tugas manuskrip.docx

download tugas manuskrip.docx

of 9

Transcript of tugas manuskrip.docx

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA GARUT TAHUN 2014Tita NoviantiPROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes KARSA HUSADA GARUT, Kampus 1 : Jl. Subyadinata No. 7 Tarogong Kidul-Garut, Kampus 2 : Jl. Nusa Indah No. 23 Tarogong Kidul-Garut 44151Email : [email protected] Indonesia, peningkatan penduduk lansia cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan umur harapan hidup. Namun, pertambahan jumlah peduduk lanjut usia ini turut melahirkan masalah baru dalam bidang kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut tahun 2014. Desain penelitian ini adalah analitik kategorik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 42 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014. Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner yang mengandung pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan observasi terhadap perilaku personal hygiene. Analisis penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square type Goodness Off Fit. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada lansia dengan (P.Value 0.001), sedangkan analisis juga diperoleh tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia dengan (P.Value 0.8). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna anatara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene tetapi tidak terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku lansia terhadap personal hygiene. Dari hasil penelitian, disarankan pada lansia untuk lebih meningkatkan pengatahuannya dalam melakukan perilaku personal hygiene dan pihak pelayanan panti dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Bacaan: 18 Buku + 7 Jurnal + 2 Situs Internet (2002 2012)Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Lansia, Personal Hygiene

Abstrac

In Indonesia, the increase in the elderly population is likely to increase from year to year due to increased life expectancy. However, the increase of the elderly population also spawned a new problem in the health field. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and attitude with behaviors in personal hygiene in the elderly at the Social Protection Elderly Garut 2014. Analytical research design was cross-sectional categorical approach. The sample size used was 42 people. This study was conducted from April to May 2014. Instrument of this study a questionnaire containing questions about knowledge, attitudes and behavior observation of personal hygiene. The analysis of this study uses statistical test Chi Square Goodness Off Fit type. The results showed that there is a significant relationship between knowledge and behavior in the elderly with personal hygiene (P.value 0.001), whereas there was no analysis was also obtained significant relationship between attitudes with behavior in the elderly with personal hygiene (P.value 0.8). The conclusion of this study is that there is a significant relationship between knowledge of personal hygiene behavior but there is no relationship between attitude and behavior towards personal hygiene elderly. From the research, it is recommended in the elderly to improve their knowledge in performing personal hygiene behavior and the nursing care can improve the health promotion of personal hygiene in daily life.

Reading List: 18 Books + 7 Journal + 2 Internet Site (2002-2012) Key Words: Knowledge, Attitude, Behaviour, Seniors, Personal Hygiene

6

PENDAHULUANSeiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, populasi penduduk lanjut usia juga semakin bertambah dari hari ke hari. Pertumbuhan penduduk lansia yang cepat di seluruh dunia telah mengatasi pertumbuhan kelompok usia lainnya. Lanjut usia (Lansia) adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu (Lilik Marifatul Azizah, 2011). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 meliputi : middle age (45- 49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-79 tahun), very old (diatas 90 tahun). Menurut USA Bureau of The Census tahun 1993, di dunia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia seluruh dunia, antara tahun 1990-2025 yaitu sebesar 41,4%.Indonesia, termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak kurang lebih 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2009 jumlah lansia sebanyak 14,439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%). Sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes, 2012). Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, ini bila merujuk hasil sensus penduduk tahun 2010. Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 43.053.732 jiwa. Jumlah ini meningkat menjadi 49.153.773 jiwa pada tahun 2013. Dinas Sosial Jawa Barat menyatakan jumlah penduduk lanjut usia yang tercatat mencapai 3,4 juta orang atau setara dengan 8% dari penduduk Jawa Barat saat ini. Tetapi yang dianggap sebagai penduduk lanjut usia terlantar mencapai 350 orang yang kini ditampung di panti jompo. Menurut Kepala Dinas Sosial Jawa Barat panti jompo itu tersebar di empat kota kabupaten. yaitu Balai Ciparay-Kabupaten Bandung menangani 150 lansia. Kemudian ada tiga sub unit di Bogor, Karawang dan Garut menampung 200 lansia (Rinjani, 2010).Di kabupaten Garut, berdasarkan Biro Pusat Staristik (BPS) Kabupaten Garut melaporkan data kependudukan menurut kelompok umur tahun 2012 berjumlah 2.485.130 dan sudah termasuk didalam data tersebut jumlah lansia.Sesuai Undang-undang No.13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada usia lanjut. Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut adalah salah satu unit pelayanan daerah terpadu (UPTD) di bawah naungan Dinas Sosial Jawa Barat yang menangani masalah sosial usia lanjut. Pada saat ini jumlah lansia yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut adalah sebanyak 75 orang tetapi ada lansia yang pulang 11 orang dan yang ada sekarang adalah 64 orang yang terdiri dari 27 orang lansia laki-laki dan 37 orang lansia perempuan. (Bpstwgarut, 1997).Hasil penelitian Zein (2011) menunjukan bahwa sebanyak 53,34% responden pemenuhan personal hygiene kurang, 13,33% responden pemenuhan personal hygiene cukup, dan 33,33% responden pemenuhan personal hygiene baik. Personal hygiene adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjaga kebersihan dirinya agar terhindar dari penyakit dan produktivitas diri kita baik (Sander, 2005 dalam Anjar, 2009). Hal-hal yang muncul bila lansia kurang menjaga kebersihan dirinya diantaranya adalah badan gatal-gatal dan tubuh lebih mudah terkena penyakit. Pada rambut terdapat ketombe/kutu, penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap, serta kuku yang panjang dan kotor dapat menjadi sarang kuman penyebab penyakit saluran pencernaan, dan bila telinga tidak dibersihkan maka akan dapat menimbulkan gangguan pendengaran akibat penumpukan kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi pada telinga. Pada gigi dan mulut akan menyebabkan karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi, dan bau mulut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Weredha Garut Tahun 2014.

METODE PENELITIANDesain penelitian yang digunakan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut adalah analitik kategorik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel yang lain dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu subjek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama da dilihat apakah ada hubungan diantara keduanya (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan kepada seluruh lansia yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut yang berjumlah 42 orang menurut kriteria insklusi dan ekslusi . Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut pada bulan April sampai Mei 2014.

HASIL PENELITIANBerdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia tentang Personal Hygiene Di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014.

Pengetahuan FrekuensiPresentase

Baik2252,4

Kurang2047,6

Jumlah Total42100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar lansia yaitu sebanyak 22 orang atau sebesar (52,4%) lansia yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werda Garut mempunyai pengetahuan yang baik tentang personal hygiene.

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Sikap Lasia tentang Personal Hygiene Di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014.Sikap FrekuensiPresentase

Tidak Mendukung (Unfavorable)1945.2

Mendukung (favorable)2354,8

Jumlah Total42100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar lansia yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar (54,8%) mempunyai sikap yang mendukung terhadap personal hygiene.

Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Perilaku Personal Hygiene Pada Lansia Di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014PerilakuFrekuensiPersentase

Melakukan2457,1

Tidak Melakukan1842,9

Jumlah Total42100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa sebagian besar lansia yaitu sebanyak 24 orang atau sebesar (57,1%) telah melakukan personal hygiene khususnya mandi, menyikat gigi, memotong kuku, dan membersihan tempat tidur.

Tabel 4.7Hubungan pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014.PengetahuanPersonal HygieneTotal

P.value

OR

Melakukan

Tidak Melakukan

n%n%n%

Baik1672.7627.3221000.016.2

Kurang630.01470.020100

Total2252.42047.642100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukan bahwa proporsi pengetahuan baik dengan melakukan personal hygiene sebanyak 16 orang yaitu sebesar (72.7%) sementara itu lansia yang mempunyai pengetahun kurang yang melakukan personal hygiene sebanyak 6 orang yaitu sebesar (30.0%). Hasil analisis diperoleh P.value sebesar 0,01 artinya ada perbedaan yang signifikan dalam perilaku personal hygiene lansia yang mempunyai pengetahuan baik dan yang mempunyai pengetahuan kurang atau ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada lansia. Hasil analisis juga diperoleh pula nilai OR sebesar 6.2 artinya lansia yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 6.2 kali lebih besar dalam melakukan personal hygiene dibandingkan lansia yang mempunyai pengetahuan yang kurang.

Tabel 4.8Hubungan sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014.SikapPersonal HygieneTotal

P.value

OR

Melakukan

Tidak Melakukan

n%n%n%

Favorable1356.51043.5231000.81.4

Unfavorable947.41052.619100

Total2252.42047.642100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa proporsi sikap mendukung (Favorable) dengan melakukan personal hygiene sebanyak 13 orang yaitu sebesar (56.5%) sementara itu lansia yang mempunyai sikap tidak mendukung (Unfavorable) yang melakukan personal hygiene sebanyak 9 orang yaitu sebesar (47.7%). Hasil analisis diperoleh P.value sebesar 0,8 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perilaku personal hygiene lansia yang mempunyai sikap mendukung dan tidak mendukung atau ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia. Hasil analisis juga diperoleh pula nilai OR sebesar 1.4 artinya lansia yang mempunyai sikap mendukung berpeluang 1.4 kali lebih besar dalam melakukan personal hygiene dibandingkan dengan lansia yang mempunyai sikap tidak mendukung dengan CI 95% yaitu antara 0,4 % - 4.9%.

PEMBAHASANDalam upaya pemeliharaan kebersihan diri, pengetahuan seseorang akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat diperlukan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar (52.4%) lansia yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut mempunyai pengetahuan yang baik tentang personal hygiene. Hal ini dikarenakan lansia sudah sering diberikan pendidikan kesehatan oleh perawat yang ada dipanti werda sehingga lansia sudah memahami betapa pentingnya personal hygiene untuk kesehatan.Meskipun hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan lansia mempunyai kategori baik yaitu sebesar (52.4%), hal ini diikuti dengan sikap yang baik pula, yaitu sebesar (54.8%). Menurut Rongers dalam Notoatmodjo, 2003 sikap adalah pendapat atau pandangan seseorang tentang suatu objek yang melindungi tindakannya. Sikap lansia yang mencerminkan sikap yang mendukung personal hygiene di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hal ini sesuai dengan penelitian yang saya lakukan yang menunjukan sebagian lansi yang ada dipanti werda Rendahnya angka kejadian penyakit kulit pada lansia menyebabkan penurunan penilaian fungsi personal hygiene yang melindungi lansia. Hal ini juga dapat menyebabkan pandangan yang tidak mendukung (Unfavorable) terhadap personal hygiene.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar lansia yaitu sebesar (57.1%) telah melakukan personal hygiene khususnya mandi, menyikat gigi, memotong kuku, membersihan tempat tdur. Tingginya perilaku lansia dalam melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada tidak didasari pengetahuan. Sebagian besar lansia mempunyai pengetahuan yang baik yaitu sebesar (52.4%) sehingga perilaku personal hygiene juga akan baik.Hasil penelitian yang menyimpulkan adanya hubungan antara pengetahuan lansia dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene dapat diartikan mutlak dibutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi agar lansia dalam berperilaku dalam menerapkan personal hygiene dapat dilakukan secara baik dan benar. Arah hubungan antara pengetahuan lansia dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene adalah positif yang bermakna bahwa semakin tinggi pengetahuan semakin baik pemenuhan personal hygiene lansia. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dilakukan oleh penelitian Kolompoy (2004) yang berjudul perilaku sehat usia lanjut di panti Wredha Senja Cerah, Kota Manado menunjukkan bahwa potensi psikososial dengan perilaku hidup sehat terdapat hubungan. Semakin baik potensi psikososial lansia menjadikan perilaku hidup sehat semakin baik.Analisa hubungan sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut pada penelitian ini menggunakan Uji Chi-Square dengan tarif kemaknaan 5% ( = 0.05) terhadap variabel pengetahuan menghasilkan nilai P.value sebesar 0,8 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perilaku personal hygiene lansia yang mempunyai sikap mendukung dan tidak mendukung atau ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku personal hygiene pada lansia.

KESIMPULANPenelitian hubungan pengetahuan dan sikap dengan personal hygiene lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2014 SARAN1. Bagi Institusi Pendidikan Stikes Karsa Husada GarutHasil penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai bahan referensi dalam menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang pengetahuan kepala ruangan dalam pengembangan manajemen kinerja klinik terhadap peningkatan mutu pelayanan.

2. Bagi Rumah SakitMeskipun hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan mutu pelayanan keperawatan kepala ruangan dalam pengembangan manajemen kinerja klinik. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pengetahuan kepala ruangan tentang pengembangan manajemen kinerja klinik secara berkesinambungan melalui pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pengembangan manajemen kinerja klinik.

3. Bagi peneliti selanjutnyaPenelitrian ini hanya menganalisis hubungan antara pengetahuan kepala ruangan tentang pengembangan manajemen kinerja klinik terhadap mutu pelayanan keperawatan, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan kepala ruangan terhadap pengembangan manajemen kinerja klinik diantaranya tingkat pendidikan dan lama kerja.

DAFTAR PUSTAKAAjwar, Saepudin. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajaran Offset.Arikunto, Suharisimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka.Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.Indonesia, Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Pengemangan Manajemen Kinerja Perawat. Kepmenkes No 836/MENKES/SK/VI/2005.Rakhmawati, Windy. 2009. Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan. Melalui http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pelayanan_keperawatan. Diakses Tanggal 25 November 2013. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Citra Cendikia Press.Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung : ALFABETA.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pelayanan_keperawatanhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-tuminahg2a-5286-3-bab2.pd