Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

32
Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial Dani Kusworo Endang Yuni Purwanti Siti Wahyudini

Transcript of Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Page 1: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial

Dani KusworoEndang Yuni Purwanti

Siti Wahyudini

Program Pasca Sarjana Universitas IndonesiaProgram Studi Kajian Ketahanan Nasional

Peminatan Pengembangan Kepemimpinan2009

Page 2: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

BAGIAN PERTAMABagaimana memberikan kemudahan fasilitas untuk menolong kelompok

dalam mencapai tujuan mereka

BAB I. Fasilitasi Kelompok & Peran Fasilitator

A Fasilitasi kelompok - Fasilitas Dasar dan Pengembangan - Nilai Inti yang membimbing Fasilitasi

B Peran fasilitator- Tanggungjawab Fasilitator terhadap output kelompok- Membandingkan Fasilitasi dan Mediasi

C Meninggalkan peran fasilitator - Fasilitator sebagai mediator - Berpihak pada anggota dari klien - Fasilitator sebagai evaluator- Fasilitator sebagai sumber informasi

D Mitos dari netralitas total

A. Fasilitasi kelompok

Sebuah proses di mana seseorang yang diterima oleh seluruh anggota kelompok karena netralitasnya serta tidak memiliki wewenang untuk membuat keputusan mengintervensi suatu kelompok untuk membantu mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya serta membuat keputusan berkenaan dengan masalah tersebut, yang bertujuan meningkatkan efektivitas kelompok tersebut. - untuk membantu mereka didalam kelompok ( Argyris, 1970, p.15 ) - grup punya tanggung jawab kolektif untuk melakukan satu atau banyak tugas, hasil dapat ditentukan ( Hackman, 1989 )• Fasilitator memfasilitasi seluruh anggota kelompok, tidak hanya pada

anggota tertentu saja. • Fasilitator harus bisa diterima oleh seluruh anggota kelompok, tidak

boleh ada keberpihakan terhadap suatu keputusan dalam kelompok dan tentu saja tidak boleh mengambil keputusan untuk kelompok.

1

Page 3: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

• Tugas utamanya adalah untuk membantu kelompok dalam meningkatkan efektifitas dengan mengembangkan proses kerja dalam kelompok itu sendiri.

• Mengapa fasilitasi diperlukan oleh kelompok yang mengalami ketidak efektifan ? Karena ketidakefektifan dalam proses kerja sebuah kelompok dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan kelompok tersebut dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.

Fasilitasi Dasar dan Pengembangan

• Fasilitasi dapat dibagi menjadi dua tipe didasari oleh objektifitas kelompok.

• Fasilitasi dasar diibaratkan seorang mekanik kendaraan yang hanya diperlukan saat terjadi trouble pada mesin, sedangkan Fasilitasi Pengembangan diibaratkan seorang instruktur yang mengajari karyawan untuk memperbaiki masalah.

Tabel Perbedaan Fasilitasi Dasar dan Fasilitasi PengembanganKarakteristik Fasilitator Dasar Fasilitator Pengembangan

Objek Kelompok Memecahkan masalah subtantif (tertentu)

Memecahkan masalah subtantif sambil belajar mengembangkan prosesnya

Peran Fasilitator - Membantu mengembangkan proses secara temporer

- Bertanggungjawab penuh dalam menangani proses kelompok

- Membantu mengembangkan proses secara permanen

- Membagi tanggung jawab bersama dalam menangani proses kelompok

Hasil untuk kelompok

Ketergantungan terhadap fasilitator dalam memecahkan masalah di masa depan

Mengurangi ketergantungan fasilitator dalam memecahkan masalah

Nilai Inti yang membimbing Fasilitasi• Ada tiga nilai inti yang membimbing proses fasilitasi, yakni : Informasi

yang valid (Valid Information), Pilihan yang bebas dan diberitakan (Free and Informed choice), dan Komitmen internal pada pilihan (Internal Commitment to the Choice)

• Tujuannya adalah untuk membimbing efektifitas sikap kelompok dan fasilitator

2

Page 4: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Tabel Nilai Inti Pembimbing FasilitasiNilai Inti Keterangan

Valid Information - berbagi informasi yang relevan- berbagi informasi yang dapat dimengerti oleh orang lain.- Berbagi informasi yang dapat secara independen dinilai

kebenarannya.- Secara rutin mencari informasi baru untuk menimbang apakah

keputusan sebelumnya harus dirubahFree and Informed Choice

- Mendefinisikan objektifitas mereka sendiri dan metode untuk mencapainya

- Tidak dimanipulasi- Mendasari pilihan mereka pada informasi yang valid

Internal commitment to the choice

- Mereka secara pribadi bertanggungjawab terhadap keputusan mereka.

- Mereka menemukan pilihan mereka memuaskan.

B. Peran dari seorang Fasilitator

• Peran seorang fasilitator adalah membantu kelompok mengembangkan proses mereka berlandaskan tiga nilai inti. Caranya dengan membantu kelompok memperbaiki aturan-aturan dasar untuk keefektifan proses kelompok itu sendiri, mengidentifikasi kebiasaan sikap terhadap aturan tersebut dan membantu anggota agar bersikap lebih efektif.

• Pertimbangan yang harus dimiliki seorang fasilitator dalam berperan adalah:• Posisi fasilitator yang bukan anggota kelompok tersebut, sehingga

tidak berperan dalam ranah pengambilan keputusan• Fasilitator tidak memposisikan dirinya dalam kelompok baik

keberpihakan maupun terhadap tugas.• Fasilitator bukan penghubung antara kelompok terhadap

organisasi yang lebih besar.• Fasilitator bukanlah seorang pemberi keputusan. Keputusan harus

ditentukan oleh kelompok itu sendiri.

3

Page 5: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Tanggungjawab Fasilitator terhadap output kelompok• Biasanya fasilitator dipersalahkan dari ketidak berhasilan kelompok.

Hal ini tergantung dari sikap mereka sendiri.• Fasilitator tidak bertanggungjawab terhadap ketidakefektifan sikap

kelompok atau konsekwensinya.• Jika Kelompok membuat kesalahan, fasilitator bertanggungjawab

untuk membantu anggota kelompok tersebut menganalisa proses yang mereka lakukan untuk membuat keputusan hingga muncul kesalahan. Sehingga dengan pertimbangan kesalahan mereka sehingga lain kali mereka tidak akan melakukan hal yang sama.

• Fasilitator harus menghargai usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut walaupun cara yang mereka lakukan salah, menimbang kebiasan pilihan kelompok itu sendiri. Memang memberatkan bagi fasilitator namun ini merupakan ujian bagi fasilitator itu sendiri.

Membandingkan Fasilitasi dengan Mediasi• Memang Keduanya sering diartikan sama. Keduanya melibatkan

pihak ketiga yang dapat diterima oleh anggota kelompok dan tidak memiliki hak dalam membuat keputusan, keduanya membantu kelompok dalam memecahkan masalah.

• Keduanya memiliki kemampuan dan tehnik yang sama, namun digunakan dalam situasi yang berbeda dan kadang-kadang dalam objektivitas yang berbeda pula.

Objektivitasnya.Mediasi membantu kelompok menyelesaikan kesepakatan terhadap konflik tertentu.

Fasilitasi lebih condong membantu mengembangkan prosesnya kelompok tersebut dalam memecahkan masalah serta meningkatkan kefektifan anggota.

Cara masuk kedalam proses.Mediasi diperlukan saat kelompok mengalami kebuntuan.

Fasilitasi diperlukan tidak hanya saat mengalami kebuntuan, bahkan baik setelah kebuntuan sudah diselesaikan atau sebelum terjadinya kebuntuan.

Mengontrol Proses.Mediator lebih mengontrol jalannya proses, seperti menentukan siapa yang berbicara.

Fasilitator ikut serta bersama client-nya dalam proses fasilitasi.

4

Page 6: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

C. Meninggalkan Peran Fasilitator

Memungkinkan bagi fasilitator untuk meninggalkan perannya sebagai fasilitator untuk beberapa kondisi:• Fasilitator sebagai Mediator: Berlaku saat konflik yang terjadi dalam

kelompok mengakibatkan terputusnya komunikasi.• Berpihak pada anggota dari Client: Berlaku saat terjadi konflik antar

kubu dalam kelompok.• Fasilitator sebagai evaluator: Berlaku saat pemimpin kelompok

meminta untuk mengevaluasi kemampuan anggota. Namun ini dapat menyebabkan ketidaksukaan dari anggota.

• Fasilitator sebagai Sumber Informasi: Berlaku apabila tercantum dalam kontrak kerjanya.

D. Mitos dari Netralitas Total

• Kenyataanya kenetralan seorang fasilitator tidak selalu terjadi, itu hanyalah mitos.

• Fasilitator tidaklah netral dalam sebuah diskusi kelompok, dimana berhubungan dengan bagaimana mengatur kelompok atau bagaimana secara interpersonal mengefektifkan proses.

Kesimpulan

1. Fasilitasi kelompok adalah sebuah proses dimana seseorang dapat diterima oleh semua anggota dai kelompok, netral, dan tidak memiliki hak dalam menentukan keputusan untuk memecahkan masalah, dalam meningkatkan efektifitas kelompok.

2. Fasilitasi Dasar lebih kepada pemecahan masalah yang subtantif.3. Fasilitasi Pengembangan lebih kepada membantu anggota

menyelesaikan masalah sambil membantu mereka belajar dalam mengembangkan prosesnya.

4. Kedua Fasilitasi tersebut didasari oleh nilai inti yakni, Informasi yang valid, kebebasan memilih dan komitmen internal

5. Peran Fasilitator dirancang untuk membantu kelompok agar bertindak konsisten dengan berpedoman pada nilai inti.

5

Page 7: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

6. Saat meninggalkan peran fasilitator secara sementara diperbolehkan, namun akan beresiko terhadap kemampuan bertindak konsisten dari fasilitator dan kelompok terhadap nilai

6

Page 8: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

BAGIAN KEDUAHAL-HAL YANG MENJADIKAN SEBUAH KELOMPOK EFEKTIF

Model Kelompok Efektif

Terdiri dari beberapa hal :

Proses Kelompok Struktur Kelompok Konteks Kelompok

Proses Kelompok yang efektif :

1. PROBLEM SOLVING

2. DECISION MAKING

3. CONFLICT MANAGEMENT

4. KOMUNIKASI

5. MANAJEMEN

7

Page 9: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

4. Komunikasi - Komunikasi merupakan pertukaran informasi untuk menyampaikan suatu

makna dimana pengirim pesan dan penerima pesan dapat menangkap pengertian yang sama.

- Dalam hal berkomunikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

a. Siapakah yang berkomunikasi?

b. Siapa yang berkomunikasi dengan siapa?

c. Bagaimana komunikasi dilakukan?

- Komunikasi dalam grup yang efektif dilakukan dengan :

Setiap anggota grup diberi kesempatan untuk berbicara secara terbuka tanpa dibatasi status posisi.

Setiap anggota grup dapat mengidentifikasi bahwa setiap ide iu setara dan masing-masing dapat mendiskusikan bagaimana merka melihat hal tersebut secara berbeda.

Grup belajar untuk mendiskusikan isu-isu sensitif yang sulit didiskusikan.

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi verbal, karena komunikasi non verbal lebih mudah menimbulkan minssinterpretasi.

5. Manajemen - Kelompok efektif dapat mengatur hubungannya dengan organisasi

naungannya dengan simultan baik dengan diferensiasi maupun integrasi dengan organisasi naungan tersebut.

Diferensiasi diperlukan agar grup tersebut mengetahui fungsi kelompok dalam lingkup organisasi yang lebih besar.

Integrasi dengan organisasi naungan diperlukan karena kelompok tergantung pada organisasi tersebut dimana suplai material, SDM, informasi dan lainnya diberikan oleh organisasi tersebut.

8

Page 10: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

MODEL STRUKTUR KELOMPOK YANG EFEKTIFFdala

Hal – hal yang membuat efektif dari segi Struktur Kelompok Visi dan Misi yang jelas.

Budaya kelompok yang efektif.

Memotivasi tugas.

Keanggotaan yang sesuai.

Definisi yang jelas akan peran, termasuk pemimpin,

Waktu yang memadai.

Norma Kelompok.

9

Page 11: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Model Konteks Kelompok yang Efektif

Hal-hal yang menjadikan Kelompok Efektif dari Segi Konteks Kelompok: Misi dan Visi yang secara jelas difahami .

Kultur saling membantu.

Konsisten dengan tujuan dan desain.

Informasi, termasuk timbal baliknya.

Pelatihan dan konsultasi.

Sumber daya, teknologi dan bahan.

Lingkungan Fisik yang seimbang antara fungsi koordinasi dengan privasi.

10

Page 12: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

BAGIAN KETIGAKONTRAK : INTRODUKSI DAN PEDOMAN BEKERJA BERSAMA

Kenapa Harus ada Kontrak ?

Dalam proses ini, fasilitator dan kelompok akan membangun kesepakatan tentang apa dan bagaimana mereka akan bekerjasama dan hal apa yang ingin dicapai.

Tujuan kontrak :

1. Memastikan fasilitator dan grup mengetahui dan komitmen terhadap kondisi yang akan diterapkan dalam masa kerjasama.

2. Memberikan kesempatan keduabelah pihak untuk mengobservasi bagaimana mereka akan kerjasama.

3. Membangun pondasi psikologi hubungan antara fasilitator dan grup.

TAHAP PERTAMA : INISIASI KONTRAK Tujuan :1. Identifikasi anggota klien utama.

2. Melakukan diagnosa awal.

3. Mendiskusikan pendekatan fasilitasi yang akan digunakan.

4. Mengukur apakah Fasilitator memiliki kemampuan dan ketertarikan serta setuju untuk melakukan fasilitasi terhadap Kelompok tersebut.

Beberapa Jenis Klien : 1. Klien Kontak : Pihak yang pertama kali melakukan kontak dengan fasilitator.

2. Intermediate Client : Klien yang terlibat pada kontraktor awal.

3. Primary Client : Kelompok yang bertanggung jawab pada isu yang akan difasilitasi.

4. Klien Ultimate : Organisasi, komunitas, masyarakat, stakeholder.

TAHAP KEDUA : MERENCANAKAN FASILITASI Tujuan :

1. Mengetahui lebih mendalam mengenai masalah yang dihadapi Klien dan faktor-faktor apa saja yang akan berpengaruh pada proses fasilitasi.

2. Merencanakan agenda sementara tentang pertemuan yang akan dilakukan dengan Kelompok.

11

Page 13: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

3. Membuat persetujuan tentang pengkondisian pertemuan fasilitasi pertama.

TAHAP KETIGA : KONTRAK SEMENTARA DENGAN KLIEN UTAMA - Pada tahap ini, fasilitator dan Klien Utama membangun dan menyepakati bersama

tentang isi kontrak bersama yang isinya menggambarkan tentang ekspektasi masing-masing pihak kepada pihak lainnya.

- Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa fasilitator dan kelompok klien utama memahami dan berkomitmen pada tujuan fasilitasi, agenda, aturan dasar, dan hal lain yang akan terjadi selama fasilitasi dilakukan.

TAHAP KEEMPAT :

- Pada tahap ini, fasilitator akan memeriksa setiap perubahan yang terjadi sebelum fasitasi dilakukan yang mungkin akan mengubah kontrak ataupun mengubah rencana fasilitasi.

- Penentuan peran dalam pertemuan inisiasi fasilitasi : pembukaan, penjelasan tentang fasilitasi, pengenalan pihak yang berpartisipasi, penjelasan kegiatan selama pertemuan.

TAHAP KELIMA : DISKUSI TENTANG KONTRAK SEMENTARA DENGAN SELURUH ANGGOTA KELOMPOK KLIEN UTAMA

Pada tahap ini dilakukan persetujuan seluruh anggota kelompok Klien Utama terhadap Kontrak Sementara. Karena kontrak akan bersifat sementara sampai seluruh anggota kelompok menyetujuinya.

Menentukan aturan-aturan yang akan dipakai selama fasilitasi dilakukan.

TAHAP KEENAM : MODIFIKASI, PELENGKAPAN DAN PERSETUJUAN KONTRAK

Evaluasi terhadap fasilitasi yang berlangsung.

Evaluasi terhadap kontrak.

12

Page 14: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

1. Observe behavior

2. Infer meaning

3. Decide whether to intervene

4. Describe observations

5. Test inferences

6. Help group decide whether and how to change behavior

SIKLUS DIAGNOSIS - INTERVENSISIKLUS DIAGNOSIS - INTERVENSI

Langkah2 diagnosis

Langkah2 intervensi

BAGIAN KEEMPATDiagnosis: Mengidentifikasi Perilaku yang Meningkatkan atau

Menghalangi Efektivitas Kelompok

• Sebelum memutuskan akan mengintervensi satu kelompok à apakah kelompok tersebut berfungsi dengan efektif?

• Diagnosis à suatu proses dimana fasilitator mengamati perilaku suatu kelompok, menentukan perilakunya dan menetapkan hubungan sebab akibat yang sejalan dengan model kelompok yang efektif menurut fasilitator

• Prinsip dalam diagnosis: adanya model diagnosis à untuk membimbing fasilitator à fasilitator yg efektif mendasarkan pikiran dan tindakannya pada sebuah model dari kelompok yg efektif dan juga model diagnosis dan intervensi, yang keduanya kosisten scr internal

13

Page 15: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Step 1. Fasilitator mengamati perilaku yg terjadi di dalam kelompok, apakah ada pola perilaku tertentu, terbuka dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak terlihat signifikan (contohnya: sebuah perilaku sederhana spt setiap anggota kelompok berbicara hanya setelah supervisor dalam kelompoknya berbicara)

Step 2. Fasilitator mengambil kesimpulan dari perilaku tsb. Misalnya: ketika fasilitator mengamati bahwa bawahan hanya berbicara setelah supervisornya berbicara, fasilitator bisa menduga bahwa bawahan enggan untuk menyangkal supervisornya.

Step 3. Berdasarkan hasil pengamatan dan dugaan, fasilitator harus memutuskan apakah akan melakukan campur tangan terhadap kelompok tsb. Pada prakteknya, fasilitator biasanya mengamati suatu perilaku lebih dari sekali sebelum memutuskan untuk campur tangan, ini untuk lebih memastikan dugaan/kesimpulan yang telah diambil. Misalnya, setelah melakukan pengamatan lebih jauh, fasilitator memperhatikan bahwa walaupun bawahan akan menunggu sampai supervisor selesai berbicara, pada rapat2 berikutnya mereka ternyata tidak sepakat dengan supervisornya. Dengan demikian fasilitator harus mengubah kesimpulan dari “bawahan takut untuk tidak sepakat dengan atasannya” menjadi “bawahan perlu mengetahui pendapat supervisornya sebelum menawarkan pendapatnya sendiri”.

Step 4. Fasilitator mendeskripsikan perilaku yang telah diamatinya dan menanyakan kepada anggota kelompok apakah mereka mengamati perilaku yang sama.

Step 5. Fasilitator dan kelompok melakukan tes thd dugaan yang telah diambil dan memutuskan apakah hal itu sudah akurat. Setelah tercapai kesepakatan antara kelompok dan fasilitator, selanjutnya adalah

Step 6. Fasilitator membantu anggota kelompok apakah akan mengubah perilakunya dan bagaimana caranya untuk lebih efektif.

Siklus berulang kembali.

Tipe2 Perilaku yang Harus Diamati (Dennis Gouran & Randy Hirokawa 1986):

• Functional Behaviors: meningkatkan kefektifan kelompok

14

Page 16: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

• Dysfunctional Behaviors: menurunkan keefekifan kelompok seperti: mencemooh anggota kelompok, datang terlambat, tidak memberikan kontribusi yg relevan dalam diskusi, tidak mempersiapkan meeting

• Counteractive Behaviors: meningkatkan keefektifan kelompok dengan menetralkan efek dari Dysfunctional Behaviors. Karena biasanya lebih banyak kelompok yang Dysfunctional Behaviors daripada Functional Behaviors, Counteractive Behaviors biasanya merupakan kunci bagi keefektivan kelompok, hampir sama dengan intervensi dari fasilitator karena didesain untuk mengoreksi ketidakefektifan kelompok.

Levels of Behavior

• Action: komentar individu atau sikap nonverbal (gestur)

• Interaction: komentar dari seseorang yang diikuti oleh komentar yang lain

• Pattern: perilaku yang bermakna, kombinasi dari action dan interacion

Fasilitator harus menyadari bahwa kesimpulan yang diambil berdasarkan pengamatan adalah suatu working hypotheses yang masih terbuka untuk perubahan jika diperlukan pengamatan tambahan, bukan suatu kesimpulan yang sudah tetap

Pengamatan yg didasarkan pada kontrak dan kebutuhan

Kontrak fasilitator dengan kelompok mempengaruhi cara fasilitator dalam mengamati perillaku tertentu. Jika kelompok meminta pertolongan karena anggotanya tidak dapat menyelesaikan masalah tanpa argument yang keras, fasilitator harus memfokuskan diri pada perilaku yang berhubungan dengan diagnosis tersebut.

15

Page 17: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Pengamatan yg didasarkan pada aturan dasar mengenai kelompok yg efektif

Aturan Dasar untuk Kelompok yg Efektif

1. Test assumptions and interferences: Untuk mendapatkan informasi yang valid dalam membuat pilihan, asumsi dan dugaan harus diujcoba

2. Share all relevant information: Setiap anggota kelompok harus memberitahu kelompoknya informasi yang akan mempengaruhi kelompok dalam memecahkan masalah atau dalam pengambilan keputusan.

3. Focus on interests, not positions: Anggota kelompok harus mencari solusi yang memenuhi kepentingan semua orang. Yang dimaksud dengan kepentingan adalah kebutuhan, keinginan, dan kepedulian yang dimiliki seseorang sehubungan dengan masalah yang ada.

4. Be specific – use examples: Contoh yang spesifik menghasilkan informasi yang valid, karena contoh spesifik membuat anggota kelompok bisa menilai secara independen apakah contoh tersebut memang valid.

5. Agree on what important words mean: Istilah2 penting harus disetujui bersama maknanya, sehingga tidak terdapat pemahaman yg berbeda

6. Explain the reasons behind one’s statements, questions and actions: Jelaskan alasan mengapa sesuatu harus dilakukan. Hal ini akan membantu dalam menginterpretasikan perilaku seseorang secara tepat, menghindarkan dari .(me-kan) interpretasi/asumsi sesuatu secara tidak tepat.

7. Disagree openly with any member of the group: Ketidaksepakatan dengan anggota lain harus diungkapkan secara terbuka, biasanya ketidaksepakatan enggan diungkapkan bila terdapat anggota subkelompok lain.

8. Make statements, then invite questions and comments: Menyatakan sudut pandang dan cobalah untuk menanyakan komentar tentang sudut pandang tsb. Ini akan membantu diskusi menjadi lebih aktif, memberikan tantangan untuk bertanya

16

Page 18: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

9. Jointly design ways to test disagreements and solutions: Masing2 pihak yang tidak menemukan kesepakatan harus menerima bahwa mungkin saja pendapatnya memang tidak tepat. Mereka bersama2 harus mengembangkan cara untuk menguji, fakta mana yang lebih relevan.

10.Discuss undiscussable issues: Isu yang tidak bisa didiskusikan di dalam kelompok biasaya dipercayai sebagai isu yang jika didiskusikan akan membawa konsekuensi negatif. Isu ini harus dimunculkan dan dipertimbangkan bahwa dengan mendiskusikan isu tsb akan menjadikan kelompok lebih efektif.

11.Keep the discussion focused: memastikan bahwa anggota kelompok mendiskusikan isu yang relevan, setiap orang fokus pada isu yang sama, dan setiap orang benar2 mengerti isu tsb. Terkadang kelompok menghabiskan waktu mendiskusikan isu yang tidak relevan dengan tugas yang dihadapi.

12.Do not take cheap shots or otherwise distract the group: Bisa dikatakan sebagai olok2 atau penghinaan terhadap target tertentu dalam kelompok. Hal ini biasanya akan menyabkan target akan terasing dan menyembunykan pendapatnya dalam berdiskusi. Perilaku ini harus dihindari.

13.All members are expected to participate in all phases of process

14.Exchange relevant information with nongroup members: Bekerjasama dan bertukar informasi dengan anggota di luar kelompok,karena informasi yang valid bisa saja berasal dari luar kelompok.

15.Make decisions by consensus: Konsensus berarti setiap orang dalam kelompok menyetujui keputusan dengan sukarela dan mendukung. Hal ini akan membangun komitmen anggota terhadap keputusan/pilihan yang ditetapkkan

16.Do self-critiques: Belajar dari kesalahan dengan melakukan kritik ke dalam.

17

Page 19: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

Mengambil Kesimpulan dari Perilaku

• Orang harus mengambil kesimpulan untuk dapat berfungsi secara efektif.

• Fasilitator harus membuat kesimpulan sebab-akibat (causal) karena kelompok dapat memecahkan masalah hanya setelah mengidentifikasi penyebabnya, dan penyebabnya biasanya tidak selalu dapat langsung diamati/terlihat.

• Fasilitator harus dapat membedakan antara perilaku yang sedang diamati dengan kesimpulan yang diambil dari perilaku tersebut

• Fasilitator yang efektif bersandar pada perilaku yang dapat diamati sebanyak mungkin dan mengandalkan pada kesimpulan hanya bila diperlukan. Bila fasilitator harus mengambil kesimpulan untuk membuat sebuah diagnosis, sebaiknya kesimpulannya yang bersifat low level (kesimpulan yg masih memerlukan tambahan informasi yang harus diamati dari perilaku Figure 4.2)

Memutuskan apakah akan campur tangan?

1. Sudahkah saya cukup mengamati untuk membuat diagnosis yang bisa dipercaya?

2. Sudahkah saya mengadakan kontrak dengan kelompok untuk membuat intervensi semacam ini?

3. Jika saya tidak campur tangan, akankah anggota kelompok yang melakukannya?

4. Akankah kelompok memiliki waktu yang cukup untuk melakukan proses intervensi?

5. Apakah kelompok memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam menggunakan intervensi untuk meningkatkan keefektifannya?

6. Apakah kelompok memiliki cukup informasi (atau dapatkah saya memberikan mereka cukup informasi) untuk membuat pilihan yang bebas sebagai penghargaan terhadap intervensi tersebut?

7. Apakah kelompok tsb memiliki beban terlalu banyak untuk melakukan intervensi?

18

Page 20: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

8. Apakah perilaku tsb cukup penting untuk diintervensi?

9. Jika intervensi tidak dilakukan sekarang, apakah masih ada kemungkinan intervensi dapat dilakukan nanti dan masih dapat membantu kelompok untuk menghindari dari konsekuensi negatif perilaku disfungsionalnya?

10.Apakah saya memiliki keterampilan untukmelakukan intervensi?

Masalah dan Tantangan yang Dihadapi dalam Mendiagnosis Perilaku

• Fasilitator harus secara terus menerus mengikuti kelompok selama bekerja sama dengan kelompok tsb. Konsekuensinya, seorang fasilitator harus melakukan diagnosis perilaku sambil mengamati kelompok tsb.

• Karena mustahil untuk mengamati segala sesuatu secara bersamaan, fasilitator bisa saja melewatkan beberapa perilaku atau pola yang penting yang terjadi selama periode waktu tertentu.

• Fasilitator harus merasa nyaman dengan ketidakpastian dan tidak menjatuhkan pilihan terlalu cepat dan merepotkan diri dengan campur tangan dan diagnosis.

• Salah persepsi dan bereaksi secara emosional à harus berhati-hati terhadap bias sistematik dan isu-isu pribadi karena dapat mengganggu hasil diagnosis terhadap kelompok.

• Terlalu fokus kepada kontent dan bukan kepada proses.

• Memperluas diagnosis fasilitator dan tool intervensi

Kesimpulan

• Bab ini membahas bagaimana melakukan diagnosis perilaku di dalam kelompok

• Bab ini juga memperkenalkan enam langkah Siklus Diagnosis-Intervensi

• Tiga langkah diagnosis dalam siklus tersebut meliputi observing behavior, inferring meaning, dan deciding whether to intervene.

19

Page 21: Tugas Mata Kuliah Intervensi Sosial1

• Bab ini mendiskusikan pula bentuk2 perilaku (fungsionla, disfungsional dan counteractive).

• Dalam bab ini juga dijelaskan tentang enam belas aturan dasar untuk kelompok yang efektif.

• Disebabkan fasilitator tidak akan dapat campur tangan terhadap semua hal yang diamati dan salah satu bagian penting dari diagnosis adalah suatu diagnosis memerlukan campur tangan, dalam bab ini dipaparkan bagaimana memutuskan apakah akan melakukan campur tangan.

• Pada akhirnya, dalam bab ini dijelaskan tentang tantangan dan masalah yang dihadapi fasilitator dalam mendiagnosis secara tepat perilaku kelompok.

20