Tugas Makalah Kelompok 6 Pendapatan & Beban-fix

download Tugas Makalah Kelompok 6 Pendapatan & Beban-fix

of 79

Transcript of Tugas Makalah Kelompok 6 Pendapatan & Beban-fix

Pendapatan dan Beban

Pendapatan dan Beban2010

TUGAS MAKALAH

PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGANPENDAPATAN DAN BEBANPENGAKUAN PENDAPATAN, PAJAK PENGHASILAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN

OLEH :

IKALANY SRI ASTARIIRMA LAILIYAHNILA TRISNA SYANTHI

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010PENDAHULUAN

Pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi pada umumnya didasarkan pada konsep objektivitas yaitu bahwa jumlah rupiah tersebut dapat diukur secara cukup pasti dan ada keterlibatan pihak independen dalam pengukurannya. Dengan kata lain harus ada bukti yang cukup objektif untuk dapat mengakui. Bila kondisi atau kejadian tertentu menjadikan kriteria tersebut dipenuhi maka kondisi atau kejadian tersebut akan memicu pengakuan pendapatan.

Secara umum ada dua kriteria pengakuan pendapatan yaitu:

1. Pendapatan baru dapat diakui bilamana jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasi (Realized atau Realizable). Pendapatan dapat dikatakan telah terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil kegiatan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Pendapatan dapat dikatakan cukup pasti akan segera terealisasi bilamana barang penukar yang diterima dapat dengan mudah dikonversi menjadi sejumlah kas atau setara kas yang cukup pasti.

2. Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun atau terbentuk (earned). Pendapatan dapat dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan tersebut telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha berhak untuk menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.

Kedua kriteria di atas harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan walaupun bobot pentingnya untuk suatu keadaan tertentu dapat berbeda. Kriteria pengakuan pendapatan yang lebih teknis dikemukakan oleh Kam (1990:243-252) dalam Suwardjono (2005:368) bahwa pendapatan dapat diakui kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Keterukuran nilai aktiva

2. Terjadinya transaksi

3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai.

Kebanyakan perusahaan dasar penjualan sebagai saat pengakuan dan pengukuran pendapatan adalah yang paling jelas dan obyektif daripada dasar lain yang dapat dipakai.

Menurut Paton dan Littleton dalam Suwardjono (1984:154) perekayasaan akuntansi keuangan adalah alasan yang mendukung bahwa pendapatan pada saat penjualan merupakan suatu standar yang utama sehingga mendasari pada pengertian dan konsep tentang pendapatan sebagai berikut:

1. Pendapatan adalah merupakan jumlah rupiah yang menyatakan produk akhir operasi perusahaan dan oleh karena itu harus diakui dan diukur pada tingkat atau titik kegiatan yang menentukan dalam aliran kegiatan operasi kegiatan.

2. Pendapatan harus benar-benar terjadi dan didukung dengan timbulnya aktiva baru yang dapat dipercaya (sah), sebaiknya berupa kas atau piutang.

Maka dapat disimpulkan dari pengertian pendapatan di atas bahwa saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimbulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan di atas. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi.

Penjualan baru dapat dikatakan terjadi bilamana telah terjadi peralihan hak milik atas barang, akan tetapi peralihan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis dan untuk dasar penentuan saat pengakuan dalam prosedur pembukuan pendapatan disarankan untuk tidak terlalu menekankan pada aspek yuridis formal karena kegiatan penjualan sendiri terdiri atas rangkaian kegiatan yaitu berupa penjualan yang kontinyu.

Ada beberapa keberatan yang sering diajukan terhadap pengakuan pendapatan atas dasar penjualan yaitu:

1. Keberatan utama terhadap pemakaian dasar penjualan adalah bahwa sebelum penjualan itu dilunasi dan dianggap selesai, hasil akhir penjualan itu sendiri menjadi tidak pasti. Ada kemungkinan barang dikembalikan dan tidak seluruh piutang dapat tertagih. Disamping itu terdapat juga biaya-biaya yang timbul setelah penjualan, misalnya biaya administrasi, biaya pengganti suku cadang yang rusak akibat pengiriman dan lain-lain.

2. Bahwa piutang pada umumnya yaitu aktiva baru yang mendukung timbulnya pendapatan yang diakui atas dasar penjualan kredit, tidaklah merupakan aktiva yang mempunyai daya beli yang nyata dan oleh karenanya bukan merupakan pendukung yang memadai terhadap pendapatan yang terealisasi.

Pembiayaan bersama atas fasilitas kredit (joint financing on credit facility untuk selanjutnya akan disebut joint financing) adalah pemberian kredit kepada pelanggan perusahaan pembiayaan (multifinance company) dengan sumber dana berasal dari bank, yang biasanya menanggung sebagian besar dana, dan perusahaan pembiayaan sendiri. Joint financing semakin marak karena pertambahan permintaan kredit untuk kepemilikan aset tetap oleh pelanggan, misalnya sepeda motor dan mobil, tidak dibarengi dengan kemampuan yang cukup dari perusahaan pembiayaan untuk menyediakan dananya. Perusahaan pembiayaan menggandeng bank untuk secara bersama mendanai kredit pembiayaan pemilikan aset tetap tersebut melalui perjanjian atau kontrak joint financing.

Dalam joint financing perusahaan pembiayaan dan bank bekerja sama untuk menjual jasa pembiayaan dengan menggabungkan sumber daya yang mereka miliki sehingga membentuk sinergi. Perusahaan pembiayaan memiliki jaringan pemasaran yang luas yang meliputi kemampuan menjangkau pelanggan individual dan dealer kendaraan bermotor dan aset lainnya serta memiliki sistem pengelolaan kredit eceran yang relatif mapan, sementara bank memiliki dana atau akses ke dana yang lebih besar dibanding perusahaan pembiayaan.

Berikut ini adalah contoh beroperasinya joint financing. Misalnya, seorang pelanggan membutuhkan fasilitas pendanaan sebesar Rp 10 juta untuk kepemilikan suatu kendaraan bermotor. Pada pembiayaan joint financing pihak perusahaan pembiayaan bekerja sama dengan pihak bank untuk menyediakan fasilitas pembiayaan yang diperlukan dimana perusahaan pembiayaan hanya menyediakan 20% pembiayaan (atau senilai Rp 2 juta) dan pihak bank menyediakan 80% pembiayaan (atau senilai Rp 8 juta). Dalam praktik, perjanjian joint financing antar bank sebagai pihak penyedia sebagian besar dana dengan perusahaan pembiayaan tidak dilakukan untuk pelanggan individual seperti di atas, melainkan meliputi jumlah pendanaan yang besar, dan bank biasanya menyerahkan proses penyaluran dan pengelolaan kredit kepada perusahaan pembiayaan yang memang memiliki keahlian untuk itu.

Dalam joint financing, perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menciptakan pendapatan dengan memberikan kredit kepada pelanggan, mempertahankan administrasi kredit, melakukan penagihan kredit langsung ke pelanggan, dan mengelola kredit termasuk mengambil alih agunan dan melikuidasinya bila pelanggan wanprestasi. Di pihak lain, bank sebagai penyedia sebagian besar dana dalam joint financing biasanya hanya berhubungan dengan perusahaan pembiayaan. Perbedaan keahlian, sumber daya, dan risiko kredit menyebabkan tingkat bunga yang dibebankan perusahaan pembiayaan ke pelanggan secara signifikan lebih tinggi dari yang diminta oleh atau yang pada akhirnya dibayarkan oleh perusahaan pembiayaan ke bank.

Dalam banyak kasus bank berusaha membatasi risiko kredit dengan mendesain kontrak joint financing sedemikian rupa dengan perusahaan pembiayaan, sehingga tingkat kembalian kredit yang diberikan bank melalui joint financing tidak secara langsung dipengaruhi oleh kinerja perusahaan pembiayaan terkait dengan penagihan kredit joint financing dari pelanggan. Fitur joint financing inilah yang menjelaskan ditanggungnya risiko kredit atas pembiayaan yang diberikan oleh bank (perbedaan yang signifikan tingkat bunga yang dikenakan oleh bank) dalam skema joint financing with recourse (dan yang dikenakan perusahaan pembiayaan atas pelanggan).

Kerjasama industri perbankan dan perusahaan multifinance dalam mengucurkan pembiayaan makin erat. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) terbaru, hingga Agustus 2010, total pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp 175,17 triliun. Angka ini lebih tinggi 27,68% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2009 sebesar Rp 137,91 triliun.

Sebagian besar pembiayaan tersebut merupakan pembiayaan bersama atau joint financing dengan perbankan karena sebagian perusahaan multifinance merupakan anak usaha bank. Masih berdasarkan data yang sama, di Agustus 2010 pinjaman dari bank lokal kepada perusahaan pembiayaan naik 47,74% menjadi Rp 74,46 triliun dibandingkan Agustus 2009. Sementara pinjaman dari bank asing sekitar Rp 44,7 triliun, meningkat 16,77% ketimbang periode yang sama pada tahun 2009.

Banyaknya perusahaan multifinance yang menggunakan joint financing, karena lebih mudah mendapatkan pendanaan pembiayaan daripada meminjam langsung dari perbankan. Dalam joint financing, perusahaan multifinance tidak harus memberikan penjaminan untuk mendapatkan dana tersebut. Selain itu, dengan joint financing, risiko yang muncul dari sebuah pembiayaan bisa ditekan karena perusahaan multifinance dan perbankan saling berbagi resiko. Dalam joint financing bisa saja porsi pembiayaan yang ditanggung perusahaan multifinance lebih kecil, selebihnya menjadi tanggungan perbankan.

Banyaknya perusahaan multifinance yang menggunakan joint financing juga dikarenakan plafon pembiayaan yang lebih fleksibel. Hal inilah yang membedakan joint financing dengan meminjam langsung ke bank. Jika perusahaan multifinance langsung meminjam ke bank, maka mereka akan menanggung plafon kredit. Namun jika menggunakan joint financing, dana pembiayaan bisa ditambah terus tergantung yang menambah bank atau perusahaan multifinance sesuai perjanjian.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pendapatan

Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan.

Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan.

Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian pada perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan datang.

Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri.

Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dua segi, yaitu :

1. Menurut ilmu ekonomi

2. Menurut ilmu akuntansi

Menurut ilmu ekonomi Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.

Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode, dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang. Menurut ilmu akuntansi Banyak konsep pendapatan didefinisikan dari berbagai literatur akuntansi dan teori akuntansi. Namun pada dasarnya konsep pendapatan dapat ditelusuri dari dua sudut pandang, yaitu :

a. Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow adalah Revenue is an inflow of assets in the form of cash, receivables of other property for customer or client, which results from sales of merchandises or rendering of services, or from investment for instance, interest may be carned on bonds or saving deposit.

b. Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyerahan barang dan jasa atau outflow.

Vernon Kam berpendapat, bahwa pendapatan adalah kenaikan kotor dalam jumlah atau nilai aktiva dan modal, dan biasanya kenaikan tersebut berwujud aliran kas masuk ke unit usaha. Aliran kas masuk ini terjadi terutama akibat penciptaan melalui produksi dan penjualan output perusahaan.

Konsep dasar pendapatan pada dasarnya adalah suatu proses mengenai arus penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. The basic concept of revenue is that it is a flow process the creation of goods and services by an enterprises during specific internal of time. Konsep pendapatan sering dilihat melalui pengaruhnya terhadap ekuitas pemilik. Berbagai definisi yang timbul sering merupakan kombinasi konsep-konsep tersebut.

SFAC No.6 memberikan pemahaman bahwa pendapatan adalah revenues are inflow or other enhancemant of assets of an entity or settlements of its liability (or combination of both) from delivery or producing goods, rendering, services, or other activities that constitute the entitys on going major or central operations. Definisi di atas, menekankan pengertian pendapatan pada arus masuk penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya atau kombinasi keduanya yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan operasi inti.

Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ada dua penggolongan mengenai pendapatan, yaitu penggolongan secara luas dan secara sempit. Pendapatan secara luas menitikberatkan kepada keseluruhan kegiatan perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau berkurangnya hutang dan dapat merubah modal pemiliknya. Keseluruhan kegiatan perusahaan itu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan lain di luar kegiatan utama.

Pemfokusan kegiatan perusahaan terhadap kegiatan utama yang berakibat kepada kenaikan aktiva atau pengurangan hutang dan yang dapat merubah modal tersebut merupakan pendapatan dalam arti sempit. Dilihat dari arti sempit, untuk kenaikan ekuitas yang berasal dari transaksi periferal atau insidental pada suatu entitas dan semua transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang mempekerjakan entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik disebut keuntungan. Gains are increases in equity (net assets) from peripheral or incidental transaction of an entity except those that result from revenues or investment by owner. Menurut PSAK No. 23, yang dimaksud dengan pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 3 tahun 1980, pendapatan adalah aliran masuk atau penambahan lain dari aset sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban perusahaan (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang membangun berjalannya kegiatan utama suatu entitas atau operasi sentral perusahaan.

Karakteristik Pendapatan

Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negatif atau beban dan kerugian.

Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba atau income dan rugi atau loss. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan.

Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama perusahaan yang sering disebut hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan deviden.

Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan.

a. Sumber pendapatan Jumlah rupiah perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan anak atau cabang perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan. Dari semua transaksi di atas, hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.

b. Produk dan kegiatan utama perusahaan Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun dalam bentuk jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau baik berupa barang atau jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.

Terkadang, produk yang dihasilkan secara insidental bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai elemen pendapatan non operasi, maka pemberian pembatasan tentang pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut dihasilkan.

c. Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per satuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka tampaklah jumlah rupiah laba atau pendapatan neto.

Menurut SFAC No. 3 tahun 1980, karakteristik pendapatan pada perusahaan bisnis dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pendapatan merepresentasikan aliran kas masuk aktual atau yang diharapkan (atau setara dengan itu) yang telah terjadi atau akan terjadi sebagai hasil berjalannya kegiatan utama suatu perusahaan atau operasi sentral selama suatu periode. Peningkatan aset oleh pendapatan mungkin meliputi berbagai jenis sebagai contoh, kas, klaim terhadap pelanggan atau klien, barang atau jasa lain yang diterima, atau peningkatan nilai dari sebuah produk yang dihasilkan dari proses produksi. Sama halnya dengan transaksi dan kejadian darimana pendapatan tersebut berasal dan pendapatan itu sendiri terdiri dari banyak bentuk dan disebut dengan berbagai istilah sebagai contoh, keluaran (output), pengiriman (deliveries), penjualan (sales), fee, bunga (interest), dividen, royalti, dan sewa (rent) tergantung pada jenis operasi yang terlibat dan cara pendapatan tersebut diakui.

Kriteria pengakuan pendapatan Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah :

a. Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.

b. Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.

c. Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.

d. Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.

Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan keuangan. Namun SFAC No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau kewajiban.

Sebagai tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :

1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.

2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai.

Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan ketika klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah diketahui.

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum pendapatan diakui ketiga proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya belum diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara tepat.

Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23. Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berikut ini:

a. penjualan barang;

b. penjualan jasa; dan

c. penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen.Pada penjualan barang, barang meliputi barang yang diproduksi oleh perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.

Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Beberapa kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek.

Penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk:

a. Bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada perusahaan;

b. Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan

c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.Pengukuran Pendapatan

Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.

Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:

a. tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit (issuer) dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama; ataub. suatu tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa. Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

Pengidentifikasian Transaksi

Penjualan Barang

Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;

b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;

c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;d. Besar kemungkinan besar manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dane. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.Jika perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi tersebut bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Jika perusahaan hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan yang diakui. Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan.Penjualan Jasa

Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;

b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;

c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dand. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode.

Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut:

a. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang disediakan dan diterima para pihak;b. Imbalan yang dipertukarkan; dan

c. Cara dan persyaratan penyelesaian.

Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Bergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:

a. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;

b. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; dan

c. Proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut.

Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang dapat diperoleh kembali. Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui.Bunga, Royalti, dan Dividen

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar yang dijelaskan di bawah bila:

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;

b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Pendapatan harus diakui dengan dasar sebagai berikut:

a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aset tersebut;

b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan,

c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.Pengungkapan Pendapatan

Menurut PSAK No. 23 tahun 2009, perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan pendapatan dalam laporan keuangannya:

1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:

a. Penjualan barang;

b. Penjualan jasa;

c. Bunga;

d. Royalti; dan

e. Dividen;

3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan; dan4. Pendapatan yang ditunda pengakuannya.ASET TETAP (PSAK 16)

Aset tetap adalah asset berwujud yang :

a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan

b) Diharapkan untuk digunakan selama lebih daru satu periode.

Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu asset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.PENGAKUAN

Biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset jika dan hanya jika :

a) Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

b) Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.

PENGUKURAN AWAL

Suatu asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan asset tetap meliputi:

a) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.

b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen; dan

c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika asset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan asset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

Asset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh keyakinan bahwa:

a) Entitas akan memenuhi kondisi atau prasyarat hibah tersebut; dan

b) Hibah akan diperoleh.

PENGUKURURAN SETELAH PENGAKUAN AWAL

Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama.

Model Biaya

Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset.

Model Revaluasi

Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai asset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.

Jika jumlah tercatat asset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung di debit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk asset tersebut.Penyusutan

Setiap bagian dari asset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara terpisah.

Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya.

Metode penyusutan yang digunakan untuk asset darus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari asset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut.

PENGHENTIAN PENGAKUAN

Jumlah tercatat asset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

a) Dilepaskan; atau

b) Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.

Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan asset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat asset tersebut dihentikan pengakuannya.

PENGUNGKAPAN

Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok asset tetap:

a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

b) Metode penyusutan yang digunakan;

c) Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan;

d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan

e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunujukkan:

i. Penambahan;

ii. Asset yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan dilepaskan untuk diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual atau pelepasan lainnya.

iii. Akuisisi melalui penggabungan usaha;

iv. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik secara langsung pada ekuitas.

v. Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi.

vi. Rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba rugi.

vii. Penyusutan.

viii. Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan

ix. Perubahan lain.

Laporan keuangan juga mengungkapkan:

a) Keberadaan dan jumlah restriksi atau hak milik, dan asset tetap yang dijaminkan untuk utang;

b) Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat asset tetap yang sedang dalam pembangunan;

c) Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan asset tetap; dan

d) Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk asset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi.

Definisi Beban

Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aktiva tetap.

Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi, dan pada hakekatnya tidak berbeda dari beban lain. Oleh karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.

Kerugian dapat timbul, misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga yang timbul dari pelepasan aktiva tidak lancar. Definisi beban juga mencakupi kerugian yang belum direalisasi, misalnya, kerugian yang timbul dari pengaruh peningkatan kurs valuta asing dalam hubungannya dengan pinjaman perusahaan dalam mata uang tersebut. Kalau kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk tujuan pengambilan keputusan ekonomi. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi dengan penghasilan yang bersangkutan .

Pengakuan Beban

Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aktiva tetap).

Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama; misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang. Namun demikian, penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban.

Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merek dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.

Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aktiva.

Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.Biaya Riset dan Pengembangan (PSAK NO 20)

Definisi

Riset adalah penelitian yang orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Pengembangan adalah penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan, bahan, alat, produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.Komponen Biaya Riset dan Pengembangan

Biaya riset dan pengembangan harus mencakupi semua biaya yang secara langsung dapat diatribusikan ke kegiatan riset dan pengembangan atau yang dapat dialokasikan menurut dasar yang wajar pada kegiatan tersebut.

Pengakuan

Biaya riset harus diakui sebagai beban dalam periode terjadinya dan tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya .

Biaya pengembangan suatu proyek diakui sebagai beban dalam periode terjadinya kecuali apabila dipenuhi kriteria untuk pengakuan sebagai aktiva.

Biaya pengembangan yang semula telah diakui sebagai beban tidak boleh diakui sebagai aktiva dalam periode berikutnya .

Biaya pengembangan diakui sebagai aktiva bila memenuhi kriteria berikut :

Produk atau proses didefinisikan dengan jelas dan biaya biaya yang dapat diatribusikan kepada produk atau proses dapat diidentifikasi secara terpisah dan diukur secara andal;

Kelayakan teknis dari produk atau proses dapat ditunjukkan;

Perusahaan bermaksud untuk memproduksi dan memasarkan, atau menggunakan produk atau proses tersebut;

Adanya pasar untuk produk atau proses tersebut, atau jika akan digunakan sendiri, kegunaannya untuk perusahaan dapat ditunjukkan;

Terdapat sumber daya yang cukup, atau ketersediaannya dapat ditunjukkan, untuk menyelesaikan proyek dan memasarkan atau menggunakan produk atau proses tersebut.

Biaya pengembangan suatu proyek yang diakui sebagai aktiva tidak boleh melebihi jumlah yang mungkin dipulihkan oleh manfaat keekonomian masa depan yang berhubungan, setelah dikurangi dengan biaya pengembangan lebih lanjut, biaya produksi yang bersangkutan, dan biaya penjualan dan administrasi yang terjadi secara langsung dalam memasarkan produk tersebut.Amortisasi Biaya Pengembangan

Jumlah biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva harus diamortisasi dan diakui sebagai beban menurut dasar yang sistematik untuk mencerminkan pola di mana manfaat keekonomian yang berhubungan diakui.

Penurunan Nilai (Impairment) Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan suatu proyek harus diturunkan nilainya apabila saldo yang belum diamortisasi, tidak mungkin lagi akan dipulihkan dengan manfaat keekonomian masa depan yang diharapkan.

Jumlah biaya pengembangan yang diturunkan nilainya atau dihapus-bukukan sesuai dengan paragraf 36 harus dipulihkan kembali bila tidak terdapat lagi keadaan dan peristiwa yang mendorong penurunan nilai atau penghapusan tersebut tidak lagi ada dan terdapat bukti yang meyakinkan bahwa keadaan dan peristiwa yang baru akan memperkokoh ramalan masa depan.

Pengungkapan

Laporan keuangan harus mengungkapkan:

a. kebijakan akuntansi untuk biaya riset dan pengembangan;

b. jumlah biaya riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;

c. metode amortisasi yang digunakan;

d. masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan; dan

e. rekonsiliasi saldo biaya pengembangan yang belum diamortisasi pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

a. biaya pengembangan yang diakui sebagai aktiva;

b. biaya pengembangan yang diakui sebagai beban;

c. biaya pengembangan yang dialokasikan ke akun aktiva lain;

d. biaya pengembangan yang dipulihkan kembali.BIAYA PINJAMAN (PSAK No. 26)

Definisi

Aset kualifikasian adalah asset yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya. Baiaya pinjaman adalah biaya bunga dan biaya lain yang ditanggung entitas sehubungan dengan peminjaman dana.

Biaya pinjaman meliputi antara lain:

a. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

b. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman.

c. Amortisasi biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan pinjaman (arregement of borrowings).

d. Selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang asing sepanjang selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.

Pengakuan

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, kontruksi, atau pembuatan asek kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan asset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada periode terjadinya.

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian adalah biaya pinjaman yang dapat dihindari jika tidak ada pengeluaran untuk asset kualifikasian tersebut.

Sepanjang entitas meminjam dana secara spesifik untuk tujuan memperoleh asset kualifikasian, entitas harus menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi atas pinjaman tersebut selama periode berjalan dikurangi penghasilan investasi dari investasi temporer pinjaman tersebut.

Sepanjang suatu entitas meminjam dana secara umum dan menggunakannya untuk tujuan memperoleh suatu aset kualifikasian, maka entitas harus menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi dengan menggunakan tingkat kapitalisasi untuk pengeluaran atas aset tersebut.

Entitas harus mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian biaya perolehan asset kualifikasian pada awal tanggal. Awal tanggal kapitalisasi adalah tanggal ketika entitas pertama kali memenuhi semua kondisi berikut:

a. Terjadinya pengeluaran untuk aset;

b. Terjadinya biaya pinjaman; dan

c. Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan asset untuk digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

Entitas harus menghentikan sementara kapitalisasi biaya pinjaman selama perpanjangan periode dimana dilakukan penghentian sementara pengembangan asset kualifikasian secara aktif.

Pengungkapan Entitas harus mengungkapkan:

(a) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama periode berjalan; dan

(b) tarif kapitalisasi yang digunakan untuk menentukan jumlah biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi.KETENTUAN TRANSISIKetika penerapan Pernyataan ini mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi, maka entitas harus menerapkan Pernyataan ini untuk biaya pinjaman yang berkaitan dengan aset kualifikasian untuk tanggal awal kapitalisasi pada atau setelah tanggal efektif.AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)

Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan pajak, terhadap setiap manfaat ekonomi kena pajak yang akan diterima entitas pada saat memulihkan jumlah tercatat aset tersebut. Apabila manfaat ekonomi tersebut tidak akan dikenakan pajak, maka dasar pengenaan pajak aset tersebut sama dengan jumlah tercatat aset.

Dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas tersebut pada periode masa depan. Dalam hal pendapatan diterima dimuka, maka dasar pengenaan pajak yang ditimbulkan liabilitas tersebut merupakan jumlah tercatat liabilitas, dikurangi setiap jumlah pendapatan yang tidak dikenakan pajak pada periode masa depan.

Dalam laporan keuangan konsolidasian, perbedaan temporer ditentukan dengan membandingkan nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan konsolidasian dengan dasar pengenaan pajaknya. Dalam hal entitas melaporkan menggunakan SPT konsolidasi, maka dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT Konsolidasi. Dalam kondisi lain, entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT masing-masing entitas, jika entitas tidak diizinkan oleh peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi. PENGAKUAN ASET PAJAK KINI DAN LIABILITAS PAJAK KINIJumlah pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya yang belum dibayar diakui sebagai liabilitas. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode kini dan periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut, maka selisihnya diakui sebagai aset.Manfaat yang berkaitan dengan rugi pajak yang dapat ditarik kembali untuk memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya harus diakui sebagai aset.Apabila kerugian pajak digunakan untuk memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya, maka entitas mengakui manfaat tersebut sebagai aset pada periode di mana rugi pajak terjadi karena terdapat kemungkinan manfaat diterima entitas dan manfaat tersebut dapat diukur secara andal.

PENGAKUAN ASET PAJAK TANGGUHAN DAN LIABILITAS PAJAK TANGGUHANPerbedaan Temporer Kena PajakSemua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari:(a) pengakuan awal goodwill; atau(b) pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang:(i) bukan transaksi kombinasi bisnis; dan(ii) pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak (rugi pajak).Namun, untuk perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, dan bagian partisipasi dalam ventura bersama, maka liabilitas pajak tangguhan harus diakui sesuai dengan paragraf 40.Pengakuan suatu aset mengandung makna bahwa jumlah tercatat aset tersebut akan terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh entitas pada periode masa depan. Apabila jumlah tercatat aset lebih besar daripada dasar pengenaan pajaknya, jumlah manfaat ekonomi kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena pajak, dan kewajiban untuk membayar menghasilkan pajak penghasilan pada periode masa depan merupakan liabilitas pajak tangguhan. Pada saat entitas memulihkan jumlah tercatat aset, perbedaan temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba kena pajak. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya liabilitas pajak.

Kombinasi Bisnis

Dengan pengecualian terbatas, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil-alih dalam kombinasi bisnis diakui dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan temporer timbul apabila dasar pengenaan pajak aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil-alih tidak terpengaruh oleh kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda.

Perbedaan Temporer Dapat Dikurangkan

Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang:(a) bukan dari transaksi kombinasi bisnis; dan(b) pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba kena pajak (rugi pajak)Besar kemungkinan bahwa laba kena pajak akan tersedia untuk perbedaan temporer dapat dikurangkan yang dapat dimanfaatkan adalah ketika terdapat perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah memadai menurut otoritas perpajakan yang sama dan entitas kena pajak (wajib pajak) yang sama yang diharapkan akan dipulihkan:

(a) pada periode yang sama sebagaimana diharapkan pemulihan perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut; atau

(b) pada periode saat rugi pajak timbul dari aset pajak tangguhan yang dapat ditarik kembali atau dicatat pada periode berikutnya. Pada keadaan yang demikian, aset pajak tangguhan diakui pada periode saat perbedaan temporer yang dikurangkan akan timbul.

Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas

Salah satu contoh timbulnya aset pajak tangguhan pada saat pengakuan awal suatu aset adalah ketika hibah pemerintah tidak kena pajak terkait aset dikurangi jumlah tercatat aset tetapi, untuk tujuan pajak, tidak dikurangi dari jumlah disusutkan atas aset tersebut (atau dasar pengenaan pajaknya); jumlah tercatat aset tersebut lebih kecil dari dasar pengenaan pajaknya, sehingga timbul perbedaan temporer dapat dikurangkan.

Rugi Pajak Belum Dikompensasi dan Kredit Pajak Belum Dimanfaatkan (Unused Tax Credits)

Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan apabila besar kemungkinan laba kena pajak masa depan akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan.

Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah laba kena pajak akan memadai untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi atau kredit pajak belum dimanfaatkan:

(a) apakah entitas memiliki perbedaan temporer kena pajak yang cukup berkaitan pada otoritas perpajakan yang sama dan entitas kena pajak yang sama, yang akan menghasilkan jumlah kena pajak sehingga rugi pajak belum dikompensasi atau kredit pajak belum dimanfaatkan dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluwarsa;

(b) apakah memungkinkan bahwa entitas akan mendapat laba kena pajak sebelum rugi pajak belum dikompensasi atau kredit pajak belum dimanfaatkan daluwarsa;

(c) apakah rugi pajak dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus yang teridentifikasi yang hampir tidak mungkin berulang; dan

(d) apakah kesempatan perencanaan pajak (lihat paragraf 31) tersedia pada entitas yang akan menghasilkan laba kena pajak pada periode tersebut saat rugi pajak belum dikompensasi atau kredit pajak belum dimanfaatkan dapat digunakan.

Investasi pada Entitas Anak Cabang dan Entitas Asosiasi dan Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama

Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer kena pajak terkait dengan investasi pada entitas anak, cabang, dan asosiasi, serta bagian partisipasi dalam ventura bersama, kecuali sepanjang kedua kondisi berikut telah terpenuhi:(a) entitas induk, investor atau venturer mampu mengendalikan waktu pemulihan perbedaan temporer; dan(b) kemungkinkan besar perbedaan temporer tidak akan terpulihkan di masa depan yang dapat diperkirakan.

Entitas harus mengakui aset pajak tangguhan untuk semua perbedaan temporer dapat dikurangkan yang ditimbulkan dari entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, serta bagian partisipasi dalam ventura bersama sepanjang dan hanya sepanjang kemungkinan besar terjadi:(a) perbedaan temporer akan terpulihkan pada masa depan yang dapat diperkirakan; dan(b) laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan temporer dapat dimanfaatkan

PENGUKURANLiabilitas (aset) pajak kini untuk periode kini dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah yang diharapkan untuk dibayar (direstitusi) kepada otoritas perpajakan, yang dihitung menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan.

Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas

Mungkin saja pajak penghasilan terutang pada tarif lebih tinggi atau lebih rendah pada saat sebagian atau seluruh laba neto atau saldo laba dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham entitas.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan tidak boleh didiskontokan.Penentuan yang andal untuk aset dan liabilitas pajak tangguhan atas basis terdiskonto membutuhkan perincian jadwal waktu pemulihan setiap perbedaan temporer. Namun dalam beberapa kasus penjadwalan seperti itu tidak dapat diterapkan atau sangat kompleks.

Jumlah tercatat aset pajak tangguhan harus ditinjau kembali pada akhir periode pelaporan. Entitas mengurangi jumlah tercatat aset pajak tangguhan apabila besar kemungkinan laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah yang cukup memadai untuk mengkompensasikan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut. Pengurangan jumlah tercatat aset pajak tangguhan dilakukan pembalikan apabila kemungkinan besar laba kena pajak yang tersedia jumlahnya cukup memadai.PENGAKUAN PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGGUHANPos-pos yang Diakui dalam Laporan Laba Rugi

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan laba rugi untuk periode, kecuali apabila pajak penghasilan yang berasal dari:(a) suatu transaksi atau kejadian yang diakui, pada periode yang sama atau berbeda, di luar laporan laba rugi baik dalam pendapatan komprehensif lain maupun secara langsung dalam ekuitas. atau(b) kombinasi bisnis.

Jumlah tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan dapat berubah meskipun tidak ada perubahan pada jumlah tercatat perbedaan temporer terkait. Ini dapat dihasilkan dari, misalnya:

(a) perubahan pada tarif atau undang-undang perpajakan;

(b) penilaian kembali ke pemulihan aset pajak tangguhan; atau

(c) perubahan dalam cara entitas memulihkan asset.

Pajak Tangguhan yang Berasal dari Kombinasi Bisnis

Sebagai akibat dari kombinasi bisnis, kemungkinan realisasi suatu aset pajak tangguhan praakuisisi milik pihak pengakuisisi dapat berubah. Pihak pengakuisisi dapat mempertimbangkan kemungkinan pemulihan aset pajak tangguhannya sendiri yang tidak diakui sebelum kombinasi bisnis.

Entitas mengakui manfaat pajak tangguhan diperoleh yang direalisasikan setelah kombinasi bisnis sebagai berikut:(a) manfaat pajak tangguhan diperoleh pada periode pengukuran yang dihasilkan dari informasi baru tentang fakta dan keadaan yang ada pada tanggal akuisisi diterapkan untuk mengurangi jumlah goodwill terkait akuisisi tersebut. Jika jumlah tercatat goodwill tersebut nol, setiap sisa manfaat pajak tangguhan diakui pada laporan laba rugi.(b) seluruh manfaat pajak tangguhan lain yang diperoleh diakui dalam laporan laba rugi (atau jika Pernyataan ini juga mensyaratkan di luar laporan laba rugi).

Pajak Kini dan Pajak Tangguhan yang Berasal Transaksi Pembayaran Berbasis Saham

Dalam hal entitas menerima pengurangan pajak (misalnya jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak) terkait dengan remunerasi yang dibayarkan dengan saham, opsi saham atau instrumen ekuitas lain, maka jumlah pengurangan pajak tersebut dapat berbeda dari beban remunerasi kumulatif terkait dan mungkin muncul pada periode akuntansi selanjutnya.

Perbedaan antara dasar pengenaan pajak atas jasa pekerja yang diterima pada tanggal tersebut (merupakan jumlah yang ditentukan otoritas perpajakan akan dizinkan sebagai pengurangan pada periode masa depan), dan jumlah tercatat nihil merupakan perbedaan temporer dapat dikurangkan yang menghasilkan aset pajak tangguhan.

PENYAJIAN

Saling Hapus

Entitas melakuan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya jika, entitas:(a) memiliki hak secara hukum untuk melakukan saling hapus jumlah yang diakui; dan(b) berniat untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.

Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika:(a) entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan(b) aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang dikenakan oleh otoritas perpajakan atas:(i) entitas kena pajak yang sama; atau(ii) entitas kena pajak berbeda yang bermaksud untuk memulihkan aset dan liabilitas pajak kini dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode masa depan yang mana jumlah signifikan atas aset atau liabilitas pajak tangguhan diharapkan diselesaikan atau dipulihkan.

Beban Pajak

Beban (Penghasilan) Pajak Terkait dengan Laba Rugi dari Aktivitas NormalBeban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktifitas normal disajikan tersendiri pada laporan laba rugi komprehensif.

Selisih Kurs dari Penjabaran Aset atau Liabilitas Pajak Tangguhan yang Berasal dari Luar Negeri.

Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing mensyaratkan selisih kurs (exchange difference) tertentu diakui sebagai pendapatan atau beban, namun Pernyataan tersebut tidak mengatur spesifik apakah selisih kurs harus disajikan pada laporan laba rugi komprehensif.PENGUNGKAPAN

Komponen beban (penghasilan) pajak meliputi:

(a) beban (penghasilan) pajak kini;

(b) penyesuaian yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya;

(c) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya;

(d) jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;

(e) jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak kini;

(f) jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak tangguhan;

(g) beban pajak tangguhan ditimbulkan dari penurunan (write-down), atau penyesuaian kembali penurunan terdahulu atas aset pajak tangguhan sesuai dengan paragraf 58; dan

(h) jumlah beban (penghasilan) yang berhubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi dan kesalahan yang diperhitungkan dalam laporan laba rugi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan, dikarenakan tidak dapat dicatat secara retrospektif.

Entitas mengungkapkan jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung pengakuannya, jika:(a) penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba kena pajak yang dapat dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena pajak yang telah ada; dan(b) entitas telah mengalami kerugian pada periode kini atau periode sebelumnya dimana aset pajak tangguhan terkait.Entitas mengungkapkan aset dan liabilitas pajak terkait liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi. Liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi dapat saja muncul, misalnya dari perbedaan dengan otoritas perpajakan yang tidak dapat diselesaikan.

PAJAK PENGHASILAN FINAL

Apabila nilai tercatat aset atau liabilitas yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau liabilitas pajak tangguhan.Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan.

Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimuka dan Pajak yang Masih Harus Dibayar.

Akun Pajak penghasilan final dibayar dimuka harus disajikan terpisah dari pajak penghasilan final yang masih harus dibayar.

PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK HAL-HAL KHUSUS

Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya sepanjang memenuhi kriteria pengakuan aset.LABA PER SAHAM (LPS) (PSAK 56)

Laba Per Saham (LPS) adalah data yang banyak digunakan sebagai alat alanisis keuangan. LPS dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham beredar.

Luasnya penggunaan LPS mengharuskan penerapan keseragaman teknik penghitungan LPS secara konsisten dan sederhana. Hal ini tidak mudah, karena terdapat berbagai cara untuk memnentukan 2 variabel penentu LPS yang sama-sama sulit untuk dihitung, yaitu :

a) Jumlah laba dalam satu periode; dan

b) Jumlah saham biasa yang beredar selama periode bersangkutan.

PENGUKURAN

Laba Per Saham Dasar

LPS dihitung dengan membagi laba atau rugi bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba bersih residual) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam satu periode.

Dividen saham utama meliputi :

a) Jumlah dividen dari saham utama bukan kumulatif yang diumumkan bagi periode yang bersangkutan; dan

b) Jumlah dividen saham utama kumulatif yang terakumulasi bagi periode yang bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau belum diumumkan. Jumlah dividen saham utama kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup dividen saham utama kumulatif untuk periode bersangkutan tidak mencakup dividen saham utama kumulatif periode lalu meskipun dividen tersebut diumumkan atau dibayar dalam periode kini.

Apabila dalam satu periode ada perubahan jumlah saham beredar sebagai akibat dari suatu peristiwa yang tidak mengubah sumber daya, selain peristiwa konversi efek berpotensi saham biasa, maka jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama satu periode dan untuk seluruh periode sajian harus disesuaikan dengan perubahan tersebut.

Laba Per Saham Dilusian

Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, laba bersih residua, dan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa beredar harus disesuaikan dengan memperhitungkan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.

Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, jumlah laba atau rugi bersih residual sebagaimana diperhitungkan menurut paragraph 11, harus disesuaikan dengan dampak sesudah pajak dari hal-hal berikut ini :

a) Setiap dividen dari efek berpotensi saham biasa bersifat dilutive, yang sudah dikurangkan dalam menghitung laba bersih residual sebagaimana dijelaskan dalam paragraph 11;

b) Bunga dari efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif, yang diakui dalam periode bersangkutan; dan

c) Perubahan pendapatan atau beban lainnya yang timbul dari konversi efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutive.

Untuk tujuan penghitungan LPS dilusian, perusahaan harus mengasumsikan semua opsi yang dilutive dan efek berpotensi saham biasa lainnya yang dilutive dilaksanakan. Selanjutnya, penerimaan dana yang diasumsikan timbul dari penerbitan tersebut dianggap sebagai penerimaan dan penerbitan sejumlah saham saham dengan nilai wajar. Selisih antara :

a) Jumlah saham yang diterbitkan berdasarkan opsi atau efek berpotensi saham biasa lainnya; dan

b) Jumlah saham yang diasumsikan diterbitkan menurut nilai wajarnya;

Diperlukan sebagai penerbitan saham biasa tanpa penerimaan sumber daya.

PENYAJIAN KEMBALI

Jika jumlah saham biasa atau efek berpotensi saham biasa naik dengan adanya penerbitan saham bonus (kapitalisasi agio saham), dividen saham (kapitalisasi laba) atau pemecahan, atau turun karena penggabungan saham (reverse stock split), maka penghitungan LPS dasar dan LPS dilusian untuk seluruh periode sajian harus disesuaikan secara retrospektif. Jika perubahan tersebut terjadi setelah tanggal neraca, namun sebelum laporan keuangan diterbitkan, maka angka-angka per saham untuk seluruh periode laporan keuangan yang disajikan harus didasarkan pada jumlah baru saham yang beredar. Jika perhitungan angka per saham mencerminkan perubahan dalam dalam jumlah saham, maka hal ini harus diungkapkan. Disamping itu, LPS dasar dan dilusian untuk seluruh periode laporan keuangan harus disesuaikan dengan :

a) Dampak kesalahan mendasar dan penyesuaian yang terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi; dan

b) Dampak penggabungan usaha yang merupakan penyatuan kepemilikan.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Penyajian

Perusahaan harus menyajikan LPS dasar dan LPS dilusian pada laporan laba rugi untuk seluruh periode yang disajikan.

Penyajian LPS dasar dan dilusian harus tetap dilakukan, meskipun jumlahnya negative karena perusahaan menderita rugi (rugi per saham).

Pengungkapan

Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut ini :

a) Jumlah laba (rugi) yang dipakai sebagai pembilang dalam perhitungan LPS dasar dan dilusian, dan rekonsiliasinya dengan laba (rugi) untuk periode yang bersangkutan; dan

Jumlah rata-rata tertimbang saham beredar yang dipakai sebagai penyebut dalam perhitungan LPS dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi penyebut-penyebut itu satu dengan yang lain.LABA ATAU RUGI BERSIH UNTUK PERIODE BERJALAN, KESALAHAN MENDASAR, DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

(PSAK No. 25)

Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika SAK memperbolehkan atau mensyaratkan sebaliknya. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan mencakup laba atau rugi dari aktivitas normal dan pos luar biasa.

Pos Luar Biasa

Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika kejadian atau transaksi bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi.

Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan

Hakikat dan jumlah dari setiap pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.

Laba atau rugi dari aktivitas normal

Jika dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapann tentang ukuran,hakikat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaska kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu,maka hakikat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban mencakup antara lain:

a) penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebut;

b)restrukturisasi (restructuring) aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan pembalikan (reversal) setiap penyisihan untuk biaya restrukturisasi;

c)pelepasan (disposal) aktiva tetap;

d)pelepasan investasi jangka panjang;

e)operasi yang tidak dilanjutkan;

f)penyelesaian gugatan hukum.

Jika dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Operasi yang tidak dilanjutkan

Pelepasan suatu investasi jangka panjang atau aktiva utama lainnya adalah penting sehingga memerlukan pengungkapan atas unsur suatu penghasilan dan beban yang berkaitan. Adakalanya suatu perusahaan tidak melanjutkan suatu lini usaha utama yang terpisah yang dapat dibedakan dari aktivitas usaha lain.

Pengungkapan berikut ini harus dibuat untuk setiap operasi yang tidak dilanjutkan:

a. Hakikat dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut;

b. Segmen industri dan geografis dari operasi yang tidak dilanjutkan tersebut dilaporkan sesuai dengan psak no.5 tentang pelaporan informasi keuangan menurut segmen;

c. Tanggal efektif penghentian operasi tersebut untuk tujuan akuntansi;

d. Cara penghentian (penjualan atau penutupan);

e. Untung atau rugi atas penghentian dan kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menghitung untung atau rugi tersebut ; dan

f. Pendapatan dan laba atau rugi dari aktivitas normal operasi tersebut selama periode laporan, bersamaan dengan jumlah periode sebelumnya yang disajikan dalam laporan keuangan.

Hasil dari suatu operasi yang tidak dilanjutkan secara umum dimasukkan dalam laba atau rugi dari aktivitas normal. Namun, dalam kondisi yang jarang terjadi di mana tidak dilanjutkannya operasi adalah hasil dari kejadian atau transaksi yang secara jelas terpisah dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi kembali atau terjadi kembali secara teratur, penghasilan atau beban yang timbul dari tidak dilanjutkannya operasi diperlakukan sebagai pos luar biasa. Contohnya, jika suatu anak perusahaan diambil alih oleh pemerintah asing, maka penghasilan atau beban yang timbul dari pengambilalihan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai suatu pos luar biasa. Operasi yang tidak dilanjutkan termasuk yang menimbulkan pos luar biasa.

Perubahan Estimasi Akuntansi

Sebagai akibat ketidakpastian aktivitas usaha, banyak unsur laporan keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Proses estimasi mempertimbangkan informasi terakhir yang tersedia. Estimasi diperlukan, sebagai contoh, untuk penyisihan piutang tak tertagih (bad debts), keusangan persediaan dan masa manfaat dari aset yang dapat disusutkan. Penggunaan estimasi yang wajar adalah bagian yang penting dari penyusunan laporan keuangan dan tidak melemahkan keandalannya.

Suatu estimasi mungkin harus direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau karena adanya informasi baru, bertambahnya pengalaman atau perkembangan lebih lanjut. Revisi atas estimasi tersebut, pada hakekatnya tidak menyebabkan perlunya penyesuaian dalam batasan pengertian dari suatu pos luar biasa atau kesalahan mendasar.

Apabila sulit untuk memisahkan antara perubahan kebijakan akuntansi dan perubahan estimasi akuntansi, perubahan tersebut diperlakukan sebagai suatu perubahan estimasi akuntansi, dengan pengungkapan yang layak.

Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih dalam:

(a) periode perubahan tersebut, jika perubahan tersebut hanya mempengaruhi periode tersebut; atau

(b) periode perubahan tersebut dan periode-periode yang akan datang, jika perubahan tersebut mempengaruhi keduanya.

Suatu perubahan dalam estimasi akuntansi dapat hanya mempengaruhi periode berjalan ataupun mempengaruhi baik periode berjalan maupun periode-periode yang akan datang.

Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam klasifikasi laporan laba rugi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya untuk estimasi tersebut

Untuk mempertahankan daya banding laporan keuangan dari periode-periode yang berbeda, pengaruh perubahan estimasi akuntansi yang sebelumnya tercakup dalam laba atau rugi dari aktivitas normal harus tercakup dalam unsur laba atau rugi bersih tersebut; pengaruh perubahan estimasi akuntansi yang sebelumnya dimasukkan pada pos luar biasa harus dilaporkan sebagai unsur pos luar biasa.

Hakikat dan jumlah suatu perubahan estimasi akuntansi yang mempunyai pengaruh material dalam periode berjalan, atau yang diharapkan akan mempunyai pengaruh material dalam periode-periode berikutnya harus diungkapkan. Jika untuk menghitung jumlahnya dianggap tidak praktis,kenyataan ini harus diungkapkan.

Kesalahan Mendasar

Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitannya. Contoh suatu kesalahan yang mendasar adalah penemuan bahwa laporan keuangan periode sebelumnya memasukkan jumlah pekerjaan dalam proses dan piutang yang fiktif dan nilainya material. Pertanggungjawaban atas kesalahan mendasar yang terjadi dapat dilakukan dengan menyatakan kembali informasi yang berkaitan secara komparatif untuk mengoreksi kesalahan mendasar tersebut atau dengan menyajikan informasi tambahan secara proforma.

Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakekatnya adalah suatu taksiran (approximations) yang mungkin perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya, untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang sebelumnya tidak dapat diperkirakan secara akurat, atau perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan merupakan koreksi atas kesalahan mendasar.

Dalam mengoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis.

Laporan keuangan yang menyajikan informasi komparatif untuk periode sebelumnya, disajikan seolah-olah kesalahan yang mendasar telah dikoreksi dalam periode di mana kesalahan tersebut dibuat. Oleh karena itu, jumlah koreksi yang berhubungan dengan setiap periode dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan. Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal periode dalam periode yang paling awal.

Informasi-informasi lain yang dilaporkan mengenai periode sebelumnya, seperti ikhtisar data keuangan historis, juga dinyatakan kembali.

Pernyataan kembali informasi komparatif tidak perlu mengubah laporan keuangan yang telah disetujui oleh para pemegang saham atau yang telah tercatat atau disimpan oleh pihak-pihak yang berwenang, sepanjang persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan telah diperhatikan.

Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut:

a. Hakikat kesalahan mendasar;

b. Jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya;

c. Jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan

d. Kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan kembali.

Perubahan Kebijakan Akuntansi

Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

Penyajian suatu kejadian atau transaksi akan lebih tepat jika kebijakan akuntansi yang baru menghasilkan informasi yang lebih relevan atau dapat dipercaya mengenai posisi keuangan,-kinerja atau arus kas suatu perusahaan.

Hal-hal berikut bukan merupakan perubahan dalam kebijakan akuntansi:

(a) penerapan suatu kebijakan akuntansi atas suatu kejadian atau transaksi yang berbeda substansinya dengan kejadian atau transaksi yang sebelumnya terjadi;

(b) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru atas suatu kejadian atau transaksi yang belum pernah terjadi sebelum nya, atau yang dampaknya tidak material.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi dapat diterapkan secara retrospektif ataupun secara prospektif, sesuai dengan yang diatur dalam Pernyataan ini. Penerapan yang retrospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan sebelumnya. Karena itu, kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut. Penerapan yang prospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan. Tidak ada penyesuaian yang berhubungan dengan periode sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal periode (retained earnings) atau dalam pelaporan laba atau rugi bersih untuk periode sekarang, karena saldo yang ada tidak dihitung kembali.

Perubahan Suatu Standar Akuntansi Keuangan dan kebijakan akuntansi yang lain

Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu standar akuntansi keuangan yang diberlakukan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan transisi yang ditentukan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tersebut.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif dengan melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis.

Laporan keuangan yang menyajikan informasi komparatif untuk periode sebelumnya, disajikan seolah-olah kebijakan akuntansi yang baru tersebut telah digunakan. Oleh karena itu, informasi komparatif dinyatakan kembali untuk mencerminkan kebijakan akuntansi yang baru tersebut. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum laporan keuangan tersebut disesuaikan pada saldo laba awal periode (retained earnings) dari periode yang paling awal. Informasi-informasi lain yang dilaporkan mengenai periode sebelumnya, seperti ikhtisar data keuangan historis, juga dinyatakan kembali.

Penyataan kembali informasi komparatif tidak perlu mengubah laporan keuangan yang telah disetujui oleh para pemegang saham atau yang telah tercatat atau disimpan oleh pihak yang berwenang, sepanjang persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan telah diperhatikan.

Perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara prospektif jika jumlah penyesuaian terhadap saldo laba awal periode (retained earnings) tidak dapat ditentukan secara wajar.

Jika suatu perubahan kebijakan akuntansi mempunyai pengaruh material terhadap periode sekarang atau sebelumnya, atau mungkin juga mempunyai pengaruh material terhadap periode berikutnya, perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut:

a. Alasan dilakukannya perubahan;

b. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan periode sebelumnya;

c. Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan masa sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan

d. Kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa untuk menyatakan kembali informasi komparatif dianggap tidak praktis.

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN

Agar suatu laporan keuangan dapat diperbandingkan, maka harus memenuhi prinsip comparability dan prinsip konsistensi. Untuk menjaga agar prinsip comparability dan konsistensi dapat terlaksana, perubahan-perubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua yaitu :

1. Perubahan metode-metode akuntansi.

Perubahan dalam metode akuntansi dibedakan menjadi tiga yakni :

a. Perubahan dalam prinsip akuntansi misalnya :

Perubahan dalam metode pembebanan harga pokok persediaan, seperti dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang.

Perubahan dalam metode depresiasi aktiva tetap, seperti dari double declining balance ke straight line method.

Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, seperti dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian.

Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing ke direct costing.

Perlakuan akuntansi atas perubahan prinsip akuntansi ini diatur dalam APB Opinion Nomor 20 dengan klasifikasi sebagai berikut :

Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat kumulatif.

Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat retroaktif.

Perubahan metode penentuan harga pokok persediaan ke LIFO.

b. Perubahan dalam taksiran-taksiran akuntansi misalnya :

Taksiran pembebanan kerugian piutang

Taksiran umur dalam penghitungan depresiasi

Taksiran jumlah garansi yang akan dibayar

c. Perubahan dalam kesatuan usaha

Perubahan kesatuan usaha ini terjadi dalam hal disusunnya laporan keuangan konsolidasi sebagai ganti laporan keuangan masing-masing perusahaan, perubahan-perubahan dalam anak perusahaan yang laporan-laporannya dikonsolidasikan, atau terjadinya penggabungan-penggabungan baru.

Apabila terjadi perubahan kesatuan usaha maka laporan keuangan tahun berjalan harus menjelaskan sifat-sifat dan sebab-sebab perubahan tersebut. Akibat-akibat perubahan terhadap laba rugi juga harus dicantumkan dalam laporan laba rugi sebelum elemen-elemen luar biasa, begitu juga dengan laba bersih dan jumlah pendapatan per lembar saham. Laporan keuangan tahun berikutnya tidak perlu lagi mencantumkan penjelasan seperti laporan tahun berjalan.

Agar laporan keuangan tahun berjalan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka laporan tahun sebelumnya harus disusun dengan anggapan jika seandainya sudah terjadi perubahan kesatuan usaha.

2. Perubahan-perubahan yang timbul karena koreksi kesalahan-kesalahan dalam periode-periode yang lalu.

Kesalahan-kesalahan yang timbul dalam pencatatan, bisa terjadi karena disengaja atau tidak. Kesalahan yang disengaja dapat disebabkan keinginan untuk menghindari pajak, menyusun laporan keuangan yang menguntungkan agar harga pasar surat berharga perusahaan dapat dipengaruhi, mempengaruhi pandangan-pandangan lembaga-lembaga tertentu seperti bank, menutupi kecurangan-kecurangan dalam perusahaan seperti pencurian uang, atau persediaan barang dan lain-lain.

Kesalahan yang tidak disengaja timbul karena kesalahan dalam melakukan pencatatan. Misalnya kesalahan membukukan ke rekening yang lain, kesalahan mencatat jumlah dan penjumlahan baik footing maupun cross footing, kesalahan memisahkan antara pengeluaran modal dan pengeluaran penghasilan, kelupaan tidak membebankan depresiasi dan lain-lain.

Jenis-jenis kesalahan

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat mempengaruhi neraca saja atau laporan laba rugi saja. Namun ada juga kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi keduanya baik laporan laba rugi maupun neraca. Kesalahan yang dapat mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Kesalahan yang bila tidak dibetulkan, akan menjadi betul sendiri dalam periode berikutnya (counter balance).

Jika ada kesalahan ini maka laporan laba rugi untuk dua periode berturut-turut menjadi tidak benar. Neraca periode pertama tidak benar, tetapi neraca tahun berikutnya sudah menjadi benar sendiri. Misalnya kesalahan dalam persediaan barang, kesalahan tidak membuat penyesuaian untuk utang-utang biaya dan pendapatan yang masih akan diterima, dan kesalahan tidak mebuat penyesuaian untuk biaya yang dibayar di muka dan penghasilan yang diterima di muka.

2. Kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi tetapi tidak menjadi benar dengan sendirinya pada