kuis tomi.pdf
-
Upload
jaka-pramana-achmad -
Category
Documents
-
view
96 -
download
0
Transcript of kuis tomi.pdf
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 1/181
HUBUNGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR MINUM DAN
PERILAKU HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN
DIARE DI DAERAH PASKA BENCANA DESABANYUDONO KECAMATAN DUKUN
KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
Retno Purwaningsih
NIM. 6450408044
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 2/181
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri SemarangOktober 2012
ABSTRAK
Retno Purwaningsih.
Hubungan antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan
Kejadian Diare di Daerah Paska Bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang,xviii + 163 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 23 lampiran
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan rata‐rata
letusan 2,4‐7 tahun sekali. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 yang
mengakibatkan korban meninggal, hilangnya mata pencaharian masyarakat, rusaknya
bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, sarana prasarana jalan, timbulnya penyakit
menular salah satunya adalah diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat
kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat
seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang
jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat
menimbulkan kejadian diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi dengan kejadian diare di daerah
paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian adalah
seluruh warga Desa Banyudono yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Dukun dari bulan
Nopember 2010 sampai Maret 2012 dan bukan penderita diare yang tinggal Desa
Ketunggeng. Sampel penelitian yaitu 29 kasus dan 29 kontrol. Instrumen penelitian
berupa kuesioner, lembar checklist, dan peralatan untuk pengambilan sampel air minum.
Hasil uji chi-square sebagai berikut: (1) Kualitas mikrobiologis air minum
(p=0,033, OR=3,231); (2) Kuantitas air bersih (p=0,002, OR=5,971); (3) Kondisi fisik
sumber penyedia air minum (p=0,286); (4) Kondisi fisik tempat pembuangan sampah
(p=0,017, OR=3,719); (5) Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
menggunakan air bersih dan sabun (p=0,035, OR=3,148); (6) Kebiasaan tempat buang air
besar di jamban milik sendiri (p=0,004, OR=5,143); (7) Kebiasaan membuang sampah(p=0,594); (8) Kebiasaan menutup hidangan makanan (p=0,269).
Saran untuk Dinas Kesehatan dan instansi terkait agar melakukan penyuluhan
kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi sanitasi rumah dan personal hygiene
dengan mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare. Bagi pemerintah Kabupaten
Magelang diharapkan dapat mensuplai air bersih yang mencukupi untuk warga Desa
Banyudono, membangunkan sarana penyediaan air bersih baru yang kualitas dan
kuantitasnya baik sehingga kesehatan masyarakat Desa Banyudono tetap terjaga.
Kata Kunci: Diare, Penyediaan Air Minum, Perilaku Higiene Sanitasi
Kepustakaan: 70 (2000-2012)
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 3/181
iii
Public Health Departement
Sport Science Faculty
Semarang State UniversityOctober 2012
ABSTRACT
Retno Purwaningsih.
The Relationship between Drinking Water Supply and Behavior of Sanitation
Hygiene with Diarrhea Case in Post-Disaster Areas of Banyudono Village Dukun
District Magelang Regency,xviii + 163 pages + 25 tables + 2 figures + 23 appendices
Mount Merapi is one of the most active volcano in the world with the average of2.4 to 7 years eruption. The last eruption occurred on October 26
th, 2010 which caused
people deaths, loss of livelihoods, the damage of buildings, public facilities, road
infrastructure, and the emergence of infectious diseases such as diarrhea. Diarrheal
disease is one based environment disease. If the environmental factors (especially the
water) does not meet the health requirements for supported contaminated with human
behavior as unhealthy unhygienic excreta disposal, personal hygiene and a poor
environment, and preparing and storing food improperly, it can cause diarrhea. The
purpose of this study is to determine the relationship between water supply and sanitation
hygiene behavior with the diarrhea case in the post-disaster areas of Banyudono village
Dukun district Magelang regency.
This study used a case-control approach. The population of this study was all
Banyudono villagers who were diagnosed with diarrhea by Puskesmas Dukun from November 2010 until March 2012, and they are not sufferers who live in Ketunggeng
village. The research samples are 29 cases and 29 controls. The research instruments such
as questionnaires, checklists sheet, and equipment for water sampling.
The chi-square test results as follows: (1) the microbiological quality of drinking
water (p = 0.033, OR = 3.231), (2) water quantity (p = 0.002, OR = 5.971), (3) the
physical condition of the source of drinking water providers (p = 0.286), (4) the physical
condition of the dump (p = 0.017, OR = 3.719), (5) the habit of washing hands using
clean water and soap after defecation (p = 0.038, OR = 3.148), (6) the habit of defecating
in place its own latrine (p = 0.004, OR = 5.143), (7) The habit of throw away trash (p =
0.594), (8) The habit of covers meal (p = 0.269).
There is an advice for The Health Department and related institute is to conductelucidation to the villagers to improve the sanitary conditions and personal hygiene by
reducing the risk of transmission of diarrheal disease. The Magelang government is
expected to supply sufficient water for Banyudono villagers, build a new water supply
with the good quality and quantity which can maintain the health of Banyudono villagers.
Keywords: Diarrhea, Drinking Water Supply, Behavior of Sanitation Hygiene
References: 70 (2000-2012)
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 4/181
iv
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 5/181
v
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah
hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Oktober 2012
Retno Purwaningsih
NIM. 6450408044
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 6/181
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
Tidak ada hal yang sulit jika kita mau berusaha dengan kerja keras, kerja
cerdas dan kerja ikhlas, yang penting ada kemauan dan ada kesungguhan
serta gunakan logika serta ilmu pengetahuan sesuai kapasitas kita masing-
masing yang telah Alloh Ta’ala karuniakan.
Hidup adalah sekolah terbaik dan pengalaman adalah guru terbaik karena
mereka mengajarkan hal yang tidak diajarkan guru di sekolah.
Rasulullaah SAW bersabda: sesungguhnya Alloh Yang Maha Luhur murka
terhadap tiap-tiap orang yang pandai ilmu dunia dan bodoh ilmu akhirat (HR.
Al Hakim dari Abi Hurairah).
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1.
Bapak, Ibu, Adik dan Kakakku, atas
semangat, doa dan kasih sayang yang tulus.
2. Sahabatku di Dewi Sartika dan PSM.
3. Teman –temanku IKM angkatan ’08.
4. Almamaterku Unnes.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 7/181
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Penyediaan Air
Minum dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare di Daerah
Paska Bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”
dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi
ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.
2.
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H., M.Kes., atas
persetujuan penelitian.
3. Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM., M.Kes., atas
bimbingan, arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Pembimbing II, Ibu Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes., atas bimbingan,
arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dosen Penguji Proposal Skripsi, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM., M.Kes.,
atas saran dan masukkan dalam perbaikan skripsi ini.
6. Dosen Penguji Skripsi, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM., M.Kes., atas saran dan
masukkan dalam perbaikan skripsi ini.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 8/181
viii
7.
Dosen-dosen dan karyawan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bimbingan dan
bantuannya.
8. Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Magelang, Bapak Wardi Sutrisno, BA,
atas ijin penelitian.
9. Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu, Bapak
Sulistyo Yuwono, SH.
10. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Bapak Dr. Hendarto, M.Kes,
atas ijin penelitian.
11. Kepala Puskesmas Kecamatan Dukun, Bapak dr. Edi Suharso, atas ijin
penelitian.
12. Kepala Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Bapak
Sushana, atas ijin penelitian di wilayah tersebut.
13. Kepala Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Bapak
Irsat, atas ijin penelitian di wilayah tersebut.
14. Bapak (Susapto), Ibu (Sri Wahyuni), Adik (Rina Pratiwi), Kakak (Murdani)
atas do’a, bantuan, pengorbanan, semangat, kasih sayang, dan motivasinya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
15. Sahabatku di Kosthie, Dewi Sartika, Pondok Shirotol Mustaqim, Pondok
Mulia Abadi, atas do’a dan motivasinya.
16. Teman baikku (Dwina Rismawati dan Indah Yulianti), dukungan dan
motivasinya.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 9/181
ix
17.
Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2008, atas
bantuan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang, Oktober 2012
Penyusun
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 10/181
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................... 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12
2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 12
2.1.1 Penyakit Diare ......................................................................................... 12
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 11/181
xi
2.1.1.1 Definisi Penyakit Diare ........................................................................ 12
2.1.1.2 Klasifikasi Diare .................................................................................. 12
2.1.1.3 Etiologi Diare ....................................................................................... 14
2.1.1.4 Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................... 15
2.1.1.5 Gejala dan Tanda Diare ........................................................................ 16
2.1.1.6 Cara Penularan ..................................................................................... 17
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare ...................... 17
2.1.2.1 Penyediaan Air Minum ........................................................................ 17
2.1.2.2 Tempat Pembuangan Sampah .............................................................. 23
2.1.2.3 Kebiasaan Cuci Tangan........................................................................ 25
2.1.2.4 Kepemilikan Jamban ............................................................................ 25
2.1.2.5 Kebiasaan dan Cara Menyimpan Makanan .......................................... 28
2.1.2.6 Kebiasaan Mencuci Peralatan Makan dan Memasak ........................... 29
2.1.2.7 Sarana Pembuangan Air Limbah ......................................................... 31
2.1.2.8 Tingkat Pendidikan .............................................................................. 31
2.1.2.9 Jenis Pekerjaan ..................................................................................... 32
2.1.2.10 Umur .................................................................................................. 32
2.1.2.11 Status Gizi .......................................................................................... 32
2.1.2.12 Pelayanan Kesehatan .......................................................................... 33
2.1.3 Pengobatan Penyakit Diare ..................................................................... 33
2.1.4 Cara Pencegahan Penyakit Diare ........................................................... 36
2.1.5 Bencana Alam ......................................................................................... 39
2.1.5.1 Pengertian Bencana Alam .................................................................... 39
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 12/181
xii
2.1.5.2 Erupsi Gunungapi ................................................................................ 40
2.1.5.3 Bahaya Lahar Dingin ........................................................................... 41
2.1.2.4 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Lingkungan............................ 41
2.1.2.5 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Kesehatan .............................. 43
2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 46
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 46
3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 47
3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 47
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .............................. 48
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 51
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 52
3.7 Sumber Data .............................................................................................. 55
3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ................................ 56
3.9 Prosedur Penelitian ................................................................................... 60
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 65
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 65
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 66
4.2.1 Karakteristik Responden ......................................................................... 66
4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian .................................................... 68
4.2.3 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................ 71
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ....................................................... 78
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 13/181
xiii
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 80
5.1 Pembahasan ................................................................................................ 80
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ........................................................ 90
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 92
6.1 Simpulan .................................................................................................... 92
6.2 Saran ........................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95
LAMPIRAN .................................................................................................... 101
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 14/181
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini .............. 9
Tabel 2.1: Parameter Wajib Kualitas Air Minum ........................................... 18
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................... 48
Tabel 3.2: OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 53
Tabel 3.3: Merumuskan Data dalam Tabel 2x2 ............................................... 63
Tabel 4.1: Distribusi Responden Menurut Umur ............................................. 66
Tabel 4.2: Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ............................... 67
Tabel 4.3: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ....................... 67
Tabel 4.4: Distribusi Kualitas Mikrobiologis Air Minum Responden ............. 67
Tabel 4.5: Distribusi Kuantitas Air Bersih Responden .................................... 68
Tabel 4.6: Distribusi Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum Responden 69
Tabel 4.7: Distribusi Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah Responden 69
Tabel 4.8: Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar (BAB)
Menggunakan Air Bersih dan Sabun Responden ............................ 70
Tabel 4.9: Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Milik Sendiri
Responden ....................................................................................... 70
Tabel 4.10: Distribusi Kebiasaan Membuang Sampah Responden ................. 71
Tabel 4.11: Distribusi Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan Responden .. 71
Tabel 4.12: Tabulasi Silang antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan
Kejadian Diare .............................................................................. 71
Tabel 4.13: Tabulasi Silang antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare72
Tabel 4.14: Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum
dengan Kejadian Diare ................................................................. 73
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 15/181
xv
Tabel 4.15: Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare ................................................................. 74
Tabel 4.16: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air
Besar (BAB) Menggunakan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian
Diare ............................................................................................. 75
Tabel 4.17: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Buang Air Besar di Jamban Milik
Sendiri dengan Kejadian Diare ..................................................... 76
Tabel 4.18: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan
Kejadian Diare .............................................................................. 77
Tabel 4.19: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanandengan Kejadian Diare ................................................................. 78
Tabel 4.18: Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square 78
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 16/181
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Kerangka Teori............................................................................ 45
Gambar 3.1: Kerangka Konsep ........................................................................ 46
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 17/181
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing ............................................................. 102
Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ................................................ 103
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Magelang ....... 104
Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari BPMPPT Kabupaten Magelang ........... 105
Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 106
Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian dari Puskesmas Dukun Kabupaten Magelang107
Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Banyudono ......... 108
Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Ketunggeng ........ 109
Lampiran 9: Daftar Responden Kasus .............................................................. 110
Lampiran 10: Daftar Responden Kontrol ......................................................... 111
Lampiran 11: Kuesioner Penjaringan ............................................................... 112
Lampiran 12: Kuesioner Penelitian .................................................................. 114
Lampiran 13: Lembar Checklist Penelitian ...................................................... 116
Lampiran 14: Uji Validitas dan reliabilitas Instrumen ..................................... 118
Lampiran 15: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Desa Banyudono
................................................................................................... 122
Lampiran 16: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Desa
Ketunggeng ................................................................................ 123
Lampiran 17: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas
Dukun ........................................................................................ 124
Lampiran 18: Data Penelitian ........................................................................... 125
Lampiran 19: Rekapitulasi Data Penelitian ...................................................... 141
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 18/181
xviii
Lampiran 20: Peta Ketinggian Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang ........ 143
Lampiran 21: Hasil Analisis Bivariat ............................................................... 144
Lampiran 22: Hasil Pemeriksaan Laboratorium Air Minum Responden ......... 152
Lampiran 23: Foto Kegiatan Penelitian ............................................................ 157
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 19/181
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wilayah Indonesia termasuk daerah rawan terjadinya bencana, terutama
bencana alam geologi, yang disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak pada
pertemuan tiga lempeng tektonik di dunia, yaitu Lempeng Australia di selatan,
Lempeng Euro-Asia di bagian barat, dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur,
yang dapat menunjang terjadinya sejumlah bencana. Disamping itu wilayah
Indonesia juga terdapat banyak gunung berapi (ada 128 gunung api aktif) yang
sewaktu-waktu dapat meletus dan menimbulkan bencana (Praptining Sukowati,
2011: 1-3).
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan rata ‐
rata letusan 2,4‐7 tahun sekali. Secara administratif, Gunung Merapi terletak di
wilayah perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 yang
mengakibatkan korban meninggal tidak sedikit, hilangnya mata pencaharian
masyarakat, rusaknya bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, sarana prasarana
jalan, dan lain-lain. Letusan Gunung Merapi tersebut diikuti dengan hujan kerikil
dan abu vulkanik di tiga wilayah kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang yang
meliputi Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung, dan sebagian di Kecamatan
Sawangan (Bina Swadaya Konsultan, 2010: 2).
Kejadian bencana besar di Indonesia diikuti dengan pengungsian
menimbulkan masalah kesehatan yang berawal dari kurangnya air bersih dan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 20/181
2
berakibat pada buruknya kebersihan diri, serta buruknya sanitasi lingkungan yang
menyebabkan pengembangan beberapa jenis penyakit menular. Paska bencana banjir
lahar dingin letusan Gunung Merapi Kabupaten Magelang juga masih timbul banyak
penyakit menular seperti diare, disentri, dan typhus (Retno Mardhiati, 2011: 2-3).
Semua orang di dunia memerlukan air untuk minum, memasak, dan untuk
menjaga kebersihan pribadi. Dalam situasi bencana, mungkin saja air untuk
keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak
dikonsumsi menjadi paling mendesak. Biasanya problema-problema kesehatan yang
berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air
yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu. Selain itu, Kepala Bidang Pengendalian
Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
mengatakan bahwa hasil pemeriksaan sampel air sumur gali beberapa dusun di Desa
Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang seperti Dusun Klatak, Selo
Bendo, Selo Merah, Selo Bentar, Selo Iring, dan Macanan mengandung coliform
mencapai 1.100 koloni/100 ml air atau melebihi ambang batas normal 50 koloni/100
ml air (Depkes, 2001: 32, Juli Soemirat, 2000: 82, Dinkes Kabupaten Magelang,
2011).
Bakteri coliform dapat dibedakan atas 2 grup yaitu : (1) Fecal coliform
misalnya Escherichia coli, dan (2) Non-fecal coliform misalnya Enterobacter
aerogenes. Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah
E. coli karena bakteri ini adalah bakteri yang terdapat pada usus manusia dan
umumnya bukan patogen penyebab penyakit. Tetapi apabila di dalam air tersebut
terdeteksi adanya E. coli yang bersifat fecal , apabila dikonsumsi terus-menerus
dalam jangka panjang maka akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 21/181
3
usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu. Jadi, adanya E. coli
dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi kotoran
manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus, sehingga tidak layak untuk
dikonsumsi. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan jumlah E. coli harus
0 koloni/100 ml (Agus Prayitno, 2009: 3).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Tiga
faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja dan limbah. Ketiga
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila faktor
lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri
didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak
higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian
diare (Sander, 2005: 2).
Di negara berkembang seperti di Indonesia, penyakit diare masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei yang dilakukan oleh Sub Direktorat Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan insidens diare naik. Pada
tahun 2000, Insidens Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011: 1).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, penyakit gastroenteritis
atau diare sejak 6 tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Pada tahun 2008, 51
orang meninggal dan jumlah kasus 1.093.941. Tahun 2009 jumlah meninggal 56
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 22/181
4
orang dengan penderita sebanyak 1.239.433 orang. Tahun 2010 jumlah yang
meninggal sebanyak 65 orang dengan penderita 1.082.856 orang (Depkes RI, 2011).
Selama dua tahun terakhir, penyakit diare di Kabupaten Magelang masih
termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak, pada tahun 2010 penyakit
diare menduduki peringkat keempat (29.509 penderita) setelah penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (89.699 penderita), hipertensi (46.101 penderita),
dan gastritis (31.683 penderita). Pada tahun 2011, kejadian penyakit diare semakin
meningkat menjadi 31.868 penderita berada di bawah penyakit ISPA (111.361
penderita), hipertensi (52.572 penderita), nasopharingitis akuta (36.181 penderita),
dan penyakit gastritis (31.879 penderita) (Dinkes Kabupaten Magelang, 2012).
Dukun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang yang
terletak sekitar radius 10 km sebelah selatan puncak Gunung Merapi. Sebanyak
12.841 warga Kecamatan Dukun dievakuasi dan diungsikan pada daerah yang
dianggap aman. Setelah status merapi dari “awas” menjadi “siaga”, maka para
pengungsi dapat kembali ke tempat tinggal masing-masing. Namun permasalahan
mereka tidak selesai sampai tahap pulang dari pengungsian saja, karena tempat
tinggal, sarana dan prasarana desa, serta fasilitas umum seperti sumber air bersih
telah rusak oleh adanya abu vulkanik dan pasir paska erupsi Merapi. Pengaruh
lingkungan paska erupsi gunung Merapi tersebut dapat memberikan dampak
kesehatan pada masyarakat yang cukup serius (Punik, dkk, 2010: 1-5).
Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Magelang, kejadian diare di
Puskesmas Dukun masih tergolong tinggi dari 28 puskesmas yang terdapat di
Kabupaten Magelang. Pada tahun 2009, Puskesmas Dukun berada pada peringkat
kelima (1.463 penderita) dengan IR 34/1000 penduduk, tahun 2010 turun menjadi
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 23/181
5
peringkat keenam, akan tetapi kejadiannya semakin meningkat yaitu 1.496 penderita
dengan IR 35/1000, dan tahun 2011 kejadian semakin meningkat tajam menjadi
2.126 penderita yang menduduki peringkat ketiga dengan IR 50/1000 penduduk
(Dinkes Kabupaten Magelang, 2012).
Menurut data yang didapatkan dari Puskesmas Dukun, pada tahun 2009 dan
2010 diare tertinggi terjadi di Desa Banyudono, pada tahun 2009 terdapat 229
penderita dengan IR 54/1000 penduduk, tahun 2010 sebanyak 215 penderita dengan
IR 51/1000 penduduk, dan tahun 2011 kejadian diare terbanyak terdapat di Desa
Banyubiru yaitu 203 penderita dengan IR 45/1000 dan di Desa Banyudono menurun
menjadi 185 penderita dengan IR 44/1000 (Puskesmas Dukun, 2012).
Desa Banyudono merupakan salah satu desa di Kecamatan Dukun yang
sebagian besar penduduknya bersosial ekonomi menengah ke bawah dengan mata
pencaharian sebagai petani. Kepala Desa Banyudono mengungkapkan semenjak
meletusnya Gunung Merapi, masyarakat Desa Banyudono kesulitan untuk
mendapatkan air bersih karena air sumur yang biasanya mereka gunakan airnya
semakin sedikit dan keruh. Oleh karena itu, masyarakat Desa Banyudono berusaha
mencari sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan cara
menggunakan secara bersama-sama sumur warga yang masih jernih atau mencari
sumber mata air baru yang kualitas airnya belum diketahui apakah baik atau tidak
untuk kesehatan (Kades Banyudono, 2012).
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara penyediaan air minum dan
perilaku higiene sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa
Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 24/181
6
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Adakah hubungan antara penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi
dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1.
Adakah hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian
diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang?
2. Adakah hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di daerah
paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?
3. Adakah hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang?
4. Adakah hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang?
5.
Adakah hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih
dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare di daerah
paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?
6.
Adakah hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban milik
sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 25/181
7
7. Adakah hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare
di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang?
8. Adakah hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara penyediaan air minum dan perilaku higiene
sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan
Dukun Kabupaten Magelang.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui hubungan antara kuantitas air minum dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
3.
Mengetahui hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
4. Mengetahui hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 26/181
8
5. Mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air
bersih dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
6.
Mengetahui hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban
milik sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
7. Mengetahui hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian
diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
8.
Mengetahui hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Bagi Pemerintah
Memberikan informasi bagi pemerintah tentang aspek-aspek yang perlu
diperhatikan pada penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang
mempengaruhi kejadian diare, sehingga dapat dijadikan bahan dalam pengambilan
kebijakan penanggulangan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan
khususnya diare terutama pada masyarakat daerah paska bencana.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada
penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang dapat mempengaruhi
kejadian diare, sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan kasus diare
di Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 27/181
9
1.4.3 Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES
Sebagai wahana untuk memperkaya referensi di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri Semarang mengenai penyakit diare, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang penyakit
khususnya diare.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori yang sudah peneliti dapat tentang
penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang berhubungan dengan
kejadian diare melalui permasalahan langsung di lapangan.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1. Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini
No
Judul
Penelitian/Peneliti/
Tahun
RancanganPenelitian
VariabelPenelitian
Hasil Penelitian
1. Hubungan
antara kualitas
mikrobiologis
air bersih dan
perilaku higiene
sanitasi dengan
kejadian diare
pada balita di
Desa
Kebonharjo
Kecamatan
Patebon
Kabupaten
Kendal/
Frida Dauria/
2007
Penelitian
survei
analitik
dengan
desain studi
kasus
kontrol
Variabel terikat:
kejadian penyakit
diare pada balita.
Variabel bebas:
perilaku higiene
sanitasi (kualitas
mikrobiologis air
bersih, kebiasaan
tempat membuang
sampah, kebiasaan
mencuci tangan
sebelum memegang
makanan, kebiasaan
mencuci tangan
setelah buang air
besar (BAB),
kebiasaan mencuci
alat makan dan
minum, kebiasaanmenutup hidangan
yang disajikan,
kebiasaan tempat
Variabel yang
berhubungan
dengan diare
adalah kualitas
mikrobiologis air
bersih (p= 0,020;
OR 2,71),
kebiasaan
membuang sampah
(p= 0,036;
OR=2,438),
kebiasaan mencuci
tangan setelah
makan (p=0,025;
OR= 3,226),
kebiasaan mencuci
tangan setelah
BAB (p= 0,011;
OR= 3,968),kebiasaan menutup
hidangan makanan
(p= 0,025; OR=
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 28/181
10
buang air besar
(BAB).
3,226). Variabel
yang tidak berhubungan
dengan diare
adalah kebiasaan
mencuci alat
makan dan minum
(p= 0,420) dan
kebiasaan tempat
BAB (p= 0,296).
2.
3.
Hubunganantara praktik
personal
hygiene ibu
balita dan sarana
sanitasi
lingkungan
dengan kejadian
diare pada anak
balita di
Kecamatan
Maos Kabupaten
Cilacap/
Muhajirin/
2007
Hubungan
antara sanitasi
dan higiene
dengan kejadian
diare di Desa
Pamotan
Rembang/
Nurjanah/
2010
Penelitiansurvei
analitik
dengan
desain studi
kasus
kontrol
Penelitian
analitik
observa-
sional
dengan
metode
survei cross
sectional
Variabel terikat:kejadian diare pada
balita. Variabel
bebas: praktik
personal hygiene
(praktik BAB,
praktik minum,
praktik cuci tangan),
air bersih (kualitas
bakteriologis air
bersih), jamban
(kualitas jamban),
air limbah (kualitas
pembuangan air
limbah).
Variabel terikat:
kejadian diare.
Variabel bebas:
sarana penyediaan
air bersih, sarana
jamban, tempat
pembuangan
sampah, sarana
pembuangan air
limbah, higiene perorangan.
Variabel yang berhubungan
dengan diare
adalah praktik
personal hygiene
(p=0,001;
OR=2,983),
kualitas jamban
(p=0,001;
OR=3,059),
kualitas
pembuangan air
limbah (p=0,001;
OR=0,269) dan
jenis tempat
sampah (p=0,004;
OR=0,312).
Variabel yang
tidak berhubungan
dengan diare
adalah kualitas air
bersih (p=0,05).
Variabel yang
berhubungan
dengan kejadian
diare adalah
kondisi sarana
penyediaan air
bersih (p= 0,040),
kondisi jamban (p=
0,022), kondisi
sarana pembuangan
sampah (p= 0,028),
sarana
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 29/181
11
Beberapa hal yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat penggantian variabel bebas yaitu kualitas mikrobiologis air bersih
menjadi kualitas mikrobiologis air minum.
2.
Sasaran pada penelitian yang akan dilakukan tidak hanya pada balita, tetapi pada
responden yang berumur 5-59 tahun.
3. Metode penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.5.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2012.
1.5.3
Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini merupakan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
dititikberatkan pada aspek kesehatan lingkungan. Fokusnya untuk mengetahui
penyediaan air minum dan perilaku higiene dengan kejadian diare di daerah paska
bencana.
pembuangan air
limbah (p= 0,038),kondisi higiene
perorangan (p=
0,034).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 30/181
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Penyakit Diare
2.1.1.1 Def in isi Penyaki t Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi
yang meningkat (Arif Mansjoer, dkk, 2007: 501). Diare juga dapat definisikan bila
buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai
disentri (Depkes RI, 2009: 46). Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Ai Yeyeh R dan Lia
Yulianti, 2010: 151). Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-
anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare,
baik balita, anak-anak, dan orang dewasa, tetapi penyakit diare berat dengan
kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006: 8).
2.1.1.2 Klasif ikasi Diare
Berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi empat, antara lain:
1. Diare Akut
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 31/181
13
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari (Lung E, 2003: 50). Akibat diare akut adalah dehidrasi.
Rotavirus ditemukan pada lebih dari 50% kasus selain infeksi bakteri yang lebih
umum termasuk Campylobacter, Salmonella, E. coli, dan Shigella (Sir R M dan
Simon J N, 2002: 180).
2. Disentri
Disentri ialah penyakit radang pada usus besar disertai darah dan nanah di
dalam tinja (Arthur G J, 2011: 326). Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan
berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa
(Depkes RI, 2005: 26). Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella,
Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica
(Lung E, 2003: 50).
3. Diare Persisten
Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme (Depkes RI, 2005: 27). Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan
status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (Kepmenkes RI, 2011: 33).
Insiden diare persisten di beberapa negara berkembang berkisar antara 7-15% setiap
tahun dan menyebabkan kematian sebesar 36-54% dari keseluruhan kematian akibat
diare (Yati Sunarto, 2010: 123).
4. Diare dengan Masalah Lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya
(Depkes RI, 2005: 27).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 32/181
14
2.1.1.3 Etiologi Diare
Penyebab diare disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare. Jenis-
jenis infeksi yang umumnya menyerang dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi :
a) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, Staphylococcus aureus.
b) Inveksi virus: Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus.
c) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongy loides),
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichoirionas
hominis), jamur (Candida albicans), Balantidium coli, Blastocystis
homonis.
2) Infeksi parental, ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: Otitis
Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan anak
berumur di bawah dua tahun (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26,
Bambang S dan Nurtjahjo BS, 2010: 89-92).
2. Faktor Malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat adalah kepekaan bayi terhadap laktoglobulis dalam
susu formula sehingga dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja
berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut, sedangkan malabsorpsi lemak terjadi
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 33/181
15
bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida. Trigliserida, dengan
bantuan kelenjar lipase akan mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi
usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik. Selain itu malabsorpsi protein, defisiensi
disakarida, glukosa-galaktosa, sistik fibrosis, dan cholestosis juga dapat
menyebabkan diare (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).
3. Faktor Makanan
Faktor makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Makanan
yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak balita
(Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mengakibatkan terjadi diare meliputi rasa takut,
cemas, dan tegang. Jika hal tersebut terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare
kronis, tetapi jarang terjadi pada anak balita dan umumnya terjadi pada anak yang
lebih besar atau dewasa (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).
2.1.1.4 Epidemiologi Penyaki t Diare
Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun,
sedangkan di negara berkembang lebih dari itu (Manatsathit, dkk, 2002: 17). WHO
memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas
3-4 juta per tahun (Soewondo ES, 2002: 34). Di Indonesia, menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh hasil bahwa diare masih merupakan
penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%,
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 34/181
16
untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibandingkan
pneumonia 15,5% (Bambang S dan Nurtjahjo BS, 2010: 88).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, penyakit gastroenteritis
atau diare sejak 6 tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Pada tahun 2008
dengan 51 orang meninggal dan jumlah kasus 1.093.941. Tahun 2009 jumlah
meninggal dan jumlah kasus lebih banyak lagi, jiwa melayang akibat diare tercatat
56 orang dengan penderita sebanyak 1.239.433 orang, sementara tahun 2010 jumlah
yang meninggal sebanyak 65 orang dengan penderita 1.082.856 orang (Depkes RI,
2011).
2.1.1.5 Gejala dan Tanda Diare
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
1. Gejala Umum
1)
Buang air besar yang lebih sering dari biasanya, dengan tinja yang lembek
sampai cair.
2)
Penderita akan merasa lemas, perut sakit/ mules, terkadang disertai pula
dengan mual dan muntah, panas, serta sakit kepala, bahkan ada pula yang
diarenya kemudian bercampur darah dan lendir (Garneta R B dan Barti S M,
2008: 9).
3) Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah),
4)
Dehidrasi, dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang, dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang
hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat.
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung
bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,
kesadaran menurun, dan penderita sangat pucat (Widjaja, 2002: 11).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 35/181
17
2. Gejala Spesifik
Diare karena bakteri Escherichia coli patogen: kebanyakan pasien
mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair, mual, dan kejang abdomen.
Diare berat jarang terjadi, dimana pasien melakukan BAB lima kali atau kurang
dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5 hari. Demam timbul pada
kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi sangat jarang terdapat sel darah
merah atau sel darah putih (Umar Zein, dkk, 2004: 7).
2.1.1.6 Cara Penularan
Penyakit diare disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan
penyakit diare melalui fekal oral yang terjadi karena:
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya (Widoyono, 2008: 147-149).
2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare
2.1.2.1 Penyediaan Ai r Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan manusia
akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi mencuci, dan
sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 36/181
18
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih
yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Menurut Permendagri
No. 23 Tahun 2006, standar kebutuhan pokok air minum adalah kebutuhan air
sebesar 60 liter/ orang per hari (Budiman Chandra, 2007: 39, Soekidjo Notoatmodjo,
2007: 172, Permendagri, 2006: 2).
Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Air minum merupakan air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk
untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 173, Permenkes,
2010:3).
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif seperti yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Kualitas air tersebut menyangkut:
Tabel 2.1. Parameter Wajib Kualitas Air MinumNo Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
yang diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml
sampel
0
2) Total bakteri Coliform Jumlah per 100 ml
sampel
0
b. Kimia an-organik
1)
Arsen mg/l 0,01
2)
Fluorida mg/l 1,5
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 37/181
19
3)
Total kromium mg/l 0,05
4)
Kadmium mg/l 0,0035)
Nitrat (sebagai NO2-) mg/l 3
6) Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
2. Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan
kesehatan
a.
Parameter fisik
1)
Bau Tidak berbau
2)
Warna TCU 153)
Total zat padat terlarut
(TDS)
mg/l 500
4)
Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
6) Suhu °C Suhu udara ± 3
b. Parameter kimiawi
1) Aluminium mg/l 0,2
2) Besi mg/l 0,3
3) Kesadahan mg/l 500
4) Khlorida mg/l 250
5) Mangan mg/l 0,4
6)
pH 6,5-8,5
7)
Seng mg/l 3
8)
Sulfat mg/l 250
9)
Tembaga mg/l 2
10)
Amonia mg/l 1,5
Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan
bakteri Coliform dan E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan
adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah
terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas (Agus Prayitno, 2009:
2). Escherichia Coli dan Coliform merupakan suatu bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia,
seperti diare, muntaber, serta masalah pencernaan lainnya. Escherichia coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu,
dikenal juga dengan istilah koli tinja. Escherichia coli termasuk dalam famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan bakteri gram-negatif, berbentuk batang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 38/181
20
pendek, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa
dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 44°C (Munif,
2009).
E. Coli tahan berbulan-bulan dalam air dan tanah, tahan berminggu-minggu
dalam pembenihan pada suhu kamar, mati dalam 15-20 menit pada suhu 26°C. Jadi,
dengan adanya E. Coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut
pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus.
Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan E.Coli harus tidak terdeteksi dalam
100 ml air minum (Maksum Radji, 2011: 125-127).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:
1. Suhu
Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu manusia. Akan tetapi,
beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang berada di luar
batas pertahanan organism eukariot. Berdasarkan perbedaan suhu tumbuh,
bakteri dibedakan menjadi tiga:
a.
Psikrofil, hidup di udara dingin.
b.
Mesofil, hidup di udara bersuhu sedang.
c.
Termofil, hidup di udara panas
2. pH
pH adalah derajat keasaman suatu larutan. Kebanyakan bakteri tumbuh subur
pada pH 6,5-7,5. Sangat sedikit bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam (di
bawah pH 4).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 39/181
21
3. Tekanan Osmotik
Bakteri memperoleh semua nutrisi dari cairan di sekitarnya. Bakteri
membutuhkan air untuk pertumbuhan. Tekanan osmotik yang tinggi dapat
menyebabkan air keluar dari dalam sel bakteri sehingga menghambat
pertumbuhan atau menyebabkan plasmolisis.
4.
Faktor Kimia
Selain air, unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme
adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, dan unsur kelumit
(misalnya Cu, Zn, dan Fe).
5. Oksigen
Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak energi
dari nutrien yang diperoleh daripada mikroba yang tidak menggunakan oksigen
(anaerob).
6. Faktor Pertumbuhan Organik
Komponen organik penting yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh bakteri
disebut faktor pertumbuhan organik. Komponen ini harus didapatkan langsung
dari lingkungan pertumbuhan bakteri. Faktor pertumbuhan organik yang
dibutuhkan bakteri adalah vitamin, asam amino, purin, dan pirimidin (Maksum
Radji, 2011: 21-27).
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan),
air permukaan, dan air tanah.
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada
saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 40/181
22
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah.
4. Sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur
dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1)
Sumur Dangkal
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di
atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak
terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari
kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK), sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
sekali diperhatikan.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 41/181
23
2) Sumur Dalam
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan
oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi
dan memenuhi persyaratan sanitasi (Budiman Chandra, 2007: 45-46).
Agar sumur gali/pompa tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu
adanya syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke
dalamnya.
2. Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus ditembok,
agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
3. Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 178).
2.1.2.2 Tempat Pembuangan Sampah
Sampah/waste diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan
dan dibuang, atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, serta tidak terjadi dengan
sendirinya (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 274). Menurut Undang-Undang
No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.
Menurut Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin (2009: 275), sampah dapat
digolongkan menjadi:
1) Solid waste refuse, yaitu sampah yang berbentuk padat.
2)
Liquid waste/waste water , yaitu sampah yang berbentuk cair/air buangan.
3)
Atmospheric waste, yaitu sampah yang berbentuk gas.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 42/181
24
4) Human waste/excreta disposal , yaitu sampah yang berasal dari kotoran
manusia.
5) Special waste, yaitu sampah dalam kategori khusus, sebab tergolong sampah
yang berbahaya.
Menurut Mukono (2000: 23), sampah padat dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1)
Kandungan zat kimia, dibedakan menjadi:
a. Sampah anorganik
b. Sampah organik
2) Mudah sukarnya terbakar, dibedakan menjadi:
a. Sampah yang mudah terbakar
b.
Sampah yang sukar terbakar
3) Mudah sukarnya membusuk, dibedakan menjadi:
a. Sampah yang sukar membusuk
b.
Sampah yang mudah membusuk
Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah
sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber/penghasil sampah seperti
sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat
kesehatan, antara lain (Dinkes Prop Jawa Tengah, 2005: 25):
1) Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2
kali 24 jam (2 hari), dan segera dibuang.
2) Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang
banyak menghasilkan sampah.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 43/181
25
3) Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang
sampah dan bila sudah penuh dapat ditutup lagi dengan tanah atau dibakar
sedikit demi sedikit.
4) Tempat sampah tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga
ataupun binatang penular penyakit (vector ).
5)
Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak
berceceran sehingga mengundang datangnya lalat.
2.1.2.3 Kebiasaan Cuci Tangan
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari
kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan
tangan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua
tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi silang. Tujuan cuci tangan
adalah menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme sementara (Linda Tietjen, 2004: 3-4).
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan yang penting
dalam penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi
anak, dan sesudah makan, berdampak pada kejadian diare. Biasakan cuci tangan
pakai sabun dan air bersih sebelum makan agar terhindar dari sakit perut dan
cacingan, karena telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor
ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh (Kepmenkes RI, 2011: 23).
2.1.2.4 Kepemil ikan Jamban
Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang
harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 44/181
26
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare ke orang yang memakannya. Pembuangan tinja merupakan bagian
yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut
aturan, memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya
melalui tinja, antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002: 7,
Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172-180).
Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategi
nasional sanitasi total berbasis masyarakat, jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
Sebuah jamban dikategorikan sehat jika:
1)
Mencegah kontaminasi ke badan air
2) Mencegah kontaminasi antara manusia dan tinja
3) Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya
4)
Mencegah bau yang tidak sedap
5)
Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.
Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus
memperhatikan ada atau tidaknya sumber-sumber air. Mempertimbangkan jarak
yang harus diambil antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, harus
memperhatikan bagaimana keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah,
pengaruh banjir pada musim hujan, dan sebagainya (Wahid Iqbal M dan Nur
Chayatin, 2009: 307).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 45/181
27
Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan
adalah (Dinkes Prop Jawa Tengah, 2005: 25):
1) Septic tank tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan
sumber air > 10 meter.
2)
Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat
jongkok.
3)
Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat
jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002: 56), jamban dapat dibedakan atas
beberapa macam, antara lain:
1) Jamban Cubluk
Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari
tanah ataupun kontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan
dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.
2)
Jamban Air
Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki
pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air
permukaan tidak akan terkontaminasi.
3) Jamban Leher Angsa
Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air
bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih
merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.
Hasil penelitian Wibowo (2003) menunjukkan bahwa tempat pembuangan
tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 46/181
28
berdarah pada anak balita sebesar 2,55 kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang
membuang tinjanya secara saniter. Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh
responden, diketahui masih ada sebagian masyarakat yang belum memiliki jamban
pribadi, sehingga apabila mereka buang air besar mereka menumpang di jamban
tetangga atau buang air besar di jamban cemplung yang ada di dekat rumah. Jamban
keluarga juga masih banyak yang belum terbebas dari vektor-vektor seperti lalat atau
kecoa. Disamping itu, masih ada sebagian ibu yang tidak membuang tinja balita
dengan benar, mereka membuang tinja balita ke sungai, ke kebun atau pekarangan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa yang tidak mempunyai jamban keluarga
berisiko 2,09 kali lebih besar untuk terkena diare dari pada balita yang mempunyai
jamban keluarga dan signifikan bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,009
pada 95 % CI : 1,20 – 3,66.
2.1.2.5 Kebiasaan dan Cara Menyimpan M akanan
Makanan yang kotor akan berbahaya bagi anggota keluarga karena dapat
menyebabkan kejadian diare, sehingga agar keamanan makanan terjaga, diusahakan
agar menyimpan makanan pada tempat yang dingin dan tertutup, seperti pada lemari
makan atau meja yang ditutup dengan tudung saji.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam
makanan adalah: (a) Temperatur tempat penyimpanan makanan, (b) Merebus atau
memanaskan makanan sampai mendidih, (c) Suhu terlalu rendah saat menyimpan
hidangan, minimal 7°C, (d) Kandungan cairan atau air dalam bahan makanan yang
tinggi, dan (e) Jangka waktu penyimpanan makanan yang lama (5-6 jam) (Toyo,
2005: 96).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 47/181
29
Dalam menyimpan makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(1) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya; (2)
Makanan yang cepat busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65,5°C atau lebih atau
disimpan dalam suhu dingin sekitar 4°C atau kurang; (3) Makanan yang cepat busuk
untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam
suhu dingin sekitar 5°C sampai 1°C; (4) Tidak menempel pada lantai, dinding, atau
langit-langit dengan ketentuan : jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan
dengan dinding 5 cm, dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm (Asmirah Ina
Lopi dan Marylin Junias, 2006: 26).
2.1.2.6 Kebiasaan Mencuci Peralatan Makan dan Memasak
Perlu diperhatikan bahwa peranan air dan makanan dalam penularan penyakit
diare tidak dapat diabaikan, karena air merupakan unsur yang ada dalam makanan
maupun minuman, dan juga digunakan untuk mencuci tangan, bahan makanan, serta
peralatan untuk memasak atau makan (Andry Hartono, 2002: 2). Kebersihan area
lingkungan, bangunan, serta peralatan di dapur adalah sangat menunjang untuk
menghasilkan makanan yang baik, bersih, dan aman dimakan. Seseorang dapat
menjadi sakit/keracunan makanan karena kelengahan kita dalam menjaga kebersihan
alat-alat maupun lingkungan tempat pengolahan makanan itu sendiri. Untuk
menghindari berkembangbiaknya bakteri yang dapat merusak dan membahayakan
makanan tersebut, salah satu cara mengatasinya adalah menjaga kebersihan dapur
dan alat-alatnya semaksimal mungkin (Dinkes Prop Jateng, 2005:30).
Alat makan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan di dalam
menularkan penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan mengandung
mikroorganisme dapat menularkan penyakit menular makanan (Annisa Andriyani,
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 48/181
30
dkk, 2009: 35). Setiap peralatan makan haruslah selalu dijaga kebersihannya saat
digunakan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar.
Dengan pencucian yang baik, akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat
pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan, berarti telah membantu
mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Desmaslima P
S, 2009: 2-3).
Cara pencucian peralatan harus memenuhi kebutuhan:
1) Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air dingin, air
panas sampai bersih.
2)
Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 80 C
selama 2 menit.
3)
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak
boleh dilap dengan kain.
4) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam
keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab,
terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak
(Depkes RI, 2003: 11-12).
Selain alat makan, pengurasan/pencucian penampungan air seperti
penampungan air bersih dan wadah/tempat air minum juga perlu dilakukan. Perilaku
sehubungan dengan kebersihan tempat penampungan air dapat dikatakan benar, jika
frekuensi pengurasan dilakukan setiap hari atau paling sedikit 2 kali dalam seminggu
(Kasnodihardjo, dkk, 2006: 58).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 49/181
31
2.1.2.7 Sarana Pembuangan Ai r L imbah
Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun
kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang berasal dari
perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal dari industri-
industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara pembuangan air limbah
dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan bersama-sama air kotoran) dan
cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur
Chayatin, 2009: 309).
Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang
tergenang di sekitar rumah, hingga tidak menjadi tempat perindukan serangga
ataupun dapat mencemari lingkungan/sumber air. Syarat saluran pembuangan air
limbah antara lain (Dinkes Prop Jateng, 2005: 25):
1) Tidak ada air tergenang di sekitar rumah yang kelihatan berserakan.
2) Saluran tertutup atau diresapkan.
2.1.2.8 Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan
masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi
tahu mengenai pentingnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya
mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya
pencegahan penyakit menular (Sander, 2005: 13).
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih
berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah
kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 50/181
32
tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan kematian ibu
(Widyastuti, 2005: 14).
2.1.2.9 Jenis Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status
sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, serta risiko cedera atau masalah kesehatan
dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan merupakan suatu determinan risiko dan
determinan terpapar, serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat
suatu populasi (Widyastuti, 2005: 14).
2.1.2.10 Umur
Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki
karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai
untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan,
dan karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah
dilihat (Widyastuti, 2005: 14).
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Soekidjo
Notoatmodjo, 2003: 15).
2.1.2.11 Status Gizi
Pada balita penderita kurang gizi, serangan diare terjadi lebih sering.
Semakin buruk keadaan/status gizi balita, semakin sering dan berat diare yang
diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi
karena daya tahan tubuh yang kurang. Makin buruk gizi seorang anak, ternyata
makin banyak episode diare yang dialami. Mortalitas bayi di negara yang jarang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 51/181
33
terdapat gizi buruk umumnya kecil, di negara yang banyak balita gizi buruk,
mortalitas bayi karena diare tinggi. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Brotowasisto yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan
diare di negara yang sedang berkembang dan sering merupakan lingkaran tertutup
yang sulit dipecahkan (Sinthamurniwaty, 2006: 120-121).
2.1.2.12 Pelayanan Kesehatan
Di Indonesia, penyebab kematian akibat diare pada semua kelompok umur,
dari SKRT tahun 2001 (17%) menduduki urutan ke-2; dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2003 (19%) menduduki urutan pertama, dan dari Riskesdas
2007 pada penyakit menular (13,2%) menduduki urutan ke-4. Penyebab kematian
akibat diare pada balita pada SKRT 2003 adalah 19%, angka ini ditemukan lebih
tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 25,2% dan menduduki urutan pertama/tertinggi.
Demikian pula kelompok umur 29 hari-11 bulan adalah 31,4%, juga menduduki
urutan pertama/tertinggi. Dalam hal ini ditemukan adanya peningkatan yang cukup
tinggi proporsi kematian balita akibat diare.
Peningkatan proporsi dapat dikatakan masih kurangnya pemanfaatan sarana
pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktek,
dan bidan praktek) oleh masyarakat karena jaraknya jauh dan waktu tempuh yang
lama, yaitu masih besarnya proporsi rumah tangga dengan jarak >5 km ke sarana
pelayanan kesehatan di pedesaan, demikian pula proporsi rumah tangga dengan >30
menit (Kepmenkes RI, 2011: 30).
2.1.3 Pengobatan Penyaki t Di are
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat),
dietetik (pemberian makanan), obat-obatan, dan sering tidak diperlukan antibiotik.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 52/181
34
Saat ini lebih disarankan terutama pemberian zat probiotik dan zink (Ai Yeyeh R dan
Lia Yulianti, 2010: 153).
Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya:
1. Diare Tanpa Dehidrasi dengan TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai
mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan
dan minum seperti biasa (Widoyono, 2008:150). Penderita tanpa dehidrasi harus
segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin,
larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dan sebagainya. Pengobatan dapat
dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan
adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100 ml, 1-5 tahun
adalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml, dan dewasa adalah 300-400
ml setiap BAB (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 108-109).
2. Diare Dehidrasi Ringan-Sedang dengan TRO (Terapi Rehidrasi Oral)
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari
berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari
berat badan (Widoyono, 2008:150). Penderita diare dengan dehidrasi ringan-
sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi
oral dengan oralit (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 109).
3. Diare Dehidrasi Berat dengan TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)
Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya
lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit
untuk diinfus RL (Ringer Laktat) (Widoyono, 2008:150).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 53/181
35
4. Cairan Rehidrasi Oral (CRO)
Pada tahun 2002 WHO mengumumkan CRO formula baru yang sesuai dengan
rekomendasi dengan 75 mEq/ l natrium, 75 mmol/ l glukosa, dan osmolaritas total
245 mOsm/ l . Komposisi ini dipilih untuk memungkinkan satu jenis larutan saja
untuk digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh bermacam sebab
bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat kehilangan elektrolit
(Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 110).
5. CRO Baru
Resep untuk memperbaiki CRO antara lain menambahkan substrat untuk
kotransport natrium (contoh: asam amino glycin, alanin dan glutamin) atau
substrat glukosa dengan komplek karbohidrat (CRO berbasis beras dan sereal)
(Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 111).
6. Seng ( Zinc)
Dari sistematik reviu dari 10 RCT yang semuanya dilakukan di negara
berkembang pada tahun 1999, didapatkan bahwa suplemen seng dengan dosis
minimal setengah dari RDA Amerika Serikat untuk seng, ternyata dapat
menurunkan insiden diare sebanyak 15% dan prevalensi diare mencapai 25%.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah menganjurkan penggunaan seng
pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg per hari selama 10-14 hari, dan bayi
<6 bulan dengan dosis 10 mg per hari selama 10-14 hari (Bambang S dan
Nurtjahyo B S, 2011: 111).
7. Pemberian Makanan Selama Diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 54/181
36
mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat
kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan
mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat
dicegah atau paling tidak dikurangi (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 111).
8.
Pemberian Makanan Setelah Diare
Perlu pemberian makanan ekstra yang kaya akan zat gizi beberapa minggu
setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta
mempertahankan pertumbuhan yang normal. Diberikan ekstra makanan pada
saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat
menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya (Bambang S dan
Nurtjahyo B S, 2011: 112).
9.
Terapi Medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, seperti:
antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang mempengaruhi
mikroflora usus (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 112).
2.1.4 Cara Pencegahan Penyaki t Di are
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah (Kepmenkes RI, 2011: 23-25):
1. Perilaku Sehat
1) Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral.
Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman, atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 55/181
37
air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-
benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat
mengurangi risiko terhadap serangan diare, yaitu dengan menggunakan air
yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh keluarga :
a. Mengambil air dari sumber air yang bersih
b. Menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c. Menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Mencuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
2)
Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak, dan
sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 56/181
38
3) Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga dalam penggunaan jamban:
a.
Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Membersihkan jamban secara teratur.
c. Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar.
2. Penyehatan Lingkungan
1)
Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit
mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara
kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air
sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup di
setiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus
tetap dilaksanakan.
2) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dan sebagainya. Selain itu
sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 57/181
39
estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak
dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah
penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.
Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir, dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
3) Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika, dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus. Kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis atau filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada
saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,
agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak
sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
2.1.5 Bencana Alam
2.1.5.1 Pengertian Bencana A lam
Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana disebutkan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia,
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 58/181
40
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
Indonesia terletak pada titik temu tiga lempeng tektonik besar, yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik. Wilayah
Indonesia juga terdapat banyak gunung berapi (ada 129 gunung api aktif) yang
sewaktu-waktu dapat meletus dan menimbulkan bencana (Praptining Sukowati,
2011: 1). Gunung Merapi adalah satu dari 129 gunung api aktif dan satu dari 15
gunung api kritis atau sangat potensial untuk meletus (Wikanti Astiningrum, dkk,
2004: 66).
2.1.5.2 Erupsi Gunungapi
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Erupsi
gunung api dapat dimulai oleh tenaga dari tekanan magma yang terjebak oleh
sumbatan yang menghalanginya keluar dari kulit bumi, dimana ketika tekanannya
makin lama makin besar, sehingga sumbatan itu tak kuasa lagi menahannya dan
terjadilah erupsi atau letusan gunung api. Erupsi gunung api disertai oleh awan panas
yang keluar. Awan panas yang keluar dari kawah gunung api mengandung debu dan
gas beracun yang meliputi sulfur dioksida (Triton PB, 2009: 110-113). Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh 18 km
atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh 90 km (Tesa Febriani,
dkk, 2007: 8).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 59/181
41
2.1.5.3 Bahaya Lahar D ingin
Kecepatan aliran lahar sangat lambat antara 5-300 meter/hari tergantung dari
viskositas dan kemiringan lereng. Manusia dapat menghindar untuk menyelamatkan
diri. Lahar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu lahar letusan dan lahar hujan.
Lahar letusan disebut juga lahar primer, lahar ini terjadi akibat letusan eksplosif pada
gunung api yang mempunyai danau kawah. Luas daerah yang dilanda oleh lahar
letusan tergantung kepada volume air di dalam kawah dan kondisi morfolog di
sekitar kawah. Semakin besar volume air di dalam kawah dan semakin luas dataran
daerah sekitarnya, maka semakin jauh dan semakin luas pula penyebaran laharnya.
Lahar hujan disebut juga lahar sekunder. Lahar ini terbentuk akibat hujan.
Dapat terjadi segera setelah gunung api meletus atau setelah lama meletus. Faktor
yang menentukan besar kecilnya lahar hujan adalah volume air hujan atau curah
hujan yang turun di atas daerah endapan abu gunung api dan volume endapan
gunung api yang mengandung abu sebagai sumber material pembentuk lahar.
Aliran lahar mempunyai berat jenis yang besar, dapat mengangkut berbagai
macam ukuran, sehingga aliran lahar ini mempunyai daya perusak yang sangat besar
dan berbahaya terutama pada daerah aliran yang cukup miring atau landai. Bangunan
beton seperti jembatan dapat dihancurkan dalam sekejap mata (Djauhari Noor, 2005:
123-124).
2.1.5.4 Dampak Bencana Gunungapi terhadap L ingkungan
Bahaya letusan gunung berapi dapat berpengaruh secara langsung (primer)
terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya. Beberapa bentuk dampak letusan
gunung api yang biasa terjadi dan memberi pengaruh terhadap lingkungan dan
manusia adalah:
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 60/181
42
1. Lava, yaitu cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam bumi
ke permukaan melalui kawah (Tesa Febriani, dkk, 2007: 12). Lava (lelehan)
yang merupakan cairan silika pijar, pekat, panas, dan bersifat sangat merusak
segala infrastruktur yang dilaluinya. Lahan pertanian, perkebunan, hutan, dan
infrastruktur jalan akan rusak terbakar apabila dilewati oleh lelehan ini.
Semakin rendah kekentalan lava akan memperjauh jangkauan aliran. Jalur
lelehan akan menjadi ladang batu saat lava mulai dingin (Winarti, 2010: 10).
2. Wedhus Gembel (aliran piroklastik/awan panas), terjadi akibat runtuhan
tiang asap erupsi plinian. Kecepatan aliran ini dapat mencapai 150 -250
km/jam dengan suhu >600C. Dengan suhu yang tinggi, maka perpaduan
antara kecepatan dan panas menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi
makhluk hidup. Semua yang tersapu oleh awan panas akan terbakar (Winarti,
2010: 10).
3.
Jatuhan piroklastik (hujan abu/pasir vulkanik), terjadi saat letusan dengan
bentuk seperti tiang asap yang cukup tinggi, menyebar sesuai arah angin dan
saat energinya habis akan jatuh ke bumi. Dampak dari hujan abu ini dapat
merusak daun-daun, pepohonan, bahkan meruntuhkan atap rumah. Hujan abu
dapat mengurangi jarak pandang dan mengganggu pernafasan. Selain itu
tingkat keasaman yang tinggi dalam abu vulkanik dapat mencemari air dan
memicu terjadinya korosi pada seng dan bahan besi lainnya (Winarti, 2010:
10).
4.
Gas vulkanik, yaitu gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus.
Gas vulkanik beracun, biasanya gas yang dikeluarkan adalah CO, CO2, HCN,
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 61/181
43
H2S, SO2, dan lain-lain, yang dapat merenggut jiwa jika konsentrasinya
melebihi ambang batas (Tesa Febriani, dkk, 2007: 12-13, Winarti, 2010: 10).
5.
Lahar, yaitu lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material
lainnya (Tesa Febriani, dkk, 2007: 13). Lahar (letusan), terjadi apabila
volume air alam dalam bentuk lumpur panas di kawah cukup besar sehingga
tumpah. Datangnya hujan akan menambah buruk tumpahan lahar karena
endapan material lepas hasil erupsi gunungapi akan ikut terangkut. Dalam
jangka waktu yang lama dapat memicu terjadinya banjir bandang yang sangat
membahayakan penduduk yang berada di sekitar alur sungai (Winarti, 2010:
10).
2.1.5.5 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Kesehatan
Perlu diketahui bahwa bencana yang diikuti dengan pengungsian
menimbulkan masalah kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah
bidang/sektor lain. Timbulnya masalah kesehatan itu berawal dari kurangnya air
bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan
yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular,
menurunnya pelayanan kesehatan, timbulnya kasus penyakit menular, terbatasnya
persediaan pangan dan menurunnya status gizi masyarakat, serta memburuknya
sanitasi lingkungan karena kurangnya persediaan air bersih (Depkes RI, 2001: 1-3).
Berbagai penyakit menular dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Beberapa
jenis penyakit menular misalnya penyakit yang disebabkan oleh makanan, penyakit
yang ditularkan oleh vektor, dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui udara
pernafasan yang lazim menyerang saluran nafas hingga paru-paru seperti diare,
cacar, malaria, meningitis, tuberkulosis, typhoid , cacingan, skabies, anemia, tetanus,
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 62/181
44
hepatitis, dan lain-lain. Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan
awal dari proses terjadinya penurunan derajat kesehatan dalam jangka panjang akan
mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi seseorang (Umar
F A, 2008: 139-141).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 63/181
45
2.2 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori
(Sumber: Arif Mansjoer, 2007; Permenkes RI, 2010, Kepmenkes RI, 2008;
Kepmenkes RI, 2011; Andry Hartono, 2002; Toyo, 2005; Sander, 2005; Widyastuti,
2005; Sinthamurniwaty, 2006; Triton PB, 2009; Dinkes Prop Jateng, 2005;
Widoyono, 2008).
Sarana
tempat pembuangan
sampah
Kebiasaan
membuang sampah
Kebiasaan cuci
tangan sebelum
makan dan setelah
BAB
Sosial
ekonomi
Daerah paska bencana
gunung meletus
Sanitasi
rumah
Kuantitas air bersih
Kualitas air minum
(kandungan bakteri
E. coli)
Kebiasaan dan cara
menyimpan
makanan
Kebiasaan Buang
Air Besar (BAB) di
jamban milik sendiri
Kebiasaan mencuci
peralatan makan dan
memasak
Kondisi personal
higiene
1.Suhu
2.pH
3.Tekanan osmotik
4.Faktor kimia
5.Oksigen
6.Faktor
pertumbuhan
organik
Konsumsi
air minumPendidikan
Umur
Pelayanan
kesehatanDiareSistem
imun
Status
gizi
Sarana
penyediaan
air minum
Kondisi fisik
sarana penyedian
air minum
Agen
Makanan/minuman
yang
terkontaminasi
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 64/181
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2 VARIABEL PENELITIAN
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air minum,
kuantitas air bersih, kondisi fisik sumber penyedia air minum, kondisi fisik tempat
Variabel Terikat
Kejadian diare
Variabel Bebas
Higiene Sanitasi
1. Kualitas mikrobiologis air minum
2. Kuantitas air bersih
3. Kondisi fisik sumber penyedia air
minum
4. Kondisi fisik tempat pembuangan
sampah
Perilaku higiene
1. Kebiasaan mencuci tangan setelah
Buang Air Besar (BAB)
menggunakan air bersih dan sabun
2. Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di
jamban milik sendiri
3. Kebiasaan membuang sampah4. Kebiasaan menutup hidangan
makanan
Variabel Pengganggu
Umur
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 65/181
47
pembuangan sampah, kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun
setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri,
kebiasaan membuang sampah, dan kebiasaan menutup hidangan makanan.
3.2.2
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.
3.2.3 Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah umur. Teknik mengendalikan
variabel pengganggu dalam penelitian ini dengan metode restriksi yaitu suatu metode
untuk membatasi subjek penelitian menurut kriteria tertentu antara lain:
1. Pengendalian umur dengan memilih responden berumur 5-59 tahun, karena penelitian
memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk umur dibawah 5 tahun
atau diatas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda dengan umur umum.
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
3.3.1 Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian diare.
3.3.2 Ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare.
3.3.3 Ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan kejadian
diare.
3.3.4 Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian
diare.
3.3.5 Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 66/181
48
3.3.6 Ada hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban milik sendiri
dengan kejadian diare.
3.3.7 Ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare.
3.3.8 Ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan kejadian
diare.
3.4 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1.
2.
Higiene
SanitasiKualitas
mikrobiologis
air minum
Kuantitas air
bersih
Angka yang
menunjukkan
banyaknya bakteri
E. coli air minum
yang digunakan
masyarakat.
Syarat:Kadar maksimum
total bakteri E.coli
adalah 0
koloni/100 ml air
(Menkes RI, 2010)
Jumlah air bersih
minimal yang
perlu disediakan
agar manusia dapat
hidup secara layakyaitu dapat
memperoleh air
yang diperlukan
untuk melakukan
aktivitas dasar
sehari-hari yaitu
mandi, cuci, kakus
dan minum.
Metode
MPN (Most
Probable
Number)
atau nilai
duga
terdekatdengan
mengguna
kan deretan
5 tabung
reaksi.
Wawancara
Uji
laborato
rium
Kuesioner
0 = tidak memenuhi
syarat
1 = memenuhi
syarat
0 = tidak memenuhi
syarat
1 = memenuhi
syarat
Ordinal
Ordinal
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 67/181
49
3.
4.
Kondisi fisik
sumber
penyedia airminum
Kondisi fisik
tempat
pembuangan
sampah
Keadaan sarana air
bersih yang
digunakan untukmemenuhi
kebutuhan
penyediaan air
minum, ketentuan:
1. Sumur gali dan
sumur pompa:
terdapat dinding
6 meter ke
bawah.
Perlindungan
mata air dan perpipaan:
jaringan pipa
tidak
bocor/terendam
air = 1.
2.
Tempat
penampungan
air dalam
keadaan bersih
dan dikuras
sekurang-
kurangnya
seminggu
sekali= 1.
3.
Tempat
penyimpanan
air minum
dalam keadaan
bersih dan
dicuci sekurang-
kurangnyaseminggu sekali
= 1.
Tempat yang
digunakan untuk
membuang semua
benda atau produk
sisa yang dianggap
tidak bermanfaat/
dibuang sebagai
barang tidak
Observasi
Observasi
Lembar
checklist
Lembar
checklist
0 = tidak memenuhi
syarat, jika skor < 2
1 = memenuhisyarat, jika skor 2
0 = tidak memenuhi
syarat, jika skor 0
1 = memenuhi
syarat, jika skor 1
Ordinal
Ordinal
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 68/181
50
5.
6.
Perilaku
higieneKebiasaan
mencuci
tangan
setelah
Buang Air
Besar (BAB)
menggunakan
air bersih dan
sabun
Kebiasaan
Buang Air
Besar (BAB)
di jamban
milik sendiri
berguna.
Ketentuan sebagai
berikut:a) Setiap keluarga
mempunyai
tempat
pembuangan
sampah sendiri
di rumah,
skor = 1.
b)
Tempat
pembuangan
sampah tertutup
hingga tidakterjamah lalat
dan kedap air,
skor = 1.
Perilaku yang
dilakukan
masyarakat dalam
mencuci tangan
dengan air bersih
dan sabun setelah
buang air besar
Kebiasaan
masyarakat dalam
buang air besar di
jamban milik
sendiri.
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
0 = tidak memenuhi
syarat, jika tidak
mencuci tangan
dengan air bersih
dan sabun atau
mencuci tangan
dengan air bersih
tanpa menggunakan
sabun setelah buang
air besar
1 = memenuhi
syarat, jika mencuci
tangan dengan air
bersih dan sabun
setelah buang air besar
0 = tidak memenuhi
syarat, jika BAB
tidak di jamban
atau di jamban
bukan milik sendiri
1 = memenuhi
syarat, jika BAB di
jamban milik
sendiri
Ordinal
Ordinal
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 69/181
51
7.
8.
9.
Kebiasaan
membuang
sampah
Kebiasaan
menutup
hidanganmakanan
Kejadian
diare
Perilaku
masyarakat dalam
membuangsampah secara
rutin (setiap hari)
dikumpulkan di
tempat
pembuangan
sampah
sementara/dibakar.
Perilaku
masyarakat dalam
menyiapkanmakanan yang
sudah matang
dalam keadaan
tertutup sehingga
tidak mudah
dihinggapi oleh
lalat.
Diare adalah berak
lembek sampai
encer (mencret)
dan bertambahnya
frekuensi buang air
besar biasanya tiga
kali atau lebih
dalam sehari yang
terjadi setelah
erupsi Gunung
Merapi sampai
dengan bulan
Maret 2012.
Wawancara
Observasi
Wawancara
Kuesioner
Lembar
checklist
Kuesioner
0 = tidak memenuhi
syarat, jika tidak
setiap harimembuang sampah.
1 = memenuhi
syarat, jika setiap
hari membuang
sampah
0 = tidak memenuhi
syarat, jika tidak
menutup makanan1 = memenuhi
syarat, jika
menutup makanan
0 = Penderita diare
(kasus)
1 = Tidak diare
(kontrol)
Ordinal
Ordinal
3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan
rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus
(kelompok yang menderita efek/penyakit yang sedang diteliti) dibandingkan dengan
kelompok kontrol (kelompok yang tidak menderita efek/penyakit yang sedang diteliti).
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 70/181
52
kontrol, kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko
yang mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena
efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011: 147).
3.5
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.5.1 Populasi
3.5.1.1
Populasi Kasus
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga Desa Banyudono yang
didiagnosis diare oleh Puskesmas Dukun dari bulan Nopember 2010 sampai Maret 2012.
3.5.1.2
Populasi Kontrol
Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah bukan penderita diare yang tinggal di
Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun dengan variabel bebas berbeda dengan kontrol, hal
tersebut agar variabel bebas dapat dianalisis dengan kejadian diare. Desa Ketunggeng
merupakan desa yang terletak pada radius 17 km dari puncak Merapi sehingga dampak
akibat letusan Merapi lebih kecil dibandingkan dengan desa lain.
3.5.2 Sampel
Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam
penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian terdahulu
dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα = 1,960) dan kekuatan penelitian 80% (Zβ =
0,842). Berdasarkan penghitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok kontrol
terdahulu sebagai berikut:
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 71/181
53
Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti/
Tahun
Variabel OR
1. Muhajirin/2007 Praktik personal hygiene 2,983
2. Muhajirin/2007 Kualitas jamban 3,059
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian
terdahulu yang terkecil adalah 2,983 dari variabel praktik personal hygiene pada
penelitian Muhajirin tahun 2007.
Dengan mengunakan rumus sebagai berikut:
,α β√
. /
-
(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011: 369)
Keterangan :
n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol
zα : Tingkat kepercayaan (95% = 1,960)
zβ : Power penelitian (80% = 0,842)
P : Perkiraan proporsi efek pada kasus
Q : Proporsi kontrol terpapar
R : OR penelitian terdahulu
Q = 1 – P = 1 – 0,75 = 0,25
,α β√
. /
-
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 72/181
54
,
√
. /-
= 28,72 29 orang
Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29 orang.
Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol
1:1 dengan jumlah kasus 29 dan kontrol 29.
3.6.2.1 Sampel Kasus
Merupakan warga yang berdomisili di Desa Banyudono dan pernah berobat ke
Puskesmas Dukun pada saat menderita diare (penyakit yang sedang diteliti) dan
terdiagnosis menderita diare yaitu berjumlah 29 orang yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebagai berikut:
3.6.2.1.1 Kriteria Inklusi
1) Bertempat tinggal dan berdomisili di Desa Banyudono pada saat penelitian dan
bersedia untuk mengikuti penelitian.
2) Rumah/tempat tinggal tidak mengalami perubahan konstruksi bangunan setelah
bencana Gunung Merapi meletus sampai penelitian berdasarkan wawancara dan
observasi.
3) Didiagnosa menderita diare oleh Puskesmas Dukun.
4) Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.1.2 Kriteria Eksklusi
1) Tidak berada di tempat pada saat penelitian.
2)
Tidak bersedia untuk mengikuti penelitian.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 73/181
55
3.6.2.2 Sampel Kontr ol
Merupakan warga yang berdomisili di Desa Ketunggeng dan tidak mempunyai
riwayat penyakit diare yaitu berjumlah 29 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
3.6.2.1.1 Kriteria Inklusi
1) Bertempat tinggal dan berdomisili di Desa Ketunggeng pada saat penelitian dan
bersedia untuk mengikuti penelitian.
2)
Rumah/tempat tinggal tidak mengalami perubahan konstruksi bangunan setelah
bencana Gunung Merapi meletus sampai penelitian berdasarkan wawancara dan
observasi.
3)
Tidak mempunyai riwayat penyakit diare setelah bencana gunung meletus.
4) Usia responden 5-59 tahun.
3.6.2.1.2 Kriteria Eksklusi
1)
Tidak berada di tempat pada saat penelitian.
2) Tidak bersedia untuk mengikuti penelitian.
3.6
SUMBER DATA
3.6.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi kepada
responden mengenai kuantitas air bersih, kondisi fisik sumber penyedia air minum,
kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan cuci tangan menggunakan air bersih
dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri,
kebiasaan membuang sampah, kebiasaan menutup hidangan makanan, dan kejadian diare.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 74/181
56
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium mengenai kualitas mikrobiologis
(bakteri E. coli) air minum.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang, Puskesmas Kecamatan Dukun, serta Kantor Kepala
Desa Banyudono dan Kantor Kecamatan Dukun yang meliputi data jumlah kasus diare di
Kabupaten Magelang dan Puskesmas Dukun, gambaran umum lokasi penelitian, dan data
demografi.
3.7
INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
3.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.8.1.1 Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan dimana
responden harus memilih jawaban yang disediakan. Kuesioner ini bertujuan untuk
mendapatkan data mengenai kuantitas air bersih, kebiasaan mencuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air besar di
jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah dan kejadian diare. Dalam penelitian
ini, uji coba kuesioner dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
3.8.1.1.1 Val idi tas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 129). Suatu kuesioner
dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 75/181
57
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen
(kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel
dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel
tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang
digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto (2010: 40) yaitu:
()()()√ *∑ (∑ )+*∑ (∑ )+
Keterangan:
r xy : Koefisien korelasi antara x dan y
n : Jumlah subyek
X : Skor item
Y : Skor total
X : Jumlah skor item
Y : Jumlah skor total
X2
: Jumlah kuadrat skor item
Y2
: Jumlah kuadrat skor total
Keputusan uji: bila r hitung (r pearson) r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan
valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 167).
3.8.1.1.2 Reliabil itas
Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 76/181
58
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Agus
Riyanto, 2010: 40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 133). Pada penelitian ini untuk
mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan
nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil
adalah nilai ‘Alpha’ (terletak di awal output ). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta,
maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010: 46).
3.8.1.2 L embar Checkl ist
Lembar checklist bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kondisi fisik
sumber penyedia air minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, dan kebiasaan
menutup hidangan makanan.
3.8.1.3. Peralatan untuk Pengambil an Sampel A ir
Peralatan yang digunakan adalah botol steril, kapas alkohol, lampu bunsen, dan
korek api untuk pengambilan sampel air minum setiap responden.
3.8.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data dengan
metode yang ditentukan oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:198). Dalam penelitian
ini teknik pengambilan datanya adalah:
3.8.2.1
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara peneliti bertanya kepada responden dengan
menggunakan kuesioner sebagai panduan untuk mengetahui kuantitas air bersih,
kebiasaan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar,
kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, dan
kejadian diare.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 77/181
59
3.8.2.2
Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung sumber penyedia air minum,
tempat pembuangan sampah, tempat menghidangkan dan menyimpan makanan.
3.8.2.3
Pemeri ksaan L aboratori um
Pemeriksaan laboratorium kualitas mikrobiologis (bakteri E. coli) air minum
dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten Magelang dengan
menggunakan metode MPN (Most Probable Number) atau nilai duga terdekat dengan
menggunakan metode MPN lima belas tabung, dengan ulangan lima kali. Pertama buat
pengenceran pada sampel susu 10-1, 10-2, 10-3. Setiap pengenceran diinokulasikan per
ml, ke dalam 5 tabung reaksi berisi 9 ml Brilliant Green Bile Broth (BGBB), semuanya
15 tabung. Ke 15 tabung tersebut diinkubasi pada suhu 44,5 - 45°C selama 24 - 48 jam.
Setiap tabung yang menunjukkan produksi gas, keruh, berwarna hijau kekuningan diduga
positif E. coli. Semua tabung positif dari setiap pengenceran diinokulasikan dengan cara
streak pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) (5 area setiap pengenceran pada
setiap cawan petri). Kemudian diinkubasi pada pada suhu 37°C selama 18 – 24 jam,
mengidentifikasi koloni tersebut pada tryptone water (setiap area pada 1 tabung).
Inkubasi pada suhu 44,5 - 45°C selama 24 jam untuk meyakinkan bahwa koloni tersebut
E. coli. Melakukan tes indol pada setiap tabung dengan meneteskan reagen kovach. Bila
positif akan terlihat cincin merah muda. Cara penghitungan: koloni khas E. coli yang
tumbuh setiap area dihitung satu atau dengan menghitung tabung tryptone water yang
positif per pengenceran, kemudian dibandingkan dengan tabel Mc Cradys (Ernawati,
2010: 3-4).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 78/181
60
3.8.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data berupa jumlah penduduk
Desa Banyudono yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Banyudono, data kejadian
diare di Kabupaten Magelang yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,
dan data kejadian diare di Kecamatan Dukun yang diperoleh dari Puskesmas Dukun.
3.9
PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1 Awal Penelitian
Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:
1.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi
penelitian.
2.
Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Puskesmas
Kecamatan Dukun, Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten Magelang,
dan Kantor Kepala Desa Banyudono mengenai prosedur penelitian dan untuk
mendapatkan data yang mendukung penelitian.
3.
Menentukan sampel penelitian.
4.
Menyusun kuesioner dan lembar checklist .
5.
Mempersiapkan instrumen penelitian.
3.9.2 Penelitian
1.
Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan penelitian.
Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan lembar
checklist mengenai sarana kuantitas air minum, kondisi fisik sumber penyedia air
minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 79/181
61
besar di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, kebiasaan menutup
hidangan makanan, dan kejadian diare.
2.
Mengambil sampel air minum yang digunakan oleh responden.
3. Memeriksakan kandungan bakteri E. coli sampel air ke Laboratorium Kesehatan
Masyarakat Kabupaten Magelang.
3.9.3 Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai penelitian.
Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah:
1.
Pencatatan data hasil penelitian.
2. Analisis data.
3.
Pembuatan laporan.
3.10 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
3.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
3.10.1.1 Edi ting
Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah ada pada angket, sehingga
apabila terdapat kekurangan data dapat segera dilakukan tindakan perbaikan.
3.10.1.2 Koding
Melakukan klasifikasi dan pengkodean pada jawaban responden dan hasil
observasi, sehingga mudah dilakukan pengolahan data.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 80/181
62
3.10.1.3 Entri Data
Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam fasilitas yang ada di komputer.
3.10.1.4 Tabulating
Menyajikan data dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam analisis data
sesuai dengan tujuan penelitian.
3.10.2 Teknik Analisis Data
3.10.2.1 Anali sis Un ivari at
Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap penelitian
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan
tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Variabelnya meliputi
kualitas mikrobiologis air minum, kuantitas air minum, kondisi fisik sumber penyedia air
minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan mencuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan Buang Air
Besar (BAB) di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, dan kebiasaan
menutup hidangan makanan.
3.10.2.2
Anal isis Bivari at
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis
bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik
yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui hubungan
variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2009: 75).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 81/181
63
Besarnya risiko relatif (odds rasio) point estimate dan confidence interval 95%
dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan tabel 2x2,
sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel terikat
digunakan :
Uji OR =
Tabel 3.3. Merumuskan Data dalam Tabel 2x2
Faktor
Risiko
Kelompok Studi
Kasus Kontrol Jumlah
+
-
a
c
b
d
a+b
c+d
Jumlah a+b b+d a+b+c+d=N
OR=
Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan confidence interval
(CI) 95%:
1)
Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti
merupakan risiko timbulnya penyakit.
2)
Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti belum
tentu faktor risiko timbulnya penyakit.
3) Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup
angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
4)
Bila OR hitung < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti
merupakan faktor protektif.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 82/181
64
5) Bila OR hitung < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti
belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael,
2011:120).
Aturan pengambilan keputusan:
1. Jika p value ≥ α (0,05) maka Ho ditolak
2. Jika p value < α (0,05) maka Ho diterima
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 83/181
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Dukun. Luas wilayah kerja Puskesmas
Dukun adalah 3.984.490 m2 dengan jumlah penduduk 43.219 jiwa dan 15 desa,
terdiri dari Desa Ketunggeng, Ngadipuro, Wates, Kalibening, Ngargomulyo,
Keningar, Sumber, Dukun, Banyubiru, Banyudono, Mangunsoka, Sewukan,
Krinjing, Paten, dan Sengi. Jumlah Rukun Tetangga (RT) 309, jumlah Rukun Warga
(RW) 167, jumlah dusun 144, dan 167 posyandu yang tersebar di masing-masing
RW. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas negeri 1 buah, puskesmas swasta 1
buah, 1 apotek, dokter umum 2 orang, dan bidan 19 orang (Puskesmas Dukun,
2011).
Desa Banyudono terletak pada radius 10 km dari puncak Merapi. Proporsi
luas daerah/wilayah terluas berupa tanah sawah sederhana seluas 208.300 m2. Sarana
lalu lintas 100% melalui jalur darat. Jumlah penduduk sebesar 5.096 jiwa terdiri dari
15 RW dan 18 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.378 KK.
Proporsi penduduk menurut mata pencaharian yang terbanyak yaitu petani sebanyak
398 orang dan pedagang sebanyak 87 orang. Sumber air yang digunakan penduduk
mayoritas dari sumur dan sumber air tanah dangkal (Desa Banyudono, 2011).
Desa Ketunggeng adalah desa yang terletak radius 17 km dari puncak
Merapi. Proporsi luas daerah/wilayah terluas berupa tanah sawah sederhana seluas
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 84/181
66
115.000 m2. Sarana lalu lintas 100% melalui jalur darat. Jumlah penduduk sebesar
2.855 jiwa terdiri dari 11 RW dan 13 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)
sebanyak 804 KK. Proporsi penduduk menurut mata pencaharian yang terbanyak
yaitu buruh industri sebanyak 173 orang dan petani sebanyak 156 orang. Sumber air
yang digunakan penduduk mayoritas dari sumur (BPS Kabupaten Magelang, 2011).
4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah penderita dan bukan penderita diare di
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang pada Tahun 2011-2012 sebanyak 58 responden,
dengan karakteristik sebagai berikut:
4.2.1.1 Di str ibusi Responden Menurut Umur
WHO menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0 – 14
tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun keatas: orang tua
(Notoatmodjo, 2007:20). Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan
gambaran umum mengenai umur responden (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur
Umur (tahun) Kejadian Diare
Kasus Kontrol
∑ % ∑ %
0-14
15-49
9
18
31,0
62,0
8
20
27,6
69,0≥50 2 7,0 1 3,4
Total 29 100,0 29 100,0
Data Tabel 4.1 menggambarkan bahwa dari 29 responden kasus, prosentase
responden dengan umur 0-14 tahun sebesar 31,0%, umur 15-49 tahun sebesar 62,0%
dan responden dengan umur >50 tahun sebesar 7,0%. Sedangkan dari 29 responden
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 85/181
67
kontrol, prosentase responden dengan umur 0-14 tahun sebesar 27,6%, 15-49 tahun
sebesar 69,0% dan responden dengan umur > 50 tahun sebesar 3,4%.
4.2.1.2 Distr ibusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan gambaran umum
mengenai jenis kelamin responden (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)Laki-laki 22 37,9
Perempuan 36 62,1
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui dari 58 responden didapatkan bahwa
sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (62,1%),
sedangkan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (37,9%).
4.2.1.3 Distr ibusi Responden menurut Ti ngkat Pendidikan
Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan gambaran umum
mengenai tingkat pendidikan responden (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kejadian Kusta Multibasiler
Kasus Kontrol
∑ % ∑ %
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi/PT
8
2
11
6
2
27,6
6,9
37,9
20,7
6,9
7
3
5
12
2
24,1
10,3
17,3
41,4
6,9
Total 29 100,0 29 100,0
Data Tabel 4.3 menggambarkan bahwa dari 29 responden kasus, sebagian
besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP yaitu 37,9% dan sebagian
kecil memiliki tingkat pendidikan tamat akademi/PT yaitu 6,9%. Sedangkan pada 29
responden kontrol, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 86/181
68
SLTA yaitu 41,4% dan sebagian kecil memiliki tingkat pendidikan tamat
akademi/PT yaitu 6,9%.
4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian
4.2.2.1 Distribusi Kuali tas Mi krobiologis Air M inum
Distribusi hasil penelitian mengenai kualitas mikrobiologis air minum di Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Distribusi Kualitas Mikrobiologis Air Minum Responden
Kualitas Mikrobiologis Air Minum Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
34 58,6
24 41,4
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas
mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang (58,6%) dan
responden dengan kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat sebanyak 24
orang (41,4%).
4.2.2.2 Distri busi Kuanti tas Ai r Bersih
Distribusi hasil penelitian mengenai kuantitas air bersih di Desa Banyudono dan
Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.5).
Tabel 4.5 Distribusi Kuantitas Air Bersih RespondenKuantitas Air Bersih Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
26 44,8
32 55,2
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kuantitas air
bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 26 orang (44,8%) dan responden dengan
kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 87/181
69
4.2.2.3 Distri busi Kondisi F isik Sumber Penyedia Ai r M inum
Distribusi hasil penelitian mengenai kondisi fisik sumber penyedia air minum di
Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Distribusi Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum Responden
Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air
Minum
Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
24 41,4
34 58,6
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden dengan kondisi fisik
sumber penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 24 orang (41,4%) dan
responden dengan kondisi fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat
sebanyak 34 orang (58,6%).
4.2.2.4 Di str ibusi Kondisi F isik Tempat Pembuangan Sampah
Distribusi hasil penelitian mengenai kondisi fisik tempat pembuangan sampah di
Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.7).
Tabel 4.7 Distribusi Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah Responden
Kondisi Fisisk Tempat PembuanganSampah
Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat
33 56,925 43,1
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden dengan kondisi fisik
tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 33 orang (56,9%) dan
responden dengan kondisi fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat
sebanyak 25 orang (43,1%).
4.2.2.5 Di str ibusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Ai r Besar (BAB)
Menggunakan Ai r Bersih dan Sabun
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 88/181
70
Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air
besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng
Kecamatan Dukun (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar (BAB)
Menggunakan Air Bersih dan Sabun Responden
Kebiasaan Mencuci Tangan SetelahBuang Air Besar (BAB) Menggunakan
Air Bersih dan Sabun
Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
26 44,8
32 55,2Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan
mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun
tidak memenuhi syarat sebanyak 26 orang (44,8%) dan responden dengan kebiasaan
mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun
memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).
4.2.2.6 Distri busi Kebiasaan Buang Ai r Besar (BAB) di Jamban M il ik Sendir i
Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban
milik sendiri di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Milik Sendiri
Responden
Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) diJamban Milik Sendiri
Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat
26 44,832 55,2
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan
buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak memenuhi syarat sebanyak 26
orang (44,8%) dan responden dengan kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban
milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 89/181
71
4.2.2.7 Di str ibusi Kebiasaan Membuang Sampah
Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan membuang sampah di Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.10).
Tabel 4.10 Distribusi Kebiasaan Membuang Sampah Responden
Kebiasaan Membuang Sampah Jumlah Prosentase (%)Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat
34 58,624 41,4
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan
membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang (58,6%) dan
responden dengan kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat sebanyak 24
orang (41,4%).
4.2.2.8 Distri busi Kebiasaan Menutup H idangan Makanan
Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan menutup hidangan makanan di Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.11).
Tabel 4.11 Distribusi Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan Responden
Kebiasaan Menutup HidanganMakanan
Jumlah Prosentase (%)
Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat
20 34,538 65,5
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan
menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 20 orang (34,5%) dan
responden dengan kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi syarat sebanyak
38 orang (65,5%).
4.2.3 Hasil Analisis Bivariat
4.2.3.1 Hubungan antara Kuali tas M ikr obiologis Air M inum dengan Kejadian
Diare
Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan
Kejadian Diare
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 90/181
72
Kualitas MikrobiologisAir Minum
Kejadian Diare p OR 95%CIKasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi SyaratMemenuhi Syarat
218
72,427,6
1316
44,855,2 0,033 3,231
1,081-9,656
Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)
yang kualitas mikrobiologis air minumnya tidak memenuhi syarat (kandungan
bakteri E-coli melebihi 0 koloni/ml air minum) sebanyak 21 orang (72,4%) dan yang
mempunyai kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat (kandungan bakteri
E-coli 0 koloni/ml air minum) sebanyak 8 orang (27,6%). Dari 29 responden kontrol
(bukan penderita diare) yang mempunyai kualitas mikrobiologis air minum tidak
memenuhi syarat sebanyak 13 orang (44,8%) dan yang mempunyai kualitas
mikrobiologis air minum memenuhi syarat sebanyak 16 orang (55,2%).
Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,033 (< 0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 3,231 (OR>1)
dengan 95%CI=1,081-9,656 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
kualitas mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,231 kali
lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden dengan kualitas
mikrobiologis air minum memenuhi syarat.
4.2.3.2 Hubungan antara Kuanti tas Ai r Bersih dengan Kejadian Diare
Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare
Kuantitas Air Bersih Kejadian Diare p OR 95%CI
Kasus Kontrol
N % N %Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
19
10
65,5
34,5
7
22
24,1
75,9 0,002 5,9711,901-
8,754Total 29 100,0 29 100,0
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 91/181
73
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)
yang mempunyai kuantitas air bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 19 orang
(65,5%) dan yang mempunyai kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 10
orang (34,5%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai
kuantitas air bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 7 orang (24,1%) dan yang
mempunyai kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 22 orang (75,9%).
Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,002 (< 0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
Perhitungan risk estimate didapatkan OR 5,971 (OR>1) dengan 95%CI=1,901-
18,754 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kuantitas air bersih tidak
memenuhi syarat memiliki risiko 5,971 kali lebih besar menderita diare bila
dibandingkan responden dengan kuantitas air bersih memenuhi syarat.
4.2.3.3 Hubungan antara Kondisi F isik Sumber Penyedia Air M inum dengan
Kejadian Diare
Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minumdengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik Sumber
Penyedia Air Minum
Kejadian Diare p
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
14
15
48,3
51,7
10
19
34,5
65,5 0,286
Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang
kondisi fisik sumber penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 14 orang (48,3%)
dan yang kondisi fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat sebanyak 15 orang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 92/181
74
(51,7%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang kondisi fisik sumber
penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 10 orang (34,5%) dan yang kondisi
fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat sebanyak 19 orang (65,5%).
Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,286 ( > 0,05), maka Ho diterima,
artinya tidak ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan kejadian
diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
4.2.3.4 Hubungan antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah dengan
Kejadian Diare
Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah
dengan Kejadian Diare
Kondisi Fisik Tempat
Pembuangan Sampah
Kejadian Diare p OR 95%CI
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
21
8
72,4
27,6
12
17
41,4
58,60,017 3.719
1,238-
11,168
Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang
kondisi fisik tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 21 orang (72,4%)
dan yang kondisi fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 8 orang
(27,6%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang kondisi fisik tempat
pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 12 orang (41,4%) dan yang kondisi
fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 17 orang (58,6%).
Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,017 (< 0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah
dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR 3,719 (OR>1)
dengan 95%CI=1,238-11,168 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 93/181
75
kondisi fisik tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat memiliki risiko
3,719 kali lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden dengan kondisi
fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat.
4.2.3.5 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar
(BAB) Menggunakan Ai r Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare
Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air
Besar (BAB) Menggunakan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare
Kebiasaan Mencuci
Tangan Setelah BAB
Menggunakan Air Bersih
dan Sabun
Kejadian Diare Nilai
P
OR 95%CI
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
17
12
58,6
41,4
9
20
31,0
69,0 0,035 3,1481,070-
9,264Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)
yang mempunyai kebiasaan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
(BAB) menggunakan air bersih dan sabun tidak memenuhi syarat sebanyak 17 orang
(58,6%) dan yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
(BAB) menggunakan air bersih dan sabun memenuhi syarat sebanyak 12 orang
(41,4%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai
kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih
dan sabun tidak memenuhi syarat sebanyak 9 orang (31%) dan yang mempunyai
kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih
dan sabun memenuhi syarat sebanyak 20 orang (69%).
Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,035 (< 0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah buang air
besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian diare di daerah
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 94/181
76
paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
Perhitungan risk estimate didapatkan OR 3,148 (OR>1) dengan 95%CI=1,070-9,264
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan setelah
buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun tidak memenuhi syarat
memiliki risiko 3,148 kali lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden
dengan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air
bersih dan sabun memenuhi syarat.
4.2.3.6 Hubungan antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Mil ik
Sendir i dengan Kejadian Diare
Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban
Milik Sendiri dengan Kejadian Diare
Kebiasaan Buang Air
Besar
Kejadian Diare Nilai
P
OR 95%CI
Kasus Kontrol∑ % ∑ %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
18
11
62,1
37,9
7
22
24,1
75,9 0,004 5,1431,655-
15,985Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)
yang mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak
memenuhi syarat sebanyak 18 orang (62,1%) dan yang mempunyai kebiasaan buang
air besar (BAB) di jamban milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 11 orang
(37,9%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai
kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak memenuhi syarat
sebanyak 7 orang (24,1%) dan yang mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di
jamban milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 22 orang (75,9%).
Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,004 (< 0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 95/181
77
milik sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono
Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR
5,143 (OR>1) dengan 95%CI=1,655-15,985 menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak
memenuhi syarat memiliki risiko 5,143 kali lebih besar menderita diare bila
dibandingkan responden dengan kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik
sendiri memenuhi syarat.
4.2.3.7 Hubungan antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian Diare
Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian
Diare
Kebiasaan Membuang
Sampah
Kejadian Diare p
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
16
13
55,2
44,8
18
11
62,1
37,9 0,594Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)
yang mempunyai kebiasaan membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 16
orang (55,2%) dan yang mempunyai kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat
sebanyak 13 orang (44,8%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang
mempunyai kebiasaan membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 18 orang
(62,1%) dan yang mempunyai kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat
sebanyak 11 orang (37,9%).
Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,594 (> 0,05), maka Ho diterima,
artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 96/181
78
4.2.3.8 Hubungan antara Kebiasaan Menutup H idangan Makanan dengan
Kejadian Diare
Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan dengan
Kejadian Diare
Kebiasaan Menutup
Hidangan Makanan
Kejadian Diare P
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
12
17
41,4
58,6
8
21
27,6
72,4 0,269
Total 29 100,0 29 100,0
Tabel 4.19 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang
mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 12
orang (41,4%) dan yang mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi
syarat sebanyak 17 orang (58,6%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang
mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 8 orang
(27,6%) dan yang mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi syarat
sebanyak 21 orang (72,4%).
Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,269 (> 0,05), maka Ho diterima,
artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan kejadian
diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
Rekapitulasi hasil penelitian mengenai “Hubungan antara Penyediaan Air Minum
dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare di Daerah Paska Bencana Desa
Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang” (Tabel 4.20).
Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square
No. Variabel Bebas p value OR CI (95%) Keterangan
1. Kualitas
mikrobiologisair minum
0,033 3,231 1,081-9,656 Ada hubungan
signifikan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 97/181
79
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kuantitas air
bersih
Kondisi fisik
sumber
penyedia air
minum
Kondisi fisik
tempat
pembuangan
sampah
Kebiasaan
mencuci tangan
setelah buang
air besar
menggunakan
air bersih dan
sabun
Kebiasaan
buang air besardi jamban milik
sendiri
Kebiasaan
membuang
sampah
Kebiasaan
menutup
hidangan
makanan
0,002
0,286
0,017
0,035
0,004
0,594
0,269
5,971
3,719
3,148
5,143
1,901-18,754
1,238-11,168
1,070-9,264
1,655-15,985
Ada hubungan
signifikan
Tidak ada
hubungan
signifikan
Ada hubungan
signifikan
Ada hubungan
signifikan
Ada hubungan
signifikan
Tidak ada
hubungan
signifikan
Tidak ada
hubungan
signifikan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 98/181
80
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 PEMBAHASAN
5.1.1 Hubungan antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan Kejadian
Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas
mikrobiologis air minum dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono
dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square
diperoleh nilai p (0,033) < α (0,05).
Berdasarkan hasil uji laboratorium didapatkan hasil bahwa sebagian besar air
minum responden kasus (penderita diare) memiliki kualitas mikrobiologis tidak
memenuhi syarat yaitu kandungan bakteri E coli air minum responden masih banyak
yang melebihi angka 0 koloni/100 ml air minum, sebesar 72,4%. Hal ini dikarenakan
sumber air bersih yang biasanya digunakan oleh masyarakat Desa Banyudono
setelah meletusnya Gunung Merapi kualitas mikrobiologis (bakteri Coliform) tidak
sesuai dengan standar peraturan, sehingga masyarakat Desa Banyudono terpaksa
menggunakan air yang masih tersedia untuk mencuci peralatan makan/memasak
(khususnya mencuci wadah/tempat air minum) serta untuk kebutuhan air minum
walaupun kualitasnya tidak layak untuk dikonsumsi. Kualitas air bersih yang tidak
memenuhi persyaratan dan wadah/tempat air minum yang tidak rutin dicuci
(sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu) akan berpengaruh pada kandungan
bakteri E. coli dalam air minum. Sebagian besar responden kontrol (masyarakat Desa
Ketunggeng) memiliki kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat yaitu
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 99/181
81
kandungan bakteri E coli air minum 0 koloni/100 ml air minum, sebesar 55,2%. Hal
ini dikarenakan kualitas sumber air bersih di Desa Ketunggeng setelah bencana
Merapi meletus tidak terganggu, selain itu masyarakat Desa Ketunggeng banyak
yang menggunakan air mineral galon untuk memenuhi kebutuhan air minum.
Pada umumnya kondisi air di alam sebelum air dikelola dan dimanfaatkan,
dalam proses perjalanan banyak sekali proses alam yang mengotori air. Pengotoran
ini bisa saja terjadi akibat adanya lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah
rumah tangga dan industri. Dalam hal kualitas bakteriologis faktor-faktor dominan
yang bisa dianggap sebagi sumber pengkontaminasi adalah sebagai berikut :
1) Adanya pencemaran fisik dan bakteriologis.
2) Adanya kandungan zat organik alami dari proses alam.
3) Tingkat keragaman mikroorganisme yang hidup dalam air.
4) Tingkat pengelolaan dan pemeliharaan sarana.
5) Sistem jaringan dan distribusi air (Sutrisno,C T, dan E Suciastuti, 2002).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Frida Dauria (2007) tentang
hubungan antara kualitas mikrobiologis air bersih dan perilaku higiene sanitasi
dengan kejadian diare pada balita di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon
Kabupaten Kendal, menunjukkan hasil bahwa responden yang mempunyai kualitas
mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat berisiko 2,71 kali lebih besar untuk
terkena diare dari pada responden yang mempunyai kualitas mikrobiologis air
minum memenuhi syarat dan signifikan bermakna secara statistik dengan nilai p =
0,02 OR= 2,71 CI 1,157-6,395.
5.1.2 Hubungan antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kuantitas air
bersih dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan Desa
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 100/181
82
Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square diperoleh
nilai p (0,002) < α (0,05).
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden kasus (penderita diare) memiliki kuantitas air bersih tidak memenuhi
syarat yaitu belum dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci,
kakus dan minum sebesar 65,5%. Hal ini dikarenakan sumur-sumur warga yang
biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari semenjak
meletusnya Merapi jumlah airnya semakin sedikit dan keruh, selain itu suplai air
bersih dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Magelang untuk masyarakat
Desa Banyudono yang dilakukan seminggu sekali belum dapat mencukupi
kebutuhan air bersih masyarakat Desa Banyudono. Sebagian responden kontrol
(masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki kuantitas air bersih memenuhi syarat yaitu
dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan minum,
sebesar 75,9%. Hal ini dikarenakan, kuantitas air bersih di Desa Ketunggeng setelah
bencana Merapi meletus tidak mengalami gangguan.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci, dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172).
Menurut Permendagri No. 23 Tahun 2006, standar kebutuhan pokok air minum
adalah kebutuhan air sebesar 60 liter/ orang per hari (Permendagri, 2006: 2).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiman
Chandra (2007) dalam bukunya Pengantar Kesehatan Lingkungan, bahwa ditinjau
dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas
memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 101/181
83
5.1.3 Hubungan antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum dengan
Kejadian Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi fisik
sumber penyedia air minum dengan kejadian diare pada masyarakat Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil
uji chi square diperoleh nilai p (0,286) > α (0,05).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus
(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki
kondisi fisik sumber penyedia air minum yang hampir sama, yaitu sebagian besar
rumah responden memiliki kondisi fisik sumber penyedia air minum yang memenuhi
syarat, pada kelompok kasus 51,7% dan kelompok kontrol 65,5%. Hal ini
dikarenakan sebagian besar responden telah memiliki kondisi sumber penyedia air
bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3 meter ke
bawah dan mempunyai kebiasaan menguras tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali. Responden dengan kondisi fisik sumber penyedia air
minum tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus 48,3% dan
kelompok kontrol 37,5%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut tidak
mempunyai kebiasaan mencuci wadah/tempat air minum sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
Agar sumur gali/pompa tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya
syarat-syarat sebagai berikut:
4. Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke
dalamnya.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 102/181
84
5. Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus ditembok,
agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
6.
Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 178).
Selain alat makan, pengurasan/pencucian penampungan air seperti
penampungan air bersih dan wadah/tempat air minum juga perlu dilakukan. Perilaku
sehubungan dengan kebersihan tempat penampungan air dapat dikatakan benar, jika
frekuensi pengurasan dilakukan setiap hari atau paling sedikit 2 kali dalam seminggu
(Kasnodihardjo, dkk, 2006: 58).
5.1.4 Hubungan antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik
tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil
uji chi square diperoleh nilai p (0,017) < α (0,05).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden kasus (penderita diare) memiliki tempat pembuangan sampah tidak
memenuhi syarat yaitu sebesar 72,4%. Hal ini dikarenakan pada rumah responden
kasus masih banyak yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di
rumah, tempat pembuangan sampah dalam keadaan terbuka sehingga mudah
dihinggapi lalat dan vektor penyakit. Pada responden kontrol (masyarakat Desa
Ketunggeng), sebagian besar memiliki kebiasaan membuang sampah memenuhi
syarat yaitu sebesar 58,6%. Hal ini dikarenakan pada rumah responden kontrol
kebanyakan telah memiliki tempat pembuangan sampah sendiri.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 103/181
85
Tempat penampungan sampah sementara yang baik dan memenuhi syarat
kesehatan haruslah: (1) Mudah dibersihkan; (2) Tidak mudah rusak; (3) Tidak
berupa lokasi terbuka/tumpukan sampah yang dibuang atau dibiarkan begitu saja
diatas permukaan tanah; (4) Sebaiknya tempat penampungan sampah sementara
mempunyai tutup yang rapat untuk menghindari kumpulan lalat; (5) Sebaiknya
tempat penampungan sampah sementara ditempatkan di luar atau jauh dari rumah
dengan tujuan agar kebersihan rumah terjaga, menjaga kesejukan hawa/udara sekitar
rumah dan mudah diangkut oleh petugas sampah/truk sampah (Marylin J dan Eliaser
B, 2008: 95).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muhajirin (2007) dalam
penelitiannya tentang hubungan antara praktek personal hygiene ibu balita dan
sarana sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kecamatan
Maos Kabupaten Cilacap, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis
tempat sampah dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Maos Kabupaten
Cilacap. Dari hasil uji bivariat didapatkan nilai p = 0,004 dan OR = 0,312 CI 0,144-
0,676.
5.1.5 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar
(BAB) dengan Kejadian Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
mencuci tangan setelah buang air besar dengan kejadian diare pada masyarakat Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil
uji chi square diperoleh nilai p (0,035) < α (0,05).
Wawancara mengenai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden kasus (penderita diare)
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 104/181
86
mempunyai kebiasaan hanya mencuci tangan menggunakan air bersih tanpa
menggunakan sabun setelah buang air besar yaitu sebesar 58,6%. Hal ini
dikarenakan masyarakat Desa Banyudono banyak yang berpendidikan tamat SMP,
sehingga berakibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mencuci
tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar untuk menghindari
penularan penyakit khususnya diare. Selain itu juga dikarenakan terbatasnya
persediaan air bersih setelah terjadinya bencana Gunung Merapi meletus yaitu belum
dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan minum.
Pada responden kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng), sebagian besar telah
memiliki kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah
buang air besar yaitu sebesar 69%. Hal ini dikarenakan pada responden kontrol
persediaan air bersih telah mencukupi dan mempunyai kesadaran untuk menghindari
penularan penyakit diare/penyakit pencernaan lainnya dengan cara mencuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Linda Tietjen (2004: 3-4), cuci tangan
adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan dapat
mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan
lengan, serta meminimalisasi kontaminasi silang. Tujuan cuci tangan adalah
menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Kepmenkes RI (2011) tentang
kegiatan pencegahan diare, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan
perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 105/181
87
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan
anak, dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47%).
5.1.6 Hubungan antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) dengan Kejadian
Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan buang
air besar dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan Desa
Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square diperoleh
nilai p (0,004) < α (0,05).
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden kasus (penderita diare) memiliki kebiasaan buang air besar tidak
memenuhi syarat yaitu sebesar 62,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden
kontrol belum mempunyai jamban sendiri, sehingga mereka mempunyai kebiasaan
BAB di sungai. Selain itu bagi warga yang mempunyai jamban sendiri akan tetapi
tidak BAB di jamban milik sendiri dikarenakan persediaan air bersih untuk rumah
tangganya masih kurang, sehingga mereka memilih BAB di jamban masjid terdekat
atau BAB di sungai. Sebagian besar responden kontrol (masyarakat Desa
Ketunggeng) memiliki kebiasaan BAB memenuhi syarat yaitu sebesar 75,9%. Hal
ini dikarenakan sebagian besar responden kasus telah mempunyai jamban sendiri
dan persediaan air bersih di Desa Ketunggeng sudah mencukupi.
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja, antara lain penyakit
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 106/181
88
diare (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 17). Menurut Kepmenkes RI No.
852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategi nasional sanitasi total berbasis
masyarakat, jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk
memutus mata rantai penularan penyakit.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sinthamurniwaty (2006) tentang faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita
(studi kasus di Kabupaten Semarang), menunjukkan bahwa responden yang tidak
mempunyai jamban keluarga berisiko 2,09 kali lebih besar untuk terkena diare dari
pada responden yang mempunyai jamban keluarga. Dari uji bivariat didapatkan nilai
p = 0,009 OR = 2,09 CI : 1,20 – 3,66.
5.1.7 Hubungan antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian
Diare
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan
membuang sampah dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan
Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square
diperoleh nilai p (0,594) > α (0,05).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus
(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki
kebiasaan membuang sampah yang hampir sama, yaitu sebagian besar responden
memiliki kebiasaan membuang sampah yang tidak memenuhi syarat, pada kelompok
kasus 55,2% dan kelompok kontrol 62,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar
responden tidak rutin untuk membuang sampah maksimal satu hari sekali ke tempat
pembuangan sampah sementara atau dibakar. Responden dengan kebiasaan
membuang sampah memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 107/181
89
44,8% dan kelompok kontrol 37,9%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut
telah mempunyai kebiasaan membuang sampah ke tempat penampungan umum atau
dibakar maksimal setiap hari dikumpulkan.
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dan sebagainya. Selain itu sampah dapat
mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau
yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu
pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan
dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan
pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir, dapat dilakukan pemusnahan
sampah dengan cara ditimbun atau dibakar (Kepmenkes RI).
5.1.7 Hubungan antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan
menutup hidangan makanan dengan kejadian diare pada masyarakat Desa
Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil
uji chi square diperoleh nilai p (0,269) ˃ α (0,05).
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus
(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki
kebiasaan menutup hidangan makanan yang hampir sama, yaitu sebagian besar
rumah responden memiliki kebiasaan menutup hidangan makanan yang memenuhi
syarat, pada kelompok kasus 58,6% dan kelompok kontrol 72,4%. Hal ini
dikarenakan sebagian besar responden telah memiliki kebiasaan menutup hidangan
makanan menggunakan tudung saji atau memasukkan hidangan makanan ke dalam
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 108/181
90
almari makan saat atau setelah makanan disajikan, sehingga kemungkinan lalat atau
verktor lainnya untuk hinggap dalam makanan untuk menyebarkan bibit penyakit
cukup kecil. Responden dengan kebiasaan menutup hidangan makanan tidak
memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus 41,4% dan kelompok
kontrol 27,6%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut mempunyai kebiasaan
tidak menutup hidangan makanan saat atau setelah dihidangkan, ataupun responden
mempunyai kebiasaan menutup makanan tertentu saja dan beberapa hidangan
makanan yang lain tidak ditutup oleh tudung saji/dimasukkan ke dalam almari
makan setelah makanan disajikan.
Makanan yang kotor akan berbahaya bagi anggota keluarga karena dapat
menyebabkan kejadian diare, sehingga agar keamanan makanan terjaga, diusahakan
agar menyimpan makanan pada tempat yang dingin dan tertutup, seperti pada lemari
makan atau meja yang ditutup dengan tudung saji (Toyo, 2005: 96).
5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN
5.2.1 Hambatan Penelitian
Hambatan dalam penelitian ini adalah:
1. Ditemukannya data dari Puskesmas Dukun yang tidak sesuai dengan alamat
pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang
sesuai untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian.
5.2.2 Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Pada penelitian ini tidak mencantumkan data kualitas air bersih dari Desa
Banyudono sebelum meletusnya Gunung Merapi, sehingga tidak terdapat data
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 109/181
91
yang dijadikan perbandingan keadaan kualitas air bersih sebelum dan sesudah
Merapi meletus.
2. Karena keterbatasan waktu, dalam penelitian ini variabel kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci peralatan makan dan memasak, dan
sarana pembuangan air limbah tidak diteliti, sedangkan variabel tersebut
mungkin juga akan mempengaruhi terhadap kejadian diare.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 110/181
92
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penyediaan air minum dan perilaku higiene
sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan
Dukun Kabupaten Magelang dapat disimpulkan bahwa:
1.
Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
2. Ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di daerah paska
bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
3. Tidak ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
4.
Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian
diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
5. Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar
menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian diare di daerah paska
bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
6. Ada hubungan antara kebiasaan buang air besar dengan kejadian diare di daerah
paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 111/181
93
7. Ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare di
daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten
Magelang.
8. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan
kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun
Kabupaten Magelang.
6.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
6.2.1 Bagi Penderita Diare
Diharapkan penderita diare dapat lebih meningkatkan personal hygiene serta
sanitasi rumah agar tidak menjadi sumber dan wahana penularan penyakit diare.
Pada aspek personal hygiene, yang perlu ditingkatkan adalah membiasakan buang
air besar di jamban milik sendiri, menyediakan tempat sampah yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan, membiasakan mencuci tangan setelah buang air besar
menggunakan air bersih dan sabun.
6.2.2
Bagi Instansi Terkait
Diharapkan dapat mensuplai air bersih atau membangunkan prasarana
penyediaan air bersih agar kebutuhan air bersih Desa Banyudono terpenuhi, dapat
membangunkan sarana penyediaan air bersih baru yang kualitas dan kuantitasnya
baik sehingga kesehatan masyarakat Desa Banyudono tetap terjaga, sebagai bahan
masukan bagi dinas kesehatan serta puskesmas yang menangani penyakit diare untuk
menambah program kesehatan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 112/181
94
penyakit berbasis lingkungan, khususnya penyakit diare sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan, penularan maupun angka kematian akibat diare.
6.2.3 Bagi Peneliti Lain
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperluas jumlah sampel
penelitian, jenis desain penelitian dan variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui
faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare. Variabel yang tidak
berhubungan pada penelitian ini yaitu kondisi fisik sumber penyedia air minum dan
kebiasaan menutup hidangan makanan perlu diteliti kembali untuk memastikan dan
lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare.
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 113/181
95
DAFTAR PUSTAKA
Agus Prayitno, 2009, Uji Bakteriologi Air Baku dan Air Siap Konsumsi dari PDAM
Surakarta Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform, Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Agus Riyanto, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Offset
Ai Yeyeh R dan Lia Yulianti, 2010, Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita,
Jakarta: Trans Info Media
Andry Hartono, 2002, Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGCAnnisa Andriyani, I Made Alit G dan Joko Susilo, 2009, Efektifitas Penurunan
Jumlah Angka Kuman Alat Makan dan Efisiensi Biaya yang Digunakan pada
Metode Pencucian Alat Makan di Rumah Sakit Kota Surakarta,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14698/1/09E02756.pdf,
diakses tanggal 16 April 2012
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek
Setiowulan, 2007, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Arthur G J, Richard J Z, dan Louise Hawley, 2011, Essential Mikrobiologi dan Imunologi, Tangerang: Binarupa Aksara
Asmirah Ina Lopi dan Marylin Junias, 2006, Hubungan antara Sanitasi Makanan
dan Lingkungan dengan Kejadian Diare Balita Di Kelurahan Oesapa
Kecamatan Kelapa Lima Kupang
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2011, Kecamatan Dukun dalam Angka
2010/2011, Magelang: BPS Kabupaten Magelang
Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011, Diare Akut dalam Gastroenterologi-
Hepatologi, Jakarta: Badan Penerbil IDAIBhisma Murti, 2010, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bina Swadaya Konsultas, 2010, Laporan Pelaksanaan Kegiatan Emergency Respon
Merapi 2010,
http://www.binaswadaya.org/files/Laporan_Lengkap_ERMerapiMagelang.pd
f , diakses tanggal 18 Desember 2011
Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC
Dinkes Kabupaten Magelang, 2011, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2011,
Magelang: DKK Magelang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 114/181
96
, 2012, Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2012, Magelang: DKK
Magelang
Dinkes Prop Jateng, 2005, Pedoman Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di
Puskesmas, Semarang
Depkes RI, 2001, Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat
Bencana dan Penanganan Pengungsi, Jakarta,
http://www.depkes.go.id/downloads/Standar%20Minimal.pdf , diakses
tanggal 7 April 2012
, 2005, Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta : Ditjen PPM dan
PL
______, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
______, 2011, Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan
PL
, 2003, Keputusan Mentri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta
Desmaslima P S, 2009, Pemeriksaan Escherichia coli PADA Usapan Peralatan
Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan,
Skripsi: Universitas Sumatera Utara,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14698/1/09E02756.pdf,
diakses 10 Maret 2012
Djauhari Noor, 2005, Geologi Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu
Ernawati, 2010, Pemanfaatan Sari Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) sebagai
Antibakterial Alami pada Susu Pasteurisasi Berdasarkan Penurunan Jumlah
Bakteri Escherichia Coli, Artikel Ilmiah: Universitas Airlangga,
www.fkh.unair.ac.id/artikel1/ernawati%20ARTIKEL%20ILMIAH.doc,
diakses tanggal 12 September 2012
Frida Dauria, 2007, Hubungan antara Kualitas Mikrobiologis Air Bersih dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare pada Balita Di Desa
Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, Skripsi: Universitas
Negeri Semarang
Garneta R B dan Barti S M, 2008, Korelasi Kualitas Air dan Insidensi Penyakit
Diare Berdasarkan Keberadaan Bakteri Coliform di Sungai Cikapundung,
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/teknologi_pengelolaan_lingkungan/wp-
content/uploads/2010/10/Indonesia-Makalah.pdf , diakses tanggal 5 April
2012
Juli Soemirat, 2000, Epidemiologi Lingkungan , Yogyakarta: 2000
Kades Banyudono, 2012, Profil Desa Banyudono, Banyudono: Kantor Kepala DesaBanyudono
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 115/181
97
Kasnodihardjo, Siti Sapardiyah S, Sunanti Zalbawi, D. Anwar Musadad, Sri
Soewasti Soesanto, 2006, Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat,
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/119975861.pdf, diakses 12
September 2012
Kepmenkes RI, 2011, Situasi Diare di Indonesia, Jakarta,
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final%281%29.pdf ,
diakses tanggal 5 April 2012
Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, Strategi Nasional Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, Jakarta
Linda Tietjen, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Lung E, 2003, Acute Diarrheal Disease, In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell
JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd
edition, New York: Lange Medical Books, dalam: Umar Zein, Makalah Diare
Akut Disebabkan Bakteri, ,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-
umar5.pdf , diakses tanggal 12 maret 2012
Maksum Radji, 2011, Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran,
Jakarta: EGC
Manatsathit S, Dupont H L, Farthing M J, 2002, Guideline for the Management of
Acute Diarrhea in Adults, Journal of Gastroenterology and Hepatology S54-
S71 dalam: Umar Zein, Makalah Diare Akut Disebabkan Bakteri, ,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-
umar5.pdf , diakses tanggal 12 maret 2012
Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana
Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro
Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga
University Press
Munif, 2009, Eschericia Coli Disekitar Air Minum Kita, Environmental Sanitasion
Jurnal, http://environmentalsanitation.wordpress.com/2009/05/06/eschericia-
coli/, diakses tanggal 23 Juni 2012
Nurjanah, 2010, Hubungan antara Sanitasi dan Higiene dengan Kejadian Diare di
Desa Pamotan Rembang, Skripsi: Universitas Negeri Semarang
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 116/181
98
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
Peraturan Menteri dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan
Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum
Praptining Sukowati, 2011, Manajemen Bencana Integratif Berbasis Masyarakat
terhadap Daerah Rawan Bencana dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Pasca Bencana,
http://publik.ub.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/6.%20Manajemen%20integratif
%20_Praptining%20S_.pdf , diakses tanggal 5 April 2012
Punik M W, Betty E S, dan Tiniko, 2012, Analisis Situasi Kesehatan Pasca Bencana
Erupsi Gunung Merapi di Desa Mranggen dan Kamongan Kecamatan
Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Proposal Penelitian: Universitas Islam
Indonesia,
http://dppm.uii.ac.id/dokumen/proposal/merapi/PL_PUNIK_MUMPUNI_WI
JAYANTI.pdf , diakses tanggal 18 Desember 2011
Puskesmas Dukun, 2012, Profil Kesehatan Puskesmas Dukun, Dukun: Puskesmas
Dukun
Retno Mardhiati, 2011, Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011:
Pendampingan Perencanaan dan Pelaksanaan Program Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) di Tempat Pengungsian Lahar Dingin Gunung
Merapi Kabupaten Magelang Jawa Tengah,
http://lemlit.uhamka.ac.id/files/pengabretno.pdf , diakses tanggal 14 Januari
2012
Sander, 2005, Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa
Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika. Vol 2. No.2.
Juli-Desember 2005 : 163-193
Sinthamurniwaty, 2006, Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita
(Studi Kasus Di Kabupaten Semarang), Tesis: Universitas Diponegoro
Sir R M dan Simon J N, 2002, Pediatrika, Jakarta: Erlangga
Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat , Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta:
Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta
Soeparman dan Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair , Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran UI
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 117/181
99
Soewondo ES, 2002, Penatalaksanaan Diare Akut Akibat Infeksi (Infectious
Diarrhoea) dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri PenyakitTropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit
Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press
Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011, Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Tesa Febriani dan Dwi Kartika W, 2007, Gunung Meletus, Surabaya: Gelora Aksara
Pratama
Toyo, 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Propinsi NTT Tahun
2005, Skripsi FKM Undana, Kupang
Triton P B, 2009, Sejarah Bumi dan Bencana Alam, Yogyakarta: Tugu Publisher
Umar F A, 2008, Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Jakarta: Rineka
Cipta
Umar Zein, Khalid Huda Sagala, dan Josia Ginting, 2004, Diare Akut Disebabkan
Bakteri, Universitas Sumatera Utara,
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf, diakses tanggal
23 Februari 2012
Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Wahid Iqbal Mubarak dan Nur Chayatin, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika
Wibowo T, Soenarto S, dan Pramono, 2003. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare
Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48, dalam: Anjar PurwidianaWulandari, Skripsi Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor
Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing
Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009,
http://etd.eprints.ums.ac.id/5960/1/J410050008.PDF, diakses tanggal 1
Desember 2011
Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar , Jakarta : EGC
Widjaja, 2002, Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan
Pustaka
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 118/181
100
Wikanti Astiningrum, Heru Noviar, dan Suwarsono, 2004, Pengembangan Metode
Zonasi Daerah Bahaya Letusan Gunung Api Studi Kasus Gunung Merapi,Jurnal Pengeinderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 1, No. 1,
Juni 2004: 66-75,
http://www.perpustakaan.lapan.go.id/jurnal/index.php/jurnal_inderaja/article/
viewFile/477/408, diakses tanggal 5 April 2012
Winarti, 2010, Perencanaan Komunitas dalam Membangun Desa Siaga Bencana di
Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Tesis:
Universitas Diponegoro, Semarang
Yati Sunarto, 2011, Diare Kronis dan Diare Persisten dalam Gastroenterologi-
Hepatologi, Jakarta: Badan Penerbil IDAI
Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut
pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul . Sains Kesehatan, Vol
19. No 3. Juli 2006, ISSN 1411-6197 : 319-332
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 119/181
101
LAMPIRAN
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 120/181
102
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 121/181
103
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 122/181
104
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 123/181
105
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 124/181
106
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 125/181
107
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 126/181
108
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 127/181
109
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 128/181
110
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 129/181
111
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 130/181
112
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 131/181
113
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 132/181
114
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 133/181
115
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 134/181
116
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 135/181
117
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 136/181
118
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 137/181
119
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 138/181
120
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 139/181
121
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 140/181
122
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 141/181
123
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 142/181
124
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 143/181
125
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 144/181
126
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 145/181
127
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 146/181
128
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 147/181
129
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 148/181
130
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 149/181
131
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 150/181
132
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 151/181
133
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 152/181
134
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 153/181
135
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 154/181
136
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 155/181
137
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 156/181
138
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 157/181
139
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 158/181
140
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 159/181
141
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 160/181
142
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 161/181
143
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 162/181
144
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 163/181
145
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 164/181
146
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 165/181
147
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 166/181
148
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 167/181
149
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 168/181
150
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 169/181
151
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 170/181
152
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 171/181
153
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 172/181
154
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 173/181
155
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 174/181
156
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 175/181
157
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 176/181
158
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 177/181
159
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 178/181
160
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 179/181
161
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 180/181
162
7/18/2019 kuis tomi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 181/181
163