kuis tomi.pdf

181
  HUBUNGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR MINUM DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN DIARE DI DAERAH PASKA BENCANA DESA BANYUDONO KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Retno Purwaningsih  NIM. 6450408044 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Transcript of kuis tomi.pdf

Page 1: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 1/181

 

HUBUNGAN ANTARA PENYEDIAAN AIR MINUM DAN

PERILAKU HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN

DIARE DI DAERAH PASKA BENCANA DESABANYUDONO KECAMATAN DUKUN

KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI 

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Retno Purwaningsih

 NIM. 6450408044

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 2/181

 

ii

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri SemarangOktober 2012

ABSTRAK

Retno Purwaningsih.

Hubungan antara Penyediaan Air Minum dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan

Kejadian Diare di Daerah Paska Bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang,xviii + 163 halaman + 25 tabel + 2 gambar + 23 lampiran

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan rata‐rata

letusan 2,4‐7 tahun sekali. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 yang

mengakibatkan korban meninggal, hilangnya mata pencaharian masyarakat, rusaknya

 bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, sarana prasarana jalan, timbulnya penyakit

menular salah satunya adalah diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang

 berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat

kesehatan karena tercemar bakteri didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat

seperti pembuangan tinja tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang

 jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat

menimbulkan kejadian diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

 penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi dengan kejadian diare di daerah

 paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Populasi penelitian adalah 

seluruh warga Desa Banyudono yang didiagnosis diare oleh Puskesmas Dukun dari bulan

 Nopember 2010 sampai Maret 2012 dan bukan penderita diare yang tinggal Desa

Ketunggeng. Sampel penelitian yaitu 29 kasus dan 29 kontrol. Instrumen penelitian

 berupa kuesioner, lembar checklist, dan peralatan untuk pengambilan sampel air minum. 

Hasil uji chi-square  sebagai berikut: (1) Kualitas mikrobiologis air minum

(p=0,033, OR=3,231); (2) Kuantitas air bersih (p=0,002, OR=5,971); (3) Kondisi fisik

sumber penyedia air minum (p=0,286); (4) Kondisi fisik tempat pembuangan sampah

(p=0,017, OR=3,719); (5) Kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

menggunakan air bersih dan sabun (p=0,035, OR=3,148); (6) Kebiasaan tempat buang air

 besar di jamban milik sendiri (p=0,004, OR=5,143); (7) Kebiasaan membuang sampah(p=0,594); (8) Kebiasaan menutup hidangan makanan (p=0,269).

Saran untuk Dinas Kesehatan dan instansi terkait agar melakukan penyuluhan

kepada masyarakat untuk meningkatkan kondisi sanitasi rumah dan  personal hygiene 

dengan mengurangi risiko terhadap penularan penyakit diare. Bagi pemerintah Kabupaten

Magelang diharapkan dapat mensuplai air bersih yang mencukupi untuk warga Desa

Banyudono, membangunkan sarana penyediaan air bersih baru yang kualitas dan

kuantitasnya baik sehingga kesehatan masyarakat Desa Banyudono tetap terjaga. 

Kata Kunci: Diare, Penyediaan Air Minum, Perilaku Higiene Sanitasi

Kepustakaan: 70 (2000-2012) 

Page 3: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 3/181

 

iii

Public Health Departement

Sport Science Faculty

Semarang State UniversityOctober 2012

ABSTRACT

Retno Purwaningsih.

The Relationship between Drinking Water Supply and Behavior of Sanitation

Hygiene with Diarrhea Case in Post-Disaster Areas of Banyudono Village Dukun

District Magelang Regency,xviii + 163 pages + 25 tables + 2 figures + 23 appendices

Mount Merapi is one of the most active volcano in the world with the average of2.4 to 7 years eruption. The last eruption occurred on October 26

th, 2010 which caused

 people deaths, loss of livelihoods, the damage of buildings, public facilities, road

infrastructure, and the emergence of infectious diseases such as diarrhea. Diarrheal

disease is one based environment disease. If the environmental factors (especially the

water) does not meet the health requirements for supported contaminated with human

 behavior as unhealthy unhygienic excreta disposal, personal hygiene and a poor

environment, and preparing and storing food improperly, it can cause diarrhea. The

 purpose of this study is to determine the relationship between water supply and sanitation

hygiene behavior with the diarrhea case in the post-disaster areas of Banyudono village

Dukun district Magelang regency.

This study used a case-control approach. The population of this study was all

Banyudono villagers who were diagnosed with diarrhea by Puskesmas Dukun from November 2010 until March 2012, and they are not sufferers who live in Ketunggeng

village. The research samples are 29 cases and 29 controls. The research instruments such

as questionnaires, checklists sheet, and equipment for water sampling.

The chi-square test results as follows: (1) the microbiological quality of drinking

water (p = 0.033, OR = 3.231), (2) water quantity (p = 0.002, OR = 5.971), (3) the

 physical condition of the source of drinking water providers (p = 0.286), (4) the physical

condition of the dump (p = 0.017, OR = 3.719), (5) the habit of washing hands using

clean water and soap after defecation (p = 0.038, OR = 3.148), (6) the habit of defecating

in place its own latrine (p = 0.004, OR = 5.143), (7) The habit of throw away trash (p =

0.594), (8) The habit of covers meal (p = 0.269).

There is an advice for The Health Department and related institute is to conductelucidation to the villagers to improve the sanitary conditions and personal hygiene by

reducing the risk of transmission of diarrheal disease. The Magelang government is

expected to supply sufficient water for Banyudono villagers, build a new water supply

with the good quality and quantity which can maintain the health of Banyudono villagers.

Keywords: Diarrhea, Drinking Water Supply, Behavior of Sanitation Hygiene

References: 70 (2000-2012) 

Page 4: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 4/181

 

iv

Page 5: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 5/181

 

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

 berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah

hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Oktober 2012

Retno Purwaningsih

 NIM. 6450408044

Page 6: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 6/181

 

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN 

MOTTO:

  Tidak ada hal yang sulit jika kita mau berusaha dengan kerja keras, kerja

cerdas dan kerja ikhlas, yang penting ada kemauan dan ada kesungguhan

serta gunakan logika serta ilmu pengetahuan sesuai kapasitas kita masing-

masing yang telah Alloh Ta’ala karuniakan.

  Hidup adalah sekolah terbaik dan pengalaman adalah guru terbaik karena

mereka mengajarkan hal yang tidak diajarkan guru di sekolah.

  Rasulullaah SAW bersabda: sesungguhnya Alloh Yang Maha Luhur murka

terhadap tiap-tiap orang yang pandai ilmu dunia dan bodoh ilmu akhirat (HR.

Al Hakim dari Abi Hurairah).

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. 

Bapak, Ibu, Adik dan Kakakku, atas

semangat, doa dan kasih sayang yang tulus.

2.  Sahabatku di Dewi Sartika dan PSM.

3.  Teman –temanku IKM angkatan ’08.

4.  Almamaterku Unnes.

Page 7: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 7/181

 

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-

 Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Penyediaan Air

Minum dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare di Daerah

Paska Bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”

dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi

ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1.  Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

 Negeri Semarang, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.

2. 

Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang, ibu Dr. dr. Hj. Oktia Woro K.H., M.Kes., atas

 persetujuan penelitian.

3.  Pembimbing I, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM., M.Kes., atas

 bimbingan, arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

4. 

Pembimbing II, Ibu Widya Hary Cahyati, S.KM., M.Kes., atas bimbingan,

arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

5.  Dosen Penguji Proposal Skripsi, Ibu Arum Siwiendrayanti, S.KM., M.Kes.,

atas saran dan masukkan dalam perbaikan skripsi ini.

6.  Dosen Penguji Skripsi, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM., M.Kes., atas saran dan

masukkan dalam perbaikan skripsi ini.

Page 8: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 8/181

 

viii

7. 

Dosen-dosen dan karyawan di Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bimbingan dan

 bantuannya.

8.  Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Magelang, Bapak Wardi Sutrisno, BA,

atas ijin penelitian.

9.  Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu, Bapak

Sulistyo Yuwono, SH.

10. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Bapak Dr. Hendarto, M.Kes,

atas ijin penelitian.

11. Kepala Puskesmas Kecamatan Dukun, Bapak dr. Edi Suharso, atas ijin

 penelitian.

12. Kepala Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Bapak

Sushana, atas ijin penelitian di wilayah tersebut.

13. Kepala Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Bapak

Irsat, atas ijin penelitian di wilayah tersebut.

14. Bapak (Susapto), Ibu (Sri Wahyuni), Adik (Rina Pratiwi), Kakak (Murdani)

atas do’a,  bantuan, pengorbanan, semangat, kasih sayang, dan motivasinya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

15. Sahabatku di Kosthie, Dewi Sartika, Pondok Shirotol Mustaqim, Pondok

Mulia Abadi, atas do’a dan motivasinya.

16. Teman baikku (Dwina Rismawati dan Indah Yulianti), dukungan dan

motivasinya.

Page 9: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 9/181

 

ix

17. 

Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2008, atas

 bantuan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuannya dalam

 penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna

 penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Semarang, Oktober 2012

Penyusun

Page 10: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 10/181

 

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................... iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

PERNYATAAN .............................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12

2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 12

2.1.1 Penyakit Diare ......................................................................................... 12

Page 11: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 11/181

 

xi

2.1.1.1 Definisi Penyakit Diare ........................................................................ 12

2.1.1.2 Klasifikasi Diare .................................................................................. 12

2.1.1.3 Etiologi Diare ....................................................................................... 14

2.1.1.4 Epidemiologi Penyakit Diare ............................................................... 15

2.1.1.5 Gejala dan Tanda Diare ........................................................................ 16

2.1.1.6 Cara Penularan ..................................................................................... 17

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare ...................... 17

2.1.2.1 Penyediaan Air Minum ........................................................................ 17

2.1.2.2 Tempat Pembuangan Sampah .............................................................. 23

2.1.2.3 Kebiasaan Cuci Tangan........................................................................ 25

2.1.2.4 Kepemilikan Jamban ............................................................................ 25

2.1.2.5 Kebiasaan dan Cara Menyimpan Makanan .......................................... 28

2.1.2.6 Kebiasaan Mencuci Peralatan Makan dan Memasak ........................... 29

2.1.2.7 Sarana Pembuangan Air Limbah ......................................................... 31

2.1.2.8 Tingkat Pendidikan .............................................................................. 31

2.1.2.9 Jenis Pekerjaan ..................................................................................... 32

2.1.2.10 Umur .................................................................................................. 32

2.1.2.11 Status Gizi .......................................................................................... 32

2.1.2.12 Pelayanan Kesehatan .......................................................................... 33

2.1.3 Pengobatan Penyakit Diare ..................................................................... 33

2.1.4 Cara Pencegahan Penyakit Diare ........................................................... 36

2.1.5 Bencana Alam ......................................................................................... 39

2.1.5.1 Pengertian Bencana Alam .................................................................... 39

Page 12: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 12/181

 

xii

2.1.5.2 Erupsi Gunungapi ................................................................................ 40

2.1.5.3 Bahaya Lahar Dingin ........................................................................... 41

2.1.2.4 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Lingkungan............................ 41

2.1.2.5 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Kesehatan .............................. 43

2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 46

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 46

3.2 Variabel Penelitian .................................................................................... 47

3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 47

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .............................. 48

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 51

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 52

3.7 Sumber Data .............................................................................................. 55

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ................................ 56

3.9 Prosedur Penelitian ................................................................................... 60

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 65

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 65

4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 66

4.2.1 Karakteristik Responden ......................................................................... 66

4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian .................................................... 68

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................ 71

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ....................................................... 78

Page 13: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 13/181

 

xiii

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 80

5.1 Pembahasan ................................................................................................ 80

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ........................................................ 90

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 92

6.1 Simpulan .................................................................................................... 92

6.2 Saran ........................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95

LAMPIRAN .................................................................................................... 101

Page 14: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 14/181

 

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1: Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini .............. 9

Tabel 2.1: Parameter Wajib Kualitas Air Minum ........................................... 18

Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .................... 48

Tabel 3.2: OR Penelitian Sebelumnya ............................................................. 53

Tabel 3.3: Merumuskan Data dalam Tabel 2x2 ............................................... 63

Tabel 4.1: Distribusi Responden Menurut Umur ............................................. 66

Tabel 4.2: Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ............................... 67

Tabel 4.3: Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ....................... 67

Tabel 4.4: Distribusi Kualitas Mikrobiologis Air Minum Responden ............. 67

Tabel 4.5: Distribusi Kuantitas Air Bersih Responden .................................... 68

Tabel 4.6: Distribusi Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum Responden 69

Tabel 4.7: Distribusi Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah Responden 69

Tabel 4.8: Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar (BAB)

Menggunakan Air Bersih dan Sabun Responden ............................ 70

Tabel 4.9: Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Milik Sendiri

Responden ....................................................................................... 70

Tabel 4.10: Distribusi Kebiasaan Membuang Sampah Responden ................. 71

Tabel 4.11: Distribusi Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan Responden .. 71

Tabel 4.12: Tabulasi Silang antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan

Kejadian Diare .............................................................................. 71

Tabel 4.13: Tabulasi Silang antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare72

Tabel 4.14: Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum

dengan Kejadian Diare ................................................................. 73

Page 15: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 15/181

 

xv

Tabel 4.15: Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare ................................................................. 74

Tabel 4.16: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air

Besar (BAB) Menggunakan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian

Diare ............................................................................................. 75

Tabel 4.17: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Buang Air Besar di Jamban Milik

Sendiri dengan Kejadian Diare ..................................................... 76

Tabel 4.18: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan

Kejadian Diare .............................................................................. 77

Tabel 4.19: Tabulasi Silang antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanandengan Kejadian Diare ................................................................. 78

Tabel 4.18: Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square 78

Page 16: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 16/181

 

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Kerangka Teori............................................................................ 45

Gambar 3.1: Kerangka Konsep ........................................................................ 46

Page 17: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 17/181

 

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing ............................................................. 102

Lampiran 2: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ................................................ 103

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Magelang ....... 104

Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari BPMPPT Kabupaten Magelang ........... 105

Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang 106

Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian dari Puskesmas Dukun Kabupaten Magelang107

Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Banyudono ......... 108

Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Ketunggeng ........ 109

Lampiran 9: Daftar Responden Kasus .............................................................. 110

Lampiran 10: Daftar Responden Kontrol ......................................................... 111

Lampiran 11: Kuesioner Penjaringan ............................................................... 112

Lampiran 12: Kuesioner Penelitian .................................................................. 114

Lampiran 13: Lembar Checklist  Penelitian ...................................................... 116

Lampiran 14: Uji Validitas dan reliabilitas Instrumen ..................................... 118

Lampiran 15: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Desa Banyudono

 ................................................................................................... 122

Lampiran 16: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Desa

Ketunggeng ................................................................................ 123

Lampiran 17: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Puskesmas

Dukun ........................................................................................ 124

Lampiran 18: Data Penelitian ........................................................................... 125

Lampiran 19: Rekapitulasi Data Penelitian ...................................................... 141

Page 18: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 18/181

 

xviii

Lampiran 20: Peta Ketinggian Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang ........ 143

Lampiran 21: Hasil Analisis Bivariat ............................................................... 144

Lampiran 22: Hasil Pemeriksaan Laboratorium Air Minum Responden ......... 152

Lampiran 23: Foto Kegiatan Penelitian ............................................................ 157

Page 19: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 19/181

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wilayah Indonesia termasuk daerah rawan terjadinya bencana, terutama

 bencana alam geologi, yang disebabkan karena posisi Indonesia yang terletak pada

 pertemuan tiga lempeng tektonik di dunia, yaitu Lempeng Australia di selatan,

Lempeng Euro-Asia di bagian barat, dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur,

yang dapat menunjang terjadinya sejumlah bencana. Disamping itu wilayah

Indonesia juga terdapat banyak gunung berapi (ada 128 gunung api aktif) yang

sewaktu-waktu dapat meletus dan menimbulkan bencana (Praptining Sukowati,

2011: 1-3).

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan rata ‐

rata letusan 2,4‐7 tahun sekali. Secara administratif, Gunung Merapi terletak di

wilayah perbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 yang

mengakibatkan korban meninggal tidak sedikit, hilangnya mata pencaharian

masyarakat, rusaknya bangunan tempat tinggal, fasilitas umum, sarana prasarana

 jalan, dan lain-lain. Letusan Gunung Merapi tersebut diikuti dengan hujan kerikil

dan abu vulkanik di tiga wilayah kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang yang

meliputi Kecamatan Dukun, Kecamatan Srumbung, dan sebagian di Kecamatan

Sawangan (Bina Swadaya Konsultan, 2010: 2).

Kejadian bencana besar di Indonesia diikuti dengan pengungsian

menimbulkan masalah kesehatan yang berawal dari kurangnya air bersih dan

Page 20: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 20/181

  2

 berakibat pada buruknya kebersihan diri, serta buruknya sanitasi lingkungan yang

menyebabkan pengembangan beberapa jenis penyakit menular. Paska bencana banjir

lahar dingin letusan Gunung Merapi Kabupaten Magelang juga masih timbul banyak

 penyakit menular seperti diare, disentri, dan typhus (Retno Mardhiati, 2011: 2-3).

Semua orang di dunia memerlukan air untuk minum, memasak, dan untuk

menjaga kebersihan pribadi. Dalam situasi bencana, mungkin saja air untuk

keperluan minumpun tidak cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak

dikonsumsi menjadi paling mendesak. Biasanya problema-problema kesehatan yang

 berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air

yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu. Selain itu, Kepala Bidang Pengendalian

Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

mengatakan bahwa hasil pemeriksaan sampel air sumur gali beberapa dusun di Desa

Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang seperti Dusun Klatak, Selo

Bendo, Selo Merah, Selo Bentar, Selo Iring, dan Macanan mengandung coliform 

mencapai 1.100 koloni/100 ml air atau melebihi ambang batas normal 50 koloni/100

ml air (Depkes, 2001: 32, Juli Soemirat, 2000: 82, Dinkes Kabupaten Magelang,

2011).

Bakteri coliform  dapat dibedakan atas 2 grup yaitu : (1)  Fecal coliform 

misalnya  Escherichia coli, dan (2)  Non-fecal coliform  misalnya  Enterobacter

aerogenes. Bakteri yang paling banyak digunakan sebagai indikator sanitasi adalah

 E. coli  karena bakteri ini adalah bakteri yang terdapat pada usus manusia dan

umumnya bukan patogen penyebab penyakit. Tetapi apabila di dalam air tersebut

terdeteksi adanya  E. coli  yang bersifat  fecal , apabila dikonsumsi terus-menerus

dalam jangka panjang maka akan berdampak pada timbulnya penyakit seperti radang

Page 21: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 21/181

  3

usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan saluran empedu. Jadi, adanya  E. coli 

dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi kotoran

manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus, sehingga tidak layak untuk

dikonsumsi. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan jumlah  E. coli harus

0 koloni/100 ml (Agus Prayitno, 2009: 3).

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Tiga

faktor yang dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja dan limbah. Ketiga

faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia. Apabila faktor

lingkungan (terutama air) tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar bakteri

didukung dengan perilaku manusia yang tidak sehat seperti pembuangan tinja tidak

higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan

 penyimpanan makanan yang tidak semestinya, maka dapat menimbulkan kejadian

diare (Sander, 2005: 2).

Di negara berkembang seperti di Indonesia, penyakit diare masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih

tinggi. Survei yang dilakukan oleh Sub Direktorat Diare, Departemen Kesehatan dari

tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan insidens diare naik. Pada

tahun 2000, Insidens Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik

menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk, dan

tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011: 1).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, penyakit gastroenteritis

atau diare sejak 6 tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Pada tahun 2008, 51

orang meninggal dan jumlah kasus 1.093.941. Tahun 2009 jumlah meninggal 56

Page 22: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 22/181

  4

orang dengan penderita sebanyak 1.239.433 orang. Tahun 2010 jumlah yang

meninggal sebanyak 65 orang dengan penderita 1.082.856 orang (Depkes RI, 2011).

Selama dua tahun terakhir, penyakit diare di Kabupaten Magelang masih

termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak, pada tahun 2010 penyakit

diare menduduki peringkat keempat (29.509 penderita) setelah penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (89.699 penderita), hipertensi (46.101 penderita),

dan gastritis (31.683 penderita). Pada tahun 2011, kejadian penyakit diare semakin

meningkat menjadi 31.868 penderita berada di bawah penyakit ISPA (111.361

 penderita), hipertensi (52.572 penderita), nasopharingitis akuta (36.181 penderita),

dan penyakit gastritis (31.879 penderita) (Dinkes Kabupaten Magelang, 2012).

Dukun merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang yang

terletak sekitar radius 10 km sebelah selatan puncak Gunung Merapi. Sebanyak

12.841 warga Kecamatan Dukun dievakuasi dan diungsikan pada daerah yang

dianggap aman. Setelah status merapi dari “awas” menjadi “siaga”, maka para

 pengungsi dapat kembali ke tempat tinggal masing-masing. Namun permasalahan

mereka tidak selesai sampai tahap pulang dari pengungsian saja, karena tempat

tinggal, sarana dan prasarana desa, serta fasilitas umum seperti sumber air bersih

telah rusak oleh adanya abu vulkanik dan pasir paska erupsi Merapi. Pengaruh

lingkungan paska erupsi gunung Merapi tersebut dapat memberikan dampak

kesehatan pada masyarakat yang cukup serius (Punik, dkk, 2010: 1-5).

Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Magelang, kejadian diare di

Puskesmas Dukun masih tergolong tinggi dari 28 puskesmas yang terdapat di

Kabupaten Magelang. Pada tahun 2009, Puskesmas Dukun berada pada peringkat

kelima (1.463 penderita) dengan IR 34/1000 penduduk, tahun 2010 turun menjadi

Page 23: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 23/181

  5

 peringkat keenam, akan tetapi kejadiannya semakin meningkat yaitu 1.496 penderita

dengan IR 35/1000, dan tahun 2011 kejadian semakin meningkat tajam menjadi

2.126 penderita yang menduduki peringkat ketiga dengan IR 50/1000 penduduk

(Dinkes Kabupaten Magelang, 2012).

Menurut data yang didapatkan dari Puskesmas Dukun, pada tahun 2009 dan

2010 diare tertinggi terjadi di Desa Banyudono, pada tahun 2009 terdapat 229

 penderita dengan IR 54/1000 penduduk, tahun 2010 sebanyak 215 penderita dengan

IR 51/1000 penduduk, dan tahun 2011 kejadian diare terbanyak terdapat di Desa

Banyubiru yaitu 203 penderita dengan IR 45/1000 dan di Desa Banyudono menurun

menjadi 185 penderita dengan IR 44/1000 (Puskesmas Dukun, 2012).

Desa Banyudono merupakan salah satu desa di Kecamatan Dukun yang

sebagian besar penduduknya bersosial ekonomi menengah ke bawah dengan mata

 pencaharian sebagai petani. Kepala Desa Banyudono mengungkapkan semenjak

meletusnya Gunung Merapi, masyarakat Desa Banyudono kesulitan untuk

mendapatkan air bersih karena air sumur yang biasanya mereka gunakan airnya

semakin sedikit dan keruh. Oleh karena itu, masyarakat Desa Banyudono berusaha

mencari sumber air yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan cara

menggunakan secara bersama-sama sumur warga yang masih jernih atau mencari

sumber mata air baru yang kualitas airnya belum diketahui apakah baik atau tidak

untuk kesehatan (Kades Banyudono, 2012).

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti akan

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara penyediaan air minum dan

 perilaku higiene sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa

Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang”. 

Page 24: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 24/181

  6

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1  Rumusan Masalah Umum

Adakah hubungan antara penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi

dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang?

1.2.2  Rumusan Masalah Khusus

1. 

Adakah hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian

diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang?

2.  Adakah hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di daerah

 paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?

3.  Adakah hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang?

4.  Adakah hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang?

5. 

Adakah hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih

dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare di daerah

 paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?

6. 

Adakah hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban milik

sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?

Page 25: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 25/181

  7

7.  Adakah hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare

di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang?

8.  Adakah hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang?

1.3  TUJUAN PENELITIAN

1.3.1  Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara penyediaan air minum dan perilaku higiene

sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan

Dukun Kabupaten Magelang.

1.3.2 

Tujuan Khusus

1.  Mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

2.  Mengetahui hubungan antara kuantitas air minum dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

3. 

Mengetahui hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

4.  Mengetahui hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

Page 26: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 26/181

  8

5.  Mengetahui hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air

 bersih dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

6. 

Mengetahui hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban

milik sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

7.  Mengetahui hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian

diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

8. 

Mengetahui hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

1.4  MANFAAT PENELITIAN

1.4.1  Bagi Pemerintah

Memberikan informasi bagi pemerintah tentang aspek-aspek yang perlu

diperhatikan pada penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang

mempengaruhi kejadian diare, sehingga dapat dijadikan bahan dalam pengambilan

kebijakan penanggulangan dan pemberantasan penyakit berbasis lingkungan

khususnya diare terutama pada masyarakat daerah paska bencana.

1.4.2  Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada

 penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang dapat mempengaruhi

kejadian diare, sehingga masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan kasus diare

di Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Page 27: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 27/181

  9

1.4.3  Bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES

Sebagai wahana untuk memperkaya referensi di Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Negeri Semarang mengenai penyakit diare, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang penyakit

khususnya diare.

1.4.4  Bagi Peneliti

Peneliti dapat menerapkan ilmu dan teori yang sudah peneliti dapat tentang

 penyediaan air minum dan perilaku higiene sanitasi yang berhubungan dengan

kejadian diare melalui permasalahan langsung di lapangan.

1.5 KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1. Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini

No

Judul

Penelitian/Peneliti/

Tahun

RancanganPenelitian

VariabelPenelitian

Hasil Penelitian

1. Hubungan

antara kualitas

mikrobiologis

air bersih dan

 perilaku higiene

sanitasi dengan

kejadian diare

 pada balita di

Desa

Kebonharjo

Kecamatan

Patebon

Kabupaten

Kendal/

Frida Dauria/

2007

Penelitian

survei

analitik

dengan

desain studi

kasus

kontrol

Variabel terikat:

kejadian penyakit

diare pada balita.

Variabel bebas:

 perilaku higiene

sanitasi (kualitas

mikrobiologis air

 bersih, kebiasaan

tempat membuang

sampah, kebiasaan

mencuci tangan

sebelum memegang

makanan, kebiasaan

mencuci tangan

setelah buang air

 besar (BAB),

kebiasaan mencuci

alat makan dan

minum, kebiasaanmenutup hidangan

yang disajikan,

kebiasaan tempat

Variabel yang

 berhubungan

dengan diare

adalah kualitas

mikrobiologis air

 bersih (p= 0,020;

OR 2,71),

kebiasaan

membuang sampah

(p= 0,036;

OR=2,438),

kebiasaan mencuci

tangan setelah

makan (p=0,025;

OR= 3,226),

kebiasaan mencuci

tangan setelah

BAB (p= 0,011;

OR= 3,968),kebiasaan menutup

hidangan makanan

(p= 0,025; OR=

Page 28: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 28/181

  10

 buang air besar

(BAB).

3,226). Variabel

yang tidak berhubungan

dengan diare

adalah kebiasaan

mencuci alat

makan dan minum

(p= 0,420) dan

kebiasaan tempat

BAB (p= 0,296).

2.

3. 

Hubunganantara praktik

 personal

hygiene ibu

 balita dan sarana

sanitasi

lingkungan

dengan kejadian

diare pada anak

 balita di

Kecamatan

Maos Kabupaten

Cilacap/

Muhajirin/

2007

Hubungan

antara sanitasi

dan higiene

dengan kejadian

diare di Desa

Pamotan

Rembang/

 Nurjanah/

2010

Penelitiansurvei

analitik

dengan

desain studi

kasus

kontrol

Penelitian

analitik

observa-

sional

dengan

metode

survei cross

 sectional  

Variabel terikat:kejadian diare pada

 balita. Variabel

 bebas: praktik

 personal hygiene 

(praktik BAB,

 praktik minum,

 praktik cuci tangan),

air bersih (kualitas

 bakteriologis air

 bersih), jamban

(kualitas jamban),

air limbah (kualitas

 pembuangan air

limbah).

Variabel terikat:

kejadian diare.

Variabel bebas:

sarana penyediaan

air bersih, sarana

 jamban, tempat

 pembuangan

sampah, sarana

 pembuangan air

limbah, higiene perorangan.

Variabel yang berhubungan

dengan diare

adalah praktik

 personal hygiene

(p=0,001;

OR=2,983),

kualitas jamban

(p=0,001;

OR=3,059),

kualitas

 pembuangan air

limbah (p=0,001;

OR=0,269) dan

 jenis tempat

sampah (p=0,004;

OR=0,312).

Variabel yang

tidak berhubungan

dengan diare

adalah kualitas air

 bersih (p=0,05).

Variabel yang

 berhubungan

dengan kejadian

diare adalah

kondisi sarana

 penyediaan air

 bersih (p= 0,040),

kondisi jamban (p=

0,022), kondisi

sarana pembuangan

sampah (p= 0,028),

sarana

Page 29: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 29/181

  11

Beberapa hal yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan

 penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1.  Terdapat penggantian variabel bebas yaitu kualitas mikrobiologis air bersih

menjadi kualitas mikrobiologis air minum.

2. 

Sasaran pada penelitian yang akan dilakukan tidak hanya pada balita, tetapi pada

responden yang berumur 5-59 tahun.

3.  Metode penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol.

1.5  RUANG LINGKUP PENELITIAN

1.5.1  Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

1.5.2  Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2012.

1.5.3 

Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini merupakan bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat yang

dititikberatkan pada aspek kesehatan lingkungan. Fokusnya untuk mengetahui

 penyediaan air minum dan perilaku higiene dengan kejadian diare di daerah paska

 bencana.

 pembuangan air

limbah (p= 0,038),kondisi higiene

 perorangan (p=

0,034).

Page 30: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 30/181

 

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Penyakit Diare

2.1.1.1 Def in isi Penyaki t Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

 banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk

cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi

yang meningkat (Arif Mansjoer, dkk, 2007: 501). Diare juga dapat definisikan bila

 buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tetapi tidak

 berdarah dalam waktu 24 jam. Sementara diare yang berdarah didefinisikan sebagai

disentri (Depkes RI, 2009: 46). Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer

dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila

frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur

lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Ai Yeyeh R dan Lia

Yulianti, 2010: 151). Hingga kini diare masih menjadi child killer  (pembunuh anak-

anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare,

 baik balita, anak-anak, dan orang dewasa, tetapi penyakit diare berat dengan

kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006: 8).

2.1.1.2 Klasif ikasi Diare

Berdasarkan jenisnya diare dibagi menjadi empat, antara lain:

1. Diare Akut

Page 31: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 31/181

  13

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari (Lung E, 2003: 50). Akibat diare akut adalah dehidrasi.

Rotavirus ditemukan pada lebih dari 50% kasus selain infeksi bakteri yang lebih

umum termasuk Campylobacter, Salmonella, E. coli, dan  Shigella (Sir R M dan

Simon J N, 2002: 180).

2. Disentri

Disentri ialah penyakit radang pada usus besar disertai darah dan nanah di

dalam tinja (Arthur G J, 2011: 326). Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan

 berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa

(Depkes RI, 2005: 26). Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella,

Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan  Entamoeba histolytica

(Lung E, 2003: 50).

3. Diare Persisten

Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme (Depkes RI, 2005: 27). Diare jenis ini sering terjadi pada anak dengan

status gizi rendah, AIDS, dan anak dalam kondisi infeksi (Kepmenkes RI, 2011: 33).

Insiden diare persisten di beberapa negara berkembang berkisar antara 7-15% setiap

tahun dan menyebabkan kematian sebesar 36-54% dari keseluruhan kematian akibat

diare (Yati Sunarto, 2010: 123).

4. Diare dengan Masalah Lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga

disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi, atau penyakit lainnya

(Depkes RI, 2005: 27).

Page 32: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 32/181

  14

2.1.1.3 Etiologi Diare  

Penyebab diare disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare. Jenis-

 jenis infeksi yang umumnya menyerang dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

 penyebab utama diare, meliputi :

a) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas, Staphylococcus aureus.

 b) Inveksi virus:  Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis),

 Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus.

c) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongy loides),

 Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichoirionas

hominis),  jamur   (Candida albicans),  Balantidium coli, Blastocystis

homonis.

2) Infeksi parental, ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: Otitis

 Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,

ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan anak

 berumur di bawah dua tahun (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26,

Bambang S dan Nurtjahjo BS, 2010: 89-92).

2. Faktor Malabsorpsi

Malabsorpsi karbohidrat adalah kepekaan bayi terhadap laktoglobulis dalam

susu formula sehingga dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja

 berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut, sedangkan malabsorpsi lemak terjadi

Page 33: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 33/181

  15

 bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida. Trigliserida, dengan

 bantuan kelenjar lipase akan mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik. Selain itu malabsorpsi protein, defisiensi

disakarida, glukosa-galaktosa, sistik fibrosis, dan cholestosis juga dapat

menyebabkan diare (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).

3. Faktor Makanan

Faktor makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,

 basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Makanan

yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak balita

(Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mengakibatkan terjadi diare meliputi rasa takut,

cemas, dan tegang. Jika hal tersebut terjadi pada anak, dapat menyebabkan diare

kronis, tetapi jarang terjadi pada anak balita dan umumnya terjadi pada anak yang

lebih besar atau dewasa (Widjaja, 2002: 8-10, Depkes RI, 2005: 24-26).

2.1.1.4 Epidemiologi Penyaki t Diare

Di negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun,

sedangkan di negara berkembang lebih dari itu (Manatsathit, dkk, 2002: 17). WHO

memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas

3-4 juta per tahun (Soewondo ES, 2002: 34). Di Indonesia, menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh hasil bahwa diare masih merupakan

 penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%,

Page 34: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 34/181

  16

untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibandingkan

 pneumonia 15,5% (Bambang S dan Nurtjahjo BS, 2010: 88).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, penyakit gastroenteritis

atau diare sejak 6 tahun terakhir menunjukkan tren meningkat. Pada tahun 2008

dengan 51 orang meninggal dan jumlah kasus 1.093.941. Tahun 2009 jumlah

meninggal dan jumlah kasus lebih banyak lagi, jiwa melayang akibat diare tercatat

56 orang dengan penderita sebanyak 1.239.433 orang, sementara tahun 2010 jumlah

yang meninggal sebanyak 65 orang dengan penderita 1.082.856 orang (Depkes RI,

2011).

2.1.1.5 Gejala dan Tanda Diare

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:

1.  Gejala Umum

1) 

Buang air besar yang lebih sering dari biasanya, dengan tinja yang lembek

sampai cair.

2) 

Penderita akan merasa lemas, perut sakit/ mules, terkadang disertai pula

dengan mual dan muntah, panas, serta sakit kepala, bahkan ada pula yang

diarenya kemudian bercampur darah dan lendir (Garneta R B dan Barti S M,

2008: 9).

3)  Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah),

4) 

Dehidrasi, dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang, dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang

hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat.

Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung

 bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,

kesadaran menurun, dan penderita sangat pucat (Widjaja, 2002: 11).

Page 35: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 35/181

  17

2.  Gejala Spesifik

Diare karena   bakteri  Escherichia coli  patogen: kebanyakan pasien

mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair, mual, dan kejang abdomen.

Diare berat jarang terjadi, dimana pasien melakukan BAB lima kali atau kurang

dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini rata-rata 5 hari. Demam timbul pada

kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi sangat jarang terdapat sel darah

merah atau sel darah putih (Umar Zein, dkk, 2004: 7).

2.1.1.6 Cara Penularan

Penyakit diare disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan

 penyakit diare melalui fekal oral yang terjadi karena:

1.  Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila

seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar

 pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat

 penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air

 pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2.  Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau

 bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare ke orang yang memakannya (Widoyono, 2008: 147-149).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

2.1.2.1 Penyediaan Ai r Bersih

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makan. Kebutuhan manusia

akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi mencuci, dan

sebagainya. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

Page 36: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 36/181

  18

 bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih

yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Menurut Permendagri

 No. 23 Tahun 2006, standar kebutuhan pokok air minum adalah kebutuhan air

sebesar 60 liter/ orang per hari (Budiman Chandra, 2007: 39, Soekidjo Notoatmodjo,

2007: 172, Permendagri, 2006: 2).

Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau

tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Air minum merupakan air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk

untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak

menimbulkan penyakit bagi manusia (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 173, Permenkes,

2010:3).

Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,

mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif seperti yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.

Kualitas air tersebut menyangkut:

Tabel 2.1. Parameter Wajib Kualitas Air MinumNo Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum

yang diperbolehkan

1. Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan

a.  Parameter Mikrobiologi

1)   E. Coli Jumlah per 100 ml

sampel

0

2)  Total bakteri Coliform  Jumlah per 100 ml

sampel

0

 b. Kimia an-organik

1) 

Arsen mg/l 0,01

2) 

Fluorida mg/l 1,5

Page 37: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 37/181

  19

3) 

Total kromium mg/l 0,05

4) 

Kadmium mg/l 0,0035)

 

 Nitrat (sebagai NO2-) mg/l 3

6)   Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 50

7)  Sianida mg/l 0,07

8)  Selenium mg/l 0,01

2. Parameter yang tidak langsung

 berhubungan dengan

kesehatan

a. 

Parameter fisik

1) 

Bau Tidak berbau

2) 

Warna TCU 153) 

Total zat padat terlarut

(TDS)

mg/l 500

4) 

Kekeruhan NTU 5

5)  Rasa Tidak berasa

6)  Suhu °C Suhu udara ± 3

 b. Parameter kimiawi

1)  Aluminium mg/l 0,2

2)  Besi mg/l 0,3

3)  Kesadahan mg/l 500

4)  Khlorida mg/l 250

5)  Mangan mg/l 0,4

6) 

 pH 6,5-8,5

7) 

Seng mg/l 3

8) 

Sulfat mg/l 250

9) 

Tembaga mg/l 2

10) 

Amonia mg/l 1,5

Parameter mikrobiologis untuk air minum adalah dengan menggunakan

 bakteri Coliform dan  E coli. Apabila dalam pemeriksaan air minum dan ditemukan

adanya bakteri tersebut, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut telah

terkontaminasi oleh tinja manusia dan hewan berdarah panas (Agus Prayitno, 2009:

2). Escherichia Coli dan Coliform merupakan suatu bakteri yang digunakan sebagai

indikator adanya polusi kotoran dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia,

seperti diare, muntaber, serta masalah pencernaan lainnya.  Escherichia coli

merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu,

dikenal juga dengan istilah koli tinja.  Escherichia coli termasuk dalam famili

 Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan bakteri gram-negatif, berbentuk batang

Page 38: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 38/181

  20

 pendek, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa

dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 44°C (Munif,

2009).

 E. Coli  tahan berbulan-bulan dalam air dan tanah, tahan berminggu-minggu

dalam pembenihan pada suhu kamar, mati dalam 15-20 menit pada suhu 26°C. Jadi,

dengan adanya  E. Coli  dalam air minum menunjukkan bahwa air minum tersebut

 pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus.

Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan  E.Coli harus tidak terdeteksi dalam

100 ml air minum (Maksum Radji, 2011: 125-127).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri:

1.  Suhu

Sebagian besar bakteri tumbuh optimal pada suhu manusia. Akan tetapi,

 beberapa bakteri dapat tumbuh dalam lingkungan ekstrem yang berada di luar

 batas pertahanan organism eukariot. Berdasarkan perbedaan suhu tumbuh,

 bakteri dibedakan menjadi tiga:

a. 

Psikrofil, hidup di udara dingin.

 b. 

Mesofil, hidup di udara bersuhu sedang.

c. 

Termofil, hidup di udara panas

2.   pH

 pH adalah derajat keasaman suatu larutan. Kebanyakan bakteri tumbuh subur

 pada pH 6,5-7,5. Sangat sedikit bakteri yang dapat tumbuh pada pH asam (di

 bawah pH 4).

Page 39: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 39/181

  21

3.  Tekanan Osmotik

Bakteri memperoleh semua nutrisi dari cairan di sekitarnya. Bakteri

membutuhkan air untuk pertumbuhan. Tekanan osmotik yang tinggi dapat

menyebabkan air keluar dari dalam sel bakteri sehingga menghambat

 pertumbuhan atau menyebabkan plasmolisis.

4. 

Faktor Kimia

Selain air, unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme

adalah unsur kimia, antara lain karbon, nitrogen, sulfur, dan unsur kelumit

(misalnya Cu, Zn, dan Fe).

5.  Oksigen

Mikroorganisme yang menggunakan oksigen menghasilkan lebih banyak energi

dari nutrien yang diperoleh daripada mikroba yang tidak menggunakan oksigen

(anaerob).

6.  Faktor Pertumbuhan Organik

Komponen organik penting yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh bakteri

disebut faktor pertumbuhan organik. Komponen ini harus didapatkan langsung

dari lingkungan pertumbuhan bakteri. Faktor pertumbuhan organik yang

dibutuhkan bakteri adalah vitamin, asam amino, purin, dan pirimidin (Maksum

Radji, 2011: 21-27).

Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan),

air permukaan, dan air tanah.

1.  Air Angkasa (Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada

saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung

Page 40: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 40/181

  22

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung

di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,

misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.

2.  Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan

mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3.  Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian

mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses

filtrasi secara alamiah.

4.  Sumur

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang

tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur

dapat dibagi menjadi 2 jenis:

1) 

Sumur Dangkal

Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di

atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak

terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari

kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK), sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu

sekali diperhatikan.

Page 41: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 41/181

  23

2)  Sumur Dalam

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan

oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi

dan memenuhi persyaratan sanitasi (Budiman Chandra, 2007: 45-46).

Agar sumur gali/pompa tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu

adanya syarat-syarat sebagai berikut:

1. 

Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke

dalamnya.

2.  Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus ditembok,

agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

3.  Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi

kekeruhan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 178).

2.1.2.2   Tempat Pembuangan Sampah

Sampah/waste diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan

dan dibuang, atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, serta tidak terjadi dengan

sendirinya (Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin, 2009: 274). Menurut Undang-Undang

 No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-

hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat.

Menurut Wahid Iqbal M dan Nur Chayatin (2009: 275), sampah dapat

digolongkan menjadi:

1)  Solid waste refuse, yaitu sampah yang berbentuk padat.

2) 

 Liquid waste/waste water , yaitu sampah yang berbentuk cair/air buangan.

3) 

 Atmospheric waste, yaitu sampah yang berbentuk gas.

Page 42: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 42/181

  24

4)   Human waste/excreta disposal , yaitu sampah yang berasal dari kotoran

manusia.

5)  Special waste, yaitu sampah dalam kategori khusus, sebab tergolong sampah

yang berbahaya.

Menurut Mukono (2000: 23), sampah padat dapat dibedakan menjadi

 beberapa jenis, antara lain:

1) 

Kandungan zat kimia, dibedakan menjadi:

a.  Sampah anorganik

 b.  Sampah organik

2)  Mudah sukarnya terbakar, dibedakan menjadi:

a.  Sampah yang mudah terbakar

 b. 

Sampah yang sukar terbakar

3)  Mudah sukarnya membusuk, dibedakan menjadi:

a.  Sampah yang sukar membusuk

 b. 

Sampah yang mudah membusuk

Tempat sampah adalah tempat untuk menyimpan sampah sementara setelah

sampah dihasilkan, yang harus ada di setiap sumber/penghasil sampah seperti

sampah rumah tangga. Tempat sampah harus memenuhi kriteria syarat-syarat

kesehatan, antara lain (Dinkes Prop Jawa Tengah, 2005: 25):

1)  Penampungan sampah di tempat pembuangan sampah tidak boleh melebihi 2

kali 24 jam (2 hari), dan segera dibuang.

2)  Penempatan tempat sampah hendaknya ditempatkan pada jarak terdekat yang

 banyak menghasilkan sampah.

Page 43: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 43/181

  25

3)  Jika halaman rumah luas, maka pembuangan sampah dapat dibuat lubang

sampah dan bila sudah penuh dapat ditutup lagi dengan tanah atau dibakar

sedikit demi sedikit.

4)  Tempat sampah tidak menjadi sarang/tempat berkembangbiaknya serangga

ataupun binatang penular penyakit (vector ).

5) 

Sebaiknya tempat sampah kedap air, agar sampah yang basah tidak

 berceceran sehingga mengundang datangnya lalat.

2.1.2.3 Kebiasaan Cuci Tangan  

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari

kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan

tangan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua

tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi silang. Tujuan cuci tangan

adalah menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi

 jumlah mikroorganisme sementara (Linda Tietjen, 2004: 3-4).

Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan yang penting

dalam penularan diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi

anak, dan sesudah makan, berdampak pada kejadian diare. Biasakan cuci tangan

 pakai sabun dan air bersih sebelum makan agar terhindar dari sakit perut dan

cacingan, karena telur cacing yang mungkin ada dalam tangan atau kuku yang kotor

ikut tertelan dan masuk ke dalam tubuh (Kepmenkes RI, 2011: 23).

2.1.2.4   Kepemil ikan Jamban

Kepemilikan tempat pembuangan tinja merupakan salah satu fasilitas yang

harus ada dalam rumah yang sehat. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus

Page 44: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 44/181

  26

atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare ke orang yang memakannya. Pembuangan tinja merupakan bagian

yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut

aturan, memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya

melalui tinja, antara lain penyakit diare (Soeparman dan Suparmin, 2002: 7,

Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172-180).

Menurut Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategi

nasional sanitasi total berbasis masyarakat, jamban sehat adalah fasilitas

 pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Sebuah jamban dikategorikan sehat jika:

1) 

Mencegah kontaminasi ke badan air

2)  Mencegah kontaminasi antara manusia dan tinja

3)  Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang

lainnya

4) 

Mencegah bau yang tidak sedap

5) 

Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna.

Untuk menentukan letak pembuangan kotoran, terlebih dahulu kita harus

memperhatikan ada atau tidaknya sumber-sumber air. Mempertimbangkan jarak

yang harus diambil antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, harus

memperhatikan bagaimana keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah,

 pengaruh banjir pada musim hujan, dan sebagainya (Wahid Iqbal M dan Nur

Chayatin, 2009: 307).

Page 45: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 45/181

  27

Jamban atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan

adalah (Dinkes Prop Jawa Tengah, 2005: 25):

1)  Septic tank  tidak mencemari air tanah dan atau air permukaan, jarak dengan

sumber air > 10 meter.

2) 

Bila berbentuk leher angsa, air penyekat selalu menutup lubang tempat

 jongkok.

3) 

Bila tanpa leher angsa, harus dilengkapi dengan penutup lubang tempat

 jongkok yang dapat mencegah lalat atau serangga atau binatang lainnya.

Menurut Soeparman dan Suparmin (2002: 56), jamban dapat dibedakan atas

 beberapa macam, antara lain:

1)  Jamban Cubluk

Dilihat dari penempatan dan konstruksinya, jenis jamban ini tidak mencemari

tanah ataupun kontaminasi air permukaan serta air tanah. Tinja tidak akan

dapat dicapai oleh lalat apabila lubang jamban selalu tertutup.

2) 

Jamban Air

Jamban ini merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki

 pembusukan. Apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah, serta air

 permukaan tidak akan terkontaminasi.

3)  Jamban Leher Angsa

Jamban leher angsa atau jamban tuang siram yang menggunakan sekat air

 bukanlah jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih

merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.

Hasil penelitian Wibowo (2003) menunjukkan bahwa tempat pembuangan

tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare

Page 46: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 46/181

  28

 berdarah pada anak balita sebesar 2,55 kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang

membuang tinjanya secara saniter. Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh

responden, diketahui masih ada sebagian masyarakat yang belum memiliki jamban

 pribadi, sehingga apabila mereka buang air besar mereka menumpang di jamban

tetangga atau buang air besar di jamban cemplung yang ada di dekat rumah. Jamban

keluarga juga masih banyak yang belum terbebas dari vektor-vektor seperti lalat atau

kecoa. Disamping itu, masih ada sebagian ibu yang tidak membuang tinja balita

dengan benar, mereka membuang tinja balita ke sungai, ke kebun atau pekarangan.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa yang tidak mempunyai jamban keluarga

 berisiko 2,09 kali lebih besar untuk terkena diare dari pada balita yang mempunyai

 jamban keluarga dan signifikan bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,009

 pada 95 % CI : 1,20 –  3,66.

2.1.2.5   Kebiasaan dan Cara Menyimpan M akanan

Makanan yang kotor akan berbahaya bagi anggota keluarga karena dapat

menyebabkan kejadian diare, sehingga agar keamanan makanan terjaga, diusahakan

agar menyimpan makanan pada tempat yang dingin dan tertutup, seperti pada lemari

makan atau meja yang ditutup dengan tudung saji.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam

makanan adalah: (a) Temperatur tempat penyimpanan makanan, (b) Merebus atau

memanaskan makanan sampai mendidih, (c) Suhu terlalu rendah saat menyimpan

hidangan, minimal 7°C, (d) Kandungan cairan atau air dalam bahan makanan yang

tinggi, dan (e) Jangka waktu penyimpanan makanan yang lama (5-6 jam) (Toyo,

2005: 96). 

Page 47: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 47/181

  29

Dalam menyimpan makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

(1) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya; (2)

Makanan yang cepat busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65,5°C atau lebih atau

disimpan dalam suhu dingin sekitar 4°C atau kurang; (3) Makanan yang cepat busuk

untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam

suhu dingin sekitar 5°C sampai 1°C; (4) Tidak menempel pada lantai, dinding, atau

langit-langit dengan ketentuan : jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan

dengan dinding 5 cm, dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm (Asmirah Ina

Lopi dan Marylin Junias, 2006: 26).

2.1.2.6 Kebiasaan Mencuci Peralatan Makan dan Memasak

Perlu diperhatikan bahwa peranan air dan makanan dalam penularan penyakit

diare tidak dapat diabaikan, karena air merupakan unsur yang ada dalam makanan

maupun minuman, dan juga digunakan untuk mencuci tangan, bahan makanan, serta

 peralatan untuk memasak atau makan (Andry Hartono, 2002: 2). Kebersihan area

lingkungan, bangunan, serta peralatan di dapur adalah sangat menunjang untuk

menghasilkan makanan yang baik, bersih, dan aman dimakan. Seseorang dapat

menjadi sakit/keracunan makanan karena kelengahan kita dalam menjaga kebersihan

alat-alat maupun lingkungan tempat pengolahan makanan itu sendiri. Untuk

menghindari berkembangbiaknya bakteri yang dapat merusak dan membahayakan

makanan tersebut, salah satu cara mengatasinya adalah menjaga kebersihan dapur

dan alat-alatnya semaksimal mungkin (Dinkes Prop Jateng, 2005:30). 

Alat makan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan di dalam

menularkan penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan mengandung

mikroorganisme dapat menularkan penyakit menular makanan (Annisa Andriyani,

Page 48: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 48/181

  30

dkk, 2009: 35). Setiap peralatan makan haruslah selalu dijaga kebersihannya saat

digunakan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar.

Dengan pencucian yang baik, akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat

 pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan, berarti telah membantu

mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Desmaslima P

S, 2009: 2-3).

Cara pencucian peralatan harus memenuhi kebutuhan:

1)  Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air dingin, air

 panas sampai bersih.

2) 

Dibebashamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 80 C

selama 2 menit.

3) 

Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat

sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak

 boleh dilap dengan kain.

4)  Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam

keadaan kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab,

terlindung dari sumber pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak

(Depkes RI, 2003: 11-12). 

Selain alat makan, pengurasan/pencucian penampungan air seperti

 penampungan air bersih dan wadah/tempat air minum juga perlu dilakukan. Perilaku

sehubungan dengan kebersihan tempat penampungan air dapat dikatakan benar, jika

frekuensi pengurasan dilakukan setiap hari atau paling sedikit 2 kali dalam seminggu

(Kasnodihardjo, dkk, 2006: 58).

Page 49: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 49/181

  31

2.1.2.7 Sarana Pembuangan Ai r L imbah

Air limbah adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun

kualitasnya semakin baik. Air limbah meliputi semua air kotoran yang berasal dari

 perumahan (kamar mandi, kamar cuci, juga dapur) yang berasal dari industri-

industri dan juga air hujan (Juli Soemirat, 2000:128). Cara pembuangan air limbah

dapat dilakukan dengan cara campuran (air hujan bersama-sama air kotoran) dan

cara terpisah (air hujan dibuang terpisah dari air kotoran) (Wahid Iqbal M dan Nur

Chayatin, 2009: 309).

Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang

tergenang di sekitar rumah, hingga tidak menjadi tempat perindukan serangga

ataupun dapat mencemari lingkungan/sumber air. Syarat saluran pembuangan air

limbah antara lain (Dinkes Prop Jateng, 2005: 25):

1)  Tidak ada air tergenang di sekitar rumah yang kelihatan berserakan.

2)  Saluran tertutup atau diresapkan.

2.1.2.8   Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan

masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi

tahu mengenai pentingnya higiene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk

mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya

mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya

 pencegahan penyakit menular (Sander, 2005: 13).

Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih

 berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah

kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin

Page 50: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 50/181

  32

tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan kematian ibu

(Widyastuti, 2005: 14). 

2.1.2.9   Jenis Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status

sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, serta risiko cedera atau masalah kesehatan

dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan merupakan suatu determinan risiko dan

determinan terpapar, serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat

suatu populasi (Widyastuti, 2005: 14). 

2.1.2.10  Umur

Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki

karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai

untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa kesehatan,

dan karena saling diperbandingkan, maka kekuatan variabel umur menjadi mudah

dilihat (Widyastuti, 2005: 14).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-

 penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Soekidjo

 Notoatmodjo, 2003: 15).

2.1.2.11  Status Gizi

Pada balita penderita kurang gizi, serangan diare terjadi lebih sering.

Semakin buruk keadaan/status gizi balita, semakin sering dan berat diare yang

diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi

karena daya tahan tubuh yang kurang. Makin buruk gizi seorang anak, ternyata

makin banyak episode diare yang dialami. Mortalitas bayi di negara yang jarang

Page 51: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 51/181

  33

terdapat gizi buruk umumnya kecil, di negara yang banyak balita gizi buruk,

mortalitas bayi karena diare tinggi. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Brotowasisto yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan

diare di negara yang sedang berkembang dan sering merupakan lingkaran tertutup

yang sulit dipecahkan (Sinthamurniwaty, 2006: 120-121).

2.1.2.12  Pelayanan Kesehatan

Di Indonesia, penyebab kematian akibat diare pada semua kelompok umur,

dari SKRT tahun 2001 (17%) menduduki urutan ke-2; dari Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2003 (19%) menduduki urutan pertama, dan dari Riskesdas

2007 pada penyakit menular (13,2%) menduduki urutan ke-4. Penyebab kematian

akibat diare pada balita pada SKRT 2003 adalah 19%, angka ini ditemukan lebih

tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 25,2% dan menduduki urutan pertama/tertinggi.

Demikian pula kelompok umur 29 hari-11 bulan adalah 31,4%, juga menduduki

urutan pertama/tertinggi. Dalam hal ini ditemukan adanya peningkatan yang cukup

tinggi proporsi kematian balita akibat diare.

Peningkatan proporsi dapat dikatakan masih kurangnya pemanfaatan sarana

 pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dokter praktek,

dan bidan praktek) oleh masyarakat karena jaraknya jauh dan waktu tempuh yang

lama, yaitu masih besarnya proporsi rumah tangga dengan jarak >5 km ke sarana

 pelayanan kesehatan di pedesaan, demikian pula proporsi rumah tangga dengan >30

menit (Kepmenkes RI, 2011: 30).

2.1.3 Pengobatan Penyaki t Di are

Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat),

dietetik (pemberian makanan), obat-obatan, dan sering tidak diperlukan antibiotik.

Page 52: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 52/181

  34

Saat ini lebih disarankan terutama pemberian zat probiotik dan zink (Ai Yeyeh R dan

Lia Yulianti, 2010: 153).

Pengobatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya:

1.  Diare Tanpa Dehidrasi dengan TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai

mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan

dan minum seperti biasa (Widoyono, 2008:150). Penderita tanpa dehidrasi harus

segera diberi cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi, seperti air tajin,

larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dan sebagainya. Pengobatan dapat

dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan

adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100 ml, 1-5 tahun

adalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml, dan dewasa adalah 300-400

ml setiap BAB (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 108-109).

2.  Diare Dehidrasi Ringan-Sedang dengan TRO (Terapi Rehidrasi Oral)

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari

 berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari

 berat badan (Widoyono, 2008:150). Penderita diare dengan dehidrasi ringan-

sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi

oral dengan oralit (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 109).

3.  Diare Dehidrasi Berat dengan TRP (Terapi Rehidrasi Parenteral)

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya

lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.

Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit

untuk diinfus RL (Ringer Laktat) (Widoyono, 2008:150).

Page 53: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 53/181

  35

4.  Cairan Rehidrasi Oral (CRO)

Pada tahun 2002 WHO mengumumkan CRO formula baru yang sesuai dengan

rekomendasi dengan 75 mEq/ l  natrium, 75 mmol/ l  glukosa, dan osmolaritas total

245 mOsm/ l . Komposisi ini dipilih untuk memungkinkan satu jenis larutan saja

untuk digunakan pada pengobatan diare yang disebabkan oleh bermacam sebab

 bahan infeksius yang disertai dengan berbagai derajat kehilangan elektrolit

(Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 110).

5.  CRO Baru

Resep untuk memperbaiki CRO antara lain menambahkan substrat untuk

kotransport natrium (contoh: asam amino  glycin, alanin dan glutamin) atau

substrat glukosa dengan komplek karbohidrat (CRO berbasis beras dan sereal)

(Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 111).

6.  Seng ( Zinc)

Dari sistematik reviu dari 10 RCT yang semuanya dilakukan di negara

 berkembang pada tahun 1999, didapatkan bahwa suplemen seng dengan dosis

minimal setengah dari RDA Amerika Serikat untuk seng, ternyata dapat

menurunkan insiden diare sebanyak 15% dan prevalensi diare mencapai 25%.

Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah menganjurkan penggunaan seng

 pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg per hari selama 10-14 hari, dan bayi

<6 bulan dengan dosis 10 mg per hari selama 10-14 hari (Bambang S dan

 Nurtjahyo B S, 2011: 111).

7.  Pemberian Makanan Selama Diare

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah

sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak

Page 54: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 54/181

  36

mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat

kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan

mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat

dicegah atau paling tidak dikurangi (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 111).

8. 

Pemberian Makanan Setelah Diare

Perlu pemberian makanan ekstra yang kaya akan zat gizi beberapa minggu

setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta

mempertahankan pertumbuhan yang normal. Diberikan ekstra makanan pada

saat anak merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat

menghabiskan tambahan 50% atau lebih kalori dari biasanya (Bambang S dan

 Nurtjahyo B S, 2011: 112).

9. 

Terapi Medikamentosa

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare, seperti:

antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetik, dan obat yang mempengaruhi

mikroflora usus (Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011: 112).

2.1.4 Cara Pencegahan Penyaki t Di are

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat

dilakukan adalah (Kepmenkes RI, 2011: 23-25):

1.  Perilaku Sehat

1)  Menggunakan Air Bersih yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui  fecal-oral. 

Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman, atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari

tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan

Page 55: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 55/181

  37

air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-

 benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat

mengurangi risiko terhadap serangan diare, yaitu dengan menggunakan air

yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh keluarga :

a.  Mengambil air dari sumber air yang bersih

 b.  Menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta

menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.

c. Menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi

anak-anak

d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)

e. Mencuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

 bersih dan cukup.

2) 

Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak, dan

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan

angka kejadian diare sebesar 47%).

Page 56: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 56/181

  38

3)  Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

 jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap

 penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

 jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh keluarga dalam penggunaan jamban:

a. 

Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

 b.  Membersihkan jamban secara teratur.

c.  Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar.

2.  Penyehatan Lingkungan

1) 

Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air

antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit

mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara

kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air

sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk

mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air bersih yang cukup di

setiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu perilaku hidup bersih harus

tetap dilaksanakan.

2)  Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor

 penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dan sebagainya. Selain itu

sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan

Page 57: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 57/181

  39

estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak

dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah

 penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus

dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.

Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

 pembuangan akhir, dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara

ditimbun atau dibakar.

3)  Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

 pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,

mengganggu estetika, dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan

 bersarangnya tikus. Kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti

leptospirosis atau filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada

saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,

agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak

sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

2.1.5 Bencana Alam

2.1.5.1 Pengertian Bencana A lam  

Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana disebutkan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia,

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

Page 58: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 58/181

  40

kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang

diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam

antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan, dan tanah longsor.

Indonesia terletak pada titik temu tiga lempeng tektonik besar, yaitu

Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan Lempeng Pasifik. Wilayah

Indonesia juga terdapat banyak gunung berapi (ada 129 gunung api aktif) yang

sewaktu-waktu dapat meletus dan menimbulkan bencana (Praptining Sukowati,

2011: 1). Gunung Merapi adalah satu dari 129 gunung api aktif dan satu dari 15

gunung api kritis atau sangat potensial untuk meletus  (Wikanti Astiningrum, dkk,

2004: 66).

2.1.5.2 Erupsi Gunungapi

Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat

keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Erupsi

gunung api dapat dimulai oleh tenaga dari tekanan magma yang terjebak oleh

sumbatan yang menghalanginya keluar dari kulit bumi, dimana ketika tekanannya

makin lama makin besar, sehingga sumbatan itu tak kuasa lagi menahannya dan

terjadilah erupsi atau letusan gunung api. Erupsi gunung api disertai oleh awan panas

yang keluar. Awan panas yang keluar dari kawah gunung api mengandung debu dan

gas beracun yang meliputi sulfur dioksida (Triton PB, 2009: 110-113). Letusan

gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh 18 km

atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh 90 km (Tesa Febriani,

dkk, 2007: 8).

Page 59: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 59/181

  41

2.1.5.3 Bahaya Lahar D ingin

Kecepatan aliran lahar sangat lambat antara 5-300 meter/hari tergantung dari

viskositas dan kemiringan lereng. Manusia dapat menghindar untuk menyelamatkan

diri. Lahar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu lahar letusan dan lahar hujan.

Lahar letusan disebut juga lahar primer, lahar ini terjadi akibat letusan eksplosif pada

gunung api yang mempunyai danau kawah. Luas daerah yang dilanda oleh lahar

letusan tergantung kepada volume air di dalam kawah dan kondisi morfolog di

sekitar kawah. Semakin besar volume air di dalam kawah dan semakin luas dataran

daerah sekitarnya, maka semakin jauh dan semakin luas pula penyebaran laharnya.

Lahar hujan disebut juga lahar sekunder. Lahar ini terbentuk akibat hujan.

Dapat terjadi segera setelah gunung api meletus atau setelah lama meletus. Faktor

yang menentukan besar kecilnya lahar hujan adalah volume air hujan atau curah

hujan yang turun di atas daerah endapan abu gunung api dan volume endapan

gunung api yang mengandung abu sebagai sumber material pembentuk lahar.

Aliran lahar mempunyai berat jenis yang besar, dapat mengangkut berbagai

macam ukuran, sehingga aliran lahar ini mempunyai daya perusak yang sangat besar

dan berbahaya terutama pada daerah aliran yang cukup miring atau landai. Bangunan

 beton seperti jembatan dapat dihancurkan dalam sekejap mata (Djauhari Noor, 2005:

123-124).

2.1.5.4 Dampak Bencana Gunungapi terhadap L ingkungan

Bahaya letusan gunung berapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) 

terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya. Beberapa bentuk dampak letusan 

gunung api yang biasa terjadi dan memberi pengaruh terhadap lingkungan dan

manusia adalah: 

Page 60: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 60/181

  42

1.  Lava, yaitu cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam bumi

ke permukaan melalui kawah (Tesa Febriani, dkk, 2007: 12). Lava (lelehan)

yang merupakan cairan silika pijar, pekat, panas, dan bersifat sangat merusak

segala infrastruktur yang dilaluinya. Lahan pertanian,  perkebunan, hutan, dan

infrastruktur jalan akan rusak terbakar apabila dilewati oleh lelehan ini.

Semakin rendah kekentalan lava akan memperjauh jangkauan aliran. Jalur

lelehan akan menjadi ladang batu saat lava mulai dingin (Winarti, 2010: 10). 

2.  Wedhus Gembel (aliran piroklastik/awan panas), terjadi akibat runtuhan

tiang asap erupsi plinian. Kecepatan aliran ini dapat mencapai 150 -250

km/jam dengan suhu >600C. Dengan suhu yang tinggi, maka perpaduan

antara kecepatan dan panas menjadi ancaman yang sangat berbahaya bagi

makhluk hidup. Semua yang tersapu oleh awan panas akan terbakar (Winarti,

2010: 10). 

3. 

Jatuhan piroklastik (hujan abu/pasir vulkanik), terjadi saat letusan dengan

 bentuk  seperti tiang asap yang cukup tinggi, menyebar sesuai arah angin dan

saat energinya habis akan jatuh ke bumi. Dampak dari hujan abu ini dapat

merusak  daun-daun, pepohonan, bahkan meruntuhkan atap rumah. Hujan abu

dapat mengurangi jarak pandang dan mengganggu pernafasan. Selain itu

tingkat keasaman yang tinggi dalam abu vulkanik dapat mencemari air dan

memicu terjadinya korosi pada seng dan bahan besi lainnya (Winarti, 2010:

10). 

4. 

Gas vulkanik, yaitu gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus.

Gas vulkanik beracun, biasanya gas yang dikeluarkan adalah CO, CO2, HCN, 

Page 61: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 61/181

  43

H2S, SO2, dan lain-lain, yang dapat merenggut jiwa jika konsentrasinya

melebihi ambang  batas (Tesa Febriani, dkk, 2007: 12-13, Winarti, 2010: 10). 

5. 

Lahar, yaitu lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material

lainnya (Tesa Febriani, dkk, 2007: 13). Lahar (letusan), terjadi apabila

volume air alam dalam bentuk lumpur panas di kawah cukup besar sehingga

tumpah. Datangnya hujan akan menambah buruk  tumpahan lahar karena

endapan material lepas hasil erupsi gunungapi akan ikut terangkut. Dalam

 jangka waktu yang lama dapat memicu terjadinya banjir   bandang yang sangat

membahayakan penduduk yang berada di sekitar alur  sungai (Winarti, 2010:

10). 

2.1.5.5 Dampak Bencana Gunungapi terhadap Kesehatan

Perlu diketahui bahwa bencana yang diikuti dengan pengungsian

menimbulkan masalah kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah

 bidang/sektor lain. Timbulnya masalah kesehatan itu berawal dari kurangnya air

 bersih yang berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan

yang merupakan awal dari perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular,

menurunnya pelayanan kesehatan, timbulnya kasus penyakit menular, terbatasnya

 persediaan pangan dan menurunnya status gizi masyarakat, serta memburuknya

sanitasi lingkungan karena kurangnya persediaan air bersih (Depkes RI, 2001: 1-3).

Berbagai penyakit menular dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Beberapa

 jenis penyakit menular misalnya penyakit yang disebabkan oleh makanan, penyakit

yang ditularkan oleh vektor, dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui udara

 pernafasan yang lazim menyerang saluran nafas hingga paru-paru seperti diare,

cacar, malaria, meningitis, tuberkulosis, typhoid , cacingan, skabies, anemia, tetanus,

Page 62: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 62/181

  44

hepatitis, dan lain-lain. Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan

awal dari proses terjadinya penurunan derajat kesehatan dalam jangka panjang akan

mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi seseorang (Umar

F A, 2008: 139-141).

Page 63: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 63/181

  45

2.2 KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber: Arif Mansjoer, 2007; Permenkes RI, 2010, Kepmenkes RI, 2008;

Kepmenkes RI, 2011; Andry Hartono, 2002; Toyo, 2005; Sander, 2005; Widyastuti,

2005; Sinthamurniwaty, 2006; Triton PB, 2009; Dinkes Prop Jateng, 2005;

Widoyono, 2008).

Sarana

tempat pembuangan

sampah

Kebiasaan

membuang sampah

Kebiasaan cuci

tangan sebelum

makan dan setelah

BAB 

Sosial

ekonomi

Daerah paska bencana

gunung meletus

Sanitasi

rumah

Kuantitas air bersih

Kualitas air minum

(kandungan bakteri

 E. coli)

Kebiasaan dan cara

menyimpan

makanan

Kebiasaan Buang

Air Besar (BAB) di

 jamban milik sendiri

Kebiasaan mencuci

 peralatan makan dan

memasak

Kondisi personal

higiene

1.Suhu

2.pH

3.Tekanan osmotik

4.Faktor kimia

5.Oksigen

6.Faktor

 pertumbuhan

organik

Konsumsi

air minumPendidikan

Umur

Pelayanan

kesehatanDiareSistem

imun

Status

gizi

Sarana

 penyediaan

air minum

Kondisi fisik

sarana penyedian

air minum

Agen

Makanan/minuman

yang

terkontaminasi

Page 64: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 64/181

 

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2  VARIABEL PENELITIAN

3.2.1  Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air minum,

kuantitas air bersih, kondisi fisik sumber penyedia air minum, kondisi fisik tempat

Variabel Terikat

Kejadian diare

Variabel Bebas

Higiene Sanitasi

1. Kualitas mikrobiologis air minum

2. Kuantitas air bersih

3. Kondisi fisik sumber penyedia air

minum

4. Kondisi fisik tempat pembuangan

sampah

Perilaku higiene

1. Kebiasaan mencuci tangan setelah

Buang Air Besar (BAB)

menggunakan air bersih dan sabun

2. Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di

 jamban milik sendiri

3. Kebiasaan membuang sampah4. Kebiasaan menutup hidangan

makanan

Variabel Pengganggu

Umur

Page 65: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 65/181

  47

 pembuangan sampah, kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun

setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri,

kebiasaan membuang sampah, dan kebiasaan menutup hidangan makanan.

3.2.2 

Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

3.2.3  Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah umur. Teknik mengendalikan

variabel pengganggu dalam penelitian ini dengan metode restriksi yaitu suatu metode

untuk membatasi subjek penelitian menurut kriteria tertentu antara lain:

1.  Pengendalian umur dengan memilih responden berumur 5-59 tahun, karena penelitian

memang akan dilakukan pada usia umum, sedangkan untuk umur dibawah 5 tahun

atau diatas 59 tahun pengklasifikasian diare sudah berbeda dengan umur umum.

3.3 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.3.1 Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian diare.

3.3.2 Ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare.

3.3.3 Ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan kejadian

diare.

3.3.4 Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare.

3.3.5 Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan

sabun setelah Buang Air Besar (BAB) dengan kejadian diare.

Page 66: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 66/181

  48

3.3.6 Ada hubungan antara kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban milik sendiri

dengan kejadian diare.

3.3.7 Ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare.

3.3.8 Ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan kejadian

diare.

3.4 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1.

2.

Higiene

SanitasiKualitas

mikrobiologis

air minum

Kuantitas air

 bersih

Angka yang

menunjukkan

 banyaknya bakteri

 E. coli  air minum

yang digunakan

masyarakat.

Syarat:Kadar maksimum

total bakteri  E.coli 

adalah 0

koloni/100 ml air

(Menkes RI, 2010)

Jumlah air bersih

minimal yang

 perlu disediakan

agar manusia dapat

hidup secara layakyaitu dapat

memperoleh air

yang diperlukan

untuk melakukan

aktivitas dasar

sehari-hari yaitu

mandi, cuci, kakus

dan minum.

Metode

MPN (Most

 Probable

 Number)

atau nilai

duga

terdekatdengan

mengguna

kan deretan

5 tabung

reaksi.

Wawancara

Uji

laborato

rium

Kuesioner

0 = tidak memenuhi

syarat

1 = memenuhi

syarat

0 = tidak memenuhi

syarat

1 = memenuhi

syarat

Ordinal

Ordinal

Page 67: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 67/181

  49

3.

4.

Kondisi fisik

sumber

 penyedia airminum

Kondisi fisik

tempat

 pembuangan

sampah

Keadaan sarana air

 bersih yang

digunakan untukmemenuhi

kebutuhan

 penyediaan air

minum, ketentuan:

1. Sumur gali dan

sumur pompa:

terdapat dinding

6 meter ke

 bawah.

Perlindungan

mata air dan perpipaan:

 jaringan pipa

tidak

 bocor/terendam

air = 1.

2. 

Tempat

 penampungan

air dalam

keadaan bersih

dan dikuras

sekurang-

kurangnya

seminggu

sekali= 1.

3. 

Tempat

 penyimpanan

air minum

dalam keadaan

 bersih dan

dicuci sekurang-

kurangnyaseminggu sekali

= 1.

Tempat yang

digunakan untuk

membuang semua

 benda atau produk

sisa yang dianggap

tidak bermanfaat/

dibuang sebagai

 barang tidak

Observasi

Observasi

Lembar

checklist

Lembar

checklist

0 = tidak memenuhi

syarat, jika skor < 2

1 = memenuhisyarat, jika skor  2

0 = tidak memenuhi

syarat, jika skor 0

1 = memenuhi

syarat, jika skor  1

Ordinal

Ordinal

Page 68: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 68/181

  50

5.

6.

Perilaku

higieneKebiasaan

mencuci

tangan

setelah

Buang Air

Besar (BAB)

menggunakan

air bersih dan

sabun

Kebiasaan

Buang Air

Besar (BAB)

di jamban

milik sendiri

 berguna.

Ketentuan sebagai

 berikut:a) Setiap keluarga

mempunyai

tempat

 pembuangan

sampah sendiri

di rumah,

skor = 1.

 b) 

Tempat

 pembuangan

sampah tertutup

hingga tidakterjamah lalat

dan kedap air,

skor = 1.

Perilaku yang

dilakukan

masyarakat dalam

mencuci tangan

dengan air bersih

dan sabun setelah

 buang air besar

Kebiasaan

masyarakat dalam

 buang air besar di

 jamban milik

sendiri.

Wawancara

Wawancara

Kuesioner

Kuesioner

0 = tidak memenuhi

syarat, jika tidak

mencuci tangan

dengan air bersih

dan sabun atau

mencuci tangan

dengan air bersih

tanpa menggunakan

sabun setelah buang

air besar

1 = memenuhi

syarat, jika mencuci

tangan dengan air

 bersih dan sabun

setelah buang air besar

0 = tidak memenuhi

syarat, jika BAB

tidak di jamban

atau di jamban

 bukan milik sendiri

1 = memenuhi

syarat, jika BAB di

 jamban milik

sendiri

Ordinal

Ordinal

Page 69: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 69/181

  51

7.

8.

9.

Kebiasaan

membuang

sampah

Kebiasaan

menutup

hidanganmakanan

Kejadian

diare

Perilaku

masyarakat dalam

membuangsampah secara

rutin (setiap hari)

dikumpulkan di

tempat

 pembuangan

sampah

sementara/dibakar.

Perilaku

masyarakat dalam

menyiapkanmakanan yang

sudah matang

dalam keadaan

tertutup sehingga

tidak mudah

dihinggapi oleh

lalat.

Diare adalah berak

lembek sampai

encer (mencret)

dan bertambahnya

frekuensi buang air

 besar biasanya tiga

kali atau lebih

dalam sehari yang

terjadi setelah

erupsi Gunung

Merapi sampai

dengan bulan

Maret 2012.

Wawancara

Observasi

Wawancara

Kuesioner

Lembar

checklist

Kuesioner

0 = tidak memenuhi

syarat, jika tidak

setiap harimembuang sampah.

1 = memenuhi

syarat, jika setiap

hari membuang

sampah

0 = tidak memenuhi

syarat, jika tidak

menutup makanan1 = memenuhi

syarat, jika

menutup makanan

0 = Penderita diare

(kasus)

1 = Tidak diare

(kontrol)

Ordinal

Ordinal

3.5  JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analitik observasi dengan

rancangan pendekatan kasus kontrol. Pada studi kasus kontrol sekelompok kasus

(kelompok yang menderita efek/penyakit yang sedang diteliti) dibandingkan dengan

kelompok kontrol (kelompok yang tidak menderita efek/penyakit yang sedang diteliti).

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan kelompok kasus dan kelompok

Page 70: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 70/181

  52

kontrol, kemudian secara retrospektif (penelusuran ke belakang) diteliti faktor risiko

yang mungkin dapat menerangkan apakah kelompok kasus dan kelompok kontrol terkena

efek atau tidak (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismail, 2011: 147).

3.5 

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.5.1  Populasi

3.5.1.1  

Populasi Kasus

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh warga Desa Banyudono yang

didiagnosis diare oleh Puskesmas Dukun dari bulan Nopember 2010 sampai Maret 2012.

3.5.1.2  

Populasi Kontrol

Populasi kontrol dalam penelitian ini adalah bukan penderita diare yang tinggal di

Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun dengan variabel bebas berbeda dengan kontrol, hal

tersebut agar variabel bebas dapat dianalisis dengan kejadian diare. Desa Ketunggeng

merupakan desa yang terletak pada radius 17 km dari puncak Merapi sehingga dampak

akibat letusan Merapi lebih kecil dibandingkan dengan desa lain.

3.5.2  Sampel

Penentuan besar sampel untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam

 penelitian ini adalah berdasarkan pada perhitungan dari nilai OR dari penelitian terdahulu

dengan tingkat kemaknaan sebesar 95% (Zα = 1,960) dan kekuatan penelitian 80% (Zβ =

0,842). Berdasarkan penghitungan OR serta paparan proporsi pada kelompok kontrol

terdahulu sebagai berikut:

Page 71: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 71/181

  53

Tabel 3.2. OR Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti/

Tahun

Variabel OR

1. Muhajirin/2007 Praktik personal hygiene  2,983

2. Muhajirin/2007 Kualitas jamban 3,059

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diperoleh bahwa nilai OR penelitian

terdahulu yang terkecil adalah 2,983 dari variabel praktik  personal hygiene  pada

 penelitian Muhajirin tahun 2007.

Dengan mengunakan rumus sebagai berikut:

,α β√ 

. /

(Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011: 369)

Keterangan :

n1=n2 : Besar sampel untuk kasus dan kontrol

zα  : Tingkat kepercayaan (95% = 1,960)

zβ  : Power penelitian (80% = 0,842)

P : Perkiraan proporsi efek pada kasus

Q : Proporsi kontrol terpapar

R : OR penelitian terdahulu

 

Q = 1 –  P = 1 –  0,75 = 0,25

,α β√ 

. /

Page 72: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 72/181

  54

,

. /- 

= 28,72  29 orang

Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh sampel sebanyak 29 orang.

Penelitian ini menggunakan perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol

1:1 dengan jumlah kasus 29 dan kontrol 29.

3.6.2.1 Sampel Kasus

Merupakan warga yang berdomisili di Desa Banyudono dan pernah berobat ke

Puskesmas Dukun pada saat menderita diare (penyakit yang sedang diteliti) dan

terdiagnosis menderita diare yaitu berjumlah 29 orang yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut:

3.6.2.1.1 Kriteria Inklusi

1)  Bertempat tinggal dan berdomisili di Desa Banyudono pada saat penelitian dan

 bersedia untuk mengikuti penelitian.

2)  Rumah/tempat tinggal tidak mengalami perubahan konstruksi bangunan setelah

 bencana Gunung Merapi meletus sampai penelitian berdasarkan wawancara dan

observasi. 

3)  Didiagnosa menderita diare oleh Puskesmas Dukun.

4)  Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.1.2 Kriteria Eksklusi

1)  Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

2) 

Tidak bersedia untuk mengikuti penelitian.

Page 73: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 73/181

  55

3.6.2.2 Sampel Kontr ol

Merupakan warga yang berdomisili di Desa Ketunggeng dan tidak mempunyai

riwayat penyakit diare yaitu berjumlah 29 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut:

3.6.2.1.1 Kriteria Inklusi

1)  Bertempat tinggal dan berdomisili di Desa Ketunggeng pada saat penelitian dan

 bersedia untuk mengikuti penelitian.

2) 

Rumah/tempat tinggal tidak mengalami perubahan konstruksi bangunan setelah

 bencana Gunung Merapi meletus sampai penelitian berdasarkan wawancara dan

observasi. 

3) 

Tidak mempunyai riwayat penyakit diare setelah bencana gunung meletus.

4)  Usia responden 5-59 tahun.

3.6.2.1.2 Kriteria Eksklusi

1) 

Tidak berada di tempat pada saat penelitian.

2)  Tidak bersedia untuk mengikuti penelitian.

3.6 

SUMBER DATA

3.6.1  Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi kepada

responden mengenai kuantitas air bersih, kondisi fisik sumber penyedia air minum,

kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan cuci tangan menggunakan air bersih

dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri,

kebiasaan membuang sampah, kebiasaan menutup hidangan makanan, dan kejadian diare.

Page 74: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 74/181

  56

Selain itu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium mengenai kualitas mikrobiologis

(bakteri E. coli) air minum.

3.6.2  Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang, Puskesmas Kecamatan Dukun, serta Kantor Kepala

Desa Banyudono dan Kantor Kecamatan Dukun yang meliputi data jumlah kasus diare di

Kabupaten Magelang dan Puskesmas Dukun, gambaran umum lokasi penelitian, dan data

demografi.

3.7 

INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

3.7.1  Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.8.1.1 Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan dimana

responden harus memilih jawaban yang disediakan. Kuesioner ini bertujuan untuk

mendapatkan data mengenai kuantitas air bersih,  kebiasaan mencuci tangan

menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air besar di

 jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah dan kejadian diare. Dalam penelitian

ini, uji coba kuesioner dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

3.8.1.1.1 Val idi tas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 129). Suatu kuesioner

dikatakan valid kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu

Page 75: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 75/181

  57

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen

(kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel

dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel

tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang

digunakan korelasi Pearson Product Moment dalam Agus Riyanto (2010: 40) yaitu:

()()()√ *∑ (∑ )+*∑ (∑ )+ 

Keterangan:

r  xy : Koefisien korelasi antara x dan y

n : Jumlah subyek

X : Skor item

Y : Skor total

 X : Jumlah skor item

 Y : Jumlah skor total

 X2

: Jumlah kuadrat skor item

 Y2

: Jumlah kuadrat skor total

Keputusan uji: bila r hitung (r pearson)   r tabel, maka Ho ditolak, artinya pertanyaan

valid (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 167).

3.8.1.1.2 Reliabil itas

Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

 pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau

Page 76: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 76/181

  58

lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Agus

Riyanto, 2010: 40, Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 133). Pada penelitian ini untuk

mengetahui reliabilitas instrumen adalah dengan membandingkan nilai r hasil dengan

nilai konstanta ”bisa juga dengan r tabel”. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai r hasil

adalah nilai ‘Alpha’   (terletak di awal output ). Ketentuannya: bila r Alpha > konstanta,

maka pertanyaan tersebut reliabel (Agus Riyanto, 2010: 46).

3.8.1.2 L embar Checkl ist

Lembar checklist   bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kondisi fisik

sumber penyedia air minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, dan kebiasaan

menutup hidangan makanan.

3.8.1.3. Peralatan untuk Pengambil an Sampel A ir

Peralatan yang digunakan adalah botol steril, kapas alkohol, lampu bunsen, dan

korek api untuk pengambilan sampel air minum setiap responden.

3.8.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data dengan

metode yang ditentukan oleh peneliti (Suharsimi Arikunto, 2002:198). Dalam penelitian

ini teknik pengambilan datanya adalah:

3.8.2.1  

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara peneliti bertanya kepada responden dengan

menggunakan kuesioner sebagai panduan untuk mengetahui kuantitas air bersih,

kebiasaan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar,

kebiasaan buang air besar di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, dan

kejadian diare.

Page 77: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 77/181

  59

3.8.2.2  

Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung sumber penyedia air minum,

tempat pembuangan sampah, tempat menghidangkan dan menyimpan makanan.

3.8.2.3  

Pemeri ksaan L aboratori um

Pemeriksaan laboratorium kualitas mikrobiologis (bakteri  E. coli) air minum

dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten Magelang dengan

menggunakan metode MPN (Most Probable Number) atau nilai duga terdekat dengan

menggunakan metode MPN lima belas tabung, dengan ulangan lima kali. Pertama buat

 pengenceran pada sampel susu 10-1, 10-2, 10-3. Setiap pengenceran diinokulasikan per

ml, ke dalam 5 tabung reaksi berisi 9 ml  Brilliant Green Bile Broth (BGBB), semuanya

15 tabung. Ke 15 tabung tersebut diinkubasi pada suhu 44,5 - 45°C selama 24 - 48 jam.

Setiap tabung yang menunjukkan produksi gas, keruh, berwarna hijau kekuningan diduga

 positif E. coli. Semua tabung positif dari setiap pengenceran diinokulasikan dengan cara

streak pada media Eosin Methylene Blue Agar  (EMBA) (5 area setiap pengenceran pada

setiap cawan petri). Kemudian diinkubasi pada pada suhu 37°C selama 18  –   24 jam,

mengidentifikasi koloni tersebut pada tryptone water   (setiap area pada 1 tabung).

Inkubasi pada suhu 44,5 - 45°C selama 24 jam untuk meyakinkan bahwa koloni tersebut

 E. coli. Melakukan tes indol pada setiap tabung dengan meneteskan reagen kovach. Bila

 positif akan terlihat cincin merah muda. Cara penghitungan: koloni khas  E. coli  yang

tumbuh setiap area dihitung satu atau dengan menghitung tabung tryptone water   yang

 positif per pengenceran, kemudian dibandingkan dengan tabel  Mc Cradys  (Ernawati,

2010: 3-4).

Page 78: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 78/181

  60

3.8.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data berupa jumlah penduduk

Desa Banyudono yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Banyudono, data kejadian

diare di Kabupaten Magelang yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,

dan data kejadian diare di Kecamatan Dukun yang diperoleh dari Puskesmas Dukun.

3.9 

PROSEDUR PENELITIAN

3.9.1 Awal Penelitian

Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

 penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah:

1. 

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran masalah yang terjadi di lokasi

 penelitian.

2. 

Koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Puskesmas

Kecamatan Dukun, Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kabupaten Magelang,

dan Kantor Kepala Desa Banyudono mengenai prosedur penelitian dan untuk

mendapatkan data yang mendukung penelitian.

3. 

Menentukan sampel penelitian.

4. 

Menyusun kuesioner dan lembar checklist .

5. 

Mempersiapkan instrumen penelitian.

3.9.2  Penelitian

1. 

Tahap penelitian adalah kegiatan yang dilakukan saat pelaksanaan penelitian.

Adapun kegiatan pada tahap penelitian adalah: pengisian kuesioner dan lembar

checklist  mengenai sarana kuantitas air minum, kondisi fisik sumber penyedia air

minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan cuci tangan

menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar, kebiasaan buang air

Page 79: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 79/181

  61

 besar di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, kebiasaan menutup

hidangan makanan, dan kejadian diare. 

2. 

Mengambil sampel air minum yang digunakan oleh responden. 

3.  Memeriksakan kandungan bakteri  E. coli  sampel air ke Laboratorium Kesehatan

Masyarakat Kabupaten Magelang. 

3.9.3  Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai penelitian.

Adapun kegiatan pada tahap akhir penelitian adalah:

1. 

Pencatatan data hasil penelitian.

2.  Analisis data.

3. 

Pembuatan laporan.

3.10 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

3.10.1  Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

3.10.1.1 Edi ting

Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang telah ada pada angket, sehingga

apabila terdapat kekurangan data dapat segera dilakukan tindakan perbaikan.

3.10.1.2 Koding

Melakukan klasifikasi dan pengkodean pada jawaban responden dan hasil

observasi, sehingga mudah dilakukan pengolahan data.

Page 80: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 80/181

  62

3.10.1.3 Entri Data

Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam fasilitas yang ada di komputer.

3.10.1.4 Tabulating

Menyajikan data dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam analisis data

sesuai dengan tujuan penelitian.

3.10.2 Teknik Analisis Data

3.10.2.1 Anali sis Un ivari at

Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel dari hasil tiap penelitian

(Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis univariat dilakukan untuk mendiskripsikan

tiap-tiap variabel penelitian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Variabelnya meliputi

kualitas mikrobiologis air minum, kuantitas air minum, kondisi fisik sumber penyedia air

minum, kondisi fisik tempat pembuangan sampah, kebiasaan mencuci tangan

menggunakan air bersih dan sabun setelah Buang Air Besar (BAB), kebiasaan Buang Air

Besar (BAB) di jamban milik sendiri, kebiasaan membuang sampah, dan kebiasaan

menutup hidangan makanan.

3.10.2.2  

Anal isis Bivari at

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 188). Analisis

 bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik

yang digunakan adalah chi-square atau kai kuadrat karena untuk mengetahui hubungan

variabel kategorik dengan kategorik (Agus Riyanto, 2009: 75).

Page 81: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 81/181

  63

Besarnya risiko relatif (odds rasio)  point estimate dan confidence interval 95%

dan dengan menggunakan α = 0,05. Untuk menghitung odds rasio digunakan tabel 2x2,

sedangkan untuk menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel terikat

digunakan :

Uji OR =

 

Tabel 3.3. Merumuskan Data dalam Tabel 2x2

Faktor

Risiko

Kelompok Studi

Kasus Kontrol Jumlah

+

-

a

c

 b 

d

a+b

c+d

Jumlah a+b b+d a+b+c+d=N

OR=

 

Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil yang digunakan confidence interval

(CI) 95%:

1) 

Bila OR hitung > 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

merupakan risiko timbulnya penyakit.

2) 

Bila OR hitung > 1 dan 95% CI mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti belum

tentu faktor risiko timbulnya penyakit.

3)  Bila OR hitung = 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1 atau 95% CI mencakup

angka 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.

4) 

Bila OR hitung < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

merupakan faktor protektif.

Page 82: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 82/181

  64

5)  Bila OR hitung < 1 dan 95% CI tidak mencakup angka 1, maka faktor yang diteliti

 belum tentu merupakan faktor protektif (Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael,

2011:120).

Aturan pengambilan keputusan:

1. Jika p value ≥ α (0,05) maka Ho ditolak  

2. Jika p value < α (0,05) maka Ho diterima 

Page 83: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 83/181

 

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng

termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Dukun. Luas wilayah kerja Puskesmas

Dukun adalah 3.984.490 m2 dengan jumlah penduduk 43.219 jiwa dan 15 desa,

terdiri dari Desa Ketunggeng, Ngadipuro, Wates, Kalibening, Ngargomulyo,

Keningar, Sumber, Dukun, Banyubiru, Banyudono, Mangunsoka, Sewukan,

Krinjing, Paten, dan Sengi. Jumlah Rukun Tetangga (RT) 309, jumlah Rukun Warga

(RW) 167, jumlah dusun 144, dan 167 posyandu yang tersebar di masing-masing

RW. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas negeri 1 buah, puskesmas swasta 1

 buah, 1 apotek, dokter umum 2 orang, dan bidan 19 orang (Puskesmas Dukun,

2011).

Desa Banyudono terletak pada radius 10 km dari puncak Merapi. Proporsi

luas daerah/wilayah terluas berupa tanah sawah sederhana seluas 208.300 m2. Sarana

lalu lintas 100% melalui jalur darat. Jumlah penduduk sebesar 5.096 jiwa terdiri dari

15 RW dan 18 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.378 KK.

Proporsi penduduk menurut mata pencaharian yang terbanyak yaitu petani sebanyak

398 orang dan pedagang sebanyak 87 orang. Sumber air yang digunakan penduduk

mayoritas dari sumur dan sumber air tanah dangkal (Desa Banyudono, 2011).

Desa Ketunggeng adalah desa yang terletak radius 17 km dari puncak

Merapi. Proporsi luas daerah/wilayah terluas berupa tanah sawah sederhana seluas

Page 84: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 84/181

  66

115.000 m2. Sarana lalu lintas 100% melalui jalur darat. Jumlah penduduk sebesar

2.855 jiwa terdiri dari 11 RW dan 13 RT dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 804 KK. Proporsi penduduk menurut mata pencaharian yang terbanyak

yaitu buruh industri sebanyak 173 orang dan petani sebanyak 156 orang. Sumber air

yang digunakan penduduk mayoritas dari sumur (BPS Kabupaten Magelang, 2011).

4.2 HASIL PENELITIAN

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah penderita dan bukan penderita diare di

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang pada Tahun 2011-2012 sebanyak 58 responden,

dengan karakteristik sebagai berikut:

4.2.1.1 Di str ibusi Responden Menurut Umur

WHO menganjurkan pembagian umur menurut tingkat kedewasaan, yaitu 0 – 14

tahun: bayi dan anak-anak, 15 – 49 tahun: orang muda dan dewasa, 50 tahun keatas: orang tua

(Notoatmodjo, 2007:20). Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan

gambaran umum mengenai umur responden (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur

Umur (tahun) Kejadian Diare

Kasus Kontrol

∑  % ∑  %

0-14

15-49

9

18

31,0

62,0

8

20

27,6

69,0≥50 2 7,0 1 3,4

Total 29 100,0 29 100,0

Data Tabel 4.1 menggambarkan bahwa dari 29 responden kasus, prosentase

responden dengan umur 0-14 tahun sebesar 31,0%, umur 15-49 tahun sebesar 62,0%

dan responden dengan umur >50 tahun sebesar 7,0%. Sedangkan dari 29 responden

Page 85: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 85/181

  67

kontrol, prosentase responden dengan umur 0-14 tahun sebesar 27,6%, 15-49 tahun

sebesar 69,0% dan responden dengan umur > 50 tahun sebesar 3,4%.

4.2.1.2 Distr ibusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan gambaran umum

mengenai jenis kelamin responden (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)Laki-laki 22 37,9

Perempuan 36 62,1

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui dari 58 responden didapatkan bahwa

sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (62,1%),

sedangkan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (37,9%).

4.2.1.3 Distr ibusi Responden menurut Ti ngkat Pendidikan

Hasil wawancara dengan responden penelitian didapatkan gambaran umum

mengenai tingkat pendidikan responden (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Kejadian Kusta Multibasiler  

Kasus Kontrol

∑  % ∑  %

Tidak Tamat SD

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA

Tamat Akademi/PT

8

2

11

6

2

27,6

6,9

37,9

20,7

6,9

7

3

5

12

2

24,1

10,3

17,3

41,4

6,9

Total 29 100,0 29 100,0

Data Tabel 4.3 menggambarkan bahwa dari 29 responden kasus, sebagian

 besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP yaitu 37,9% dan sebagian

kecil memiliki tingkat pendidikan tamat akademi/PT yaitu 6,9%. Sedangkan pada 29

responden kontrol, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat

Page 86: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 86/181

  68

SLTA yaitu 41,4% dan sebagian kecil memiliki tingkat pendidikan tamat

akademi/PT yaitu 6,9%.

4.2.2 Analisis Univariat Variabel Penelitian

4.2.2.1 Distribusi Kuali tas Mi krobiologis Air M inum

Distribusi hasil penelitian mengenai kualitas mikrobiologis air minum di Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Distribusi Kualitas Mikrobiologis Air Minum Responden

Kualitas Mikrobiologis Air Minum Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

34 58,6

24 41,4

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kualitas

mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang (58,6%) dan

responden dengan kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat sebanyak 24

orang (41,4%).

4.2.2.2 Distri busi Kuanti tas Ai r Bersih

Distribusi hasil penelitian mengenai kuantitas air bersih di Desa Banyudono dan

Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Kuantitas Air Bersih RespondenKuantitas Air Bersih Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

26 44,8

32 55,2

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden dengan kuantitas air

 bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 26 orang (44,8%) dan responden dengan

kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).

Page 87: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 87/181

  69

4.2.2.3 Distri busi Kondisi F isik Sumber Penyedia Ai r M inum

Distribusi hasil penelitian mengenai kondisi fisik sumber penyedia air minum di

Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Distribusi Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum Responden

Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air

Minum

Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

24 41,4

34 58,6

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden dengan kondisi fisik

sumber penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 24 orang (41,4%) dan

responden dengan kondisi fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat

sebanyak 34 orang (58,6%).

4.2.2.4 Di str ibusi Kondisi F isik Tempat Pembuangan  Sampah

Distribusi hasil penelitian mengenai kondisi fisik tempat pembuangan sampah di

Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Distribusi Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah Responden

Kondisi Fisisk Tempat PembuanganSampah

Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat

33 56,925 43,1

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden dengan kondisi fisik

tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 33 orang (56,9%) dan

responden dengan kondisi fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat

sebanyak 25 orang (43,1%).

4.2.2.5 Di str ibusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Ai r Besar (BAB)

Menggunakan Ai r Bersih dan Sabun

Page 88: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 88/181

  70

Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air

 besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng

Kecamatan Dukun (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar (BAB)

Menggunakan Air Bersih dan Sabun Responden

Kebiasaan Mencuci Tangan SetelahBuang Air Besar (BAB) Menggunakan

Air Bersih dan Sabun

Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat

26 44,8

32 55,2Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan

mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun

tidak memenuhi syarat sebanyak 26 orang (44,8%) dan responden dengan kebiasaan

mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun

memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).

4.2.2.6 Distri busi Kebiasaan Buang Ai r Besar (BAB) di Jamban M il ik Sendir i

Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban

milik sendiri di Desa Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Milik Sendiri

Responden

Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) diJamban Milik Sendiri

Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat

26 44,832 55,2

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan

 buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak memenuhi syarat sebanyak 26

orang (44,8%) dan responden dengan kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban

milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 32 orang (55,2%).

Page 89: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 89/181

  71

4.2.2.7 Di str ibusi Kebiasaan Membuang Sampah

Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan membuang sampah di Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.10).

Tabel 4.10 Distribusi Kebiasaan Membuang Sampah Responden

Kebiasaan Membuang Sampah Jumlah Prosentase (%)Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat

34 58,624 41,4

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan

membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 34 orang (58,6%) dan

responden dengan kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat sebanyak 24

orang (41,4%).

4.2.2.8 Distri busi Kebiasaan Menutup H idangan Makanan

Distribusi hasil penelitian mengenai kebiasaan menutup hidangan makanan di Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun (Tabel 4.11).

Tabel 4.11 Distribusi Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan Responden

Kebiasaan Menutup HidanganMakanan

Jumlah Prosentase (%)

Tidak memenuhi syaratMemenuhi syarat

20 34,538 65,5

Jumlah 58 100,0

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden dengan kebiasaan

menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 20 orang (34,5%) dan

responden dengan kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi syarat sebanyak

38 orang (65,5%).

4.2.3 Hasil Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan antara Kuali tas M ikr obiologis Air M inum dengan Kejadian

Diare

Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan

Kejadian Diare 

Page 90: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 90/181

  72

Kualitas MikrobiologisAir Minum

Kejadian Diare p OR 95%CIKasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi SyaratMemenuhi Syarat

218

72,427,6

1316

44,855,2 0,033 3,231

1,081-9,656

Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)

yang kualitas mikrobiologis air minumnya tidak memenuhi syarat (kandungan

 bakteri E-coli melebihi 0 koloni/ml air minum) sebanyak 21 orang (72,4%) dan yang

mempunyai kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat (kandungan bakteri

 E-coli 0 koloni/ml air minum) sebanyak 8 orang (27,6%). Dari 29 responden kontrol

(bukan penderita diare) yang mempunyai kualitas mikrobiologis air minum tidak

memenuhi syarat sebanyak 13 orang (44,8%) dan yang mempunyai kualitas

mikrobiologis air minum memenuhi syarat sebanyak 16 orang (55,2%).

Hasil uji chi square  diperoleh  p value sebesar 0,033 (< 0,05), maka Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate  didapatkan OR 3,231 (OR>1)

dengan 95%CI=1,081-9,656 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

kualitas mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat memiliki risiko 3,231 kali

lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden dengan kualitas

mikrobiologis air minum memenuhi syarat.

4.2.3.2 Hubungan antara Kuanti tas Ai r Bersih dengan Kejadian Diare

Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare 

Kuantitas Air Bersih Kejadian Diare p OR 95%CI

Kasus Kontrol

 N % N %Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

19

10

65,5

34,5

7

22

24,1

75,9 0,002 5,9711,901-

8,754Total 29 100,0 29 100,0

Page 91: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 91/181

  73

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)

yang mempunyai kuantitas air bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 19 orang

(65,5%) dan yang mempunyai kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 10

orang (34,5%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai

kuantitas air bersih tidak memenuhi syarat sebanyak 7 orang (24,1%) dan yang

mempunyai kuantitas air bersih memenuhi syarat sebanyak 22 orang (75,9%).

Hasil uji chi square  diperoleh  p value sebesar 0,002 (< 0,05), maka Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Perhitungan risk estimate  didapatkan OR 5,971 (OR>1) dengan 95%CI=1,901-

18,754 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kuantitas air bersih tidak

memenuhi syarat memiliki risiko 5,971 kali lebih besar menderita diare bila

dibandingkan responden dengan kuantitas air bersih memenuhi syarat.

4.2.3.3 Hubungan antara Kondisi F isik Sumber Penyedia Air M inum dengan

Kejadian Diare

Tabel 4.14 Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minumdengan Kejadian Diare 

Kondisi Fisik Sumber

Penyedia Air Minum

Kejadian Diare p

Kasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

14

15

48,3

51,7

10

19

34,5

65,5 0,286

Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang

kondisi fisik sumber penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 14 orang (48,3%)

dan yang kondisi fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat sebanyak 15 orang

Page 92: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 92/181

  74

(51,7%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang kondisi fisik sumber

 penyedia air minum tidak memenuhi syarat sebanyak 10 orang (34,5%) dan yang kondisi

fisik sumber penyedia air minum memenuhi syarat sebanyak 19 orang (65,5%).

Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,286 ( > 0,05), maka Ho diterima,

artinya tidak ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan kejadian

diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

4.2.3.4   Hubungan antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah dengan

Kejadian Diare

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah

dengan Kejadian Diare 

Kondisi Fisik Tempat

Pembuangan Sampah

Kejadian Diare p OR 95%CI

Kasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

21

8

72,4

27,6

12

17

41,4

58,60,017 3.719

1,238-

11,168

Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang

kondisi fisik tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 21 orang (72,4%)

dan yang kondisi fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 8 orang

(27,6%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang kondisi fisik tempat

 pembuangan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 12 orang (41,4%) dan yang kondisi

fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat sebanyak 17 orang (58,6%).

Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,017 (< 0,05), maka Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah

dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate  didapatkan OR 3,719 (OR>1)

dengan 95%CI=1,238-11,168 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai

Page 93: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 93/181

  75

kondisi fisik tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat memiliki risiko

3,719 kali lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden dengan kondisi

fisik tempat pembuangan sampah memenuhi syarat.

4.2.3.5  Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar

(BAB) Menggunakan Ai r Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare

Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air

Besar (BAB) Menggunakan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare 

Kebiasaan Mencuci

Tangan Setelah BAB

Menggunakan Air Bersih

dan Sabun

Kejadian Diare Nilai

P

OR 95%CI

Kasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

17

12

58,6

41,4

9

20

31,0

69,0 0,035 3,1481,070-

9,264Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)

yang mempunyai kebiasaan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

(BAB) menggunakan air bersih dan sabun tidak memenuhi syarat sebanyak 17 orang

(58,6%) dan yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

(BAB) menggunakan air bersih dan sabun memenuhi syarat sebanyak 12 orang

(41,4%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai

kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih

dan sabun tidak memenuhi syarat sebanyak 9 orang (31%) dan yang mempunyai

kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air bersih

dan sabun memenuhi syarat sebanyak 20 orang (69%).

Hasil uji chi square  diperoleh  p value sebesar 0,035 (< 0,05), maka Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah buang air

 besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian diare di daerah

Page 94: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 94/181

  76

 paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Perhitungan risk estimate didapatkan OR 3,148 (OR>1) dengan 95%CI=1,070-9,264

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan setelah

 buang air besar (BAB) menggunakan air bersih dan sabun tidak memenuhi syarat

memiliki risiko 3,148 kali lebih besar menderita diare bila dibandingkan responden

dengan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) menggunakan air

 bersih dan sabun memenuhi syarat.

4.2.3.6 Hubungan antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban Mil ik

Sendir i dengan Kejadian Diare

Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban

Milik Sendiri dengan Kejadian Diare 

Kebiasaan Buang Air

Besar

Kejadian Diare Nilai

P

OR 95%CI

Kasus Kontrol∑  % ∑  %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

18

11

62,1

37,9

7

22

24,1

75,9 0,004 5,1431,655-

15,985Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)

yang mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak

memenuhi syarat sebanyak 18 orang (62,1%) dan yang mempunyai kebiasaan buang

air besar (BAB) di jamban milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 11 orang

(37,9%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang mempunyai

kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak memenuhi syarat

sebanyak 7 orang (24,1%) dan yang mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di

 jamban milik sendiri memenuhi syarat sebanyak 22 orang (75,9%).

Hasil uji chi square  diperoleh  p value sebesar 0,004 (< 0,05), maka Ho

ditolak, artinya ada hubungan antara kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban

Page 95: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 95/181

  77

milik sendiri dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Perhitungan risk estimate didapatkan OR

5,143 (OR>1) dengan 95%CI=1,655-15,985 menunjukkan bahwa responden yang

mempunyai kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik sendiri tidak

memenuhi syarat memiliki risiko 5,143 kali lebih besar menderita diare bila

dibandingkan responden dengan kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban milik

sendiri memenuhi syarat.

4.2.3.7 Hubungan antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian Diare

Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian

Diare 

Kebiasaan Membuang

Sampah

Kejadian Diare p

Kasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

16

13

55,2

44,8

18

11

62,1

37,9 0,594Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare)

yang mempunyai kebiasaan membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 16

orang (55,2%) dan yang mempunyai kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat

sebanyak 13 orang (44,8%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang

mempunyai kebiasaan membuang sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 18 orang

(62,1%) dan yang mempunyai kebiasaan membuang sampah memenuhi syarat

sebanyak 11 orang (37,9%).

Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,594 (> 0,05), maka Ho diterima,

artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Page 96: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 96/181

  78

4.2.3.8 Hubungan antara Kebiasaan Menutup H idangan Makanan dengan

Kejadian Diare

Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan dengan

Kejadian Diare 

Kebiasaan Menutup

Hidangan Makanan

Kejadian Diare P

Kasus Kontrol

 N % N %

Tidak Memenuhi Syarat

Memenuhi Syarat

12

17

41,4

58,6

8

21

27,6

72,4 0,269

Total 29 100,0 29 100,0

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa dari 29 responden kasus (penderita diare) yang

mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 12

orang (41,4%) dan yang mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi

syarat sebanyak 17 orang (58,6%). Dari 29 responden kontrol (bukan penderita diare) yang

mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan tidak memenuhi syarat sebanyak 8 orang

(27,6%) dan yang mempunyai kebiasaan menutup hidangan makanan memenuhi syarat

sebanyak 21 orang (72,4%).

Hasil uji chi-square, diperoleh p value sebesar 0,269 (> 0,05), maka Ho diterima,

artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan kejadian

diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

4.2.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat

Rekapitulasi hasil penelitian mengenai “Hubungan antara Penyediaan Air Minum

dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare di Daerah Paska Bencana Desa

Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang” (Tabel 4.20).

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi Square 

No. Variabel Bebas p value OR CI (95%) Keterangan

1. Kualitas

mikrobiologisair minum

0,033 3,231 1,081-9,656 Ada hubungan

signifikan

Page 97: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 97/181

  79

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kuantitas air

 bersih

Kondisi fisik

sumber

 penyedia air

minum

Kondisi fisik

tempat

 pembuangan

sampah

Kebiasaan

mencuci tangan

setelah buang

air besar

menggunakan

air bersih dan

sabun

Kebiasaan

 buang air besardi jamban milik

sendiri

Kebiasaan

membuang

sampah

Kebiasaan

menutup

hidangan

makanan

0,002

0,286

0,017

0,035

0,004

0,594

0,269

5,971

 

3,719

3,148

5,143

 

 

1,901-18,754

 

1,238-11,168

1,070-9,264

1,655-15,985

 

 

Ada hubungan

signifikan

Tidak ada

hubungan

signifikan

Ada hubungan

signifikan

Ada hubungan

signifikan

Ada hubungan

signifikan

Tidak ada

hubungan

signifikan

Tidak ada

hubungan

signifikan

Page 98: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 98/181

 

80

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 PEMBAHASAN

5.1.1 Hubungan antara Kualitas Mikrobiologis Air Minum dengan Kejadian

Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas

mikrobiologis air minum dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono

dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square 

diperoleh nilai p (0,033) < α (0,05).

Berdasarkan hasil uji laboratorium didapatkan hasil bahwa sebagian besar air

minum responden kasus (penderita diare) memiliki kualitas mikrobiologis tidak

memenuhi syarat yaitu kandungan bakteri E coli air minum responden masih banyak

yang melebihi angka 0 koloni/100 ml air minum, sebesar 72,4%. Hal ini dikarenakan

sumber air bersih yang biasanya digunakan oleh masyarakat Desa Banyudono

setelah meletusnya Gunung Merapi kualitas mikrobiologis (bakteri Coliform) tidak

sesuai dengan standar peraturan, sehingga masyarakat Desa Banyudono terpaksa

menggunakan air yang masih tersedia untuk mencuci peralatan makan/memasak

(khususnya mencuci wadah/tempat air minum) serta untuk kebutuhan air minum

walaupun kualitasnya tidak layak untuk dikonsumsi. Kualitas air bersih yang tidak

memenuhi persyaratan dan wadah/tempat air minum yang tidak rutin dicuci

(sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu) akan berpengaruh pada kandungan

 bakteri E. coli dalam air minum. Sebagian besar responden kontrol (masyarakat Desa

Ketunggeng) memiliki kualitas mikrobiologis air minum memenuhi syarat yaitu

Page 99: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 99/181

 

81 

kandungan bakteri E coli air minum 0 koloni/100 ml air minum, sebesar 55,2%. Hal

ini dikarenakan kualitas sumber air bersih di Desa Ketunggeng setelah bencana

Merapi meletus tidak terganggu, selain itu masyarakat Desa Ketunggeng banyak

yang menggunakan air mineral galon untuk memenuhi kebutuhan air minum.

Pada umumnya kondisi air di alam sebelum air dikelola dan dimanfaatkan,

dalam proses perjalanan banyak sekali proses alam yang mengotori air. Pengotoran

ini bisa saja terjadi akibat adanya lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah

rumah tangga dan industri. Dalam hal kualitas bakteriologis faktor-faktor dominan

yang bisa dianggap sebagi sumber pengkontaminasi adalah sebagai berikut :

1) Adanya pencemaran fisik dan bakteriologis.

2) Adanya kandungan zat organik alami dari proses alam.

3) Tingkat keragaman mikroorganisme yang hidup dalam air.

4) Tingkat pengelolaan dan pemeliharaan sarana.

5) Sistem jaringan dan distribusi air (Sutrisno,C T, dan E Suciastuti, 2002).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Frida Dauria (2007) tentang

hubungan antara kualitas mikrobiologis air bersih dan perilaku higiene sanitasi

dengan kejadian diare pada balita di Desa Kebonharjo Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal, menunjukkan hasil bahwa responden yang mempunyai kualitas

mikrobiologis air minum tidak memenuhi syarat berisiko 2,71 kali lebih besar untuk

terkena diare dari pada responden yang mempunyai kualitas mikrobiologis air

minum memenuhi syarat dan signifikan bermakna secara statistik dengan nilai  p =

0,02 OR= 2,71 CI 1,157-6,395.

5.1.2 Hubungan antara Kuantitas Air Bersih dengan Kejadian Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kuantitas air

 bersih dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan Desa

Page 100: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 100/181

 

82 

Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square diperoleh

nilai p (0,002) < α (0,05). 

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus (penderita diare) memiliki kuantitas air bersih tidak memenuhi

syarat yaitu belum dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci,

kakus dan minum sebesar 65,5%. Hal ini dikarenakan sumur-sumur warga yang

 biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari semenjak

meletusnya Merapi jumlah airnya semakin sedikit dan keruh, selain itu suplai air

 bersih dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Magelang untuk masyarakat

Desa Banyudono yang dilakukan seminggu sekali belum dapat mencukupi

kebutuhan air bersih masyarakat Desa Banyudono. Sebagian responden kontrol

(masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki kuantitas air bersih memenuhi syarat yaitu

dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan minum,

sebesar 75,9%. Hal ini dikarenakan, kuantitas air bersih di Desa Ketunggeng setelah

 bencana Merapi meletus tidak mengalami gangguan.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum,

masak, mandi, mencuci, dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 172).

Menurut Permendagri No. 23 Tahun 2006, standar kebutuhan pokok air minum

adalah kebutuhan air sebesar 60 liter/ orang per hari (Permendagri, 2006: 2).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Budiman

Chandra (2007) dalam bukunya Pengantar Kesehatan Lingkungan, bahwa ditinjau

dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas

memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.

Page 101: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 101/181

 

83 

5.1.3 Hubungan antara Kondisi Fisik Sumber Penyedia Air Minum dengan

Kejadian Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi fisik

sumber penyedia air minum dengan kejadian diare pada masyarakat Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil

uji chi square diperoleh nilai p (0,286) > α (0,05).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus

(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki

kondisi fisik sumber penyedia air minum yang hampir sama, yaitu sebagian besar

rumah responden memiliki kondisi fisik sumber penyedia air minum yang memenuhi

syarat, pada kelompok kasus 51,7% dan kelompok kontrol 65,5%. Hal ini

dikarenakan sebagian besar responden telah memiliki kondisi sumber penyedia air

 bersih yang memenuhi syarat yaitu sumur gali telah terdapat dinding 3 meter ke

 bawah dan mempunyai kebiasaan menguras tempat penampungan air sekurang-

kurangnya seminggu sekali. Responden dengan kondisi fisik sumber penyedia air

minum tidak memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus 48,3% dan

kelompok kontrol 37,5%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut tidak

mempunyai kebiasaan mencuci wadah/tempat air minum sekurang-kurangnya

seminggu sekali.

Agar sumur gali/pompa tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya

syarat-syarat sebagai berikut:

4.  Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke

dalamnya.

Page 102: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 102/181

 

84 

5.  Pada bagian atas kurang lebih 3 meter dari permukaan tanah harus ditembok,

agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

6. 

Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi

kekeruhan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 178).

Selain alat makan, pengurasan/pencucian penampungan air seperti

 penampungan air bersih dan wadah/tempat air minum juga perlu dilakukan. Perilaku

sehubungan dengan kebersihan tempat penampungan air dapat dikatakan benar, jika

frekuensi pengurasan dilakukan setiap hari atau paling sedikit 2 kali dalam seminggu

(Kasnodihardjo, dkk, 2006: 58).

5.1.4 Hubungan antara Kondisi Fisik Tempat Pembuangan Sampah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik

tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada masyarakat Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil

uji chi square diperoleh nilai p (0,017) < α (0,05).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus (penderita diare) memiliki tempat pembuangan sampah tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 72,4%. Hal ini dikarenakan pada rumah responden

kasus masih banyak yang tidak mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri di

rumah, tempat pembuangan sampah dalam keadaan terbuka sehingga mudah

dihinggapi lalat dan vektor penyakit. Pada responden kontrol (masyarakat Desa

Ketunggeng), sebagian besar memiliki kebiasaan membuang sampah memenuhi

syarat yaitu sebesar 58,6%. Hal ini dikarenakan pada rumah responden kontrol

kebanyakan telah memiliki tempat pembuangan sampah sendiri.

Page 103: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 103/181

 

85 

Tempat penampungan sampah sementara yang baik dan memenuhi syarat

kesehatan haruslah: (1) Mudah dibersihkan; (2) Tidak mudah rusak; (3) Tidak

 berupa lokasi terbuka/tumpukan sampah yang dibuang atau dibiarkan begitu saja

diatas permukaan tanah; (4) Sebaiknya tempat penampungan sampah sementara

mempunyai tutup yang rapat untuk menghindari kumpulan lalat; (5) Sebaiknya

tempat penampungan sampah sementara ditempatkan di luar atau jauh dari rumah

dengan tujuan agar kebersihan rumah terjaga, menjaga kesejukan hawa/udara sekitar

rumah dan mudah diangkut oleh petugas sampah/truk sampah (Marylin J dan Eliaser

B, 2008: 95).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Muhajirin (2007) dalam

 penelitiannya tentang hubungan antara praktek  personal hygiene  ibu balita dan

sarana sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita di Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis

tempat sampah dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Maos Kabupaten

Cilacap. Dari hasil uji bivariat didapatkan nilai p = 0,004 dan OR = 0,312 CI 0,144-

0,676.

5.1.5 Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Setelah Buang Air Besar

(BAB) dengan Kejadian Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan

mencuci tangan setelah buang air besar dengan kejadian diare pada masyarakat Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil

uji chi square diperoleh nilai p (0,035) < α (0,05).

Wawancara mengenai kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden kasus (penderita diare)

Page 104: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 104/181

 

86 

mempunyai kebiasaan hanya mencuci tangan menggunakan air bersih tanpa

menggunakan sabun setelah buang air besar yaitu sebesar 58,6%. Hal ini

dikarenakan masyarakat Desa Banyudono banyak yang berpendidikan tamat SMP,

sehingga berakibat kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mencuci

tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar untuk menghindari

 penularan penyakit khususnya diare. Selain itu juga dikarenakan terbatasnya

 persediaan air bersih setelah terjadinya bencana Gunung Merapi meletus yaitu belum

dapat memenuhi untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan minum.

Pada responden kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng), sebagian besar telah

memiliki kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun setelah

 buang air besar yaitu sebesar 69%. Hal ini dikarenakan pada responden kontrol

 persediaan air bersih telah mencukupi dan mempunyai kesadaran untuk menghindari

 penularan penyakit diare/penyakit pencernaan lainnya dengan cara mencuci tangan

menggunakan air bersih dan sabun setelah buang air besar.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Linda Tietjen (2004: 3-4), cuci tangan

adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah

tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan dapat

mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan

lengan, serta meminimalisasi kontaminasi silang. Tujuan cuci tangan adalah

menghilangkan kotoran mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah

mikroorganisme sementara.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Kepmenkes RI (2011) tentang

kegiatan pencegahan diare, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

 perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Page 105: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 105/181

 

87 

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan

anak, dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (menurunkan

angka kejadian diare sebesar 47%).

5.1.6 Hubungan antara Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) dengan Kejadian

Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan buang

air besar dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan Desa

Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square diperoleh

nilai p (0,004) < α (0,05).

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden kasus (penderita diare) memiliki kebiasaan buang air besar tidak

memenuhi syarat yaitu sebesar 62,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden

kontrol belum mempunyai jamban sendiri, sehingga mereka mempunyai kebiasaan

BAB di sungai. Selain itu bagi warga yang mempunyai jamban sendiri akan tetapi

tidak BAB di jamban milik sendiri dikarenakan persediaan air bersih untuk rumah

tangganya masih kurang, sehingga mereka memilih BAB di jamban masjid terdekat

atau BAB di sungai. Sebagian besar responden kontrol (masyarakat Desa

Ketunggeng) memiliki kebiasaan BAB memenuhi syarat yaitu sebesar 75,9%. Hal

ini dikarenakan sebagian besar responden kasus telah mempunyai jamban sendiri

dan persediaan air bersih di Desa Ketunggeng sudah mencukupi.

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan, memudahkan terjadinya

 penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja, antara lain penyakit

Page 106: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 106/181

 

88 

diare (Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 17). Menurut Kepmenkes RI No.

852/MENKES/SK/IX/2008 tentang strategi nasional sanitasi total berbasis

masyarakat, jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk

memutus mata rantai penularan penyakit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sinthamurniwaty (2006) tentang faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita

(studi kasus di Kabupaten Semarang), menunjukkan bahwa responden yang tidak

mempunyai jamban keluarga berisiko 2,09 kali lebih besar untuk terkena diare dari

 pada responden yang mempunyai jamban keluarga. Dari uji bivariat didapatkan nilai

 p = 0,009 OR = 2,09 CI : 1,20 –  3,66.

5.1.7 Hubungan antara Kebiasaan Membuang Sampah dengan Kejadian

Diare

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan

membuang sampah dengan kejadian diare pada masyarakat Desa Banyudono dan

Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil uji chi square 

diperoleh nilai p (0,594) > α (0,05).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus

(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki

kebiasaan membuang sampah yang hampir sama, yaitu sebagian besar responden

memiliki kebiasaan membuang sampah yang tidak memenuhi syarat, pada kelompok

kasus 55,2% dan kelompok kontrol 62,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar

responden tidak rutin untuk membuang sampah maksimal satu hari sekali ke tempat

 pembuangan sampah sementara atau dibakar. Responden dengan kebiasaan

membuang sampah memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus

Page 107: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 107/181

 

89 

44,8% dan kelompok kontrol 37,9%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut

telah mempunyai kebiasaan membuang sampah ke tempat penampungan umum atau

dibakar maksimal setiap hari dikumpulkan.

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor

 penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dan sebagainya. Selain itu sampah dapat

mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau

yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu

 pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit tersebut.

Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan

dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan

 pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir, dapat dilakukan pemusnahan

sampah dengan cara ditimbun atau dibakar (Kepmenkes RI).

5.1.7 Hubungan antara Kebiasaan Menutup Hidangan Makanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan

menutup hidangan makanan dengan kejadian diare pada masyarakat Desa

Banyudono dan Desa Ketunggeng Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Hasil

uji chi square diperoleh nilai p (0,269) ˃ α (0,05).

Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa antara kelompok kasus

(penderita diare) dan kelompok kontrol (masyarakat Desa Ketunggeng) memiliki

kebiasaan menutup hidangan makanan yang hampir sama, yaitu sebagian besar

rumah responden memiliki kebiasaan menutup hidangan makanan yang memenuhi

syarat, pada kelompok kasus 58,6% dan kelompok kontrol 72,4%. Hal ini

dikarenakan sebagian besar responden telah memiliki kebiasaan menutup hidangan

makanan menggunakan tudung saji atau memasukkan hidangan makanan ke dalam

Page 108: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 108/181

 

90 

almari makan saat atau setelah makanan disajikan, sehingga kemungkinan lalat atau

verktor lainnya untuk hinggap dalam makanan untuk menyebarkan bibit penyakit

cukup kecil. Responden dengan kebiasaan menutup hidangan makanan tidak

memenuhi syarat yaitu dengan prosentase kelompok kasus 41,4% dan kelompok

kontrol 27,6%. Hal ini dikarenakan pada responden tersebut mempunyai kebiasaan

tidak menutup hidangan makanan saat atau setelah dihidangkan, ataupun responden

mempunyai kebiasaan menutup makanan tertentu saja dan beberapa hidangan

makanan yang lain tidak ditutup oleh tudung saji/dimasukkan ke dalam almari

makan setelah makanan disajikan.

Makanan yang kotor akan berbahaya bagi anggota keluarga karena dapat

menyebabkan kejadian diare, sehingga agar keamanan makanan terjaga, diusahakan

agar menyimpan makanan pada tempat yang dingin dan tertutup, seperti pada lemari

makan atau meja yang ditutup dengan tudung saji (Toyo, 2005: 96).

5.2 HAMBATAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN

5.2.1 Hambatan Penelitian

Hambatan dalam penelitian ini adalah:

1.  Ditemukannya data dari Puskesmas Dukun yang tidak sesuai dengan alamat

 pasien yang sebenarnya, sehingga peneliti harus mencari lagi data pasien yang

sesuai untuk dijadikan sebagai responden dalam penelitian.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah:

1. 

Pada penelitian ini tidak mencantumkan data kualitas air bersih dari Desa

Banyudono sebelum meletusnya Gunung Merapi, sehingga tidak terdapat data

Page 109: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 109/181

 

91 

yang dijadikan perbandingan keadaan kualitas air bersih sebelum dan sesudah

Merapi meletus. 

2.  Karena keterbatasan waktu, dalam penelitian ini variabel kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci peralatan makan dan memasak, dan

sarana pembuangan air limbah tidak diteliti, sedangkan variabel tersebut

mungkin juga akan mempengaruhi terhadap kejadian diare. 

Page 110: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 110/181

 

92 

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian penyediaan air minum dan perilaku higiene

sanitasi dengan kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan

Dukun Kabupaten Magelang dapat disimpulkan bahwa:

1. 

Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air minum dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

2.  Ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian diare di daerah paska

 bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

3.  Tidak ada hubungan antara kondisi fisik sumber penyedia air minum dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

4. 

Ada hubungan antara kondisi fisik tempat pembuangan sampah dengan kejadian

diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

5.  Ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar

menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian diare di daerah paska

 bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

6.  Ada hubungan antara kebiasaan buang air besar dengan kejadian diare di daerah

 paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Page 111: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 111/181

  93

7.  Ada hubungan antara kebiasaan membuang sampah dengan kejadian diare di

daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun Kabupaten

Magelang.

8.  Tidak ada hubungan antara kebiasaan menutup hidangan makanan dengan

kejadian diare di daerah paska bencana Desa Banyudono Kecamatan Dukun

Kabupaten Magelang.

6.2  SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai

 berikut:

6.2.1  Bagi Penderita Diare

Diharapkan penderita diare dapat lebih meningkatkan personal hygiene serta

sanitasi rumah agar tidak menjadi sumber dan wahana penularan penyakit diare.

Pada aspek  personal hygiene, yang perlu ditingkatkan adalah membiasakan buang

air besar di jamban milik sendiri, menyediakan tempat sampah yang baik dan

memenuhi syarat kesehatan, membiasakan mencuci tangan setelah buang air besar

menggunakan air bersih dan sabun. 

6.2.2 

Bagi Instansi Terkait

Diharapkan dapat mensuplai air bersih atau membangunkan prasarana

 penyediaan air bersih agar kebutuhan air bersih Desa Banyudono terpenuhi, dapat

membangunkan sarana penyediaan air bersih baru yang kualitas dan kuantitasnya

 baik sehingga kesehatan masyarakat Desa Banyudono tetap terjaga, sebagai bahan

masukan bagi dinas kesehatan serta puskesmas yang menangani penyakit diare untuk

menambah program kesehatan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan

Page 112: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 112/181

  94

 penyakit berbasis lingkungan, khususnya penyakit diare sehingga dapat menurunkan

angka kesakitan, penularan maupun angka kematian akibat diare.

6.2.3  Bagi Peneliti Lain 

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperluas jumlah sampel

 penelitian, jenis desain penelitian dan variabel yang berbeda untuk lebih mengetahui

faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare. Variabel yang tidak

 berhubungan pada penelitian ini yaitu kondisi fisik sumber penyedia air minum dan

kebiasaan menutup hidangan makanan perlu diteliti kembali untuk memastikan dan

lebih mengetahui faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare.

Page 113: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 113/181

 

95 

DAFTAR PUSTAKA

Agus Prayitno, 2009, Uji Bakteriologi Air Baku dan Air Siap Konsumsi dari PDAM

Surakarta Ditinjau dari Jumlah Bakteri Coliform, Skripsi: Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Agus Riyanto, 2010,  Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Nuha

Offset

Ai Yeyeh R dan Lia Yulianti, 2010,  Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita,

Jakarta: Trans Info Media

Andry Hartono, 2002, Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGCAnnisa Andriyani, I Made Alit G dan Joko Susilo, 2009,  Efektifitas Penurunan

 Jumlah Angka Kuman Alat Makan dan Efisiensi Biaya yang Digunakan pada

 Metode Pencucian Alat Makan di Rumah Sakit Kota Surakarta,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14698/1/09E02756.pdf,

diakses tanggal 16 April 2012 

Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, dan Wiwiek

Setiowulan, 2007, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius

Arthur G J, Richard J Z, dan Louise Hawley, 2011,  Essential Mikrobiologi dan Imunologi, Tangerang: Binarupa Aksara

Asmirah Ina Lopi dan Marylin Junias, 2006,  Hubungan antara Sanitasi Makanan

dan Lingkungan dengan Kejadian Diare Balita Di Kelurahan Oesapa

 Kecamatan Kelapa Lima Kupang

Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2011,  Kecamatan Dukun dalam Angka

2010/2011, Magelang: BPS Kabupaten Magelang

Bambang S dan Nurtjahyo B S, 2011,  Diare Akut dalam Gastroenterologi-

 Hepatologi, Jakarta: Badan Penerbil IDAIBhisma Murti, 2010,  Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

 Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Bina Swadaya Konsultas, 2010,  Laporan Pelaksanaan Kegiatan Emergency Respon

 Merapi 2010,

http://www.binaswadaya.org/files/Laporan_Lengkap_ERMerapiMagelang.pd

f , diakses tanggal 18 Desember 2011

Budiman Chandra, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC

Dinkes Kabupaten Magelang, 2011,  Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2011,

Magelang: DKK Magelang

Page 114: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 114/181

  96

, 2012,  Profil Kesehatan Kabupaten Magelang 2012, Magelang: DKK

Magelang

Dinkes Prop Jateng, 2005,  Pedoman Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di

 Puskesmas, Semarang

Depkes RI, 2001, Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat

 Bencana dan Penanganan Pengungsi, Jakarta,

http://www.depkes.go.id/downloads/Standar%20Minimal.pdf ,  diakses

tanggal 7 April 2012

, 2005,  Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Jakarta : Ditjen PPM dan

PL

 ______, 2009,  Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

 ______, 2011,  Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan

PL

, 2003, Keputusan Mentri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang

Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta

Desmaslima P S, 2009,  Pemeriksaan Escherichia coli PADA Usapan Peralatan

 Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan,

Skripsi: Universitas Sumatera Utara,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14698/1/09E02756.pdf,

diakses 10 Maret 2012

Djauhari Noor, 2005, Geologi Lingkungan, Yogyakarta: Graha Ilmu

Ernawati, 2010,  Pemanfaatan Sari Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) sebagai

 Antibakterial Alami pada Susu Pasteurisasi Berdasarkan Penurunan Jumlah

 Bakteri Escherichia Coli, Artikel Ilmiah: Universitas Airlangga,

www.fkh.unair.ac.id/artikel1/ernawati%20ARTIKEL%20ILMIAH.doc,

diakses tanggal 12 September 2012

Frida Dauria, 2007,  Hubungan antara Kualitas Mikrobiologis Air Bersih dan Perilaku Higiene Sanitasi dengan Kejadian Diare pada Balita Di Desa

 Kebonharjo Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal, Skripsi: Universitas

 Negeri Semarang

Garneta R B dan Barti S M, 2008,  Korelasi Kualitas Air dan Insidensi Penyakit

 Diare Berdasarkan Keberadaan Bakteri Coliform di Sungai Cikapundung,

http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/teknologi_pengelolaan_lingkungan/wp-

content/uploads/2010/10/Indonesia-Makalah.pdf ,  diakses tanggal 5 April

2012

Juli Soemirat, 2000, Epidemiologi Lingkungan , Yogyakarta: 2000

Kades Banyudono, 2012,  Profil Desa Banyudono, Banyudono: Kantor Kepala DesaBanyudono

Page 115: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 115/181

  97

Kasnodihardjo, Siti Sapardiyah S, Sunanti Zalbawi, D. Anwar Musadad, Sri

Soewasti Soesanto, 2006, Gambaran Perilaku Penduduk Mengenai Kesehatan Lingkungan di Daerah Pedesaan Subang Jawa Barat,

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/119975861.pdf, diakses 12

September 2012

Kepmenkes RI, 2011, Situasi Diare di Indonesia, Jakarta,

http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final%281%29.pdf , 

diakses tanggal 5 April 2012

Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008, Strategi Nasional Sanitasi Total

 Berbasis Masyarakat, Jakarta

Linda Tietjen, 2004,  Panduan Pencegahan Infeksi, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Lung E, 2003,  Acute Diarrheal Disease,  In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell

 JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd

edition, New York: Lange Medical Books, dalam: Umar Zein, Makalah Diare

Akut Disebabkan Bakteri, ,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-

umar5.pdf , diakses tanggal 12 maret 2012

Maksum Radji, 2011,  Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran,

Jakarta: EGC

Manatsathit S, Dupont H L, Farthing M J, 2002, Guideline for the Management of

 Acute Diarrhea in Adults, Journal of Gastroenterology and Hepatology S54-

S71 dalam: Umar Zein, Makalah Diare Akut Disebabkan Bakteri, ,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3371/1/penydalam-

umar5.pdf , diakses tanggal 12 maret 2012

Muhajirin, 2007, Hubungan antara Praktik Personal Hygiene Ibu Balita dan Sarana

Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, Tesis: Universitas Diponegoro

Mukono, 2000,  Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Airlangga

University Press

Munif, 2009,  Eschericia Coli Disekitar Air Minum Kita, Environmental Sanitasion

Jurnal, http://environmentalsanitation.wordpress.com/2009/05/06/eschericia-

coli/, diakses tanggal 23 Juni 2012

 Nurjanah, 2010, Hubungan antara Sanitasi dan Higiene dengan Kejadian Diare di

 Desa Pamotan Rembang, Skripsi: Universitas Negeri Semarang

Page 116: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 116/181

  98

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang  Persyaratan

 Kualitas Air Minum 

Peraturan Menteri dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 tentang  Pedoman Teknis dan

Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air

 Minum

Praptining Sukowati, 2011,  Manajemen Bencana Integratif Berbasis Masyarakat

terhadap Daerah Rawan Bencana dalam Meningkatkan Kesejahteraan

 Pasca Bencana,

http://publik.ub.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/6.%20Manajemen%20integratif 

%20_Praptining%20S_.pdf , diakses tanggal 5 April 2012

Punik M W, Betty E S, dan Tiniko, 2012, Analisis Situasi Kesehatan Pasca Bencana

 Erupsi Gunung Merapi di Desa Mranggen dan Kamongan Kecamatan

Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Proposal Penelitian: Universitas Islam

Indonesia,

http://dppm.uii.ac.id/dokumen/proposal/merapi/PL_PUNIK_MUMPUNI_WI

JAYANTI.pdf , diakses tanggal 18 Desember 2011

Puskesmas Dukun, 2012,  Profil Kesehatan Puskesmas Dukun, Dukun: Puskesmas

Dukun

Retno Mardhiati, 2011, Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat UHAMKA 2011:

 Pendampingan Perencanaan dan Pelaksanaan Program Perilaku Hidup

 Bersih Dan Sehat (PHBS) di Tempat Pengungsian Lahar Dingin Gunung

 Merapi Kabupaten Magelang Jawa Tengah,

http://lemlit.uhamka.ac.id/files/pengabretno.pdf ,  diakses tanggal 14 Januari

2012

Sander, 2005,  Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa

Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, Jurnal Medika. Vol 2. No.2.

Juli-Desember 2005 : 163-193

Sinthamurniwaty, 2006,  Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita

(Studi Kasus Di Kabupaten Semarang), Tesis: Universitas Diponegoro

Sir R M dan Simon J N, 2002, Pediatrika, Jakarta: Erlangga

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat , Jakarta : Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo, 2007,  Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta:

Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo, 2010,  Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta

Soeparman dan Suparmin, 2002,  Pembuangan Tinja dan Limbah Cair , Jakarta:Penerbitan Buku Kedokteran UI

Page 117: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 117/181

  99

Soewondo ES, 2002,  Penatalaksanaan Diare Akut Akibat Infeksi (Infectious

 Diarrhoea) dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri PenyakitTropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit

Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press

Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2011,  Dasar-Dasar Metodologi

 Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto

Suharsimi Arikunto, 2002,  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , Jakarta:

PT. Rineka Cipta

Tesa Febriani dan Dwi Kartika W, 2007, Gunung Meletus, Surabaya: Gelora Aksara

Pratama

Toyo, 2005, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Oesao Kabupaten Kupang Propinsi NTT Tahun

2005, Skripsi FKM Undana, Kupang

Triton P B, 2009, Sejarah Bumi dan Bencana Alam, Yogyakarta: Tugu Publisher

Umar F A, 2008, Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Jakarta: Rineka

Cipta

Umar Zein, Khalid Huda Sagala, dan Josia Ginting, 2004,  Diare Akut Disebabkan

 Bakteri, Universitas Sumatera Utara,

http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf, diakses tanggal

23 Februari 2012

Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Wahid Iqbal Mubarak dan Nur Chayatin, 2009,  Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori

dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika 

Wibowo T, Soenarto S, dan Pramono, 2003.  Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare

 Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal Berita Kedokteran

 Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48, dalam: Anjar PurwidianaWulandari, Skripsi Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor

Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing

Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009,

http://etd.eprints.ums.ac.id/5960/1/J410050008.PDF,  diakses tanggal 1

Desember 2011

Widyastuti, 2005, Epidemiologi Suatu Pengantar , Jakarta : EGC

Widjaja, 2002,  Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan

Pustaka

Widoyono, 2008,  Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

 Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga

Page 118: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 118/181

 100

Wikanti Astiningrum, Heru Noviar, dan Suwarsono, 2004,  Pengembangan Metode

 Zonasi Daerah Bahaya Letusan Gunung Api Studi Kasus Gunung Merapi,Jurnal Pengeinderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra Digital Vol 1, No. 1,

Juni 2004: 66-75,

http://www.perpustakaan.lapan.go.id/jurnal/index.php/jurnal_inderaja/article/

viewFile/477/408, diakses tanggal 5 April 2012

Winarti, 2010, Perencanaan Komunitas dalam Membangun Desa Siaga Bencana di

 Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Tesis:

Universitas Diponegoro, Semarang

Yati Sunarto, 2011,  Diare Kronis dan Diare Persisten dalam Gastroenterologi-

 Hepatologi, Jakarta: Badan Penerbil IDAI

Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T., 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut

 pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul . Sains Kesehatan, Vol

19. No 3. Juli 2006, ISSN 1411-6197 : 319-332

Page 119: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 119/181

 101

LAMPIRAN

Page 120: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 120/181

 102

Page 121: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 121/181

 103

Page 122: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 122/181

 104

Page 123: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 123/181

 105

Page 124: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 124/181

 106

Page 125: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 125/181

 107

Page 126: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 126/181

 108

Page 127: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 127/181

 109

Page 128: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 128/181

 110

Page 129: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 129/181

 111

Page 130: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 130/181

 112

Page 131: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 131/181

 113

Page 132: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 132/181

 114

Page 133: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 133/181

 115

Page 134: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 134/181

 116

Page 135: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 135/181

 117

Page 136: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 136/181

 118

Page 137: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 137/181

 119

Page 138: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 138/181

 120

Page 139: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 139/181

 121

Page 140: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 140/181

 122

Page 141: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 141/181

 123

Page 142: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 142/181

 124

Page 143: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 143/181

 125

Page 144: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 144/181

 126

Page 145: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 145/181

 127

Page 146: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 146/181

 128

Page 147: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 147/181

 129

Page 148: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 148/181

 130

Page 149: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 149/181

 131

Page 150: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 150/181

 132

Page 151: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 151/181

 133

Page 152: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 152/181

 134

Page 153: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 153/181

 135

Page 154: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 154/181

 136

Page 155: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 155/181

 137

Page 156: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 156/181

 138

Page 157: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 157/181

 139

Page 158: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 158/181

 140

Page 159: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 159/181

 141

Page 160: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 160/181

 142

Page 161: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 161/181

 143

Page 162: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 162/181

 144

Page 163: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 163/181

 145

Page 164: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 164/181

 146

Page 165: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 165/181

 147

Page 166: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 166/181

 148

Page 167: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 167/181

 149

Page 168: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 168/181

 150

Page 169: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 169/181

 151

Page 170: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 170/181

 152

Page 171: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 171/181

 153

Page 172: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 172/181

 154

Page 173: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 173/181

 155

Page 174: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 174/181

 156

Page 175: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 175/181

 157

Page 176: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 176/181

 158

Page 177: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 177/181

 159

Page 178: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 178/181

 160

Page 179: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 179/181

 161

Page 180: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 180/181

 162

Page 181: kuis tomi.pdf

7/18/2019 kuis tomi.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kuis-tomipdf 181/181

 163