tugas khusus WWC
-
Upload
irvankaramy -
Category
Documents
-
view
445 -
download
34
Transcript of tugas khusus WWC
Nama : Irvan Karamy
NIM : 03101003116
Kelompok : III (tiga)
Tugas Khusus
Aplikasi Absorpsi di Pabrik PT PUSRI
1. Sejarah PT. PUSRI
PT Pupuk Sriwidjaja didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang, Sumatera
Selatan. PT Pusri merupakan pabrik urea pertama di Indonesia. Bermula dengan satu unit pabrik
berkapasitas 100 ribu ton urea per tahun, perusahaan mengalami perkembangan pesat sepanjang
tahun 1972 hingga 1994 dengan dibangunnya beberapa pabrik baru sehingga meningkatkan
kapasitas terpasang menjadi 2,26 juta ton urea per tahun.
Mengiringi pembangunan pabrik-pabrik baru dan bersamaan dengan munculnya sejumlah
pabrik pupuk lain di Indonesia, PT Pusri mulai mengubah orientasi produksi ke orientasi pasar.
Dengan bantuan pinjaman Bank Dunia, PT Pusri membangun jaringan distribusi dan pemasaran
- berikut sarana dan prasarana pendukungnya hingga menjangkau segenap pelosok Nusantara.
Sejak tahun 1979 pemerintah menugaskan PT Pusri untuk melaksanakan distribusi dan
pemasaran pupuk bersubsidi ke seluruh wilayah Indonesia hingga dibebaskannya tata niaga
pupuk, serta saat ini pemerintah memutuskan dibentuknya rayonisasi wilayah pemasaran dan
distribusi pupuk bersubsidi mulai tahun 2003.
Di samping membangun kompetensi di bidang distribusi dan pemasaran, perusahaan juga
memberikan perhatian khusus kepada pembinaan SDM dalam proses alih teknologi untuk
menangani pemeliharaan dan pembangunan pabrik pupuk secara swakelola. Sebagai cikal bakal
industri pupuk nasional, PT Pusri merupakan pemasok tenaga-tenaga ahli perpupukan yang
handal bagi perusahaan-perusahaan pupuk Indonesia yang didirikan kemudian. Banyak tenaga
ahli PT Pusri yang dipercaya memberikan bantuan konsultasi dalam berbagai masalah di pabrik-
pabrik pupuk di dalam negeri maupun mancanegara.
PT Pusri juga mengembangkan usaha-usaha bernilai tambah tinggi, yaitu jasa-jasa teknologi
yang terkait dengan bisnis ini. Misalnya, teknologi proses produksi ACES 21 yang dikenal
efisien dan hemat energi - hasil riset dan pengembangan PT Pusri bekerjasama dengan Toyo
Engineering Corporation (TEC) dari Jepang. ACES 21 merupakan sebuah inovasi dengan visi
berjangkauan jauh ke depan yang menjadikan PT Pusri sebagai produsen pupuk yang memiliki
technical know-how dalam pengelolaan dan pemeliharaan pabrik pupuk secara efisien.
Kombinasi keunggulan di bidang produksi, distribusi dan pemasaran, SDM dan teknologi
menjadikan PT Pusri sebagai pemain terdepan dalam industri pupuk nasional.
2. Sekilas tentang absorpsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan suatu zat maupun komponen atau lebih pada seluruh
bagian larutan. Sedangkan absorbsi gas merupakan suatu proses penyerapan suatu gas atau lebih
ke dalam larutan liquid, yang bertujuan untuk menghasilkan larutan gas dalam liquid. Dimana
caranya adalah dengan mengkontakkan capuran gas tersebut dengan liquid.
Tujuan dari proses absorbsi ini antara lain adalah untuk menghasilkan komposisi tertentu dari
campuran gas (misalnya untuk menghasilkan larutan oksigen murni). Adapun dalam proses
absorbsi ini, bahan-bahan yang digunakan adalah gas-gas (seperti: oksigen, nitrogen dan lain-
lain) dan liquid (seperti: air demin, aqueous, alkohol dan lain-lain) dengan peralatan-peralatan
seperti : packed tower yang diisi dengan material solid, plate tower, stirred atau spatged vessel,
wetted wall coloumn dan sebagainya. Pada peralatan tersebut terjadinya proses absorbsi yaitu
dengan mengontakkan aliran gas dan liquid baik secara counter current maupun secara cocurrent
agar terjadi perpindahan massa pada kedua fase.
Pada proses absorbsi gas terjadi peristiwa perpindahan massa dari fase gas ke fase liquid.
Dalam operasi ini sangat diperlukan karakteristik keseimbangan sistem gas-liquid, karena
kecepatan larutan gas ke dalam absorbennya dalam hal ini liquid sangat tergantung pada
keseimbangan sistemnya (gas-liquid).
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri, misalnya dalam
penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorpsi, pemisahan gas dari air
limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir. Absorpsi gas merupakan operasi dimana campuran
gas dikontakan dengan liquid yang bertujuan untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih
dan menghasilkan larutan gas dalam liquid. Maka ini sangat penting bagi kita seorang teknik
kimia untuk mempelajari dan mengetahui bagai- mana cara kerja, serta apa prinsip yang
mendasar pada sebuah alat seperti Wetted Wall Absorption Coloumn.
Pada absorpsi kimia terjadi reaksi antara zat yang diserap dan absorbent. Lapisan molekul
pada permukaan absorbent hanya satu lapis panas absorpsianya tinggi. Dalam hal-hal tertentu,
gas diserap dalam keadaan utuh pada permukaan absorbent. Dalam keadaan ini seperti hidrogen
pada permukaan Pt hitam, molekulnya terpecah menjadi atom-atom. Akibatnya hidrogen
menjadi aktif sekali, karena itu Pt dipakai sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi dengan
hidrogen.
3. Syarat pemilihan pelarut pada kolom absorpsi
3.1 Kelarutan Gas
Kelarutan gas yang tinggi, menambah laju absorpsi dan mengurangi jumlah solvent yang
diperlukan. Secara umum, pelarut zat kimia di mana solute diabsorp akan menghasilkan
kelarutan yang baik. Reaksi kimia solven dengan solute akan menghasilkan kelarutan gas yang
sangat besar, tetapi jika solven digunakan lagi setelah di-recover maka reaksi harus reversible.
3.2 Volatility
Solven seharusnya mempunyai tekanan uap yang rendah karena gas yang meninggalkan
operasi absorpsi saturated dengan solvent. Jika liquid sedikit volatil dapat digunakan untuk
me-recover zat yang teruapkan.
3.3 Corrosiveness
Konstruksi material yang diperlukan pada peralatan jangan yang langka atau mahal.
3.4 Cost
Solven seharusnya murah sehingga biaya bukan pada solven saja, dan seharusnya mudah
didapat.
3.5 Viscosity
Viskositas yang rendah dipersiapkan untuk laju absorpsi yang rendah, penurunan tekanan
yang rendah pada pemompaan serta karakteristik perpindahan massa yang baik.
3.6 Miscellaneous
Solvent jika mungkin seharusnya nontoxic, tidak mudah terbakar dan stabil serta mempunyai
titik beku yang rendah.
Persyaratan kontak antara liquid dan gas merupakan persyaratan yang paling sulit dicapai,
terutama pada tower yang besar. Secara ideal, terdistribusi dari top packing, mengalir dalam
bentuk film tipis dari seluruh permukaan packing turun ke bawah tower. Sebenarnya film
tersebut, cenderung menebal pada beberapa tempat dan menipis di tempat lain, sehingga liquid
itu mengumpul menjadi arus-arus kecil dan mengalir melalui lintas-lintas tertentu dalam packing.
Lebih-lebih pada laju aliran rendah, sebagian besar permukaan mungkin kering atau sedikitnya
diliputi oleh film stagnant liquid. Efek ini disebut sebagai chanelling dan merupakan penyebab
utama dari unjuk kerja yang kurang memuaskan pada menara berukuran besar.
Absorben dapat pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair
dengan zat cair atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu:
1) Kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben.
2) Laju alir dari pelarut.
3) Jenis atau tipe kolom yang digunakan.
4) Kondisi operasi yang sesuai dan lain-lain.
Pada packed colom yang berisi packing tertentu dan yang dialiri dengan aliran liquid
tertentu, terdapat suatu batas atas bagian aliran gas. Kecepatan gas yang berhubungan dengan
batas ini disebut flooding velocity. Besarnya dapat ditentukan dengan memeriksa hubungan
antara penurunan tekanan melalui permukaaan packing, dengan laju aliran gas atau dengan
mengamati hold up liquid, serta dari penampilan visual packing tersebut. Diameter packed
absorbtion tower bergantung pada jumlah gas dan liquid yang akan diproses, sifat-sifatnya serta
ratio antara aliran satu dengan yang lainnya. Ketinggian tower, dan karena itu total volume
packing, bergantung pada tingkat perubahan konsentrasi dan pada perpindahan massa per satuan
volume packed.
Pada saat gas yang kaya diumpan ke absorption tower, maka temperatur dalam tower
berubah secara menyolok dari bottom ke top. Panas absorpsi solute meningkat temperatur
larutan, tetapi penguapan solvent cenderung menurunkan temperatur. Biasanya, semua pengaruh
merupakan kenaikkan temperatur liquid, tetapi kadang-kadang temperatur bergerak menjadi
maksimum pada bottom coloumn.
4. Jenis-jenis dan prinsip kerja kolom absorpsi
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase mengalir
berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer dari satu fase cairan ke
fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat berupa absorpsi gas,
destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah menara absorber.
Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair mengakibatkan
perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer
yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang
berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan
dari gas yang dimasukkan tadi.
Dalam perhitungan ukuran tower Absorpsi, satu faktor yang sangat penting adalah nilai
koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu kecepatan aliran total gas dan cairan
akan ditentukan oleh proses, hal ini penting untuk menentukan aliran yang cocok per unit area
yang melalui column. Aliran gas dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan
akan ada hasil drop jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji pengaruh
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam menyelidiki pengaruh
variabel, seperti: temperatur, tekanan, dan diffusitivity.
4.1 Spray Tower
Untuk ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower,
tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan cepat. Sedangkan
kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar dengan terjadinya sedikit penurunan,
pada prakteknya ditemukan ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama
permukaan interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan
secara luas.
4.2 Packed Tower
Packed tower merupakan tipe absorpsi yang banyak digunakan karena pressure drop aliran
gas yang rendah, cairan holp up kecil, lebih ekonomis dalam operasi cairan yang korosif, dan
biaya column yang relatif murah. Packing yang digunakan pada Packed Tower untuk
memperbesar luas permukaan kontak antara gas dan liquid (bentuk packing lihat bagian cooling
tower).
4.3 Wetted Wall Column
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah pekerja dan
mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor, dan mengadakan basis dari
hubungan yang telah dikembangkan untuk Packed Tower.
4.4 Bubble Tower
Pada bubble tower, kontak perpindahan massa terjadi di dalam bubble formation dan bubble
rise up melalui liquid. Arah aliran counter current dimana gas terdispersi di bottom tower.
4.5 Plate Tower
Plate Tower digunakan untuk cairan yang kapasitas lebih besar tanpa terjadi flooding, dan
mudah dibersihkan. Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara spesial untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
a) Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
b) Dapat meng-handle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
c) Lebih mudah dibersihkan.
4.6 Stirred Tank
Digunakan pada sistem reaksi kimia di mana gas akan diabsorpsi terlebih dahulu dan
kemudian akan bereaksi dengan suatu komponen dengan larutan. Alat ini memiliki kelebihan
ketika reaksi berjalan lambat, dalam hal ini pada fase liquid, sehingga membutuhkan residence
time yang lama dibandingkan dengan waktu yang disediakan.
4.7 Venturi Scrubber
Umumnya digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan partikel dari aliran gas ke penyerapan
uap terlarut.
4.8 Falling Film Absorber
Tipe ini sangat cocok untuk skala besar atau komersil di mana panas yang diperbolehkan
selama absorpsi sangat tinggi.
5. Unit absorpsi di PT PUSRI
Urea diproduksi dari reaksi antara amoniak dan karbondioksida, di kebanyakan reaksi kimia
yang terjadi haruslah feed bahan baku mempunyai kemurnian yang cukup tinggi agar reaksi
berjalan sempurnan dan dengan menjadi stabilisasi reaksi maka akan semakin banyak urea yang
didapat dan sedikit by product yang di hasilkan. Di PT PUSRI sendiri unit absorpsi itu khusus
nya ada pada pabrik amoniak, absorpsi digunakan untuk menghilangkan pengotor atau untuk
mencapai kemurnian zat yang tinggi. Berikut akan dijelaskan contoh proses pembuatan amoniak
di PT PUSRI, dimana ada proses absorpsi baik di feed treating unit maupun di purification.
5.1 Pabrik pembuatan amoniak
Bahan baku pembuatan amoniak adalah gas bumi yang diperoleh dari Pertamina dengan
komposisi utama Methane (CH4) sekitar 70 % dan Carbon Dioksida (CO2) sekitar 10 %.
Steam atau uap air diperoleh dari air sungai Musi setelah mengalami suatu Proses Pengolahan
tertentu di Pabrik Utility.
Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dimana sebelum udara ini digunakan sebagai udara
proses, ditekan terlebih dahulu oleh kompressor udara.
Secara garis besar Proses dibagi menjadi 4 Unit, dengan urutan sebagai berikut :
1. Feed Treating Unit
2. Reforming Unit
3. Purification & Methanasi
4. Compression Synloop & Refrigeration Unit.
5.2 Feed Treating Unit
Gas alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama senyawa belerang sebelum
masuk ke Reforming Unit harus dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan
keracunan pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan senyawa belerang yang
terkandung dalam gas alam, maka gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut
Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim ke Reforming Unit. Reaktor
desulfurisasi ini termasuk jenis Packed Bed Reactor.
Biasanya reactor desulfurizer terdiri dari 2 bed catalyst , yaitu bed pertama untuk chloride
guard dan bed kedua untuk zinc oxide .Untuk kemudahan operasi, biasanya terdapat 2 unit
desulfurizer yang beropreasi secara lead-leg atau secara seri.
Keuntungan operasi secara lead-leg adalah jika terjadi breakthrough senyawa sulfur dari unit
desulfurizer “lead”, maka masih dapat di absorbsi di unit desulfurizer “leg”, sehingga senyawa
sulfur tetap tidak meracuni katalis steam reformer. Jika sudah terjadi breakthrough senyawa
sulfur pada unit desulfurizer “lead”, maka unit desulfurizer “leg” dapat di by pass untuk
melakukan penggantian absorbent zinc oxide tanpa menghentikan operasi HPU karena unit
desulfurizer “leg” dapat tetap di operasikan. Setelah selesai penggantian absorbent zinc oxide
tersebut maka unit desulfurizer “lead” tersebut kemudian dioperasikan sebagai unit desulfurizer
“leg”. Saat proses desulfurizer, zinc oxide diubah menjadi zinc sulfide.
ZnO + H2S → ZnS + H2O
Absorbent zinc oxide dapat digunakan pada temperature ambient hingga 454 oC, namun
operasi paling efektif adalah pada temperature 340 oC. Absorbent zinc oxide dapat digunakan
pada tekanan atmosfer hingga >50 kg/cm2.
Dengan persamaan yang biasa digunakan adalah :
…………………..bentuk diferensial persamaan PBR
……………………..bentuk integral persamaan PBR
5.3 Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air, dipanaskan,
kemudian direaksikan di Primary Reformer, hasil reaksi yang berupa gas-gas Hydrogen dan
Carbon Dioksida dikirim ke Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga
dihasilkan gas-gas sebagai berikut :
Hidrogen
Nitrogen
Karbon Dioksida
Gas-gas hasil reaksi ini dikirim ke Unit Purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas
karbon dioksidanya. Secondary Reformer adalah reaktor yang terintegrasi pada reforming unit
yang fungsinya memproduksi gas sintesa dari reaksi steam dan Metana yang bersifat endotermis.
Suplai panas untuk reaksi ini berasal dari pembakaran udara dengan oksigen dari udara. Sebagai
penghasil bahan baku pembuatan Ammonia yaitu gas sintesa, kinerja Secondary Reformer sangat
mempengaruhi jumlah produk Ammonia yang dihasilkan di Ammonia Plant. Salah satu cara
menentukan kinerja Secondary Reformer adalah dengan menghitung konversi Metana aktual dan
membandingkannya dengan desain.
Reaksi reformasi yang digunakan umumnya adalah steam reforming (reformasi kukus).
Rasio H2O:CH4 yang biasanya digunakan adalah 2 – 6[1, 4]. Konversi untuk menghasilkan H2
yang relatif tinggi dapat dicapai dengan meningkatkan rasio H2O:CH4 pada temperature tinggi.
Namun penggunaan rasio yang tinggi akan meningkatkan kebutuhan H2O. Menurut hukum
termodinamika untuk reaksi steam reforming, semakin tinggi temperatur dan semakin rendah
tekanan akan mengakibatkan peningkatan konversi CH4. Pada nyatanya, penggunaan tekanan
tinggi tetap dilakukan dengan pertimbangan bahwa gas alam tersedia pada tekanan tinggi.Selain
itu, penggunaan tekanan tinggi dapat meningkatkan jumlah umpan gas.
Tekanan umpan yang biasanya digunakan adalah 5 - 30 atm.Temperatur umpan yang
digunakan sangat bervariasi, diantaranya adalah 454 − 650 ˚C. Sedangkan temperature reaksi
yang digunakan adalah 727 – 927 oC. Simulasi yang dilakukan bertujuan melihat pengaruh
variabel-variabel di atas terhadap konversi CH4, profil temperatur reaktor, dan komposisi
campuran gas dengan menggunakan model one dimensional pseudo homogeneous yang relatif
sederhana dan diturunkan dari neraca massa dan energi rektor unggun tetap bertekanan konstan.
Dari reaksi yang ada dapat kita pastikan bahwa dalam reformer terjadi reaksi yang sangat
kompleks. Untuk itu komposisi keluaran proses reformer akan bervariasi tergantung dari
komposisi umpan, temperatur, tekanan operasi, dan katalis yang digunakan. Katalis yang
digunakan untuk reaksi steam reforming umumnya memiliki pusat aktif yang menggunakan
logam nikel. Dan reactor untuk reformer ini termasuk dalam jenis fixed bed reactor dengan
reaksi endothermic.
5.4 Purification & Methanasi
Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit
Purification, Karbon dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea.
Sisa Karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator
Ammonia Converter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop &
Refrigeration terlebih dahulu masuk ke Methanator.
Pada unit ini dibagi dalam dua bagian proses yaitu :
1.) CO2 Absorber dan CO2 Stripper
Pada unit ini menggunakan reaktor yang berjenis Packed Bed Reactor. Terdiri dari satu
pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan dioperasikan vertical serta dioperasikan secara
adiabatis. Gas yang keluar dari Low temperature shift converter dimasukkan melalui CO2
absorber dengan menggunakan sparger dibagian menara . Kondisi absorbsi adalah 47oC hingga
80oC dan tekanan sekitar 32,2 kg/cm2 . Sistem pengambilan CO2 menggunakan aMDea (
activated methyldiethanolamine ) dengan konsentrasi 40 % berat. Gas yang keluar dari bagian
atas absorber masuk ke CO2 absorber overhead KO drum untuk memisahkan cairan yang
terbawa . Kelebihan gas sintesis dikirim ke fuel gas preheater. Pada absorbsi CO2, mula-mula
gas CO2 bereaksi dengan H2O .
Reaksi absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut :
a + MDEA + H2O(l) + CO2(g) MDEAH+ + HCO3
Rich solution dari absorber bagian bawah dialirkan melalui hydraulic turbine kemudian akan
memompa larutan tersebut dari bawah LP flash section melalui lean/semi lean solution
exchanger ke bagian atas stripper section . Larutan yang meninggalkan stripper section
kemudian akan dipanaskan hingga 124oC di CO2 stripper reboiler dan dengan uap bertekanan
rendah di CO2 stripper steam reboiler . CO2 dan steam dari LP flash section didinginkan
menjadi 38oC di contact cooler section. CO2 yang diperoleh memiliki kemurnian minimal 99 %
volum dan kemudian dikirim ke pabrik urea . Reaksi yang terjadi adalah kebalikan absorbsi
CO2 yaitu :
MDEAH+ + HCO3 - a+ MDEA + H2O(l) + CO2 (g)
2.) Pembentukkan methane (Methanator)
Pada unit ini menggunakan reaktor yang berjenis Throughwall-Cooled Fixed Bed Reactor . Pada
reaktor jenis ini konversinya secara isothermal dan dalam prosesnya ada pendinginan. Gas
keluaran metanator dibatasi kadar CO dan CO2 maksimum 5 ppmv . Reaksi yang terjadi adalah
kebalikan dari shift converter dan reforming , reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
CO(g) + 3H2(g) CH4(g) + H2O(g)
CO2(g) + 4H2(g) CH4(g) + 2H2O(g)
Gas proses dari CO2 absorber overhead knock out drum dengan suhu 47oC akan dipanaskan
di methanator feed/effluent exchanger hingga temperatur 310oC dan di methanator preheater
hingga 316oC. Untuk aliran bypass dipasang methanator effluent cooler sebagai kontrol
temperatur . Gas kemudian melewati methanator yang berisi katalis nikel sebanyak 19,8 m3 ,
reaksi akan berlangsung eksotermis dengan kondisi temperatur operasi reaktor 316-345 oC .
Keluaran metanator akan didinginkan hingga 82 oC dan dengan air pendingin hingga 38oC . Air
yang terkondensasi dipisahkan di syn gas compressor suction drum kemudian sejumlah kecil gas
sintesis akan direcycle ke feed gas compressor sebagai penyedia hidrogen untuk desulfurisasi .
5.5 Compression Synloop & Refrigeration Unit
Gas proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan Gas Hidrogen dan Nitrogen =
3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh Ammonia
Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini kemudian masuk ke Unit Refrigerasi
sehingga didapatkan amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan urea. Hasil/Produk pada proses diatas adalah gas amonia cair serta karbon dioksida
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Tahap-tahap proses Synthesa Loop dan
Amoniak Refrigerant adalah:
A. Synthesis Loop
Synthesis Loop disebut juga Haber – Bosch process. Gas synthesa yang akan masuk ke
daerah ini harus memenuhi persyaratan perbandingan H2/N2 yaitu 2,5 – 3 : 1. Gas synthesa
pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar 177.5 kg/cm2 atau dari 60 hingga 180
bar tergantung dari design yang digunakan, tekanan gas synthesa dinaikkan oleh syn gas
kompresor dan dipisahkan kandungan airnya melalui sejumlah K.O. drum dan diumpankan ke
ammonia converter dengan katalis promoted iron. Persamaan reaksi:
3H2 + N2 → 2NH3
Kandungan amoniak yang keluar dari amoniak converter adalah sebesar 12.05 - 17.2 % mol
B. Amoniak Refrigerant
Amoniak cair yang dipisahkan dari gas synthesa masih mengandung sejumlah gas terlarut.
Gas inert ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang berfungsi untuk mem-flash
amoniak cair berulang-ulang dengan cara menurunkan tekanan di setiap tingkat flash drum untuk
melepaskan gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari refrigeration, chiller mengambil panas
dari gas synthesa untuk mendapatkan pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan
memanfaatkan tekanan dan temperature yang berbeda di setiap tingkatan refrigeration.
Daftar Pustaka
Anonim, 2013, http://titi-sindhuwati.blogspot.com/2012/01/pembuatan-amonia.html diakses
tanggal 24 maret 2013
Anonim, 2013, http://www.pusri.co.id diakses tanggal 24 maret 2013