TUGAS KUIS 2

9
2. Apa itu belajar dan mengajar ? jelaskan prinsip belajar an mengajar yang anda ketahui ! jelakan belajar dan mengajar yang efektif itu ! sebukan dan jelaskan salah satu contoh model belajar dan mengajar yang sudah anda ketajui! 3. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, maka perlu diciptakan sebuah suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Salah satu diantaranya adalah bagaimana kelas dikeloa secara profesional. Menurut anda, mengapa managmen kelas itu penting? Apa ada keitannya engan psikologi pendidikan? Jelaskan ! 4. Setelah membahas semua pokok bahasan dalam orientasi baru dalam psikologi pendidikan ini, bagaimana komentar anda ? an apa yang anda rasakan dan ketahui ? ( kaitkan dengan implementasi dalam pendidikan dan pembelajaran ). Jelaskan ! coba anda jelaskan paradigma dan pembelajaran), jelaskan! Coba anda jelaskan paradigma baru dalam pendidikan dan pembelajaran disertai contoh! 5. Apa itu penilaian dalam belajar?, mengapa penilaian dalam elajar ini dibahas dalam psikologi pendidikan? Kalau dilihat ari sudut pandang pendekatan konstruktivisme apakah model penilaian untuk peserta didik (anak) sama dengan peserta didik )dewasa? Jelaskan pendapat anda? 6. Dilihat dari sisem perkuliahan yang sudah dilaksanakan, menurut anda a. Apa saja yang sudah dianggap baik? b. Apa pula yag masih perlu diperbaiki? TUGAS KUIS 2 ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN By : Dinar Pratama 1. Apa itu kecerdasan jamak? Mengapa hal ini perlu diketahui oleh setiap pendidik? Bagaimana implementasinya dalam pembelajaran? Menurut anda apakah ada kendala untuk mengimplementasikannya, hususnya diindonesia? Jelaskan! Ada pendapat mengatakan bahwa kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual faktor penentu keberhasilan manusia dalam kehidupan. Bagaimana komentar anda? Jelaskan ! Jawab: - Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak. - Hal ini perlu diketahui oleh setiap pendidik untuk memotivasi pendidik agar tidak merasa bahwa seorang anak itu bodoh walaupun hanya karena memiliki IQ rendah. Karena dengan mengetahui apa saja kecerdasan jamak dapat memotivasi pendidik untuk menggali kecerdasan-kecerdasan lain dari anak. Sehingga perkembangan kehidupan anak ke depan baik social emosi maupun perkembangan kepribadiannya tidak terhambat hanya dengan rendahnya nilai IQ.

Transcript of TUGAS KUIS 2

Page 1: TUGAS KUIS 2

2. Apa itu belajar dan mengajar ? jelaskan prinsip belajar an mengajar yang anda ketahui ! jelakan belajar dan mengajar yang efektif itu ! sebukan dan jelaskan salah satu contoh model belajar dan mengajar yang sudah anda ketajui!3. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang efektif, maka perlu diciptakan sebuah suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Salah satu diantaranya adalah bagaimana kelas dikeloa secara profesional. Menurut anda, mengapa managmen kelas itu penting? Apa ada keitannya engan psikologi pendidikan? Jelaskan !4. Setelah membahas semua pokok bahasan dalam orientasi baru dalam psikologi pendidikan ini, bagaimana komentar anda ? an apa yang anda rasakan dan ketahui ? ( kaitkan dengan implementasi dalam pendidikan dan pembelajaran ). Jelaskan ! coba anda jelaskan paradigma dan pembelajaran), jelaskan! Coba anda jelaskan paradigma baru dalam pendidikan dan pembelajaran disertai contoh!5. Apa itu penilaian dalam belajar?, mengapa penilaian dalam elajar ini dibahas dalam psikologi pendidikan? Kalau dilihat ari sudut pandang pendekatan konstruktivisme apakah model penilaian untuk peserta didik (anak) sama dengan peserta didik )dewasa? Jelaskan pendapat anda?6. Dilihat dari sisem perkuliahan yang sudah dilaksanakan, menurut andaa. Apa saja yang sudah dianggap baik? b. Apa pula yag masih perlu diperbaiki?

TUGAS KUIS 2ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKANBy : Dinar Pratama 

1. Apa itu kecerdasan jamak? Mengapa hal ini perlu diketahui oleh setiap pendidik? Bagaimana implementasinya dalam pembelajaran? Menurut anda apakah ada kendala untuk mengimplementasikannya, hususnya diindonesia? Jelaskan! Ada pendapat mengatakan bahwa kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual faktor penentu keberhasilan manusia dalam kehidupan. Bagaimana komentar anda? Jelaskan !

Jawab:- Kecerdasan jamak adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada

anak. - Hal ini perlu diketahui oleh setiap pendidik untuk memotivasi pendidik agar tidak

merasa bahwa seorang anak itu bodoh walaupun hanya karena memiliki IQ rendah. Karena dengan mengetahui apa saja kecerdasan jamak dapat memotivasi pendidik untuk menggali kecerdasan-kecerdasan lain dari anak. Sehingga perkembangan kehidupan anak ke depan baik social emosi maupun perkembangan kepribadiannya tidak terhambat hanya dengan rendahnya nilai IQ.

-

1. Multiple Intelligences (Kecerdasan Jamak)

Sejak dikembangkannya teori mengenai kecerdasan jamak, pemahaman mengenai kecerdasan (Intelligence) tidak hanya dipahami secara sempit, seperti pada awal kemunculannya teori kecerdasan yang dikembangkan oleh Stanford Binet yang lebih dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotient). Pemahaman kecerdasan yang dikembangkan oleh Binet ini hanya diukur dari kemampuan kognitif individu semata yang meliputi, kemampuan verbal, logika matematika, dan penalaran. Dalam perkembangannya, ternyata teori ini banyak menuai kritikan karena kurang mampu memberikan

Page 2: TUGAS KUIS 2

gambaran mengenai potensi setiap individu yang beragam. Kecerdasan seseorang hanya diukur melalui kemampuan kognitifnya saja, padahal setiap manusia punya keberagaman bakat dan kemampuan dalam proses belajarnya. Atas dasar itulah, sebenarnya pandangan mengenai kecerdasan jamak ini terus dikembangkan oleh para pakar hingga saat ini, karena lebih kompleks dalam memberikan gambaran mengenai kecerdasan setiap individu. Multiple Intelligences (kecerdasan jamak) dikembangkan oleh Howard Gardner (1983) seorang professor psikologi dari Harvard University. Menurut Gardner dalam Martini Jamaris intelegensi tidak hanya ditentukan oleh satu faktor yang dikenal dengan General Intelligence, akan tetapi terdiri dari sejumlah faktor. Gardner meyakini bahwa perhitungan secara angka tidak akurat dijadikan pedoman untuk menentukan kemampuan manusia, oleh karenanya untuk memprediksi kemampuan manusia maka fokus perhatiannya dialihkan dari angka kepada proses.[1] Berdasarkan penjelasan Gardner diatas, ada beberapa hal yang menjadi pokok perhatian dikembangkannya teori ini yaitu adanya keberagaman potensi dan bakat yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan perbedaan potensi dan bakat setiap individu tersebut, tentunya setiap individu punya kecerdasan yang berbeda pula. Dalam hal ini, Gardner tidak sepakat dengan pernyataan yang memandang bahwa kecerdasan seseorang di kategorikan kedalam angka-angka pencapaian standar kecerdasan (tes IQ). Akan tetapi, gardner lebih cenderung memberikan perhatiannya pada optimalisasi bakat dan potensi yang dimiliki oleh setiap individu. Sebagai ilustrasi, seorang siswa dalam tes IQ mendapat nilai rendah, lantas nilai ini digeneralisasi kepada siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata dapat disimpulkan “bodoh”. Inilah yang menjadi perhatian Gardner dalam menyusun teori kecerdasan majemuk. Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya. Gardner dalam teori Multiple Intelligences (MI) membagi kecerdasan kedalam delapan kecerdasan[2], yaitu :a.    Kecerdasan bahasaKecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.b.    Kecerdasan matematis/logisKecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks.c.    Kecerdasan spasialOrang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi.d.    Kecerdasan kinestetikKecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik.e.    Kecerdasan musikalKecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik.f.     Kecerdasan InterpersonalKecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain.g.    Kecerdasan intrapersonalKecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.h.    Kecerdasan naturalisKeahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini. Konsep kecerdasan jamak ini sangat penting sekali diketahui sekaligus dipahami oleh para pendidik disekolah, karena peserta didik pada dasarnya punya kecerdasan yang beragam. Mereka punya bakat dan potensi yang berbeda, tentu hal ini menuntut guru untuk menggunakan pendekatan yang beragam pula didalam mengajar siswa. Untuk memberikan pemahaman yang lebih mengenai kecerdasan jamak

Page 3: TUGAS KUIS 2

itu sendiri tentunya para guru harus mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Berikut ini strategi dalam mengajarkan kecerdasan jamak kepada peserta didik.[3]

Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.

Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu  seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.

Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.

Kecerdasan musikal dapat dilatih  dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).

Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai  macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah  kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.

Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalyaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca, pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).

Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.

Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain  peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak  lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh.

Dan jika konsep pengajaran kecerdasan jamak dalam konteks pendidikan di Indonesia diterapkan, penulis melihat akan ada banyak kendala yang muncul seperti, masih kurangnya kompetensi guru, fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, dan lingkungan belajar, serta dukungan orang tua. Masih minimnya kemampuan guru dalam memahami konsep kecerdasan jamak akan berdampak pada kekeliruan dalam memilih metode pengajarannya pula, sehingga pengajaran tidak akan optimal. Lingkungan belajar yang kurang mendukung juga akan mempengaruhi evektivitas pembelajaran berbasis kecerdasan jamak. Apalagi situasi dan kondisi setiap sekolah di Indonesia sangat beragam, hal ini tentunya menuntut guru untuk lebih berfikir keras didalam menciptakan lingkungn belajar yang efektif. Sebagai contoh, lingkungan sekolah yang ada di kota tentu berbeda dengan lingkungan sekolah yang ada di pedesaan atau daerah terpencil lainnya. Persoalan pemerataan pendidikan seperti inilah yang sampai saat ini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan. 

Page 4: TUGAS KUIS 2

Akan tetapi, guru didalam mendidik siswanya tidak terbatas hanya pada uapaya mengembangkan potensi dan bakat saja. Pendidikan sebagai suatu proses akan memberikan implikasi yang positif dalam pembentukan pribadi yang seutuhnya jika guru juga menaruh perhatian pada pembentukan kepribadian serta spiritual siswa (kecerdasan emosional dan spiritual). Siswa dengan memiliki tambahan dua kecerdasan ini diharapkan akan memberikan keseimbangan dalam pribadi siswa dalam menjalani kehidupan. Pribadi yang utuh sebagaimana yang termaktub dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 memberikan pengertian bahwa, siswa mampu mengembangkan intelektualnya, mampu memahami kepribadiannya dengan bertindak sesuai dengan etika yang berlaku, dan mempunyai spiritual yang kokoh sebagai benteng dan pedoman hidup siswa. 2.  Belajar dan MengajarHamalik memberikan pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.[4] Skinner (1973) dalam Sutikno memberikan pengertian belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Selanjutnya Morgan (1962) dalam Sutikno belajar diartikan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.[5] Dari pengertian diatas, ada beberapa dua hal yang dapat penulis kemukakan dan sekaligus memberikan penekanan dari hakikat belajar itu sendiri yaitu, 1) belajar sebagai suatu proses, 2) belajar sebuah perubahan tingkah laku, dan 3) belajar sebuah proses yang berkesinambungan. Atas dasar ini maka penulis memberikan pengertian belajar sebagai sebuah proses perubahan dalam individu baik secara intelegensi maupun tingkah laku yang terus berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan. Sedangkan mengajar menurut Witherington (1952) dalam Marno memberikan pengertian mengajar sebagai proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa.[6] Menurut Sabri mengajar dimaksudkan sebagai upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.[7] Selanjutnya Sanjaya mengartikan mengajar sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.[8] Dari pengertian diatas maka dapat disimpulakan bahwa mengajar sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh guru didalam menyampaikan informasi (materi pelajaran) kepada siswa dan upaya guru didalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya istilah belajar mupun mengajar mempunyai pengertian yang sama dalam hal tujuan dan proses, yaitu sama-sama mengutamakan proses dalam aktivitasnya dan sama-sama berorientasi pada perubahan tingkah laku individu. Jadi pada hakikatnya, belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, pada saat pembelajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek sekaligus juga sebagai objek dalam pebelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Untuk memahami kedudukan belajar dan mengajar yang pada akhirnya akan diterapkan dalam proses pembelajaran maka setidaknya memenuhi beberapa prinsip belajar mengajar. Pada dasarnya tidak ada prinsip belajar mengajar yang dirumuskan secara baku oleh para ahli, akan tetapi dalam hal ini penulis akan mencoba untuk memberikan beberapa konsep penting terkait dengan prinsip-prinsip yang mesti ada dalam sebuah proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tentang belajar mengajar diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa prinsip belajar mengajar setidaknya ada tiga, yaitu;1.    Berorientasi tujuanKegiatan belajar mengajar hendaknya memiliki pencapaian tujuan yang jelas. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator pembelajaran harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak disampaikan oleh siswa. Perumusan tujuan hendaknya berorientasi pada perubahan kepribadian peserta

Page 5: TUGAS KUIS 2

didik secara utuh. Minimal perubahan itu tercermin dalam tiga aspek, a) kognitif (pengetahuan), b) afektif (sikap), dan c) psikomotor (keterampilan).2.    Komprehensif (menyeluruh)Dalam rangka membentuk kepribadian yang utuh, maka proses belajar mengajar tentunya melibatkan seluruh aspek pembelajaran. Mulai dari merumuskan strategi pembelajaran, metode, lingkungan belajar, fasilitas belajar, dan materi pelajaran.3.    EvaluasiDalam kegiatan belajar mengajar evaluasi sebagai salah satu cara untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan evaluasi, guru dapat melihat sejauh mana tujuan pembelajaran telah dan belum tercapai. Dengan begitu, hasil evaluasi menjadi informasi dan bahan pertimbangan guru didalam merencanakan kegiatan belajar selanjutnya. Selanjutnya, agar efektivitas belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ada, maka baik guru maupun siswa setidaknya punya tujuan yang sama. Sutikno[9] memberikan beberapa aspek yang perlu dilakukan oleh siswa dan guru agar pembelajaran dapat berjalan efektif, yaitu;1.    Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu.2.    Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode, dan teknik yang direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3.    Fokus materi jelas, terarah, dan terencana dengan baik.4.    Adanya aktivitas siswa merupakan sayarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.5.    Aktor guru yang cermat dan tepat.6.    Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.7.    Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.8.    Evaluasi yang berkesinambungan. Dengan memperhatikan kedelapan aspek diatas setidaknya mampu memberikan arahan maupun pedoman kepada guru dan siswa. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar tidak semata-mata terfokus pada output saja, akan tetapi lebih menekankan pada proses. Proses belajar meengajar tersebut akan tercermin dari bagaimana guru dan siswa saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Belajar mengajar tidak lagi menjadkan siswa sebagai objek, tapi sebaliknya. Siswa mesti dipandang sebagai pribadi yang punya potensi dan siap untuk mengembangkan pribadinya. Untuk mencapai efektivitas belajar mengajar yang optimal tidak hanya sebatas pada pemenuhan beberapa aspek diatas, akan tetapi guru mesti lebih kreatif dalam menciptakan dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri didasarkan pada teori konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget. Dalam pembelajaran inkuiri (pembelajaran penemuan) siswa dituntut untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsif, guru mendorong siswa mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.[10] Pembelajaran inkuiri mempunyai beberapa keunggulan seperti, membangkitkan keingintahuan siswa dengan memotivasi siswa untuk terus bekerja sehingga mereka menemukan jawaban. Siswa juga mempelajari kemampuan penyelesaian soal dan pemikiran kritis secara mandiri, karena mereka harus mengabalisa dan memanipulasi informasi.[11] Pembelajaran inkuiri setidaknya memberikan kesadaran kepada guru akan hakikat belajar dan mengajar itu sendiri yaitu dengan menghargai kemampuan setiap siswa bahwa mereka punya potensi untuk belajar mengembangkan diri. Hal ini setidaknya meminimalisir timbulnya dehumanisasi dalam pendidikan yang hanya memandang siswa sebagai robot. Akan tetapi, agar pembelajaran bisa diterima oleh siswa dengan baik maka disi peran guru juga menjadi penting. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan lingkungan belajar yang dapat menjadi stimulus keingintahuan siswa. 3.  Pengelolaan KelasDalam kegiatan pendidikan, salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran adalah persoalan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas erat kaitannya dengan kemampuan guru menciptakan iklim kelas yang menguntungkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Page 6: TUGAS KUIS 2

 Menurut Rohani dalam setiap proses pengajaran, kondisi kelas yang kondusif harus direncanakan dan diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat terhindar dari kondisi yang merugikan (usaha pencegahan), dan kembali kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak disebabkan oleh tingkah laku peserta didik didalam kelas (usaha kuratif).[12] Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tujuan dari pengelolaan kelas lebih kepada terciptanya situasi dan kondisi kelas yang kondusif. Lebih lanjut, Rohani mengungkapkan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru agar pengelolaan kelas berjalan dengan optimal sebagai berikut; pertama, mengetahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, kedua, mengenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim  belajar  mengajar, dan ketiga, menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan.[13] Guru dalam upaya mengelola kelas yang efektif akan lebih baik jika mempunyai pengetahuan tentang psikologi pendidikan yang memadai. Karena yang dihadapi peserta didik yang mempunyai beragam sifat dan prilaku maka akan menuntut guru memahami perilaku siswa dengan mendalam pula. Dengan begitu upaya pengelolaan kelas sangat erat sekali kaitannya dengan kajian psikologi pendidikan. 4.  Pendapat Tentang Mata Kuliah Orientasi Baru Dalam Psikologi PendidikanKajian mengenai psikologi dari awal kemunculannnya hingga saat ini memang masih terus menjadi perbincangan yang manarik untuk di pelajari lebih mendalam. Semakin ia dikaji dan menjadi bahan eksperimen para pakar psikologi, maka akan semakin banyak fenomena baru yang muncul dan menuntut kita untuk mencari solusi dari fenomena-fenomena tersebut. Dan disiplin ilmu psikologi dewasa ini telah berkembang dan masuk kedalam cabang-cabang disiplin ilmu lainnya seperti pendidikan, dan kajian mengenai disiplin ilmu ini dikenal dengan psikologi pendidikan. Munculnya kajian baru dalam psikologi dalam pendidikan didasari oleh objek kajian pendidikan itu sendiri, yaitu manusia. Dan kajian mengenai manusia dan hubungannya dengan yang lain, selain menggunakan pendekatan disiplin ilmu sosial juga menggunakan pendekatan disiplin ilmu psikologi untuk membantu memberikan gambaran mengenai sifat maupun karakteristik mengenai manusia. Dengan begitu, proses pendidikan akan lebih terarah dan lebih prediktif didalam membentuk karakter anak didik. Menyikapi persoalan ini, penulis beranggapan bahwa pembahasan mengenai psikologi pendidikan sangat penting, terutama bagi pendidik (guru) maupun orang tua. Karena beberapa hal yang dibahas didalam bidang pendidikan hampir semuanya juga dibahas dalam psikologi. Mulai dari motivasi, persoalan belajar, kepribadian, assessmen (penilaian), sampai dengan perbedaan individu. Singkatnya, psikologi pendidikan saat ini menjadi suatu hal yang mutlak harus diketahui oleh para guru maupun orang tua dalam rangka mendidik anak sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan mereka. Kajian mengenai orientasi baru dalam psikologi pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan beberapa paradigma baru didalam menjawab fenomena-fenomena yang terjadi dalam pendidikan itu sendiri. Beberapa riset terbaru dan revisi teori dalam kajian psikologi pendidikan menjadi gagasan baru dalam menjawab persoalan pendidikan saat ini. Sebuah paradigma baru yang saat ini terus menjadi perhatian dalam pendidikan adalah ditekankannya pola pembelajaran yang dulunya berpusat pada guru, tapi saat ini dibalik yaitu berpusat pada siswa. Dalam konteks pembelajaran siswa harus lebih aktif, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam belajar. Paradigma baru lainnya dalam kajian psikologi pendidikan adalah menjamurnya beberapa pendekatan dalam pembelajaran salah satunya adalah pendekatan konstruktivistik. Penulis pikir, ini adalah lanjutan dari pola pembelajaran yang telah penulis ungkapkan diatas, dari pembelajaran yang berpusat kepada guru sampai pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam konteks ini, proses pembelajaran diarahkan pada optimlisasi potensi yang dimilki oleh masing-masing siswa. Dan siswa secara aktif mencari dan mengembangkan pengetahuan mereka. Proses pembelajaran seperti ini menurut Piaget lebih bermakna ketimbang hanya menerima informasi daru guru. 5.  Penilaian Dalam Belajar

Page 7: TUGAS KUIS 2

Menurut Nana Sudjana penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.[14] Menurut Gronlund (1984) dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, menyatakan penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan.[15] Menurut The Task Group on Assesment and Testing (TGAT) dalam Griffin & Nix (1991 : 3) dalam Eko Putro Widoyoko mendeskripsikan assessment sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok.[16] Meurut Boyer & Ewel mendefenisikan assessment sebagai proses yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi.[17] Menurut Eko Putro Widoyoko assessmentatau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu.[18] Dari defenisi diatas dapat dipahami bahwa pada dasarnya penilaian merupakan aktivitas mengumpulkan data dari hasil pengukuran terhadap suatu objek. Dalam konteks pembelajaran penilaian dapat dipahami sebagai usaha untuk mendapatkan informasi terhadap pencapaian hasil belajar siswa dalam kurun waktu tertentu. Menurut hemat penulis penilaian ini harus dilakukan secara berkesinambungan oleh guru. Karena tanpa penilaian yang berkesinambungan, guru tidak akan pernah tau apakah pengajarannya efektif atau tidak atau apakah perlu dimodifikasi atau tidak. Jika dilakukan dengan efektif, hasil penilaian akan menjadi informasi yang berharga untuk memberikan pengalaman belajar yang optimal bagi murid. Pembahasan mengenai penilaian dalam kajian psikologi pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat potensial dalam membangkitkan minat dan motivasi anak didik dalam proses pembelajaran. Motivasi merupakan bagian dari kajian psikologi yang sangat penting didalam individu seseorang. Dalam kaitannya dengan aktivitas pembelajaran, motivasi ternyata dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Misalnya, seorang siswa yang mendapat nilai baik maka ia cenderung akan bersemangat untuk belajar lebih giat. Apalagi guru memberikan reward kepada siswa yang mendapat nilai yang baik. Implementasi dari proses penilaian dalam pembelajaran tentunya tidak boleh diseragamkan pada semua peserta didik. Misalnya menyamakan model penilaian siswa sekolah dasar dengan penilaian siswa sekolah menengah. Model penilaian antara pendidikan untuk anak (usia dini sampai dengan menengah) tidak sama dengan penilaian yang dilakukan untuk peserta didik orang dewasa (perguruan tinggi). Hal ini dibedakan dengan maksud agar penilaian lebih objektif dan valid didalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Selain itu juga, penilaian dalam pembelajaran juga harus mengimbangi dan memperhatikan perkembangan setiap peserta didik. Dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivistik penilaian semata-mata tidak didasarkan pada hasil dari pembelajaran itu sendiri, akan tetapi lebih pada proses penemuan pengetahuan yang dilakukan oleh individu itu sendiri. 6.  Evaluasi Proses Perkuliahana.  Proses pembelajaran pada mata kuliah orientasi baru dalam psikologi pendidikan dari awal sampai akhir telah berjalan dengan baik terutama dalam penerapan konsep pembelajarannya. Pendekatan lebih cenderung kepada konstruktivistik dimana mahasiswa mencari dan mengembangkan sediri pengetahuan atau materi yang akan dibahas lalu didiskusikan bersama. Dan metode pembelajaran lebih mengutamakan pada diskusi kelompok. Hal ini bermanfaat untuk menciptakan iklim pembelajaran yang aktif dan kritis.b.  Mungkin yang perlu mendapat perhatian dalam proses perkuliahan adalah iklim kelas yang terkadang kurang kondusif ketika diskusi berlangsung. Keaktifan mahasiswa juga terkadang masih kurang.  DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, cetakan kedua, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) Ahmad Sabri, Startegi Belajar Mengajar Micro Teaching, cetakan ketiga, (Jakarta : Quantum Teaching, 2010) Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, cetakan ketiga, (Yogyakarta : Multi Pressindo, 2010) 

Page 8: TUGAS KUIS 2

Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) Fadli, Teori Belajar dan Pembelajaran, (http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/teori-kecerdasan-ganda-dan-penerapannya-dalam-kegiatan-pembelajaran), online, diakses tanggal 24 Maret 2010. Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk : Teori Dalam Praktek, alih bahasa oleh Alexander Sindoro, (Jakarta : Interaksara, 2003) Marno, Strategi dan Metode Pengajaran : Menciptakan Keterampilan Mengajar Yang Efektif dan Edukatif, cetakan keempat, (Yogyakarta : Ar-Ruz Media, 2009) Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, cetakan keempat belas, (Bandung : Rosda Karya, 2009) Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi pendidikan, (Jakarta : Yayasan Pemanas Murni, 2010) Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, cetakan kesepuluh, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009) Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek, edisi kedelapan, Diterjemahkan oleh Marianto Samosir, (Jakarta : PT Indeks, 2009) Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Prospect, 2009) Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses Pendidikan, cetakan kelima (Jakarta : Kencana, 2008)