Tugas Mandiri Sony - REVISI 4 Juli 2014
-
Upload
sony-wirasakti -
Category
Documents
-
view
22 -
download
5
description
Transcript of Tugas Mandiri Sony - REVISI 4 Juli 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan slah satu indikator kesehatan paling sensitif yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan ibu dan anak. Berdasarkan data yang tersedia, dapat
diidentifikasika bahwa kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayi baru
lahir erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil yang juga merupakan
akumulasi masalah perilaku, mutu pelayanan kesehatan, status gizi, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi dan juga masalah sosial budaya. Rawannya
derajat kesehatan ibu memberi dampak yang bukan terbatas pada kesehatan
ibu saja. Hal ini berpengaruh secara langsung terhadap janin/bayi pada
minggu pertama kehidupannya. Faktor yang berkaitan dengan penyebab
kematian bayi antara lain adan tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu
hamil, tingkat keberhasilan program KIA, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi. (standar pelayanan KIA,2009)
Dari data SPM bulan Januari sampai Mei 2014 di Puskesmas Secang I
hanya 15% neonates resiko tinggi yang dapat terdeteksi. Hal ini masih amat
jauh dari target. Oleh karena kita perlu melihat indikator-indikator yang
mengakibatkan cakupan kegiatan deteksi neonatus risiko tinggi itu masih
rendah. Dan hal-hal apa saja yang mengakibatkan cakupan deteksi tersebut
masih rendah.
1
Peningkatan angka kematian bayi disebabkan oleh kurangnya
pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Disamping itu
adanya faktor diluar medis yang berpengaruh besar. Antara lain adanya krisis
ekonomi yang berkepanjangan dan juga adat atau kebiasaan yang membatasi.
Salah satu upaya pemerintahan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah
dengan menggunakan pendekatan baru yang disebut Making Pregnancy Safer
(MPS) dengan 3 fokus kegiatan (depkes RI, 1992):
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan kesehatan
yang adekuat
3. Setiap wanita usia subur (WUS) mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi kehamilan
MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang ada telah ada dengan
penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga
pembangunan, sektor swasta, keluarga dan anggota masyarakat. Melalui MPS
diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihak-
pihak lain yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam
meningkatkan kemampuan pelayanan kesehatan guna menjamin agar ibu dan
bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan
bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang terampil pada saat melahirkan serta pelayanan
yang tepat dan berkesinambungan. (standar pelayanan KIA, 2009)
2
Target yang ditetapkan untuk 2010 adalah sebagai berikut:
Target dampak kesehatan:
a. Menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup
b. Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15/1000 kelahiran hidup
c. Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20%
d. Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi
11%
Target Proses
a. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 1 kali (K1) menjadi 95%
termasuk cakupan Fe1, TT1
b. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal 4 kali (K4) menjadi 90%
termasuk cakupan Fe3 dan TT2/TT ulang
c. Meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil menjadi 85%
d. Meningkatkan cakupan pelayanan komplikasi obstetric dan neonatal yang
berkualitas, termasuk pelayanan pasca keguguran menjadi 80% dari
jumlah kasus yang diperkirakan
e. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di sekurang-kurangnya 4 puskesmas dengan
tempat tidur di kabupaten/kota
f. Meningkatkan dan melaksanakan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) selama 24 jam di tiap rumah sakit
kabupaten/kota.
3
g. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan dan pasca
keguguran sampai 100%
h. Meningkatkan anggaran program untuk menunjang kesehatan ibu dan bayi
baru lahir
i. Memantapkan Organisasi seluruh Dinas Kesehatan kabupaten/kota
Menyimak dari hasil pembahasan diatas dari semua indikator-indikator
program Kesehatan Ibu dan Anak dan Pertolongan Persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan kunjungan neonatal yang mencapai target. Deteksi Risiko
Tinggi baik oleh tenaga kesehatan maupun dari masyarakat Pelayanan
Neonatal (KN1 dan KN2) masih jauh dari yang ditargetkan.
Strategi
Untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut diatas telah
diidentifikasi 4 strategi utama yang konsisten dengan Rencana Indonesia
Sehat 2010 (standar pelayanan KIA, 2009).
Empat strategi utama tersebut adalah:
a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir berkualitas yang cost-effective dan berdasarkan bukti
b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program,
lintas sector dan mitra lainnya untuk melakukan advokasi guna
memaksimalkan sumber daya tersedia serta meningkatkan koordinasi
perencanaan dan kegiatan MPS
4
c. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui
peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Laporan yang dibuat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa deteksi
neonatus berisiko tinggi sangat rendah. Dikarenakan oleh beberapa hal
diantaranya masih kurangnya jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,
terbatasnya kemampuan dan ketrampilan petugas kesehatan, masih kurangnya
kesadaran masyarakat dalam memelihara kesehatan dari awal kehamilan
sampai melahirkan.
Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan pengamatan
dengan cara wawancara terhadap bidan desa, petugas KIA dan ibu-ibu serta
melakukan kunjungan pada PUSTU dan POSYANDU di lingkungan
Puskesmas Secang I, Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa Karang Kajen
tentang deteksi neonatus risiko tinggi.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, terdapat masalah yang belum diketahui,
yaitu : Apakah yang menyebabkan rendahnya cakupan kegiatan deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Puskesmas Secang I Kabupaten
Magelang periode Januari – Mei 2014 sehingga tidak memenuhi target?
5
D. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis serta mengevaluasi penyebab
rendahnya cakupan deteksi neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen,
Puskesmas Secang I Kabupaten Magelang periode Januari – Mei 2014
sehingga tidak memenuhi target.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran deteksi pada neonatus risiko tinggi di Desa
Karang Kajen, Puskesmas Secang I Kabupaten Magelang.
b. Menganalisis dan mengevaluasi penyebab masalah rendahnya deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Puskesmas Secang I
Kabupaten Magelang.
c. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan
deteksi neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Puskesmas
Secang I, Kabupaten Magelang.
d. Menentukan prioritas pemecahan masalah rendahnya cakupan deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Puskesmas Secang I
Kabupaten.
E. MANFAAT
1. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang kegiatan deteksi neonatus
risiko tinggi di Puskesmas Secang I, Kabupaten Magelang.
6
b. Manambah pengetahuan penulis tentang penyebab dan pemecahan
masalah rendahnya cakupan deteksi neonatus risiko tinggi di
Puskesmas Secang I, Kabupaten Magelang.
2. Bagi Puskesmas dan Petugas Kesehatan
Mengevaluasi kinerja petugas Puskesmas Secang I maupun petugas
kesehatan di Desa Karang Kajen sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan meningkatkan cakupan deteksi dini neonatus resiko tinggi
di Desa Karang Kajen di kawasan Puskesmas Secang I, Kabupaten
Magelang.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Secang, Kabupaten
Magelang dalam rangka mencegah lahirnya bayi cacat.
F. BATASAN PENGKAJIAN
1. Batasan Judul
Laporan kegiatan dengan judul “Evaluasi Cakupan Deteksi
Neonatus Risiko Tinggi di Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang periode Januari – Mei 2014” mempunyai batasan
pengertian judul sebagai berikut:
a. Evaluasi
Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian
solusi-solusi atau permasalahan yang ditemukan.
7
b. Cakupan
Adalah jangkauan suatu hal.
c. Deteksi
Adalah usaha untuk menemukan dan menentukan keberadaan,
anggapan, atau kenyataan.
d. Neonatus
Adalah bayi baru lahir usia 0-28 hari.
e. Risiko
Adalah akibat yang kurang menyenangkan dari suatu tindakan atau
perbuatan.
f. Tinggi
Adalah sudah jauh pada tingkatan atas
g. Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
Adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Secang I,
Kabupaten Magelang.
h. Periode Januari – Mei 2014
Adalah kurun waktu selama 5 bulan yang diawali dari Bulan Januari
2014 dan berakhir pada Bulan Mei 2014.
2. Batasan Operasional
a. Frekuensi kegiatan berlangsung selama 5 bulan.
b. Sasaran adalah neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen,
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
8
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi:
a. Lingkup lokasi : Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang
b. Lingkup waktu : Januari sampai Mei 2014.
c. Lingkup sasaran : Seluruh neonatus risiko tinggi di Desa Karang
Kajen, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
d. Lingkup metode : Wawancara dan pencatatan.
c. Lingkup materi : Evaluasi program KIA mengenai cakupan deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang periode Januari – Mei 2014.
G. METODOLOGI
Wawancara dilakukan di Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang pada tanggal 28 Juni 2014. Wawancara dilakukan
kepada bidan desa, kader, dan ibu dengan neonatus di Desa Karang Kajen..
Jenis data yang diambil adalah :
1. Data primer, yang diperoleh melalui wawancara dengan bidan desa, para
kader, dan ibu dengan neonatus di Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang mengenai program pelayanan KIA dan deteksi
neonatal risiko tinggi.
2. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data-data dari laporan
bagian KIA Puskesmas SECANG I dan bidan Desa Karang Kajen.
9
Data yang terkumpul diolah dan kemudian dianalisis masalah yang
ditemukan dengan mencari kemungkinan penyebabnya, melalui pendekatan
sistem, yang meliputi kelima input, yaitu man, money, material, machine,
methods, proses yang meliputi fungsi manajemen baik P1, P2, P3, serta
lingkungan. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan penyebab masalah yang paling mungkin dan penggabungan
alternatif pemecahan masalah tersebut. Setelah itu, prioritas pemecahan
masalah ditentukan dengan menggunakan rumus kriteria matriks, yang
kemudian dibuat rencana kegiatan dan plan of action (POA) berdasarkan
pemecahan masalah yang terpilih dan dijadwalkan dalam sebuah Gann chart.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEONATUS RISIKO TINGGI
I. Pengertian Neonatus Risiko Tinggi
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa
neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu,
maka terjadilah awal proses fisiologik. (Alisyahbana A, 2003)
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan
oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik
dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. (Rachimhadhi T,
2010)
Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Resiko tinggi
menyatakan bahwa bayi harus mendapat pengawasan ketat oleh dokter dan
perawat yang telah berpengalaman. Lama masa pengawasan biasanya
beberapa hari tetapi dapat berkisar dari beberapa jam sampai beberapa
minggu. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia
28 hari (neonatus).
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik
terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian
tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan
ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang
tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu
11
meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan
hidup yang kecil. (Reksoprodjo M, 2005)
Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai
berikut:
1. BBLR
2. Asfiksia neonatorum
3. Sindrom, gangguan pernafasan
4. Ikterus
5. Perdarahan tali pusat
6. Kejang
7. Hipotermi
8. Hipertermi
9. Hipoglikemi
10. Tetanus neonatorum
12
BAB III
DATA UMUM DESA KARANG KAJEN
A. Data Desa Karang Kajen
Desa Karang Kajen terletak di wilayah Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. (Data Statistik Desa Karang Kajen, 2012)
B. Batas Wilayah
Wilayah Desa Karang Kajen dibatasi oleh :
a Sebelah utara : Desa Bayusari/Kalikuto
b Sebelah Selatan : Desa Candisari/Sidomulyo
c Sebelah Timur : Desa Sumurarum/Purwosari
d Sebelah Barat : Desa Donorojo/Candisari
(Data Statistik Desa Karang Kajen, 2012)
C. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Karang Kajen tahun 2012 berdasarkan data
statistik di dapatkan jumlah 1.702 jiwa dengan jumlah laki-laki 873 jiwa dan
jumlah perempuan 829 jiwa. (Data Statistik Desa Karang Kajen, 2012)
13
BAB IV
ANALISIS HASIL PROGRAM
Data cakupan deteksi Neonatus Risiko Tinggi di Desa Karang Kajen,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang periode Januari – Mei 2014 diperoleh
dari data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilaksanakan pada
hari Sabtu, pada tanggal 28 Juni 2014. Pengambilan data dilakukan dengan
mendatangi rumah kader dan ibu hamil. Bidan desa turut serta mengantarkan
penulis ke tempat kader dan ibu hamil. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui laporan program KIA di Puskesmas Secang I pada tanggal 23 Juni 2014
yang menyatakan bahwa Cakupan Neonatus Risiko Tinggi sebesar 15%. Hal ini
berarti bahwa cakupan neonatus risiko tinggi masih di bawah target dan
merupakan suatu masalah.
A. Pencapaian Deteksi Neonatus Risiko Tinggi
Jumlah cakupan deteksi neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen
periode Januari – Mei 2014 adalah :
Jumlah Neonatus Risiko Tinggi
Besar Cakupan: x 100%
Jumlah seluruh neonatus
0
Besar Cakupan: x 100% = 0%
17
14
Jumlah pencapaian deteksi neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen
adalah :
Besar Cakupan
Besar Cakupan: x 100%
Target Pencapaian
0%
Besar Cakupan: x 100% = 0%
100%
Dari hasil didapatkan pencapaian neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen
periode Januari – Mei 2014 kurang dari 100 %, yang berarti neonatus risiko tinggi
di Desa Karang Kajen masih menjadi masalah.
B. Hasil Wawancara Dengan Bidan Desa di Desa Karang Kajen
Dari hasil wawancara dengan bidan desa di Desa Karang Kajen pada
tanggal 28 Juni 2014, didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Terdapat satu bidan desa yang menangani pelayanan KIA di Desa Karang
Kajen. Bidan tersebut tinggal di dekat Pustu untuk mempermudah proses
pelayanan KIA.
2. Terdapat enam kader atau koordinator untuk membantu bidan desa dalam
kegiatan posyandu.. Lima kader merupakan kader senior, sedangkan satu
kader merupakan kader baru.
15
3. Posyandu dilakukan setiap satu bulan sekali pada saat tanggal muda.
4. Kegiatan yang dilakukan di posyandu mendapat dana dalam pengadaan
vaksin dan peralatan di dapatkan dari pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang dan sumbangan dari Universitas Ngadiwaluyo Semarang.
Terdapat pula dana swadaya masyarakat yang didapatkan dari setiap
pasien atau ibu yang dikenakan biaya Rp. 1000,- untuk pemeriksaan
kehamilan, dan Rp. 500,- untuk biaya penggantian kacang hijau. Dana
tersebut digunakan untuk kepentingan posyandu dan para kader.
5. Tidak dilakukannya penyuluhan khusus mengenai kesehatan ibu hamil.
6. Sudah dilakukan pencatatan pada saat datang dan di catat di buku KMS.
7. Tidak terdapat media promosi berupa poster di balaidesa.
8. Adanya perencanaan kunjungan yang telah di buat bidan desa untuk
mengunjungi setiap posyandu yang ada di Desa Karang Kajen.
9. Untuk kasus neonatus risiko tinggi yang dirujuk tidak dimasukkan ke
dalam catatan KIA, melainkan masuk dalam kasus rujukan.
10. Sebagian kecil masyarakat kurangnya pemahaman dan pentingnya akan
pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan nifas.
C. Hasil Wawancara Dengan Kader di Desa Karang Kajen
Dari hasil wawancara dengan kader di desa Karang Kajen pada tanggal
28 Juni 2014, didapatkan informasi sebagai berikut :
1. Jadwal posyandu sudah ada dan di koordinasi oleh bidan desa.
2. Pelaksanaan kegiatan posyandu sudah terstruktur dimulai dari pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, dan dilakukan imunisasi oleh bidan desa.
16
3. Sistem pelaksanaan posyandu dengan menggunakan 5 meja : 1 meja
pendaftaran, 1 meja penimbangan, 1 meja pencatatan, 1 meja pelayanan
kesehatan, dan 1 meja konsultasi.
4. Satu kader belum dapat melakukan tugasnya dikarenakan masih baru.
5. Dilakukan pembinaan mengenai pelayanan KIA bagi kader dari tiap desa
di kecamatan Secang. Pelaksanaan tidak tentu. Terakhir dilakukan bulan
lalu. Tiap desa mengirimkan dua kadernya setiap kali diadakan
pembinaan.
6. Di akhir kegiatan posyandu, tidak dilakukannya pengecekan ulang nama-
nama yang belom hadir untuk dilakukan imunisasi.
7. Kesadaran masyarakat untuk pentingnya pemeriksaan ibu hamil dan
perawatan nifas sudah cukup namun masih saja ada yang tidak rutin
kontrol karena alasan lupa atau malas.
8. Tidak ada penyuluhan mengenai kesehatan ibu hamil dan perawatan nifas.
9. Kader tidak melakukan survei rutin untuk mendatangi ibu hamil dan yang
sedang dalam masa nifas untuk melakukan pengecekan.
17
BAB V
ANALISIS MASALAH
A. UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS
Secara garis besar, program kesehatan Puskesmas dibagi menjadi 3
macam, yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, dan
upaya kesehatan inovasi. Upaya kesehatan wajib ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional, dan global, serta mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. (Yuniar. 2011)
Upaya kesehatan pokok Puskesmas, yaitu :
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
d. Perbaikan gizi masyarakat
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM)
f. Pengobatan (Heri M. 2011)
Semua upaya kesehatan wajib Puskesmas ini telah dimiliki dan
dilaksanakan oleh Puskesmas Secang I. Adapun Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) serta Keluarga Berencana (KB) meliputi adanya kasus cakupan deteksi
neonatus risiko tinggi.
18
B. INDIKATOR PROGRAM PUSKESMAS YANG BERMASALAH
Dalam pelaksanaan kegiatan program Puskesmas Secang I ada
beberapa cakupan kegiatan yang belum mencapai target. Salah satu kegiatan
yang menjadi masalah yang akan dibahas adalah cakupan deteksi neonates
risiko tinggi yang masih kurang mencapai target di Desa Karang kajen,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Permasalahannya ada pada data
Standar Pelayanan Minimal pada Periode Januari – Mei 2014 di desa Karang
Kajen di dapatkan cakupan 15% dari 11 desa yang berada di bawah naungan
puskesmas Secang I.
C. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH
Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan,
yang ingin dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk
memecahkannya. Dengan demikian didapatkan ciri-ciri masalah :
1. Menyatakan hubungan dua atau lebih variabel
2. Dapat diukur
3. Dapat diatasi (Hartoyo. 2011)
Berikut ini merupakan urutan dalam siklus pemecahan suatu masalah, yaitu :
1. Identifikasi atau Inventarisasi Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya
SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung
atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian membandingkan antara
19
kedaan nyata yang terjadi (cakupan) dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan (target).
2. Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah ditentukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan lain-lain.
3. Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data ataupun
kepustakaan. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan
menyimpang dari masalah tersebut.
4. Memilih Penyebab Yang Paling Mungkin
Penyebab masalah paling mungkin terjadi harus dipilih berdasarkan sebab-
sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.
5. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah apabila penyebab
masalah sudah dapat teridentifikasi dengan baik namun dalam pemecahan
masalah harus memiliki berbagai macam alternatif pemecahan masalah.
6. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan maka dilakukan
pemilihan pemecahan masalah terpilih (paling efektif dan efisien) apabila
ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk
menentukan atau memilih pemecahan masalah terbaik.
7. Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action)
atau rencana kegiatan.
20
8. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan dari pemecahan suatu masalah dilakukan
monitoring pada saat proses penyelesaiaan masalah tersebut berlangsung
dan evaluasi setelah seluruh permasalahan selesai. (Hartoyo. 2011)
Masalah yang akan dibahas dirangkum dengan menggunakan bagan
pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka pikir pemecahan masalah
21
BAB VI
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Untuk menganalisis penyebab masalah manajemen puskesmas,
digunakan pola pendekatan sistem dan pendekatan mutu. Akan tetapi, dalam
laporan ini yang digunakan hanya pola pendekatan sistem saja.
Pendekatan sistem meliputi input (man, method, money, machine,
material), proses (P1 Perencanaan, P2 Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3
Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian) dan lingkungan, yang kemudian
dituangkan dalam diagram fishbone. Masalah yang timbul terdapat pada
output dimana hasil kegiatan atau cakupan kegiatan tidak sesuai dengan target
pencapaian. Sistem yang diutarakan pada laporan ini adalah sistem terbuka
pelayanan kesehatan dan dijabarkan sebagai berikut :
22
INPUT
Man
Money
Method
PROSES
P1
P2
P3
OUTPUT
Cakupan
Program
LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem
Cakupan masalah terdapat pada output dimana hasil kegiatan atau
cakupan kegiatan tidak sesuai dengan standar minimal. Hal yang terpenting
pada upaya pemecahan masalah adalah bahwa kegiatan dalam rangka
pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, yakni
berdasarkan pendektan sistem penyebab masalah yang terjadi pada input,
proses maupun lingkungan.
A. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Dalam menganalisis penyebab maslah secara menyeluruh digunkan
pendekatan evalusi menejemen meliputi input, proses, output, outcome serta
environment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang kemungkinan
menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan tersebut.
23
Tabel 1. Analisis input penyebab masalah
Komponen KelebihanKekurangan / penyebab
masalah
Input Man Tersedianya 1
orang bidan desa.
Tersedianya 6
kader di Desa
Karang Kajen
Kader:
Hanya melakukan
pendataan posyandu,
tidak mensurvei
langsung.
Koordinasi antara
bidan desa dengan
kader tentang
kegiatan deteksi
neonatus risiko tinggi
masih kurang.
Kurangnya
pengetahuan kader
mengenai neonatus
risiko tinggi
Hanya sebagian kader
yang aktif
Bidan desa :
Tidak mengecek
ulang hasil pencatatan
dan pelaporan yang
ditulis kader.
Ibu hamil :
Kurang patuhnya
pasien datang ke
24
posyandu
Pasien masih belum
sadar pentingnya
antenatal care dan
post natal care
selama kehamilan.
Seringkali
mengabaikan
petunjuk dari bidan
desa atau kader.
Money Sumber dana
berasal dari Dinas
Kesehatan
Terdapat dana
swadaya masyarakat
digunakan untuk
kepentingan
posyandu dan para
kader sebesar Rp
1000,- dan Rp.500,-
Method Sudah dilakukannya
kegiatan posyandu
yang sesuai jadwal.
Pelaksanaan
dilakukan dengan
sistem 5 meja
Sudah ada
pemberitaan di Desa
untuk warga
Tidak adanya
penyuluhan mengenai
antenatal care dan
post natal care dan
beragam risiko saat
kehamilan.
Tidak adanya
pencatatan khusus
bagi kasus ibu dengan
25
kehamilan
bermasalah yang
dirujuk. Sehingga
keadaan bayi saat
lahir tidak diketahui.
Material Terdapat tempat
untuk dilakukannya
posyandu.
Tidak adanya brosur,
pamflet dan poster
sebagai sarana
edukasi mengenai
post natal care.
Kurangnya materi
yang disampaikan
tentang manfaat
periksa kehamilan
secara rutin.
Machine Tersedianya alat-
alat dan vitamin ibu
hamil.
Terdapatnya KMS
di posyandu.
Ada buku laporan
kegiatan posyandu
Tidak adanya USG untuk mendeteksi neonatus risiko tinggi
Proses P1
(perencanaan)
Sudah ada
penjadwalan setiap
bulannya untuk
dilakukannya
antenatal care saat
di posyandu.
Tidak ada jadwal
untuk kunjungan
rumah untuk mendata
ibu hamil yang tidak
datang ke posyandu.
P2
(penggerakan
Posyandu dilakukan
sesuai dengan
Tidak semua yang
datang posyandu
26
pelaksanaan) jadwal.
Pelaksanaan
menggunakan
sistem 5 meja.
Bidan desa dan
kader selalu
membawa alat dan
segala kebutuhan
saat posyandu.
Ada konseling gizi
oleh ahli gizi
dilakukan konseling.
P3
(pengawasan,
pengendalian ,
dan penilaian)
Adanya bidan yang
bertanggung jawab
dalam pengawasan
jalannya posyandu.
Adanya laporan
bulanan kegiatan
posyandu.
Pelaporan hasil kegiatan tidak dicek ulang oleh bidan desa.
Tidak ada evaluasi setelah kegiatan posyandu oleh bidan desa dengan kader.
Lingkungan (fisik dan non fisik) Masyarakat tahu
bahwa antenatal
care penting untuk
pencegahan
berbagai risiko saat
hamil yang
berdampak pada
janin.
Masyarakat desa
Karang kajen yang
sudah mendapatkan
konseling atau
pengetahuan biasanya
jarang menjalankan
hasil konseling
karena berbenturan
dengan kebiasaan.
Hasil analisis masalah di atas dapat dibuat dalam bentuk diagram fishbone
yaitu sebagai berikut :
27
B. Fish Bone
28
PROSES
P1 :
Tidak ada jadwal untuk kunjungan rumah untuk mendata ibu hamil yang tidak datang ke posyandu.
P2 : Tidak semua yang datang posyandu dilakukan konseling.
P3 : Pelaporan hasil kegiatan tidak dicek ulang oleh bidan
desa. Tidak ada evaluasi setelah kegiatan posyandu oleh bidan
desa dengan kader.
MASALAH
Penemuan kasus neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen pada Periode Januari – Mei
2014 adalah 0%.
LINGKUNGAN
INPUT
Masyarakat desa Karang Kajen yang sudah mendapatkan konseling atau pengetahuan biasanya jarang menjalankan hasil konseling karena berbenturan dengan adat atau kebiasaan.
ManKader:
Hanya melakukan pendataan posyandu, tidak
mensurvei langsung.
Koordinasi antara bidan desa dengan kader tentang
kegiatan deteksi neonatus risiko tinggi masih
kurang.
Kurangnya pengetahuan kader mengenai neonatus
risiko tinggi
Hanya sebagian kader yang aktif
Bidan desa :
Tidak mengecek ulang hasil pencatatan dan
pelaporan yang ditulis kader.
Ibu hamil :
Kurang patuhnya pasien datang ke posyandu
Pasien masih belum sadar pentingnya antenatal dan
post natal care selama kehamilan. Seringkali
mengabaikan petunjuk dari bidan desa atau kader.
Material Tidak adanya brosur, pampflet dan poster sebagai sarana edukasi mengenai post
natal care.
Kurangnya materi yang disampaikan tentang manfaat periksa kehamilan secara
rutin.
Money
-
Method
Gambar 3. Diagram fish bone
Tidak adanya USG untuk mendeteksi neonatus risiko tinggi
Machine Kurangnya materi yang disampaikan tentang manfaat periksa kehamilan secara
rutin.
Tidak adanya penyuluhan mengenai antenatal care dan post natal care dan
beragam risiko saat kehamilan.
Tidak ada jadwal untuk kunjungan rumah untuk mendata ibu hamil yang tidak
datang ke posyandu.
Tidak adanya pencatatan khusus bagi kasus ibu dengan kehamilan bermasalah yang
dirujuk. Sehingga keadaan bayi saat lahir tidak diketahui.
C. Penyebab Masalah yang Paling Mungkin
Dari berbagai penyebab masalah, setelah dilakukan klarifikasi dengan
beberapa petugas terkait dan dilakukan wawancara kepada bidan desa, beserta
kader. Maka berdasarkan analisis pendekatan sistem di atas di dapatkan
penyebab masalah yang paling mungkin terjadi, yaitu :
1. Tidak ada jadwal untuk kunjungan rumah untuk mendata ibu hamil yang
tidak datang ke posyandu.
2. Tidak adanya penyuluhan mengenai antenatal care dan beragam risiko saat
kehamilan.
3. Tidak adanya pencatatan khusus bagi kasus ibu dengan kehamilan
bermasalah yang dirujuk. Sehingga keadaan bayi saat lahir tidak diketahui.
4. Masyarakat desa Karang kajen yang sudah mendapatkan konseling atau
pengetahuan biasanya jarang menjalankan hasil konseling karena
berbenturan dengan adat atau kebiasaan.
5. Kurangnya pengetahuan kader mengenai pelayanan KIA dan kurang
aktifnya beberapa kader.
29
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Analisis Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab yang paling mungkin dari masalah rendahnya
cakupan deteksi neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang periode Januari – Mei 2014. maka langkah selanjutnya yaitu menyusun alternatif
pemecahan masalah.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
Tidak ada jadwal untuk kunjungan rumah untuk mendata ibu hamil yang tidak datang ke posyandu
- Mendata jumlah ibu hamil
- Mengecek ulang pencatatan daftar
hadir saat pemeriksaan kehamilan
- Membuat jadwal kunjungan ibu hamil
- Koordinasi antara kader dan bidan desa
teknis pelaksanaan
- Mencatat dalam buku laporan
kunjungan rumah
Tidak adanya penyuluhan mengenai antenatal care dan beragam risiko saat kehamilan
- Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu
khususnya ibu hamil di Desa Karang
Kajen
- Konseling pribadi saat posyandu
Tidak adanya pencatatan khusus bagi kasus ibu dengan kehamilan bermasalah yang
- Perbaikan sistem pencatatan kasus
rujukan yang berkorelasi dengan
30
dirujuk. Sehingga keadaan bayi saat lahir tidak diketahui
catatan neonatus risiko tinggi
Masyarakat desa Karang kajen yang sudah mendapatkan konseling atau pengetahuan biasanya jarang menjalankan hasil konseling karena berbenturan dengan adat atau kebiasaan
- Melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu
khususnya ibu hamil di Desa Karang
Kajen mengenai pentingnya menjaga
kesehatan saat hamil
Kurangnya pengetahuan kader mengenai pelayanan KIA dan kurang aktifnya beberapa kader
- Melakukan pembinaan kepada kader
secara berkala dan berkelanjutan
C. Kerangka Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
C. Hasil Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
31
Tidak ada jadwal untuk kunjungan rumah untuk mendata ibu hamil yang tidak datang ke posyandu
Tidak adanya penyuluhan mengenai antenatal care dan beragam risiko saat kehamilan
Tidak adanya pencatatan khusus bagi kasus ibu dengan kehamilan bermasalah yang dirujuk. Sehingga keadaan bayi saat lahir tidak diketahui
Meningkatkan peran serta kader di posyandu untuk membantu pelaksanaan agar lebih baik di posyandu sekaligus memberikan pembinaan secara berkala kepada para kader.
Membuat jadwal kunjungan rumah 1 bulan sekali untuk mendata apakah ibu hamil sudah rutin melakukan pengecekan kehamilannya.
Melakukan penyuluhan guna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan ibu hamil.
Perbaikan sistem pencatatan pada kasus rujukan berupa pencatatan keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan.
Kurangnya pengetahuan kader mengenai pelayanan KIA dan kurang aktifnya beberapa kader
Masyarakat desa Karang kajen yang sudah mendapatkan konseling atau pengetahuan biasanya jarang menjalankan hasil konseling karena berbenturan dengan adat atau kebiasaan
1. Meningkatkan peran serta kader di posyandu untuk membantu
pelaksanaan agar lebih baik di posyandu sekaligus memberikan pembinaan
secara berkala kepada para kader.
2. Membuat jadwal kunjungan rumah 1 bulan sekali untuk mendata apakah
ibu hamil sudah rutin melakukan pengecekan kehamilannya.
3. Melakukan penyuluhan guna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kesehatan ibu hamil.
4. Perbaikan sistem pencatatan pada kasus rujukan berupa pencatatan
keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan.
D. Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Menggunakan
Rumus MxIxV/C
Penentuan prioritas pemecahan masalah adalah untuk menentukan
pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien dan mudah dilakukan.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternative pemecahan masalah dengan
menggunakan metode kriteria matriks (Hartoyo, 2013) :
M x I x V
C
1. Magnitude (M) = besarnya penyebab masalah dari pemecahan
masalah yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab
masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan
masalahmakin efektif
2. Importancy (I) = pentingnya cara pemecahan masalah. Makin
pentingnya cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab
masalahmakin efektif
32
3. Vulnerability (V) = sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah makin efektif
4. Cost (C) = perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemecahan masalah
Tabel 3. Penentuan Prioritas Masalah
Magnitude (M) Importancy (I) Vulnerability (V) Cost (C)
1 = Tidak Magnitude 1 = Tidak Penting 1 = Tidak Sensitif 1 = Tidak Murah
2 = Kurang Magnitude 2 = Kurang Penting 2 = Kurang Sensitif 2 = Kurang Murah
3 = Cukup Magnitude 3 = Cukup Penting 3 = Cukup Sensitif 3 = Cukup Murah
4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = Murah
5 = Sangat Magnitude 5 = Sangat Penting 5 = Sangat Sensitif 5 = Sangat Murah
Tabel 4. prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
kriteria matriks
Penyelesaian Masalah
NilaiKriteria
Hasil AkhirUrutan
M I V C (MxIxV)/C
Meningkatkan peran serta kader di posyandu untuk membantu pelaksanaan agar lebih baik di posyandu sekaligus memberikan pembinaan secara berkala kepada para kader
5 4 3 3 20 III
Membuat jadwal kunjungan rumah 1 bulan sekali untuk mendata apakah ibu hamil sudah rutin melakukan pengecekan kehamilannya
4 4 4 1 64 I
Melakukan penyuluhan guna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan ibu hamil.
3 4 3 4 9 IV
Perbaikan sistem pencatatan pada kasus rujukan berupa pencatatan keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan. 4 5 4 2 40 II
33
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan
masalah dengan menggunakan kriteria matriks, maka didapatkan urutan
prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya cakupan deteksi
neonatus risiko tinggi di Desa Karang Kajen, sebagai berikut :
1. Membuat jadwal kunjungan rumah 1 bulan sekali untuk mendata apakah
ibu hamil sudah rutin melakukan pengecekan kehamilannya
2. Perbaikan sistem pencatatan pada kasus rujukan berupa pencatatan
keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan.
3. Meningkatkan peran serta kader di posyandu untuk membantu
pelaksanaan agar lebih baik di posyandu sekaligus memberikan pembinaan
secara berkala kepada para kader
4. Melakukan penyuluhan guna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kesehatan ibu hamil.
34
E. Plan Of Action (POA) Kunjungan Rumah Untuk Ibu Hamil
Tabel 5. Plan of action Kunjungan Rumah Untuk Ibu Hamil
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1. Rapat Koordinasi antara bidan desa dan kader
Melakukan perencanaan mengenai teknis kunjungan rumah
Kader dan bidan desa
Di balai desa
Kader dan bidan desa
Awal pelaksanaan program
Anggaran Puskesmas
Rapat dan penentuan teknis pelaksanaan kunjungan rumah
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi kunjungan rumah oleh bidan desa dan kader.
Hasil :
Adanya SOP pelaksanaan kunjungan rumah
2. Kunjungan Rumah Rutin
Melakukan pengecekan ibu hamil yang tidak datang saat posyandu sekaligus melakukan pemeriksaan kehamilan di tempat
Ibu hamil Rumah pasien
Bidan desa Tiap Bulan
Anggaran Puskesmas dan swadaya masyarakat
Datang ke rumah dan periksa ibu hamil di tempat
Proses:
Bidan desa datang ke rumah bumil yang absen saat posyandu
Hasil :
Seluruh ibu hamil di desa baik yang datang ataupun tidak saat posyandu terlayani semua. Untuk pencatatan dan pengawasan dibuat kantong persalinan dan kantong neonatus.
3. Monitoring dan evaluasi
Melakukan pemantau, pengendalian, dan penilaian terhadap proses berjalannya program
Bidan Desa dan Kader
Puskesmas Secang I
Koordinator KIA di puskesmas Secang I
Setiap 6 bulan
Dana operasional puskesmas
Berupa rapat koordinasi dan pemaparan masalah saat pelaksanaan
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi antara koordinator dan bidan desa
Hasil :
Hasil evaluasi dan rencana perbaikan masalah
35
Tabel 6. Gann Chart Kunjungan Rumah Untuk Ibu Hamil
Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okto Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1*
2*
3*
*Keterangan :
B. Rapat Koordinasi antara Bidan desa dan kader
C. Kunjungan rumah rutin
D. Monitoring dan evaluasi
36
F. Plan Of Action (POA) Pencatatan Kasus Rujukan
Tabel 7. Plan of action Pencatatan Kasus Rujukan
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1. Rapat Koordinasi
Melakukan perencanaan mengenai teknis pencatatan kasus rujukan agar berkorelasi dengan catatan kelahiran bayi
Bidan desa dan tempat rujukan
Ditentukan sesuai kesepakatan antar pihak tempat rujukan dengan bidan desa
Bidan desa dan perwakilan tempat rujukan
Awal pelaksanaan program
Anggaran Puskesmas
Rapat dan penentuan teknis pencatatan keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi pencatatan sistem rujukan oleh bidan desa dan pihak RS.
Hasil :
Adanya SOP pelaksanaan pencatatan kasus rujukan
2. Pencatatan Kasus Rujukan
Melakukan pencatatan keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan
Neonatus
Tempat Rujukan
Bidan desa Saat ada kasus rujukan
Anggaran Puskesmas
Berkoordinasi dengan tempat rujukan mengenai kondisi bayi saat lahir
Proses:
Bidan desa datang ke tempat rujukan
Hasil :
Terdapatnya catatan mengenai kondisi bayi saat lahir
3. Monitoring dan evaluasi
Melakukan pemantau, pengendalian, dan penilaian terhadap proses berjalannya program
Bidan Desa
Puskesmas Secang I
Koordinator KIA di puskesmas Secang I
Setiap 6 bulan
Dana operasional puskesmas
Berupa rapat koordinasi dan pemaparan masalah saat pelaksanaan
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi antara koordinator dan bidan desa
Hasil :
Hasil evaluasi dan rencana perbaikan masalah
37
Tabel 8. Gann Chart Pencatatan Kasus Rujukan
Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okto Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1*
2*(**)
3*
*Keterangan :
1. Rapat Koordinasi
2. Pencatatan Kasus Rujukan. ** tidak terjadwal pasti karena disesuaikan dengan kasus rujukan
3. Monitoring dan evaluasi
38
G. Plan Of Action (POA) Pembinaan Kader
Tabel 9. Plan of action Pembinaan Kader
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur
1. Rapat Koordinasi
Melakukan perencanaan mengenai teknis pembinaan kader berkala dan berkelanjutan
Kader Puskesmas Secang I
Bidan desa atau dokter
Awal pelaksanaan program
Anggaran Puskesmas
Rapat dan penentuan teknis pembinaan kader berkala dan berkelanjutan
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi pembinaan kader
Hasil :
Adanya SOP pelaksanaan program pembinaan kader
2. Pembinaan Kader Berkala
Melakukan pembinaan kader secara menyeluruh dan merata yang berkala dan berkelanjutan
Kader Puskesmas Secang I
Bidan desa atau dokter
3 bulan sekali
Anggaran Puskesmas
Kuliah singkat oleh bidan desa atau dokter tentang KIA
Proses:
Terlaksananya kuliah singkat tsb
Hasil :
Kader datang dan mendapatkan ilmu serta proses pelayanan KIA di Kecamatan Secang
3. Monitoring dan evaluasi
Melakukan pemantau, pengendalian, dan penilaian terhadap proses berjalannya program
Kader dan Bidan Desa
Puskesmas Secang I
Koordinator KIA di puskesmas Secang I
Setiap 6 bulan
Dana operasional puskesmas
Berupa rapat koordinasi dan pemaparan masalah saat pelaksanaan
Proses:
Terlaksananya rapat koordinasi antara koordinator dan bidan desa
Hasil :
Hasil evaluasi dan rencana perbaikan masalah
39
Tabel 10. Gann Chart Pembinaan Kader
Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okto Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1*
2*
3*
*Keterangan :
1. Rapat Koordinasi
2. Pembinaan Kader Berkala
3. Monitoring dan evaluasi
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukan
cakupan neonatus risiko tinggi yang masih kurang mencapai target di Desa
Karang Kajen, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Permasalahannya
ada pada data Standar Pelayanan Minimal pada Periode Januari – Mei 2014,
didapatkan cakupan 15% dari 11 desa yang berada di bawah naungan
puskesmas Secang I.
Alternatif pemecahan masalah yang akan diterapkan antara lain dengan
menggunakan metode penyelesaian masalah kriteria matriks dengan melihat
magnitude, importancy, vulnerability dan cost. Dengan alternatif kegiatan
berdasarkan urutan prioritas masalah utama, sebagai berikut :
1. Membuat jadwal kunjungan rumah 1 bulan sekali untuk mendata apakah
ibu hamil sudah rutin melakukan pengecekan kehamilannya
2. Perbaikan sistem pencatatan pada kasus rujukan berupa pencatatan
keadaan bayi saat lahir di tempat rujukan.
3. Meningkatkan peran serta kader di posyandu untuk membantu
pelaksanaan agar lebih baik di posyandu sekaligus memberikan pembinaan
secara berkala kepada para kader
4. Melakukan penyuluhan guna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
kesehatan ibu hamil.
41
B. Saran
1. Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan
bayinya, terutama dalam penanganan neonatus risiko tinggi.
2. Untuk Profesi
Agar dapat meningkatkan program penyuluhan kepada masyarakat
guna menambah pengetahuan kesehatan kepada warga.
Meningkatkan keaktifan petugas dalam memberikan penjelasan
mengenai faktor-faktor yang menimbulkan risiko tinggi pada neonatus.
3. Untuk Perangkat Desa
Diharapkan dapat membantu dalam mengajak masyarakat untuk ikut
serta dalam program-program puskesmas dan posyandu, terutama
dalam hal periksa rutin saat hamil.
4. Untuk Penulis
Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis mengenai upaya dalam
mengatasi masalah kesehatan di desa dan di masyarakat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Hartoyo, M.Kes. 2014. Handout Instrumen Analisa Penyebab untuk Pemecahan
Masalah. Magelang
Hartoyo, M.Kes. 2014. Handout Instrumen dalam Proses Pemecahan Masalah,
Penentuan Prioritas Masalah dan Pengambilan Keputusan. Magelang.
Hartoyo, M.Kes. 2014. Handout Penentuan Prioritas dan Pemecahan Masalah.
Magelang.
Heri Muchdiyono, M. Kes. 2014. Pelayanan di Puskesmas. Magelang
Yuniar. 2011. Handout Upaya Kesehatan Puskesmas & Indikator. Magelang.
Reksoprodjo M: Kehamilan resiko tinggi. Naskah Lengkap Simposium Beberapa Masalah Perinatologi di Indonesia. Jakarta 2005
Rachimhadhi T : Deteksi dan penanganan kehamilan resiko tinggi. Naskah Kursus Prakongres Perinasia V, Mataram NTH, 3 September 2010
Alisyahbana A : Bayi-bayi risiko tinggi. Naskah Lengkap Simposium Beberapa Masalah Pe rinatologi di Indonesia. Jakarta 2003
43