Tugas Manajemen Strategi 1
-
Upload
rahmi-andrianna-putri -
Category
Documents
-
view
496 -
download
5
Transcript of Tugas Manajemen Strategi 1
TUGAS MANAJEMEN STRATEGI
TUGAS KASUS:
PERSAINGAN ANTARA NIKE DAN REEBOK
OLEH:
KELOMPOK 6
ANGGOTA:
DEBY RAHMI (0910932000)
APRIANDI AZWAR (1010932014)
RAHMI ANDRIANNA PUTRI (1010932016)
IRA AULIYA (1110932000)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRIFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALASPADANG
2013
Sekilas Tentang Strategi serta Persaingan Nike dan Reebok
1. Tentang Nike, Inc.
Nike, Inc. adalah salah satu perusahaan sepatu, pakaian dan alat-alat
olahraga Amerika Serikat yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Mereka terkenal karena mensponsori beberapa olahragawan terkenal di dunia
seperti Tiger Woods, Imam Teguh Islamy, Ronaldo dan Michael Jordan. Selain itu
mereka juga memiliki perjanjian dengan berbagai tim sepak bola dunia
seperti Manchester United, F.C. Barcelona, Arsenal, F.C. Basel, Juventus, Clube de
Regatasd Flamengo, Steaua Bucuresti, AC Sparta Praha, Red Star Belgrade, Inter
Milan, VfL Bochum, VfL Wolfsburg, Hertha BSC Berlin, Borussia Dortmund, PSV
Eindhoven, Valencia C.F., Urawa Red Diamonds, Kaizer Chiefs, Atlético de
Madrid, NK Maribor, Glasgow Celtic, FC Porto, Paris Saint-Germain, Boca Juniors,
dan Corinthians. Mereka sering dituduh mempekerjakan anak-anak di bawah umur
dalam sweatshop.
2. Sejarah Tentang Nike, Inc.
Produk sepatu dan pakaian olahraga Nike dengan mudah diidentifikasi oleh
khas logo perusahaan, para "swoosh" tik, dan slogan "Just Do It".
Gambar 1. Logo Brand Nike
Nama Nike berbasis dari nama dewi Yunani yang berarti kemenangan. Nike
didirikan tahun 1964 ketika atlet sekaligus pengusaha Oregon bernama Phillip
Knight. Ia memimpikan sebuah perusahaan yang memproduksi sepatu lari
berkualitas tinggi bagi atlet profesional yang murah. Ia mengagas impor sepatu lari
dari Jepang untuk bersaing dengan merek Jerman seperti Adidas dan Puma yang
kemudian mendominasi pasar Amerika Serikat. Keuntungannya adalah bahwa
sepatu Jepang lebih murah karena tenaga kerja lebih murah di Jepang.
Di awal-awal tahun, perusahaannya tidak memiliki sumber dana untuk
membeli sebuah pabrik atau mempekerjakan banyak karyawan. Modal yang dimiliki
oleh Knight sangat kecil dan ia tidak bisa membeli sepatu dari Asia. Sebenarnya
Nike termasuk hollow corporation karena tidak memiliki pabrik manufacture
sendiri, Nike hanya perantara antara supplier dengan retailer.
Pada 1970-an, Knight dan perusahaan yang berkembang nya melihat awal
revolusi jogging dan mulai memasarkan produk untuk pelari non-profesional juga.
Ia lantas segera membuka pasar yang lebih luas dan mengubah image sepatu lari
menjadi sepatu fashion dan menarik semua orang dari anak-anak sampai dewasa
memakainya.
Pada 1979 Nike telah menguasai setengah pasar di AS dan dengan pendapatan
mencapai US $ 149 juta. Pada pertengahan tahun 1980-an posisi perusahaan
tampaknya tak tergoyahkan, namun secara mendadak muncul serangan dari pihak
saingan yaitu Reebok. Tapi pada tahun 1990 Nike kembali memimpin perusahaan,
terutama karena pengenalan dari sepatu “Air Jordan” yang didukung dan
dipromosikan oleh bintang basket Michael Jordan.
Saat ini, Nike mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar dalam
sepatu olahraga, dan merupakan pemain penting dalam pakaian dan aksesoris
olahraga. Majalah Fortune melaporkan penjualan sebesar US $ 3,7 miliar pada tahun
1994 dan laba US $ 299 juta (Fortune 1995). Sekitar 60 persen dari penjualan
perusahaan di Amerika Serikat, sekitar 30 persen di Eropa dan 5 persen di Asia.
(1993 Nike: 25).
Etos perusahaan Nike adalah melibatkan dedikasi yang kuat untuk olahraga
dan kebugaran. Staf di kantor pusat perusahaan, Nike Kampus Dunia pada
Beaverton, Oregon, diharapkan menghabiskan beberapa jam setiap hari di gym.
Mereka dijelaskan oleh direktur Nike sebagai "athletic, outdoor, lets-do-it-together
types. Perusahaan ingin dilihat, dalam kata-kata yang OWII, sebagai "young,
American and hi-tech, devoting a lot of attention to research and development".
3. Strategi Nike
3.1 Pemilihan Lokasi dan Sumber Daya yang Murah
Terlepas dari eksperimen singkat namun tidak berhasil dengan manufaktur di
AS, sepatu Nike selalu dibuat di Asia, awalnya di Jepang, kemudian di Korea Selatan
dan Taiwan, dan baru-baru ini di China dan Asia Tenggara. Nike memulai produksi
di Korea Selatan dan Taiwan pada tahun 1972, karena tertarik oleh tenaga kerja
murah di sana, dan segera bergabung dengan perusahaan lain termasuk Adidas dan
Reebok.
Pada 1980-an Nike mencoba membuat produksi di Cina, dalam kemitraan
dengan perusahaan milik negara, tapi hal ini malah mendatangkan bencana. Nike
lantas memindahkan investasinya ke Taiwan untuk mengambil keuntungan dari
ongkos tenaga kerja yang lebih murah di sana. Pada akhir 1980-an dengan adanya
pergolakan buruh di Korea Selatan, peningkatan tingkat upah dan hilangnya kontrol
dari tempat kerja oleh otoritas Korea - telah membuat negara tersebut menjadi
kurang menarik bagi investor, baik asing maupun dalam negeri, yang mulai mencari
lokasi lain yang lebih menyenangkan. Nike lantas memindahkan operasi mereka ke
Thailand selatan dan Indonesia, dalam mencari tenaga kerja lebih murah dan tidak
merepotkan. Upah di kedua negara tersebut disebut-sebut sebagai salah satu yang
murah karena hanya memakai seperempat tarif dari yang dibayarkan di Korea
Selatan. Beberapa asosiasi Nike yang bermarkas di Taiwan juga didirikan di Asia
Tenggara.
Alasan lain untuk perpindahan ini adalah bahwa pada tahun 1988, baik Korea
Selatan dan Taiwan kehilangan akses khusus untuk pasar AS, yang telah lama
mereka nikmati sebagai status "negara berkembang" di bawah Sistem Preferensi
Umum (GSP) AS. investor Korea dan Taiwan lantas bergerak ke pabrik di Thailand,
Indonesia dan Cina dengan menggunakan pembuatan hak istimewa GSP dari negara-
negara miskin. Dari tujuh Nike pemasok atas sepatu olahraga pada tahun 1992, tiga
adalah perusahaan Taiwan yang memproduksi produknya di Cina, tiga lainnya
beroperasi di Korea Selatan, dan juga di Indonesia, satu adalah sebuah perusahaan di
Thailand.
3.2 Fokus Produk
Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja
yang murah dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk
bersaing dalam research and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen
sepatu atletik nomor 1 di dunia.
Untuk memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang tinggi, Knight
menuntut mereka untuk mempunyai hubungan dengan perusahaan lainnya. Jika
supplier percaya dan bekerja sama dengan Nike, Knight memastikan bahwa mereka
akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian jika salah satu supplier menjadi sangat
mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap menjaga kualitas yang ditetapkan.
4. Permasalahan
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang
sedikit, Nike tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian
hanya menggunakan image dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen.
Selain itu untuk menekan biaya yang besar, Nike membeli sepatu dari supplier Asia.
Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan harga yang ditawarkan
supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah. Nike juga
sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama bila
harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena
mereka tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan
tunjangan pekerja otomatis akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan
harga yang lebih mahal.
Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun
1983 Nike mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari
pelaksana yang dipercaya oleh Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang
dipercaya Knight ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa, ia
mengubah image Nike dari sepatu atletik menjadi sepatu kasual. Data statistic
mereka menunjukkan hampir 90% pembeli sepatu Nike tidak menggunakan sepatu
tersebut untuk atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima lebih baik
oleh konsumen. Sayangnya, hal tersebut salah. Saingannya, Reebok lebih dahulu
mengembangkan sepatu untuk aerobic, sehingga konsumen lebih percaya pada
Reebok. Pendatang baru, Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan
mengambil posisi Nike sebagai produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada
Nike untuk memberhentikan 350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami
kekacauan, Knight kembali ke posisinya. Nike membutuhkan perencanaan baru
untuk mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan
penjualan yang secepatnya. Seperti biasanya, Nike memiliki anggaran iklan yang
sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para pengecernya. Knight
sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just Do It” lewat televisi
nasional dan majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti Michael
Jordan dan Bo Jackson memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air Jordan”
dan “Bo Knows” menunjukkan pada konsumen bahwa atlet terbaik di dunia
memakai Nike.
Reebok adalah industri nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk
menjadi nomor satu lagi. Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing
Nike, tidak lama setelah perusahaan mendapat keuntungan produksi. Jika Nike
melanjutkan perkembangannya, Phil Knight dan staffnya harus melanjutkan untuk
mengembangkan inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan image atletik.
Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan
organisasi. Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1)
kreativitas, 2) pengarahan, 3) pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama
(Robbins, Teori Organisasi, Prentice-Hall). Nike mengalami krisis disaat tahap
pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga
keputusan bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan
terobosan kilat untuk membentuk kembali brand image dari Nike.
Menurut Agyris “intervensi merupakan suatu aktivitas masuk ke dalam
sistem relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok, maupun
organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam
intervensi, terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi
intervensi terbanyak dapat dilakukan oleh manajemen internal. (Sumaryono,
handout Psikologi Organisasi, OD-Intervention). Apa yang dilakukan oleh Knight
merupakan intervensi dari manajemen internal.
Marketing differentiation strategy mencoba menciptakan kesetiaan para
pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu secara khusus. Organisasi
tersebut mencoba menciptakan kesan yang menguntungkan bagi produk-produknya
melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing (Robbins, Teori
Organisasi). Hal tersebut salah satu strategi yang dilakukan oleh Knight dengan
menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak lepas dari image
olah raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan
retailer. Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan
bersaing dengan retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike
karena dengan hal tersebut maka retailer akan menekan Nike untuk menjual
sepatunya dengan lebih murah (http://marketingteacher.com/SWOT/nike_swot.htm)
Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka
saling bersaing tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja.
Pada intinya dengan sistem semacam tender ini maka akan tercipta persaingan,
kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan motivasi
pekerja. Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari sudut pandang
pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut untuk
bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi
para pekerja bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan
dari Nike yang berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga
terlalu tinggi dapat mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak
agar biayanya lebih murah. Isu ini muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil
sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak pekerja di bawah umur.
(www.american.edu/TED/nike.htm).
Apabila supplier dari Amerika atau Australia, hal ini bisa berdampak bagi
Nike maupun bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena
tentunya tidak akan ada pekerja yang murah, harga jual dari supplier akan lebih
tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi bila diproduksi di Amerika atau
Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama,
akan timbul kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau Australia yang
sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga
mutunya akan dianggap sama saja dengan buatan Amerika.
.
Pembahasan Kasus
1. Apa persamaan dan perbedaan antara strategi bisnis perusahaan - tingkat
generik?
Pembahasan:
Antara Nike dan Reebok memeiliki beberapa kesamaan, diantaranya:
a. Perusahaan Nike dan Rebook merupakan perusahaan yang memiliki
kesamaan strategi bisnis yakni dalam memproduksi sepatu dengan image
di bidang olahraga.
b. Kedua perusahaan ini sama-sama mengunggulkan produk dari segi
kualitas dengan terus mengembangkan inovasi dan teknologi.
Meskipun terlihat sama, namun kedua perusahaan ini memiliki perbedaan
dalam mengembangkan image produk sepatu di bidang olahraga.
a. Nike melambangkan kualitas dan gaya Amerika, sedangkan Reebok
melambangkan kualitas dan gaya Inggris.
Namun, Nike berhasil menandingi Reebok dengan mengambil pangsa
pasar Reebok yakni Inggris dengan mensponsori beberapa klub lokal
Inggris untuk kostum dan Jersey, Nike mencoba memahami budaya olah
raga masyarakat Inggris, menciptakan design yang menarik bagi pasar
Inggris, menggunakan iklan lokal untuk mempromosikan spirit Nike
kepada masyarakat Inggris.
b. Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang
atlet atau suatu klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike
dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini tidak dilakukan oleh saingannya
seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event olahraga saja.
2. Apa strategi kompetitif yang kedua perusahaan menggunakan untuk
mendukung strategi pada tingkat bisnis mereka?
Pembahasan:
Nike membuat perencanaan-perencanaan dan strategi kompetitif yakni:
a. Fokus pada visi dan misi perusahaan
b. Spesifikasi dan standardisasi produk dari Nike
c. Dengan hollow company dan tenaga kerja yang murah mampu menekan
biaya
d. Strategi marketing yang menguatkan image Nike sebagai sepatu olahraga
dengan menggandeng para atlet terkenal dan berprestasi untuk memakai
produk Nike.
e. Brand yang berhasil dibangun oleh Nike turut membangun loyalitas bagi
konsumen. Konsumen secara emosional dibuat terlibat dengan produk
tersebut dengan terlibat dalam komunitas, sehingga kemungkinan beralih
dari produk Nike akan membuat mereka kehilangan komunitas.
f. Membangun kekuatan merk dagang melalui promosi dan iklan.
g. Melalui slogan dan logo yang simpel dan mudah diingat, Nike menjalin
hubungan psikologis konsumen dengan merek dagang sehingga
memudahkan produk laku di pasaran.
h. Mengembangkan produk tidak hanya terbatas pada sepatu tetapi juga ke
produk lain seperti jaket, topi, jam tangan, dan produk yang menunjang
olahraga lainnya.
3. Mengapa Nike lebih berhasil daripada Reebok? Apakah Anda berharap ini
berlanjut ke masa depan?
Pembahasan:
Nike lebih berhasil daripada Reebok hal ini dikarenakan kemampuan dari dua
orang pendirinya Phill Knight dan Bill Bowerman yang cerdas dan
revolusioner. Nike dapat dengan cepat mengambil tindakan dan keputusan saat
kondisi perusahaan turun sehingga Nike tidak langsung bangkrut. Nike pun
melakukan strategi-strategi
Harapannya, Nike dapat terus mempertahankan strategi yang digunakan untuk
dapat bertahan menjadi produk unggulan. Hal ini dikarenakan dengan
memfokuskan produk Nike pada satu tujuan dan ciri khusus, hal ini akan
membuat produk Nike dapat dipercaya bagi konsumen.