Tugas merangkum

18
ADMINISTRASI NEGARA DAN KEBIJAKSANAAN NEGARA Para ahli administrasi negara telah meletakkan fungsi perumusan kebijaksanaan negara (public policy formulation) sebagai bagian yang sama pentingnya dengan fungsi pelaksanaan kebijaksanaan negara (public policy implementation). Mengingat akan pentingnya peranan administrasi negara dalam perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan negara, maka pada bagian ini akan dibahas: Paradigma administrasi negara; administrasi negara sebagai proses politik; kebijaksanaan negara dan kepentingan rakyat; dan definisi kebijaksanaan negara. 1. Paradigma Administrasi Negara Administrasi negara adalah suatu disiplin ilmu yang unik, dan apabila dipandang dari sudut tertentu(teori organisasi dan teknik-teknik manajemen) sangat berbeda sekali baik dengan ilmu politik (public administration’s mother discipline) maupun ilmu administrasi(public administration’s traditional alterego). Administrasi negara berbeda dengan ilmu politik dalam tekanannya pada struktur dan perilaku administrasi serta metodologinya. Administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu telah mengalami berbagai macam pergantian

description

resume

Transcript of Tugas merangkum

ADMINISTRASI NEGARA DAN KEBIJAKSANAAN NEGARAPara ahli administrasi negara telah meletakkan fungsi perumusan kebijaksanaan negara (public policy formulation) sebagai bagian yang sama pentingnya dengan fungsi pelaksanaan kebijaksanaan negara (public policy implementation).Mengingat akan pentingnya peranan administrasi negara dalam perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan negara, maka pada bagian ini akan dibahas: Paradigma administrasi negara; administrasi negara sebagai proses politik; kebijaksanaan negara dan kepentingan rakyat; dan definisi kebijaksanaan negara.1. Paradigma Administrasi NegaraAdministrasi negara adalah suatu disiplin ilmu yang unik, dan apabila dipandang dari sudut tertentu(teori organisasi dan teknik-teknik manajemen) sangat berbeda sekali baik dengan ilmu politik (public administrations mother discipline) maupun ilmu administrasi(public administrations traditional alterego). Administrasi negara berbeda dengan ilmu politik dalam tekanannya pada struktur dan perilaku administrasi serta metodologinya.Administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmu telah mengalami berbagai macam pergantian paragdima. Ini membuktikan bahwa administrasi negara bukanlah ilmu yang statis, tetapi terus berkembang dalam rangka mencari identitas dirinya secara kokoh dan mantap.Robert T. Golembiewski, menyatakan bahwa paradigma-paradigma administrasi negara dapat dipelajari melalui locus atau focus-nya. Locus menunjukan tempat dimana administrasi negara itu menggantungkan dirinya atau dari mana ia berasal; sedangkan fokus membahas tentang pokok bahasan (content analysis) dari administrasi negara tersebut.

Paragdima 1: Diktomi Politik dan Administrasi (1990-1926)Pada tahun 1990 Frank J. Goodnow (Penganut Wilsonian) menulis tentang politics and administration, yang mana dalam tulisan tersebut ia mengatakan bahwa pemerintah mempunyai dua fungsi yang berbeda (two distinct functions of government), yaitu fungsi politik dan fungsi administrasi. Fungsi politik ada kaitannya dengan perbuatan kebijaksanaan atau perumusan pernyataan keinginan negara(has to do with policies or expressions of the state will); sedangkan fungsi administrasi adalah yang berkenaan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut (has to do with the execution of there policies).

Paradigma 2: Prinsip-prinsip Administrasi (1927-1937)W.F. Willoughby dalam bukunya yang berjudul Principles of public Administration mengemukakan adanya prinsip-prinsip administrasi dalam setiap jenis organisasi apapun.Salah satu contoh prinsip-prinsip administrasi itu adalah dikemukakan oleh Luther H. Gulick and lyndall Urwick dalam report paper-nya pada komisi presiden (Franklin D.Roosevelt) tentang ilmu administrasi tahun 1937 yang berjudul paper on the of administration adanya 7 prinsip administrasi yang dikenal dengan akronim ; POSD CORB, yaitu kependekan dari : Planning Organizing Staffing Directing Coordinating Reporting Budgeting. Paradigma 3:Administrasi sebagai Ilmu Politik (1950-1970)Pada fase ketiga ini adalah merupakan suatu upaya untuk membangu kembali hubungan konsepsional antara administrasi negara dan ilmu politik. Tetapi sayangnya pengertian administrasi negara telah kehilangan karakteristiknya yang utama; dimana wilayah, tekanan dan pengertiannya sinonim dengan ilmu politik. Paradigma 4: Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)Ilmu administrasi adalah merupakan studi gabungan teori organisasi dan ilmu manajemen. Pada tahun 1950-an muncullahpengembangan organisasi(organization development) sebagai bagian dari ilmu administrasi. Paradigma 5: Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)Nicholas Henry dalam bukunya Public Administration adn Public Affairs tersebut, memngemukakan adanya paradigma administrasi negara yang baru, diamana focus administrasi negara adalah teori organisasi (organization Theory) dan ilmu management(management science) dan locus-nya adalah kepentingan publik(pubnlic interest) dan masalah publik(public affairs.2. Administrasi Negara sebagai Proses PolitikJohn Rehfuus mengatakan bahwa politik yang meruopakan perjuangan ntuk mengalokasikan nilai-nilai dan sumber-sumber sosial secara erat disejajarkan dengan kegiatan administrasi (politics the struggle over the allocation of social values and resources is intimately intertwined with administration).Berdasarkan pernyataan di atas, jelas sekali bahwa peranan lembaga-lembaga pemeringtahan bukan saja melaksanakan kebijaksanaan negara tetapi juga berperan dalam perumusan kebijaksanaan tersebut. Proses pemilihan tujuan dan nilai-nilai serta pengalokasian tujuan dan nilai-nilai tersebut bagi seluruh anggota masyarakat suatu negara semakin banyak dilakukan oleh badan-badan pemerintahan, dan tugas badan legislatif hanyalah menguji dan menyetujui nilai-nilai tersebut.

3. Kebijakan Negara dan Kepentingan Publikpublic dalam public administration. Pengertian public dalam public administration tidak lagi secara traditional diartikan semata-mata bersifat kelembagaan, tetapi dalam hubungannya dengan seberapa besar pengaruh/kaitan lembaga tersebut dengan kepentingan public.Prof. Ronald J. Schmidt yang di sampaikan melalui paper pada konfrensi yang berjudul Public Administrations Search For the Public dan paper Prof George Frederick Goerl yang berjudul In search of the public administrator. Paper tersebut membahas pengertianpublic dalam konteks public administration dan menekankan tentang pentingnya pendidikan politik bagi publik administrator agar mereka menjadi public-sprited citizen sehingga lebih peka dan selalu berorientasi pada kepentingan publik.Dalam hubungan ini, Goerl memberikan gambaran tentang adanya tiga macam perbedaan administrator publik yaitu sebagai birokrat, sebagai pemain politik dan sebagai profisional.

4. Pengertian Kebijaksanaan NegaraCarl J. Friedrick mendefinisikan kebijaksanaan sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. James E. Ander son mengemukakan kebijaksanaan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelomelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.Menurut Amara Raksasataya mengemukakan kebijaksanaan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu suatu kebijaksanaan memuat 3 elemen yaitu :1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata dari taktik atau strategi.Dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan negara adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksananakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.DARI PEMBUATAN KEPUTUSAN KE PERUMUSAN KEBIJAKSANAAN 1. Perbedaan dan Persamaan Pembuatan Keputusan dan Perumusan KebijaksanaanWilliam R. Dill memberikan definisi suatu keputusan sebagai suatu pilihan terhadap berbagai macam alternatif. Pernyataan Dill tentang pembuatan keputusan sama dengan pengertian pembuatan kebijaksanaan sebagaimana telah diuraiakan pada halaman-halaman sebelumnya. Kata a single choice dan a course of action sering dipakai untuk membedakan pembuatan keputusan dan pembuatan kebijaksanaan.Dengan mengikuti pendapat Anderson, Bintoro Tjokroamidjojo membedakan pengertian pembuatan keputusan dan pembuat kebijaksanaan, dengan mengatakan pembentukan kebijaksanaan atau policy formulation sering juga disebut policy making, dan ini berbeda dengan pengambilan keputusan (decision making). Karena pengambilan keputusan adalah pengambilan pilihan sesuatu alternatif dari berbagai alternatif yang bersaing mengenai suatu hal dan selesai. Sedangkan policy making meliputi banyak pengambilan keputusan, jadi menurut Tjokroamidjojo, apabila pemelihan alternatif itu terus menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, maka kegiatan tersebut dinamakan perumusan kebijaksanaan.2. Faktor-faktor yang mempengarugi pembuatan keputusan/kebijaksanaan.Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan/lebijaksanaan serta beberapa kesalahan umum dalam pembuaatan keputusan/kebijaksanaan yaitu: Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar dan adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme). Kesalahan-kesalahan umum sering terjadi dalam proses pembuatan keputusan. Nigro & Nigro menyebutkan ada 7 macam kesalahan-kesalahan umum, yaitu : Cara berpikir yang sempit (Cognitive nearsightedness) Adanya asumsi bahwa masa depan akan mengulangi masa lalu (assumption that future will repeat past) Terlampau menyederhanakan sesuatu (over simplification) Terlampau menggantungkan pada pengalaman satu orang (Overreliance on ones own experience) Keputusan-keputusan yang dilandasi oleh pra konsepsi pembuat keputusan (Preconceived nations) Tidak adanya keinginan untuk melakukan percobaan (Unwillingness to experiment) Keengganan untuk membuat keputusan (Reluctance to decice).3. Cara-cara untuk meningkatkan perumusan kebijaksanaan.Menurut pengamatan Yehezkel Dror praktek-praktek pembuatan kebijaksanaan negara sekarang ini masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain pembuat kebijaksanaan kurang mempunyai kepemimpinan politis yang baik, kurang bersifat inovatif dan sebagainya, tetapi yang lebih utama adalah kekurang mampuannya dalam memanfaatkan bantuann ilmu-ilmu sosial dan fisika.Sesuai dengan pendapat Dror tentang paradigma yang baru tersebut, maka ilmu-ilmu kebijaksanaan seharusnya : Berhubungan terutama dengan sistem-sistem pembinaan masyarakat, khususnya sistem perumusan kebijaksanaan negara. Memusatkan perhatiannya pada sistem-sistem pembuatan kebijaksanaan negara pada jenjang makro. Bersifat interdisipliner, dengan memfusikan ilmu-ilmu perilaku dan manajemen, serta menyerap elemen-elemen relevan dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan lainnya seperti ilmu fisika dan teknik. Menggabungkan penelitiaan murni dan terapan, dimana dunia nyata adalah merupakan laboratoriumnya yang utama. Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman para pembuat kebijaksanaan dan melibatkan mereka sebagai partner dalam membangun ilmu-ilmu kebijaksanaan. Terlibat secara interaktif dengan proses perubahan dan dengan kondisi-kondisi perubahan sosial. Berhati-hati dalam membuktikan kebenaran dan keberhasilan data dan mempertahankan standar ilmiah.

BEBERAPA MACAM MODEL PERUMUSAN KEBIJAKSANAAN NEGARAYehezkel Dror mengemukakan adanya 7 macam model pembuatan keputusan, yaitu : Pure Rationality Model Economically rational Model Sequential-Decision Model Incremental Model Satisfying Model Extra-Rational Model Optimal ModelModel InstitusionalModel ini merupakan model yang tradisonal dalam proses pembuatan kebijaksanaan negara. Focus atau pusat perhatian model ini terletak pada struktur organisasi pemerintah.

Model Elit-MassaModel ini memandang administrator negara bukan sebagaiabdi rakyat tetapi lebih sebagai kelompok-kelompok kecil yang telah mapan.Model Kelompok Model ini menganut paham teori kelomponya David B. Truman dalam bukunya The Governmental Process(1951) yang menyatakan bahwa interaksi diantara kelompok-kelompok adalah merupakan kenyataan politik.Model Sistem-PolitikModel sistem-politik ini diangkat dari uraian David Easton dalam The Political Sytem. Model ini didasarkan pada konsep-konsep teori informasi dan memandang kebijaksanaan negara sebagai respons suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang ada disekitarnya.Model Rational-ComprehensiveModel rational-komprehensif ini didasarkan atas teori ekonomi atau konsep manusia ekonomi. Para ahli berasumsi bahwa semua tingkahlaku manusia bertujuan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.Model IncrementalHerbert A.Simon menyatakan bahwa rasionalisme yang didasarkan atas konsep economic man dipandang sebagai suatu model yang tidak tepat. Di dalam mempelajari pembuatan keputusan, dan ia menawarkan model lain yang disebut the principle of bounded rationality atau satisficing yang didasarkan atas konsep administrative man yang dianggap sebagai model yang lebih realitstis.PROSES PERUMUSAN KEBIJAKAN NEGARA1. Perumusan Masalah Kebijaksanaan NegaraJames e. Anderson dengan mengutif pendapat David G. Smith memberikan pernyataan untuk kepentingan kebijaksanaan, suatu masalah dapat diartikan kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat untuk mana perlu dicari cara-cara penanggulangannya.Langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap pembuat kebijaksanaan adalah mengidentifikasikan problema yang akan dipecahkan kemudian membuat perumusan yang jelas-jelas terhadap problema tersebut.2. Perumusan AgendaRoger W. Cobb dan charles d. Elder membedakan antara sistemic agenda dengan governmental agenda. Mereka mengartikan Systemic agenda terdiri atas isyu-isyu yang dipandang secara umum oleh anggota masyarakat politik sebagai patut memperoleh perhatian dari public dan mencakup masalah-masalah yang berada dalam kewenangan sah setiap tingkat pemerintah masing-masing. Cobb dan elder mengartikan agenda pemerintah sebagai serangkaian hal-hal yang secara tegas membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat keputusan yang sah/otoritatif).3. Perumusan Usulan Kebijaksanaan NegaraPerumusan usulan kebijaksanaan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang termaksud dalam kegiatan ini adalah : Mengidentifikasikan alternatif, mengidentifikasikan dan merumuskan alternatif, menilai alternatif dan memilih alternatif yang memuaskan.4. Pengesahan Kebijaksanaan NegaraProses pengesahan kebijaksanaan biasannya diawali dengan kegiatan persuasion dan bargaining. Persuasion diartikan oleh Anderson sebagai usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang sesuatu kebenaran atau nilai kedudukan seseorang dan sehingga mereka mau menerimanya sebagai miliknya sendiri. Sedangkan kegiatan bargaining dapat diartikan sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih yang mempunyai kekuasaan atau tujuan-tujuan yang tidak mereka sepakati agar dapat merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama tetapi tidak perlu ideal bagi mereka. Yang termaksud dalam kategori bargaining adalah : Perjanjian, saling memberi dan menerima dan kompromi.5. Pelaksanaan kebijakan negaraPara sarjana ilmu politik telah membuat sejumlah tipologi umum untuk mengkategorisasikan kebijaksanaan negara. Adapun kategorisasi kebijaksannan negara : Substantive atau procedural policies Distributive, Re-Distribitive, regulatory dan Self Re-gulatory Material dan symbolic policies Collective goods dan private goods policies Liberal dan conservative policies.6. Penilaian Kebijaksanaan NegaraPenilaian kebijasanaan adalah merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijaksanaan. Charles O. Jones mengartikan penilaian kebijaksanaan sebagai suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil-hasil program pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat penting dalam spesifikasi obyeknya, teknik-teknik pengukurannya dan metode analisannya.Dari sudut spesifikasi objeknya berarti menilai hasil berbagai macam program-program yang dilaksanakan pemerintah sesuai dengan problema-problema yang dihadapi oleh masyarakat. Dari sudut teknik-teknik penilian yaitu cara-cara untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menilai hasil program-program pemerintah. Kemudia dari sudut metode analisanya akan dapat menunjukan hasil akhir dari kegiatan menilai program-program pemerintah tersebut apakah efektif atau tidak mempunyai dampak positif yang lebih besar dari dampak negatifnya atau sebaliknya.

SISTEM NILAI DAN KEBIJAKSANAAN NEGARA

1. Peranan Sistem Nilai dalam Perumusan Kebijaksanaan NegaraSistem nilai adalah kaitan dan kebetulan nilai-nilai, norma-norma dan tujuan-tujuan yang telah mapan yang terdapat dalam masyarakat.Nilai-nilai yang berasal dari pola-pola keyakinan dan aspirasi masyarakat itu akan menentukan penggunaan sumber-sumber dalam suatu sistem sosial. Nilai-nilai Kebijaksanaan telah memberikan dorongan pada setiap pembuat kebijaksanaan negara untuk tidak bersikap tanpa nilai terhadap masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat, tetapi harus peka dan aktif berupaya mengatasi problema-problema tersebut guna memenuhi kebutuhan masyarakat.Menurut David Easton, nilai-nilai kebijaksanaan itu nantinya akan dialokasikan secara otoritatif kepada seluruh anggota masyarakat dan masyarakat mau atau tidak harus menerima konsekuensi-konsekuensi dari kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut.2. Pancasila dan Perumusan Kebijaksanaan Negara di IndonesiaSalah satu prinsip yang harus dipegang teguh dalam mengambil keputusan adalah prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat yang diliputi oleh semangat kekeluargaan. Prinsip inilah yang menjadi tulang-punggung sistem demokrasi pancasila. Dengan demikian dalam sistem dan mekanisme demokrasi pancasila tidak dikenal adanya demokrasi mayoritas maupun tiraniminoritas sebab kedua konsep itu tidak selaras dengan semangat kekeluargaan.