardi,

1998: 497).

Dalam menggunakan berbagai faktor produksi maka dibutuhkan

biaya madya guna menghasilkan output, dan dari output ini dapat

diperoleh nilai tambah sebagai pendapatan. Nilai tambah yang dihasilkan

dari kegiatan produksi tergantung pada tingkat produktivitas, nilai produk

marginal dan efisiensi (Hasibuan, 1993: 18). Peningkatan produksi belu

tentu menjamin terjadinya peningkatan nilai tambah, seperti dalam Industri

industri karena masih ditentukan oleh komponen harga dan intensitas

penggunaan masukan baik dari dalam maupun luaar negeri.

Nilai tambah yang diciptakan suatu Industri adalah sama dengan

keluaran (output) dikurang biaya masukan (input). Nilai tambah

mempunyai komponen upah ayau gaji, sewa, pajak, penyusutan, dan

keuntungan.

8

Page 10: Tugas Metod Tempe

Variabel keluaran adalah fungsi dari berbagai kuantitas dan

kualitas masukan. Variabel keluaran identik dengan produksi akhir berupa

barang jadi atau barang setengah jadi. Masukan antara merupakan

gabungan dari bahan baku atau bahan penolong, biaya transportasi, sewa

gedung, mesin-mesin, jasa industri dan non industri dan alat-alat serta

barang lain (Hasibuan, 1987: 5-6). Nilai tambah yang dihasilkan suatu

Industri adalah sama dengan keluaran (output) dikurangi dengan masukan

madya (nilai tambah atas harga faktor setelah ditambah pajak dan

dikurangi penyusutan).

Faktor-faktor yang menentukan nilai tambah antara lain harga

bahan baku dan bahan penolong, tenaga penjualan dan tinggi rendahnya

efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja dan bahan baku. Semakin tinggi

harga jual, jika tingkat efisiensi dan harga bahan baku tetap maka nilai

tambah dan nilai prouksi bertanda positif yang menunjukan bila terjadi

peningkatan dalam nilai produksi, maka nilai tambah juga akanmeningkat

dengan asumsi biaya madya tetap dan sebaliknya hubungan negatif terjadi

apabila biaya madya meningkat namun nilai tambah berkurang dengan

asumsi nilai produksi tetap.

Nilai tambah dapat diperoleh dari selisih antara nilai output dan

biaya madya. Nilai output adalah nilai produksi yang benar-benar

dihasilkan dari suatu kegiatan-kegiatan industri. Biaya madya adalah biaya

dalam proses produksi yang berupa bahan baku, bahan penolong, bahan

operasional dan pengeluaran seperti untuk jasa industri sewa gedung, tanah

dan mesin-mesin. Tinggi atau rendahnya nilai tambah sangat

mempengaruhi efisiensi pada suatu Industri.

Nilai tambah terdiri dari dua macam, yaitu nilai tambah kotor

(value added bbruto) dan nilai tambah bersih (value added netto). value

added bruto adalah pembayaran-pembayaran untuk pajak, bunga modal,

sewa tanah, laba, cadangann-cadangan untuk depresiasi serta kompensasi

9

Page 11: Tugas Metod Tempe

untuk manajemen dan pegawai-pegawai lainnya, termasuk didalamnya

jaminan sosial. Sedangkan di dalam value added netto tidak terdapat

depresiasi (Winardi, 1998: 497).

Value added neto adalah nilai tambah yang dihitung berdasarkan

harga pasar, harga pasar adalah harga yang didasarkan pada harga yang

dibayarkan pembeli termasuk penyusutan. Penyusutan merupakan bagian

dari ongkos produksi sehingga dimasukan pada harga penjualan, nilai

tambah netto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses

produksi dengan cara menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh

berbagai sektor dalam perekonomian.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian Trianto (2004) tentang Analisis Nilai Tambah dan

efisiensi Produksi Cetak Offset pada Industri Percetakan di Kota

Palembang menyimpulkan bahwa sebagian besar industri percetakan di

Kota Palembang, terutama pada proses produksi cetak offsetnya,

menciptakan nilai tambah yang relatif kecil. Kesimpulan ini juga diperkuat

oleh hasil perbandingan nilai tambah yang diciptakan oleh nilai tambah

industri lain yang pernah diteliti. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut,

diperoleh bahwa nilai tambah rata-rata yang diciptakan oleh industri

percetakan di Kota Palembang lebih kecil dibandingkan nilai tambah rata-

rata yang diciptakan oleh industri kasur lihab dan industri pagar terali besi

di Kota Palembang.

2.3. Kerangka Pemikiran

Besarnya nilai tambah pada suatu industri tergantung pada besarnya Biaya

madya yang dihasilkan oleh industri tersebut dan besarnya nilai output pada

industri tersebut.

10

NILAI OUTPUT

NILAI TAMBAH

BIAYA MADYA

Page 12: Tugas Metod Tempe

Nilai tambah didapat dari selisih antara nilai output dengan biaya

madya atau biaya input (bahan baku dan penolong, bahan bakar, tenaga

listrik dan gas, sewa gedung, mesin dan alat-alat dan pengeluaran lainnya).

Apabila Nilai output lebih besar dari pada biaya madya maka nilai

tambah yang dihasilkan akan menjadi lebih besar. Namun sebaliknya

apabila Biaya madya lebih besar daripada Nilai output maka Nilai tambah

yang dihasilkan akan menjadi lebih kecil.

2.4. Hipotesis

Dilihat dari semakin banyaknya Industri-Industri Tempe di Kota

Palembang maka dapat dinyatakan dilihat bahwa Nilai Tambah dari

Industri Tempe di Kota Palembang tergolong cukup besar.

11

Page 13: Tugas Metod Tempe

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini ruang lingkup dibatasi hanya pada Industri-

Industri Tempe yang ada di Kota Palembang.

Penelitian ini hanya membahas Nilai Tambah daripada Industri

kecil menengah (UKM) khususnya Industri Tempe.

3.2. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu dengan melakukan

observasi langsung kepada beberapa para pemilik usaha Tempe di

Kelurahan Bukit Sangkal.

3.3. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat

kualitatif deskriptif. Teknik analisis kulitatif yaitu dengan menyajikan

berbagai tabel dan grafik yang diperlukan, dan analisis penjelasan yang

sesuai dan relavan untuk memecahkan permasalahan yang ada, dan

menghubungkan kaitannya dengan fenomena ekonomi yang terjadi secara

nyata.

Nilai Tambah Industri Tempe dilihat dari selisih antara Nilai output

terhadap biaya madya. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

12

Page 14: Tugas Metod Tempe

Untuk melihat besaran biaya madya pada Industri Tempe maka

dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Sehingga apabila biaya madya yang digunakan semakin rendah,

maka nilai tambah yang diperoleh semakin tinggi.

3.4. Batasan Variabel

3.4.1. Definisi Konsepsional

Industri merupakan kumpulan dari perIndustrian yang

menghasilkan barang sejenis atau yang mempunyai sifat saling mengganti

yang sangat erat. Industri juga merupakan kegiatan ekonomi yang

menciptakan nilai tambah.

3.4.2. Definisi Operasional

1. Biaya input adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi,

seperti bahan baku, bahan bakar dan barang lainnya, serta jasa

industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri, dan lain-lain.

2. Biaya madya adalah biaya antara dalam prosesindustri yang berupa

bahan baku, bahan bakar dan barang lainnya di luar sewa gedung,

mesin, biaya jasa non industri, dan lain-lain.

3. Nilai output adalah jumlah barang yang diproduksi oleh produsen.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) output adalah jumlah barang

yang diproduksi oleh produsen dikali dengan satuan nilai rupiah

4. Nilai tambah merupakan selisih antara biaya madya dengan nilai

output. Biaya madya terdiri atas bahan baku dan penolong, biaya

bahan bakar, dan pengeluaran lainnya di luar biaya sewa gedung,

mesin dan alat-alat lainnya.

13

Page 15: Tugas Metod Tempe

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Lokasi Usaha

Salah satu bagian penting dari pemasaran adalah lokasi. Jika lokasi

atau tempat yang dipilih oleh pengusaha tersebut strategis dan muda

ditemui oleh masyarakat, maka akan memudahkan pengusaha untuk

mempromosikan usaha mereka dan juga bisa menekan biaya promosi.

Salah satu industri tempe yang ada di kota Palembang terdapat di

Kelurahan Bukit Sangkal. Pada umumnya industri tempe di Kota

Palembang berlokasi di daerah pinggiran kota atau lokasi dimana proses

produksi tempe dapat berjalan dengan baik, contohnya di daerah yang

dekat dengan aliran air. Daerah-daerah seperti ini dianggap mempermudah

proses pembasuhan atau proses pembersihan kacang kedelai sebelum

diproduksi menjadi tempe.

4.1.2. Gambaran Umum Responden

Responden yang di observasi atau menjadi objek penelitian adalah

para pemilik usaha tempe di Kelurahan Bukit Sangkal. Sebagain besar dari

mereka berasal dari Suku Jawa yang bergabung dalam kelompok koperasi

yang bernama PRIMKOPTI. Profil pengusaha kebanyakan dari pendidikan

yang rendah baik dari tingkat SD, SMP dan SMA. Kelompok koperasi ini

menggunakan modal yang diberikan baik dari pemerintah maupun

pinjaman modal yang bisa dikembalikan nanti ketika usaha telah berjalan.

Responden mengambil usaha tempe dengan alasan pendidikan mereka

yang rendah dan tidak mampu bersaing dengan orang yang berpendidikan

14

Page 16: Tugas Metod Tempe

tinggi dan usaha tempe ini sendiri merupakan usaha yang dapat di mulai

dengan modal yang rendah serta proses pembuatan yang mudah dilakukan.

4.1.3. Biaya Madya

Biaya madya adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

sejumlah bahan baku dan bahan penolong, serta bahan lainnya atau biaya

yang digunakan untuk membeli faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi.

4.1.4. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan tempe ini

adalah sebagai berikut:

1. Kacang Kedelai

Kacang Kedelai merupakan bahan terpenting dalam proses pembuatan

tempe. Sebagian besar produsen tempe membeli kacang kedelai impor,

alasannya karena kualitas kacang kedelai dalam negeri kurang baik

sehingga para produsen tempe lebih memilih kacang kedelai impor

demi mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

2. Ragi

Ragi dikenal sebagai jamur tempe yang merupakan jamur yang bekerja

dalam proses pembuatan tempe, yaitu dalam proses fermentasi.

4.1.5. Bahan Penolong dan Bahan Bakar

Bahan penolong merupakan bahan pendukung dalam kelancaran

proses produksi hingga kemasan, pada tiap-tiap responden pada dasarnya

menggunakan bahan penolong yang sama yang terdiri atas:

1. Bahan Bakar Kayu

Bahan bakar yang digunakan dalam produksi tempe ini adalah berupa

kayu, produsen tempe masih menggunakan tungku untuk mengukus

kacang dan masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama untuk

pembuatan tempe.

15

Page 17: Tugas Metod Tempe

2. Plastik Kemasan

Kemasan yang digunakan bervariasi ukurannya, tetapi dari hasil

pengamatan pada umumnya pengusaha tempe menggunakan plastik

ukuran 500 gram.

Tabel 1.1 Bahan Baku, Bahan Penolong dan Bahan Bakar

Proses Produksi Tempe di Kota Palembang

Bahan

Bahan BakuHarga

(per unit/kg)

Bahan Penolong

dan Bahan Bakar

Harga

(per unit/kg)

Kacang Kedelai Rp 6.000 Kayu Bakar Rp 10.000

Ragi Rp 1.000 Plastik Kemasan Rp 15.000

Solar Rp 4.500

Sumber: Data penelitian, 2012 (diolah)

Keberhasilan bahan baku merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan oleh tiap-tiap produsen tempe karena produksi tempe ini

dilakukan setiap hari, sedangkan bahan baku kacang kedelai harganya

cenderung tidak stabil karena menggunakan kedelai impor.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisis Nilai Tambah Industri Tempe

Nilai tambah yang diciptakan suatu industri adalah sama dengan

keluaran (output) dikurangi biaya masukan (input). Nilai tambah

mempunyai komponen upah/gaji, sewa pajak, penyusutan, dan

keuntungan. Variabel keluaran adalah fungsi dari berbagai kuantitas dan

kualitas masukan. Variabel keluaran identik dengan produksi akhir berupa

barang jadi atau barang setengah jadi. Masukan antara merupakan

16

Page 18: Tugas Metod Tempe

gabungan dari bahan baku atau bahan penolong dan bahan-bahan

penolong dan alat-alat serta barang lain (Hasibuan, 1993: 5-6).

Tabel 1.2

Nilai Tambah Industri Tempe di Kota Palembang

Responden Nilai Output (Rp) Biaya Madya (Rp) Nilai Tambah (Rp)

1 1.350.000 1.115.000 235.000

2 800.000 549.000 251.000

3 850.000 630.000 220.000

4 700.000 438.500 261.500

5 500.000 350.500 149.500

6 900.000 577.000 323.000

7 450.000 252.000 198.000

8 1.200.000 794.500 405.500

9 600.000 493.000 107.000

10 550.000 409.500 140.500

11 1.000.000 775.000 225.000

12 750.000 582.500 167.500

13 800.000 627.000 173.000

14 650.000 426.000 224.000

15 400.000 209.500 190.500

16 950.000 670.500 279.500

17 1.400.000 1.145.500 254.500

18 750.000 607.000 143.000

19 500.000 374.500 125.500

20 700.000 489.500 210.500

Rata-rata 790.000 575.800 214.200

Sumber: Data penelitian, 2012 (diolah)

17

Page 19: Tugas Metod Tempe

Berdasarkan tabel 1.2 penggunaan nilai tambah pada industri

tempe antar responden berfluktuatif. Nilai tambah rata-rata dari industri

tempe adalah sebesar Rp 214.200, di mana nilai tambah terbesar berada

pada responden kedelapan yaitu sebesar Rp 405.500 dan nilai tambah

terkecil pada responden kesembilan yaitu sebesar Rp 107.000.

Perbedaan nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing

produsen tempe dikarenakan perbedaan dalam tingkat produksi (output)

dan perbedaan dalam besarnya biaya madya (input). Pada produsen

kedelapan dimana produsen ini memiliki nilai tambah paling besar

diantara produsen tempe lainnya memiliki nilai output sebesar Rp.

1.200.000 sementara biaya madya relative kecil yakni sebesar Rp. 794.500

sehingga nilai tambah yang diperoleh adalah sebesar Rp. 405.500. berbeda

dengan produsen ke tujuh belas meskipun memiliki nilai output yang besar

yakni Rp.1.400.000 namun nilai tambah yang dihasilkan relative tidak

terlalu besar yakni Rp. 254.500, hal ini dikarenakan meskipun nilai output

cukup besar namun disisi lain biaya madya yang dikeluarkan juga cukup

besar yakni Rp. 1.145.000 sehingga nilai tambah yang diperoleh pun

relative menjadi lebih kecil disbanding produsen tempe lainnya.

18

Page 20: Tugas Metod Tempe

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah Industri Tempe Di

Kota Palembang dapat disimpulkan bahwa dari 20 produsen yang diteliti

terlihat bahwa nilai tambah yang diperoleh oleh masing-masing produsen

tempe berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dimanaNilai tambah

rata-rata dari industri tempe adalah sebesar Rp 214.200, di mana nilai

tambah terbesar berada pada responden kedelapan yaitu sebesar Rp

405.500 dan nilai tambah terkecil pada responden kesembilan yaitu

sebesar Rp 107.000.

Perbedaan nilai tambah antar produsen tempe di sebabkan karena

dua faktor, yakni :

1. Perbedaan nilai output pada produsen tempe.

2. Perbedaan Biaya madya pada produsen tempe.

5.2. Saran

1. Pemerintah Kota Palembang perlu menjamin ketersediaan bahan baku

dalam proses produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih murah.

2. Perlu adanya perhatian serius dari pihak pemerintah maupun swasta

dalam memajukan industri tempe, baik dalam meningkatkan modal

maupun dalam membantu pemasaran produksi dari industri tempe di

dalam negeri, agar dapat memacu produktivitas dari industri kerajinan

sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak.

19

Page 21: Tugas Metod Tempe

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia, Menuju Negara

Industri Baru 2030?. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Hasibuan, Nurimansjah. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan

Regulasi. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Nazir, Mohammad. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Teguh, Muhammad. 2010. Ekonomi Industri. Jakarta: Rajawali Pers.

Trianto, Anton. 2004. “Analisis Nilai Tambah dan Efisiensi Produksi Cetak Offset

pada Industri Percetakan di Kota Palembang”. Jurnal Ekonomi

Pembangunan. Vol.9. Desember. Hlm. 65-70.

20