Tugas Live In

3
Pengalaman saya didesa lamajang adalah saat saya live in dan tinggal bersama dengan keluarga angkat saya, saya tinggal bersama Bpk.Ndut dan Mak Nanah. Tapi terkadang cucu mereka dari anak yang kedua tinggal untuk bermain atau bermalam di rumah mereka. Mereka berpendidikan sampai SD tetapi setelah selesai pendidik ibu melanjutkan dengan kursus menjahit dan pendidikan memang cukup berperan untuk menentukan visi seseorang. Bapak berprofesi sebagai supir angkot dan ibu berprofesi seperti petani, mereka memiliki ladang sendiri tapi terkadang saat belum musim panen di ladang mereka, ibu membantu ladang orang lain yang sedang dipanen dengan bayaran 20ribu rupiah per-hari nya. Biasanya pada pagi hari sekali sekitar pukul 5-6 bapak sudah pergi untuk narik angkot dan ibu tidak setiap hari pergi ke sawah dan biasanya saat ibu tidak pergi ke sawah kegiatan ibu sehari-hari hanyalah sebagai ibu rumah tangga dan menjaga cucunya yang paling kecil kelas 1SD bernama Aril adik dari Arul. Komunikasi yang terbangun cukup baik dan mereka berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa sunda. Didalam keluarga yang paling memegang peranan penting adalah bapak, karena bapak merupakan seorang kepala keluarga dan pencari nafkah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, karena sawah tidak selalu menghasilkan uang setiap hari, biasanya panen dalam waktu 3-4bulan, jadi biaya hidup sehari- hari dipenuhi oleh hasil dari bapak menjadi supir angkot. Menarik angkot adalah merupakan salah satu sumber pendapatan dalam keluarga meski bukan satu-satunya sumber tapi ini merupakan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, pendapatan lain adalah didapat dari panen dan pemberian uang dari anak walau tidak rutin. Ibu adalah orang yang berperan dalam mengatur keuangan dalam keluarga dan ibu akan mengatur sebagaimana mungkin agar pengeluaran yang dikeluarkan tidak melebihi dari pemasukan atau uang yang ada dengan menjalani gaya hidup yang sederhana. Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah yang dirasakan oleh keluarga ini adalah koperasi yang bisa memberikan dampak cukup baik dimana ibu bisa mendapat pinjaman modal dari koperasi misalnya untuk membeli benih. Di desa lamajang masih sangat terasa pedesaannya dan juga dapat dilihat dari gaya atau taraf hidup warga desanya termasuk taraf hidup keluarga angkat saya sangatlah sederhana dan sebanding dengan penghasilan yang mereka peroleh. Keluarga angkat saya menurut saya cukup miskin dalam hal kultural karena mereka kurang tahu banyak mengenai kultur-kultur asli sunda atau khususnya yang ada di desa lamajang itu sendiri.

description

live in 2012

Transcript of Tugas Live In

Pengalaman saya didesa lamajang adalah saat saya live in dan tinggal bersama dengan keluarga angkat saya, saya tinggal bersama Bpk.Ndut dan Mak Nanah. Tapi terkadang cucu mereka dari anak yang kedua tinggal untuk bermain atau bermalam di rumah mereka. Mereka berpendidikan sampai SD tetapi setelah selesai pendidik ibu melanjutkan dengan kursus menjahit dan pendidikan memang cukup berperan untuk menentukan visi seseorang. Bapak berprofesi sebagai supir angkot dan ibu berprofesi seperti petani, mereka memiliki ladang sendiri tapi terkadang saat belum musim panen di ladang mereka, ibu membantu ladang orang lain yang sedang dipanen dengan bayaran 20ribu rupiah per-hari nya. Biasanya pada pagi hari sekali sekitar pukul 5-6 bapak sudah pergi untuk narik angkot dan ibu tidak setiap hari pergi ke sawah dan biasanya saat ibu tidak pergi ke sawah kegiatan ibu sehari-hari hanyalah sebagai ibu rumah tangga dan menjaga cucunya yang paling kecil kelas 1SD bernama Aril adik dari Arul. Komunikasi yang terbangun cukup baik dan mereka berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa sunda. Didalam keluarga yang paling memegang peranan penting adalah bapak, karena bapak merupakan seorang kepala keluarga dan pencari nafkah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, karena sawah tidak selalu menghasilkan uang setiap hari, biasanya panen dalam waktu 3-4bulan, jadi biaya hidup sehari-hari dipenuhi oleh hasil dari bapak menjadi supir angkot.Menarik angkot adalah merupakan salah satu sumber pendapatan dalam keluarga meski bukan satu-satunya sumber tapi ini merupakan penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pendapatan lain adalah didapat dari panen dan pemberian uang dari anak walau tidak rutin. Ibu adalah orang yang berperan dalam mengatur keuangan dalam keluarga dan ibu akan mengatur sebagaimana mungkin agar pengeluaran yang dikeluarkan tidak melebihi dari pemasukan atau uang yang ada dengan menjalani gaya hidup yang sederhana. Salah satu bentuk keterlibatan pemerintah yang dirasakan oleh keluarga ini adalah koperasi yang bisa memberikan dampak cukup baik dimana ibu bisa mendapat pinjaman modal dari koperasi misalnya untuk membeli benih. Di desa lamajang masih sangat terasa pedesaannya dan juga dapat dilihat dari gaya atau taraf hidup warga desanya termasuk taraf hidup keluarga angkat saya sangatlah sederhana dan sebanding dengan penghasilan yang mereka peroleh. Keluarga angkat saya menurut saya cukup miskin dalam hal kultural karena mereka kurang tahu banyak mengenai kultur-kultur asli sunda atau khususnya yang ada di desa lamajang itu sendiri.Di desa lamajang relasi yang terbangun antar generasi yang ada di masyarakat cukup baik karena mereka bisa bekerjasama dalam berorganisasi dalam pengadaan acara 17 agustusan. Jika dalam hal relasi antar umat beragama saya kurang menemukan karena mayoritas lebih dari 90% penduduk desa adalah beragama yang sama yaitu agama muslim, tapi warga memperlakukan saya cukup baik meskipun saya pikir mereka tahu jika saya berbeda agama dengan mereka. Mengenai mitos-mitos yang ada di desa, keluarga angkat kami kurang percaya dan tidak terlalu mau tahu mengenai hal seperti itu, jadi mereka tidak tahu mengenai mitos-mitos yang beredar di desa lamajang ini. Peran spirirtual masyarakat dalam menghadapi masalah hidup khususnya ibu angkat saya, beliau berkata "ya kalau ada masalah, ibu sih berserah saja pada Tuhan berdoa mohon pertolongan." dan warga di desa ini rajn untuk melakukan kegiatan ibadah seperti solat atau ngaji bersama. Budaya yang masih ada dalam masyarakat adalah bahasa mereka, mereka masih menggunakan bahasa sunda. Dalam kehidupan sederhana bukan berarti mereka tidak menemukan kebahagiaan, menerut warga desa kebahagiaan adalah saat kita mampu mensyukuri apa yang kita miliki saat ini contohnya seperti keluarga, kesehatan yang tidak harus selalu dibeli dengan uang.

Secara umum kondisi kesehatan fisik warga desa baik namun dalam kesehatan jiwa ada beberapa warga desa yang memiliki penyakit kejiwaan dan mengalami tekanan namun kondisi kesehatan fisik dan jiwa secara khusus dalam keluarga angkat saya adalah baik. Ada juga beberapa pola hidup tidak sehat yang saya temukan dalam keluarga angkat diantaranya adalah ibu dan bapak yang mengkonsumsi rokok, ibu yang selalu makan garam untuk meningkatkan tekanan darahnya tanpa cek rutin ke dokter, proses pembuatan makanan yang hanya menggunakan alat yang sama untuk berbagai bahan dan keadaan kamar mandi yang tidak baik. Sejauh ini tidak ada orang-orang atau lembaga yang secara khusus membantu atau menangani masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan namun ada juga diantaranya yang membantu seperti posyandu dan puskesmas. Sejauh ini belum ada kesadaran dari warga untuk menangani pengelolahan kesehetan yang kurang baik itu dan upaya dari pemerintahpun belum maksimal atau bisa disebut belum terlihat adanya usaha pemerintah untuk mengelola kesehatan warga desa. Menurut saya saran untuk warga desa dalam menajaga kesehatan keluarga adalah mulai berhenti merokok, tidak menggunakan alat yang sama untuk berbagai bahan masakan, memisah antara kamar mandi dan ruang cuci piring dan rajin menggunakan sabun untuk hal mencuci salah satunya mencuci tangan dan untuk pemerintah semoga bisa meningkatkan lembaga-lembaga kesehatan di desa dan rajin melakukan penyeluhan-penyuluhan mengenai tentang rumah sehat dan hidup sehat.Kesimpulan dari pengalaman dan pengamatan situasi di desa adalah nilai kebersamaan yang bisa saya petik yang bisa saya lihat rasa gotong royong dan saling peduli terhadap orang lain karena menurut saya rasa gotong royong sangat penting terutama di jakarta dimana setiap orang hanya peduli dengan urusan diri sendiri, dimana nilai rasa gotong royong berguna untuk menjadikan saya dokter yang mau peduli dan mau menolong terhadap sesama tanpa selalu mengharapkan imbalan. Melihat dari gaya hidup warga desa yang sederhana membuat saya sadar bahwa ternyata selama ini saya sudah hidup boros dan melakukan hal-hal yang tidak terlalu perlu dan saya ingin untuk belajar mengatur keuangan saya agar saya tidak terus menjadi orang yang boros. Pengalaman yang singkat ini bisa memberikan banyak hal positif dan ada juga beberapa negatif tapi semoga dari pengalaman ini warga desa dan kami mahasiswa boleh saling bertukar sesuatu hal yang positif untuk memperbaiki hal-hal yang masih negatif, untuk menjadi setiap orang yang lebih baik lagi.