Tugas Makalah XX SEMIKONDUKT
-
Upload
anonymous-3vyvifsh -
Category
Documents
-
view
247 -
download
2
Transcript of Tugas Makalah XX SEMIKONDUKT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia khususnya Kimia Anorganik terus mengalami perkembangan
pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan ini seiring dengan penemuan unsur-unsur,
adanya penenlitian mengenai bagaimana unsure-unsur tersebut berikatan satu sama
lain membentuk senyawa mengikuti kerangka teoritis ikatan, struktur, dan reaksi. Hal
ini dapat dibuktikan oleh pesatnya perkembangan kimia anorganik modern yang
dapat dilihat dari penemuan material baru baik dalam bentuk makro maupun dalam
bentuk mikro. Penemuan ini tentunya memberikan sumbangan yang besar bagi
kehidupan manusia saat ini.
Salah satu material dalam bidang kimia anorganik yang ditemukan dan terus
mengalami pengembangan adalah semikonduktor. Semikonduktor adalah bahan yang
bersifat setengah konduktor karena celah energi yang dibentuk oleh struktur ini lebih
kecil dari celah energi bahan isolator dan lebih besar dari celah bahan konduktor
sehingga memungkinkan elektron berpindah dari satu atom penyusun ke atom
penyusun lain. Tidak dapat disangkal bahwa semikonduktor merupakan material
penting dari zat padat dan lebih dketahui banyak tentang penggunaannya serta
aplikasinya seperti pada sel surya, diode, dan transistor.
Pada makalah ini akan ditinjau mengenai sifat-sifat elektrik dan reaksi
kimiawi yang terjadi dalam pembuatan semikonduktor dan jenis-jenisnya.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1
1. Menjelaskan pengertian semikonduktor
2. Menjelaskan sejarah perkembangan semikonduktor
3. Menjelaskan klasifikasi dari semikonduktor
4. Menjelaskan aplikasi dari semikonduktor
5. Menjelaskan contoh riset/studi mengenai semikonduktor
2
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Semikonduktor
Berdasarkan kemampuan untuk menghantarkan listrik, materi
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu konduktor, isolator, dan semikonduktor.
Konduktor adalah bahan atau materi yang mampu menghantarkan listrik. Sedangkan
isolator adalah bahan atau materi yang tidak dapat menghantarkan listrik. Adapun
semikonduktor adalah bahan yang memiliki sifat di antara konduktor dan isolator,
atau dengan kata lain merupakan bahan yang setengah konduktor. Sifat penghantaran
listrik ini dipengaruhi oleh celah energi yang terbentuk di dalam struktur bahan. Pada
semikonduktor celah energinya lebih kecil daripada isolator tetapi lebih besar dari
celah energi bahan konduktor, sehingga memungkinkan elektron berpindah dari satu
atom penyusun ke atom penyusun lain dengan perlakuan tertentu terhadap bahan
tersebut seperti pemberian tegangan, perubahan suhu, dan sebagainya. Oleh karena
itu semikonduktor bisa bersifat setengah menghantar.
Semikonduktor, umumnya diklasifikasikan berdasarkan harga resistivitas
listriknya pada suhu kamar, yakni dalam rentang 10-2 – 109 Ωcm. Sebuah
semikonduktor akan bersifat sebagai isolator pada temperatur yang sangat rendah,
namun pada temperatur ruang akan bersifat sebagai konduktor.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena
konduktivitasnya dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa
disebut doping). Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen
elektronika seperti dioda, transistor dan IC (integrated circuit). Semikonduktor
3
sangat luas pemakainnya, terutama sejak ditemukannya transistor pada akhir tahun
1940-an.
2.2 Sejarah Semikonduktor
Semikonduktor terus mengalami perkembangan sejak tahun 1821, dan terus
berkembang seiring dengan ditemukannya aplikasi baru semikonduktor dari waktu
ke waktu. Berikut merupakan sejarah perkembangan semikonduktor dari tahun ke
tahun.
1. Pada tahun 1821 Thomas Seebeck menemukan sifat-sifat semikonduktor
PbS
2. Pada tahun 1833 Michael Faraday menemukan kebergantungan
konduktivitas terhadap temperatur untuk sebuah kelas material baru
Semikonduktor
3. Pada tahun 1873 W. Smith menemukan sensitivitas Se terhadap cahaya
4. Pada tahun 1875 Werner von Siemens menemukan fotometer Selenium
5. Pada tahun 1878 Alexander Graham Bell menggunakan devais ini untuk
wireless telecomunication system
6. Pada tahun 1947 Bardeen, Brattain, dan Schockley memperoleh Nobel
Prize in Physcis untuk penemuan Bipolar Junction Transistor
7. Pada tahun 1954 Chapin, Fueller, dan Pearson mengembangkan solar sel
8. Pada tahun 1958 John Kilby menemukan Integrated Circuit (IC)
9. Pada tahun 1958 Leo Esaki mendapatkan Nobel Prize in Physics untuk
penemuan dioda terowongan (tunnel diode)
10. Pada tahun 1960 Kahn dan Attala mendemontrasikan MOS- FET pertama
4
11. Pada tahun 1962 tiga grup yang masing dikepalai oleh Hall, Nathan, and
Quist mendemontrasikan laser semikonduktor
12. Pada tahun 1963 Gunn menemukan osilasi gelombang mikro pada GaAs dan
InP (Ridley-Watkins-Hilsum-Gunn Effect)
13. Pada tahun 1963 Wanlass and Sah memperkenalkan teknologi CMOS.
14. 1963 -Skala MOSFET
Gambar 2.1 Implanasi Ion
15. Gate poly-Si 0,06 mikron ditemukan sebuah gate dengan kontrol dimensi
kritikal yang sangat baik. ( lih. Semiconductor International , p.18, 1997).
16. Beyond PENTHIUM: INTEL MERCED CHIP → 21 Maret 1998: Intel
memunculkan mikroporsessor 0,18 mikron 64 Bit baru y ang disebutnya
MERCED. Mikrposessor ini diharapkan mampu memilik kecepatan melebihi
6 00 MHz.Sebelumnya pada tahun 1997, Intel mengumumkan teknologi 0,25
mikron. Intel memperkenalkan teknologi 0 ,13 mikron pada tahun 2000.
Perkembangan semikonduktor terus mengalami perkembangan sampai saat
ini melalui penerapan-penerapannya yang baru.
5
2.3 Pembentukan Semikonduktor dan Konsep Pita Energi
Material semikonduktor, seperti juga material-material lainnya terdiri
atas atom-atom yang berukuran sangat kecil. Atom-atom ini terdiri atas nukleus (inti)
yang dikelilingi oleh sejumlah elektron. Nukleus sendiri terdiri atas neutron dan
proton. Proton bermuatan positif, elektron bermuatan negatif, sedangkan neutron
netral. Elektron-elektron yang mengelilingi nukleus ini tersebar pada beberapa
lapisan kulit dengan jarak tertentu dari nukleus, dimana energinya semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jarak dari setiap lapisan kulit terhadap
nukleus. Elektron pada lapisan terluar disebut elektron valensi. Aktifitas
kimiawi dari sebuah unsur terutama ditentukan oleh jumlah elektron valensi ini.
Unsur-unsur pada tabel periodik telah disusun sedemikian rupa
berdasarkan jumlah elektron valensinya. Silikon (Si) dan Germanium (Ge)
berada pada Grup IV karena memiliki empat elektron valensi pada kulit
terluarnya, sehingga disebut juga semikonduktor dasar (elemental
semiconductor). Sedangkan Gallium Arsenik(GaAs) masing-masing berada pada
Grup III dan V, sehingga dinamakan semikonduktor gabungan (compound
semiconductor).
Germanium dahulu adalah bahan satu-satunya yang dikenal untuk membuat
komponen semikonduktor. Namun belakangan, silikon menjadi popular setelah
ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam. Silikon merupakan bahan
terbanyak ke dua yang ada dibumi setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan
lain adalah bahan alam yang banyak mengandung unsur silikon. Pada struktur atom
kristal silikon, satu inti atom (nucleus) masing-masing memiliki 4 elektron valensi.
Ikatan inti atom yang stabil adalah jika dikelilingi oleh 8 elektron, sehingga 4 buah
6
elektron atom kristal tersebut membentuk ikatan kovalen dengan ion-ion atom
tetangganya. Struktur atom silikon divisualisasikan seperti pada gambar berikut:
(a) (b)
Gambar 2.2 Struktur silika (a) 4 Si yang terpisah, dan (b) ikatan kovalen pada Si
Salah satu sifat penting dari struktur ini adalah bahwa elektron valensi
selalu tersedia pada tepi luar kristal sehingga atom-atom silikon lain dapat
terus ditambahkan untuk membentuk kristal yang lebih besar.
Pada suhu T = 0 K, setiap elektron berada pada kondisi energi
terendahnya, sehingga posisi pada tiap ikatan akan terisi penuh. Apabila sebuah
medan listrik kecil diberikan pada struktur, elektron-elektron ini tidak akan bergerak,
karena mereka akan tetap meloncat kembali pada atom individualnya.
Karenanya, pada suhu 0 K silikon akan menjadi sebuah isolator, dimana tidak ada
aliran muatan didalamnya.
Saat atom-atom silikon bergabung untuk membentuk sebuah kristal,
elektron-elektronnya akan menempati pita energi tertentu yang diperbolehkan.
Apabila 100 suhu ditingkatkan, elektron valensinya dapat memperoleh tambahan
energi termal. Beberapa elektron mungkin memperoleh cukup energi termal untuk
memutuskan ikatan kovalen dan keluar dari posisi awalnya. Untuk memutus
ikatan kovalen ini, elektron tersebut mesti memperoleh sejumlah energi
7
minimum, Eg, atau sering juga disebut energi bandgap. Elektron yang
memperoleh energi minimum ini sekarang berada pada pita konduksi dan
dikatakan menjadi elektron bebas. Elektron bebas ini didalam pita konduksi
dapat berpindah-pindah sepanjang struktur. Jumlah aliran elektron pada pita
konduksi inilah yang lalu akan menghasilkan arus.
Gambar 2.3 Diagram Pita Energi
Diagram pita energi ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 Energi Ev adalah
energi maksimum dari pita energi valensi, sedangkan energi Eg adalah
perbedaan antara Ec dan Ev. Daerah antara kedua energi ini disebut sebagai
forbidden bandgap. Elektron-elektron tidak dapat berada pada daerah ini, tetapi
mereka dapat berpindah dari pita valensi ke pita konduksi apabila memperoleh
cukup energi. Unsur yang memiliki energi bandgap yang besar, sekitar 3-6
elektron-Volt* (eV) adalah isolator, karena pada suhu kamar, tidak ada elektron
bebas yang berada pada pita konduksi. Sebaliknya, unsur yang mengandung
elektron bebas dalam jumlah yang sangat banyak pada suhu kamar adalah
konduktor.
Pada semikonduktor, energi bandgap-nya berada pada kisaran 1 eV. Karena
muatan total dari unsur adalah netral, apabila elektron yang bermuatan negatif
memecah ikatan kovalennya dan keluar dari posisi awalnya, sebuah ruang
8
kosong yang bermuatan positif akan terbentuk pada posisi tersebut. Dengan
meningkatnya suhu, maka akan lebih banyak ikatan kovalen yang pecah dan
lebih banyak pula elektron bebas maupun ruang kosong positif akan terbentuk.
Elektron valensi dengan energi termal tertentu dan berdekatan dengan sebuah
ruang kosong dapat berpindah posisi tersebut, sehingga terlihat seperti muatan
positif yang bergerak diantara semikonduktor. Partikel bermuatan positif ini
disebut hole. Pada semikonduktor, dua jenis partikel bermuatan ini berjasa
dalam menghasilkan arus yakni elektron bebas yang bermuatan negatif, serta hole
yang bermuatan positif. Konsentrasi elektron dan hole adalah parameter penting
dalam karakterikstik dari sebuah unsur semikonduktor, karena mereka
berpengaruh langsung terhadap besarnya arus.
2.4 Klasifikasi Semikonduktor
Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik.
2.4.1 Semikonduktor Instrinsik
Semikonduktor instrinsik adalah sebuah unsur semikonduktor kristal
tunggal tanpa atom jenis lain didalamnya. Pada sebuah semikonduktor
instrinsik, kepadatan elektron dan hole adalah sama (seimbang), karena satu-
satunya sumber partikel ini adalah elektron dan hole yang terbentuk secara
termal. Untuk itu, kita menggunakan notasi ni untuk menyatakan konsentrasi
pembawa intrinsik, yakni konsentrasi dari elektron bebas ataupun hole. Rumus
untuk nilai ini adalah sebagai berikut:
¿=B T 3 /2 e(−Eg
2 KT )
9
dimana,
B = koefisien yang spesifik terhadap unsur semikonduktornya
Eg = energi bandgap (eV)
T = suhu (K)
k = konstanta Boltzman (86 x 10 -6 ev/K)
e = notasi eksponensial
Nilai B dan E unsur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Nilai Hubungan antara B dan E
Material Eg (eV) B(cm-3K-3/2)
Silikon (Si) 1,1 5,23 x 1014
Galium Arsenide (GaAs) 1,4 2,10 x 1014
Germanium (Ge) 0,66 1,66 x 1014
Konsentrasi instrinsik ini adalah parameter penting yang sering muncul
dalam persamaan-persamaan arus-tegangan pada komponen semikonduktor.
*elektron Volt (eV) adalah satuan energi dimana sebuah elektron dipercepat
melalui medan listrik sebesar 1 V, dan 1 eV setara 1.6e-19 Joule.
Menurut teori pita energi, pada 0 K pita valensi semikonduktor terisi penuh
elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita tersebut dipisahkan oleh
celah energi kecil, yakni dalam rentang 0,18 -3,7 eV. Pada suhu kamar Si dan Ge
masing-masing memiliki celah energi 1,11 eV dan 0,66 eV.
Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal dari energi panas, elektron
dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen dan tereksitasi menyebrangi celah
energi. Elektron valensi pada atom Ge lebih mudah tereksitasi menjadi elektron
bebas daripada elektron valensi pada atom Si, karena celah energi Si lebih besar dari
10
pada celah energi Ge. Elektron ini bebas bergerak diantara atom. Sedangkan
tempat kekosongan elektron disebut hole. Dengan demikian dasar pita konduksi
dihuni oleh elektron, dan puncak pita valensi dihuni hole. Sekarang, kedua pita terisi
sebagian, dan dapat menimbulkan arus netto bila dikenakan medan listrik.
Gambar 2.4 Elektron menyebrangi celah energi menuju pita konduksi
sehingga menimbulkan hole pada pita valensi
2.4.2 Semikonduktor Ekstrinsik
Karena konsentrasi elektron dan hole pada semikonduktor instrinsik relatif
kecil, hanya ada sedikit sekali arus yang dapat mengalir. Akan tetapi,
konsentrasi ini dapat ditingkatkan dengan menambahkan suatu unsur pengotor
(impurities) dalam jumlah tertentu. Pengotor yang dipilih adalah yang dapat masuk
kedalam struktur kristal dan menggantikan salah satu atomnya, meskipun atom
pengotor tersebut memiliki struktur atom valensi yang berbeda. Proses ini sering
disebut pendadahan (doping). Untuk silikon, pengotor yang dipilih adalah unsur
yang berasal dari grup III ataupun V pada tabel periodik. Untuk grup V, maka unsur
yang paling sering digunakan untuk maksud ini adalah fosfor dan arsenik. Sebagai
contoh, apabila atom fosfor menggantikan atom silikon, empat elektron valensinya
akan digunakan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom silikon didekatnya.
Sementara itu elektron valensi kelimanya akan dengan bebas meloncat ke atom
asalnya, yakni fosfor (Gambar 2.5 a). Pada suhu ruangan, elektron ini akan
11
memperoleh cukup energi thermal untuk memecah ikatan, dan lalu bebas
bergerak disepanjang kristal dan akan meningkatkan arus elektron pada
semikonduktor. Saat elektron ini berpindah ke pita konduksi, maka sebuah ion fosfor
bermuatan positif akan terbentuk (Gambar 2.5 b).
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) Elektron valensi fosfor, dan (b) Ion fosfor bermuatan positif
Dalam kasus ini, atom fosfor bertindak sebagai pengotor pemberi
(donor impurities) karena memberikan salah satu elektronnya untuk dibebaskan
bergerak disepanjang kristal. Meskipun atom fosfor yang ditinggalkan akan
bermuatan positif, tetapi atom tersebut tidak memiliki keleluasaan untuk
bergerak didalam kristal dan tidak dapat menghasilkan arus. Karena itu, saat
sebuah pengotor donor ditambahkan pada semikonduktor, sebuah elektron bebas
akan terbentuk tanpa diikuti pembentukan hole. Proses ini memperkenankan kita
untuk mengatur konsentrasi elektron bebas di dalam sebuah semikonduktor.
Semikonduktor yang mengandung atom pengotor pemberi (donor) disebut
semikonduktor tipe-n karena memiliki jumlah elektron yang lebih banyak
dibanding hole.
12
(a) (b)Gambar 2.6 (a) Ikatan kovalen 3 atom Si dan (b) Hole pada atom Si
Sedangkan untuk grup III, unsur yang paling sering digunakan adalah boron
(memiliki tiga elektron valensi). Saat sebuah atom boron menggantikan sebuah
atom silikon, ketiga elektron valensinya akan digunakan untuk membentuk
ikatan kovalen dengan tiga atom silikon didekatnya (Gambar 2.6 a). Karena pada
struktur aslinya terdapat empat ikatan kovalen pada masing-masing atom, maka
akan ada satu ikatan kovalen yang tidak terisi elektron. Hal ini berarti akan
meninggalkan satu posisi yang terbuka. Pada suhu kamar, elektron-elektron valensi
silikon terdekat memiliki cukup energi termal untuk dapat berpindah ke posisi ini,
dan dengan demikian akan menghasilkan sebuah hole lainnya (Gambar 2.6 b).
Atom boron dalam hal ini akan bermuatan negatif, tetapi tidak dapat bergerak
bebas di dalam kristal, dan sebaliknya menciptakan sebuah hole yang dapat
meningkatkan arus hole pada semikonduktor. Oleh karena atom boron
menerima sebuah atom valensi, maka ia disebut juga sebagai pengotor
penerima (acceptor impurities). Atom penerima bertujuan untuk menciptakan
hole tanpa menciptakan elektron bebas. Proses ini, dapat dapat digunakan untuk
mengatur konsentrasi hole di dalam sebuah semikonduktor.
Semikonduktor yang mengandung atom pengotor penerima (acceptor)
disebut juga semikonduktor tipe-p karena memiliki jumlah hole yang lebih banyak
dibanding elektronnya. Material-material yang mengandung atom pengotor inilah 13
yang disebut semikonduktor ekstrinsik, atau semikonduktor terdadah (doped
semiconductor). Proses pendadahan (doping) ini, yang memampukan kita untuk
mengatur konsentrasi elektron bebas dan hole pada semikonduktor, menentukan
tingkat konduktifitas dan besarnya arus pada material. Hubungan dasar diantara
konsentrasi elektron bebas dan hole dari sebuah semikonduktor pada keseimbangan
thermal (thermal equilibrium) diberikan oleh rumus:
N0P0 = Ni2
Dimana
N0 = konsentrasi keseimbangan thermal dari elektron bebas
P0 = konsentrasi keseimbangan thermal dari hole
Ni = konsentrasi pembawa intrinsik.
Pada suhu kamar (T=300 K), setiap atom pemberi (donor) memberikan
sebuah elektron bebas kepada semikonduktor. Jika konsentrasi atom pemberi (donor)
Nd jauh lebih besar daripada konsentrasi instrinsiknya, kita dapat menganggap N0
Nd
Lalu, dari persamaan diatas, maka konsentrasi hole adalah
N 0=¿2
Na
Pada sebuah semikonduktor tipe-n, elektron disebut sebagai pembawa
mayoritas (majority carrier) sedangkan hole sebagai pembawa minoritas (minority
carrier) karena jumlah elektron bebasnya jauh lebih banyak dibanding hole.
Sebaliknya, pada semikonduktor tipe-p, hole bertindak sebagai pembawa
mayoritas (majority carrier) dan elektron sebagai pembawa minoritas (minority
carrier).
2.5 Pembuatan Semikonduktor
14
Silikon yang digunakan sebagai bahan semikonduktor, pertama-tama
haruslah tinggi tingkat kemurniannya. Silikon mentah (98% kemurniannya),
umumnya diproduksi melalui pemanasan batu kuarsa dan karbondi atas suhu
18000C menggunakan tanur listrik.
SiO2 + C CO2 + Si
Silikon dapat dimurnikan dengan menggunakan proses “zone refining”,
proses ini diulang beberapa kali, sehingga pengotornya hilang sama sekali.
Semikonduktor dapat pula dimurnikan melalui proses transport termal fase gas.
Sebagai contoh, Ge dapat dimurnikan dengan menempatkannya pada salah satu
tube yang terevakuasi dengan sedikit Iodium dan selanjutnya dipanaskan hingga
suhu 5000C dan ujung yang lainnya 3500C. Iodium bereaksi dengan Germanium
membentuk gas GeI4 dan GeI2.
Ge(s) + GeI4 2 GeI2(g)
Germanium berpindah dari satu ujung ke ujung lainnya dan meninggalkan
pengotornya pada bagian yang dilewatinya.
Silikon dan Germanium murni dapat dikonversi menjadi semikonduktor tipe-
n atau tipe-p dengan menggunakan difusi temperatur tinggi unsur-unsur pengotor
yang sesuai. Boron dan Aluminium biasanya digunakan untuk semikonduktor
tipe-p sedangkan Arsenik dan Posfor digunakan untuk semikonduktor tipe-n.
Unsur-unsur dari golongan 3 dan 5 akan membentuk senyawa
semikonduktor (1:1), yang tipenya isoelektrik dengan GaAs, dan strukturnya mirip
dengan Si dan Ge. Senyawa tersebut biasanya dibuat sebagai film tipis pada
substrat semikonduktor lainnya dengan jalan dekomposisi pada gas, direaksikan
pada suhu tinggi (5000 C). 15
Ga(CH3)3 + AsH3 GaAs + 3 CH4
Kelebihan dari Galium Arsenida dibandingkan Silikon adalah bahwa
perpindahan elektron lebih disukai dengan jalan tersebut. Sirkuit Gallium
Arsenida lebih cepat daripada sirkuit Silikon pada tingkat energi yang sama.
Mobilitas elektron yang cepat ini terutama pada frekuensi tinggi dimana operasi
noisenya rendah, ini digunakan pada komputer, sebagai pendeteksi pada signal
televisi dan microwave.
2.6 Aplikasi Bahan Semikonduktor
Untuk mendapatkanalat-alat semikonduktor yang bermutu tinggi, soal
yang terpenting adalah mendapatkan “kemurnian” dan “kesempurnaan dari kristal
tunggal” dari semikonduktor yang dipergunakan sebagai bahan untuk pembuatan
alat-alat tersebut. Hal ini disebabkan bahwa secara umum penambahan sedikit
ketidakmurnian mempengaruhi pembawa muatan, sehingga mempengaruhi
komponen yang akan dibuatnya. Sebaliknya, semakin sempurna kristalnya yang
berarti mempunyai kerusakan lapisan kristal yang sangat sedikit, kesempurnaan
kristal ini sangat menentukkan karakteristik dari komponen yang dibuatnya.
Jadi syarat utamanya adalah bagaimana mendapatkan semikonduktor yang
cukup murni dan bagaimana menambahkan sejumlah ketidakmurnian dengan
tepat untuk mendapatkan komponen semikonduktor kualitas tinggi. Sejak
ditemukannya transistor, teknologi pembuatan kristal maju dengan pesat, yang
memungkinkan produsen dapat membuat bahan semikonduktor elementair seperti Ge
dan Si, juga bahan semikonduktor komponen seperti Ga As dan CdTe yang sangat
khas.
1. Transistor 16
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong
(switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau fungsi lainnya.
Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan
arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran
listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
2. Dioda
Sebuah diodaberfungsi sebagai versi elektronikdari katup searah. Dengan
membatasi arah pergerakan muatan listrik, dioda hanya mengijinkan arus
listrik untuk mengalir ke satu arah saja dan menghalangi aliran ke arah yang
berlawanan.
3. Sel Surya
Sel surya atau sel photovoltaic, adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri
dari sebuah wilayah-besar diodap-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya
mataharimampu menciptakan energilistrik yang berguna. Pengubahan ini disebut
efek photovoltaic. Bidang riset berhubungan dengan sel surya dikenal
sebagai photovoltaics.
2.7 Contoh Studi/Riset Semikonduktor
Studi dan riset mengenai semikonduktor terus dilakukan dan dikembangkan
oleh para peneliti. Studi ini meliputi sintesis divais semikonduktor baru yang
memiliki keunggulan dibandingkan semikonduktor terdahulu, melalui modifikasi
bahan dan prosedur yang sudah ada. Salah satu contoh riset mengenai semikonduktor
adalah Studi Fotodiode Film Tipis Semikonduktor Ba0,6Sr0,4TiO3 Didadah Tantalum
oleh Irzaman tahun 2008. Pada penelitian ini dilakukan penumbuhan film tipis
17
Ba0,6Sr0,4TiO3 (BST) murni dan yang didadah tantalum pentoksida 5% (BSTT) di atas
substrat silikon (100) tipe-p dan di atas substrat Transparant Conductive
Oxyde(TCO) tipe-7056 menggunakan metode Chemical Solution Deposition (CSD)
dan spin coating pada kecepatan putar 3000 rpm selama 30 detik. Film tipis di atas
substrat silikon dipanaskan pada suhu 850 0C, 900 0C, dan 950 0C, sedangkan film
tipis di atas substrat TCO tipe-7059 dipanaskan pada suhu 400 0C, 450 0C, dan 500
0C. Dari hasil karakterisasi ketebalan menunjukkan ketebalan meningkat dengan
naiknya suhu pemanasan dari 400 0C sampai 500 0C sedangkan pada suhu pemanasan
850 0C sampai 950 0C ketebalan turun. Energi gap film tipis naik dengan naiknya
suhu pemanasan dari 400 0C sampai 500 0C tetapi dengan penambahan doping dapat
menurunkan energi gap film tipis. Nilai koduktivitas listrik film tipis BST dan BSTT
berada pada rentang material semikonduktor. Konduktivitas listrik film tipis secara
umum turun dengan naiknya suhu pemanasan. Doping tantalum yang diberikan,
secara umum dapat menaikkan konduktivitas listrik film tipis. Nilai konduktivitas ini
berubah terhadap perubahan intensitas cahaya yang jatuh pada film tipis. Dengan
demikian film tipis ini bersifat fotokonduktiv. Konstanta dielektrik film tipis turun
jika suhu pemanasan dinaikkan, namun doping tantalum dapat menaikkan konstanta
dielektrik film tipis. Dari hasil karakterisasi arus-tegangan didapatkan film tipis
BSTT bersifat fotodiode.
BAB III
PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan beberapa poin penting yakni:
1. Semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena celah
energi yang dibentuk oleh struktur ini lebih kecil dari celah energi bahan isolator
dan lebih besar dari celah bahan konduktor sehingga memungkinkan elektron
berpindah dari satu atom penyusun ke atom penyusun lain.
2. Semikonduktor terus mengalami perkembangan sejak ditemukannya sifat-sifat
semikonduktor PbS oleh Thomas Seebeck tahun 1821, dan terus berkembang
seiring dengan ditemukannya aplikasi baru semikonduktor dari waktu ke waktu.
3. Berdasarkan murni atau tidak murninya bahan, semikonduktor dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu semikonduktor intrinsik dan ekstrinsik. Semikonduktor
intrinsik adalah sebuah unsur semikonduktor kristal tunggal tanpa atom jenis
lain didalamnya dimana kepadatan elektron dan hole adalah sama (seimbang).
Sedangkan semikonduktor ekstrinsi adalah emikonduktor yang telah terkotori
(tidak murni lagi) oleh atom dari jenis lainnya melalui proses doping
(pengotoran).
4. Semikonduktor telah diaplikasikan secara luas pada berbagai material seperti
transistor, diode, dan sel surya.
5. Studi mengenai semikonduktor telah dan terus dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan material yang unggul guna membantu memudahkan kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, https://id.wikipedia.org/wiki/Semikonduktor , diakses 24 September 2015.
19
Irzaman, 2008, Studi Fotodiode Film Tipis Semikonduktor Ba0,6Sr0,4TiO3 Didadah Tantalum, Jurnal Sains Materi Indonesia, 10(1), 18-22.
Mulyanti, B., Mujamilah, Subagio, A., 2006, Sifat Struktur Semikonduktor Feromagnetik GaN-Mn yang Ditumbuhkan dengan Metode PA-MOVCD, Jurnal Sains Materi Indonesia, 279-284.
Raya, Indah, 2014, Hibah Penelitian Buku Ajar: Kimia Anorganik Fisik dan Material,Universitas Hasanuddin, Makassar.
Saefuddin, A., 2009, Makalah Kimia Bahan, STT-PLN, Jakarta.
William L., Jolli, 1991, Modern Inorganic Chemistry, McGraw Hill International Edition.
20