tugas kelompok MenEr.docx
-
Upload
okta-pratama -
Category
Documents
-
view
235 -
download
0
description
Transcript of tugas kelompok MenEr.docx
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ammonia (NH3) merupakan bahan dasar pembuatan pupuk yang berbasis nitrogen.
Senyawa ini digunakan sebagai penyedia nitrogen yang siap digunakan dibandingkan
dengan nitrogen bebas yang merupakan senyawa inert karena lebih mudah dikonversi
oleh tanaman. Ammonia mempunyai bau yang sangat menyengat. Titik didihnya sangat
rendah (-33,35°C) pada tekanan atmosfer sehingga berwujud gas yang tidak berwarna
dan sangat mudah larut dalam air membentuk basa lemah ammonium hidroksida
(NH4OH).NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)
Ammonia dapat berwujud cair jika berada pada tekanan tingi yaitu sekitar 10 atm.
Larutannya bersifat basa dan dapat membirukan lakmus merah dan memerahkan larutan fenolftalein.
Kegunaan dari amonia:
1. Sebagai pupuk (NH4)SO4
2. Untuk pembuatan nitrat
3. Pembuatan garam-garam amonium
4. Untuk obat-obatan
5. Sebagai pewarna
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama
carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering
dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine.
Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa
anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme.
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia. Urea dalam bentuk butiran
curah (prill) digunakan dalam pertanian sebagai pupuk kimia pemasok unsur nitrogen. Di
tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada urea
adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau pembakaran
batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut lalu dicampur
dengan amonia melalui proses Bosch-Meiser.
Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering (karbondioksida)
menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya, amonium karbamat dicampur dengan air
ditambah energi untuk menghasilkan urea dan air.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses pembuatan pupuk ammonia dan urea?
2. Apa saja peralatan dalam pembentukan pupuk ammonia dan urea?
3. Bagaimana flow diagram proses pembentukan pupuk ammonia dan urea?
3. TUJUAN
1. Memahami proses alur pembuatan pupuk ammonia dan urea dari bahan mentah
hingga siap pakai.
2. Mengetahui dan memahami flow diagram proses pembuatan pupuk ammonia dan urea
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pupuk Ammonia
Uraian singkat proses pembuatan pupuk amonia
1. Unit Desulfurizer
Gas bumi dengan kandungan methane 86-90% dimasukkan ke unit Desulfurizer untuk
menghilangkan kandungan gas sulfur dengan menggunakan zat penyerap ZnO.
Gas sulfur dalam gas bumi perlu dihilangkan karena merupakan racun katalis.
2. Unit Primary Reformer
Keluar dari unit Desulfurizer, gas bumi dengan kandungan sulfur dibawah 0,5 ppm
dimasukkan ke unit Primary Reformer.
Di unit Primary Reformer methane direaksikan dengan steam/kukus menggunakan
katalis berbasis Nikel (Ni) menghasilkan gas CO, CO2, H2 serta sisa methane.
Karena reaksi di Primary Reformer berlangsung secara endotermis, maka sebagai
pemanas Primary Reformer dilengkapi dengan burner.
3. Unit Secondary Reformer
Di Secondary Reformer diinjeksikan udara (N2=79 % dan O2 = 21%) sehingga terjadi
reaksi eksotermis antara H2 dan O2. Panas hasil reaksi yang mencapai temperatur
1200°C dipakai untuk memenuhi kebutuhan panas reaksi sisa methane dari Primary
Reformer dengan steam dan menggunakan katalis berbasis Nikel (Ni).
N2 yang ada dalam udara yang diinjeksikan, akan dipakai untuk reaksi pembuatan
amoniak di amonia converter.
4. Unit HTS (High Temperatur Shift)
Didalam HTS dilengkapi katalis berbasis Fe (besi), kandungan gas CO hasil reaksi
dari Primary dan Secondary Reformer direaksikan dengan steam untuk diubah
menjadi CO2.
5. Unit LTS (Low Temperatur Shift)
Prinsip LTS sama dengan HTS, yaitu merubah CO menjadi CO2 tetapi katalis yang
digunakan adalah berbasis Cu (tembaga). Kondisi temperatur di LTS lebih rendah
dibanding HTS dengan tujuan perubahan CO menjadi CO2 lebih sempurna.
6. Unit Absorber & Stripper (CO2 Removal)
Gas CO2 didalam gas proses diserap di menara absorber menggunakan larutan
Benfield (K2CO3 = 27 %, DEA = 2,5 %, V2O5 = 0,8 %).
Penyerapan CO2 oleh larutan Benfield dilakukan secara sirkulasi dan CO2 yang
terserap dilepas di menara stripper dengan striping menggunakan steam.
Selanjutnya CO2 yang diperoleh dikirim ke pabrik urea sebagai bahan baku.
7. Unit Methanator
Gas Sintesa dari menara absorber, dimana kandungan CO2 + CO < 1% dimasukkan ke
unit methanator. Didalam methanator ini CO dan CO2 direaksikan dengan gas H2
menjadi methane.
CO dan CO2 perlu diubah menjadi methane karena merupakan racun katalis bagi
katalis converter amoniak.
8. Unit Kompresor Syngas
Untuk mencapai tekanan reaksi pembentukan amoniak, gas sintesa dikompresi dari
tekanan 27 kg/cm2g menjadi > 125 kg/cm2g.
9. Unit Ammonia Converter
Gas sintesa dengan perbandingan gas hidrogen dan gas nitrogen sekitar 3 : 1,
direaksikan di amoniak converter menggunakan katalis Fe membentuk gas amoniak
Konversi reaksi pembentukan amoniak sekitar 10%-20% , sehingga gas sintesa (H2 &
N2) yang tidak bereaksi disirkulasikan lagi ke amonia converter melalui resirkulator
kompresor.
10. Unit Refrigerasi
Gas amoniak hasil reaksi di amoniak converter dikondensasikan dengan sistem
refrigerasi. Di Unit ini dilengkapi dengan kompresor, chiller dan let down valve.
Amoniak cair yang dihasilkan pada temperatur 10-30°C dikirim ke pabrik urea
sebagai bahan baku sedangkan amoniak cair pada temperatur –32°C dikirim ke
amonia storage.
B. Pupuk Urea
Uraian singkat proses pembuatan pupuk urea
1. Unit Sintesa
Gas CO2 dan amoniak cair sebelum masuk ke unit sintesa dinaikkan tekanannya
sampai tercapai tekananan reaksi (145-150 kg/cm2g) menggunakan kompresor dan HP
pump.
Amoniak dan CO2 akan bereaksi membentuk carbamat secara eksotermis. Panas hasil
reaksi pembentukan carbamat digunakan sebagai panas reaksi pembentukan urea.
Reaksi pembentukan urea sebagai berikut :
2NH3 + CO2 NH2 COO NH4
NH2 COO NH4 NH2 CO NH2 + H2O
2. Unit Resirkulasi
Urea hasil reaksi di unit Sintesa dengan konsentrasi 55 % dikirim ke unit Resirkulasi.
Di unit ini CO2, NH2 dan carbamat yang terikut dipisahkan dari larutan urea sehingga
konsentrasi larutan urea naik menjadi 77 % wt. Sedangkan CO2, NH3 dan carbamat
dikembalikan ke unit sintesa.
3. Unit Evaporasi
Urea melt/bubur urea dipekatkan/dinaikkan konsentrasinya menjadi 97 % wt di unit
evaporator 2 tingkat. CO2 , NH3 dan H2O yang sudah terpisahkan dari larutan urea
dikirim ke unit wwt. Sedangkan urea melt dikirim ke unit prilling tower atau unit
granulasi.
4. Unit WWT
Amoniak, CO2 dan sedikit kandungan urea yang terikut dari unit evaporasi dipisahkan
dari air (H2O) di unit wwt ini. Urea yang terikut dari unit evaporasi diuraikan menjadi
amoniak dan CO2 dan dikembalikan ke unit resirkulasi. Air yang sudah dipisahkan
dari CO2, amoniak dan urea dipisahkan dari proses.
5. Unit Prilling Tower dan Granulasi
Unit prilling tower bertujuan untuk mengubah urea melt menjadi bentuk prill, sedang
unit granulasi bertujuan mengubah urea melt menjadi bentuk granul.
Komposisi produk urea :
- N2 = 46 %
- H2O = 0,3 % (max)
- Biuret = 1 % (max)
Proses Granulasi di Nozzle
C. Peningkatan di bidang elektro
Kompressor
Beberapa pengukuran kompresor yang biasa digunakan adalah: efisiensi volumetrik, efisiensi
adiabatik, efisiensi isotermal, dan efisiensi mekanik.
Efisiensi adiabatik dan isotermal dihitung sebagai daya isotermal atau adiabatik dibagi oleh
konsumsi daya aktual.
Efisiensi isotermal
Efisiensi isotermal = Daya masuk aktual terukur / Daya Isotermal
Daya isotermal (kW) = P 1 xQ 1 X log r
36,7
Dimana P1= Tekanan mutlak masuk kg/ cm2
Q1= Udara bebas terkirim/ FAD, m3/jam.
r = Perbandingan tekanan P2/P1
Perhitungan daya isotermal tidak menyertakan daya yang diperlukan untuk mengatasi
gesekan
dan biasanya memberikan efisiensi yang lebih rendah dari efisiensi adiabatis. Nilai efisiensi
yang
dilaporkan biasanya efisiensi isotermal. Hal ini merupakan bahan pertimbangan yang penting
dalam memilih kompresor berdasarkan nilai efisiensi.
Efisiensi Volumetrik
Kompresor Displacement = ? × D2
L x S x ? x n
Dimana D = Diameter silinder, meter
L = jumlah langkah silinder, meter
S = Kecepatan kompresor rpm
? = 1 untuk silinder dengan aksi tunggal dan
2 untuk silinder dengan aksi ganda
n = Jumlah silinder
Dalam prakteknya, panduan yang paling efektif dalam membandingkan efisiensi kompresor
adalah konsumsi daya spesifik, yaitu kW/volum debit aliran, yang dapat digunakan untuk
berbagai kompresor.
Peluang Efisiensi energi pada kompressor
Lokasi Kompresor
Lokasi kompresor udara dan kualitas udara yang ditarik oleh kompresor akan memiliki
pengaruh
yang cukup berarti terhadap jumlah energi yang digunakan. Kinerja kompresor sebagai mesin
yang bernafas akan meningkat dengan udara yang dingin, bersih dan kering pada saluran
masuknya
Suhu Udara pada Aliran Masuk
Pengaruh udara masuk pada kinerja kompresor tidak boleh diremehkan. Udara masuk yang
tercemar atau panas dapat merusak kinerja kompresor dan menyebabkan energi serta biaya
perawatan yang berlebihan. Kompresor menghasilkan panas pada operasinya yang kontinyu.
Panas ini dilepaskan ke
kamar/ruang kompresor sehingga memanaskan udara masuk. Hal ini mengakibatkan
rendahnya
efisiensi volumetrik dan pemakaian daya menjadi lebih besar. Jadi udara dingin yang masuk
akan meningkatkan efisiensi energi kompresor
Penurunan Tekanan dalam Saringan Udara
Saringan udara masuk pada kompresor harus dipasang, atau membawa udara dari lokasi yang
bersih dan dingin. Semakin baik penyaringan pada saluran masuk kompresor, maka akan
semakin rendah biaya perawatan kompresornya. penurunan tekanan yang melintas saringan
udara
harus dijaga minimum (ukuran dan perawatannya) untuk mencegah pengaruh penyumbatan
dan
penurunan kapasitas kompresor.
Ketinggian
Kompresor yang terletak pada tempat yang lebih tinggi akan mengkonsumsi daya yang lebih
besar untuk mencapai tekanan tertentu dibandingkan yang berada pada permukaan laut,
dimana rasio kompresinya lebih tinggi
Pengendalian Kompresor
Kompresor udara menjadi tidak efisien bila alat tersebut dioperasikan dibawah kapasitasnya.
Untuk menghindari kompresor tetap menya la ketika tidak diperlukan, dipasang sebuah alat
kontrol otomatis yang dapat mematikan dan menyalakan kompresor sesuai kebutuhan.
Kondensor
Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi air. Prinsip kerja
Kondensor proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu
ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan
air sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side). Konsentrasi ammonia sirkulasi
sekitar 10 – 14 % mol. Penurunan konsentrasi dilakukan dengan kondensasi pada
kesetimbangan pada tempratur keluaran kondensor. Ammonia yang terkondensasi dipisahkan
dari sirkulasi dan gas dinaikkan tekanannya dengan kompresor sirkulasi untuk memenuhi
pressure drop pada loop. Efisiensi kondensor dapat ditingkatkan dengan mengoperasikan
pada kondisi maksimalnya peralatan tersebut. Hal ini mengacu pada luas permukaan heat
transfer, laju aliran panas dan dingin, tempratur inlet dan outlet
Motor
Efisiensi motor ditentukan oleh kehilangan dasar yang dapat dikurangi hanya oleh perubahan
pada rancangan motor dan kondisi operasi. Motor beroperasi pada beban 50-100% dan
operasi paling efisien pada beban 75%. Tetapi, jika beban turun dibawah 50% efisiensi turun
dengan cepat. Mengoperasikan motor dibawah laju beban 50% memiliki dampak pada faktor
dayanya. Efisiensi motor yang tinggi dan faktor daya yang mendekati 1 sangat diinginkan
untuk operasi yang efisien dan untuk menjaga biaya rendah untuk seluruh pabrik, tidak hanya
untuk motor.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ammonia (NH3) merupakan bahan dasar pembuatan pupuk yang berbasis nitrogen
dimana senyawa ini digunakan sebagai penyedia nitrogen yang siap digunakan
dibandingkan dengan nitrogen bebas yang merupakan senyawa inert karena lebih
mudah dikonversi oleh tanaman.
2. Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan
nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO. Urea juga dikenal dengan nama
carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa.
3. Pembuatan Amonia terbagi jadi 10 unit kerja yaitu : Unit desulfirizer, Unit primary
reformer, secondary reformer, High temperature Shift, Low Temperature Shift,
Absorber and Stripper (Pemisahan CO2), Methanator, Kompresor Syngas, Amonia
Converter, dan Refrigasi atau Pengkondensasian
4. Sedangkan pembuatan pupuk Urea terbagi menjadi 5 Unit kerja yaitu : Unit sintesa,
Unit Resirkulasi, Unit Evaporasi, Unit WWT, serta Unit Prilling Tower dan
Granulasi
B. SARAN
Proses flow diagram yang ada di pabrik pembuatan pupuk di Kalimantan Timur ini
sudah jelas sekali digambarkan dan setiap proses pembuatan pupuk ada sistem unit kerja nya
tersendiri. Efisiensi dan SOP dari setiap peralatan juga sudah dijelaskan hanya saja peralatan
disini sedikit kurang menggunakan teknologi yang hemat energi, contohnya menggunakan
peralatan yang low cost, energy monitoring yang seharusnya ada di setiap perusahaan besar,
dan jika dimungkinkan maka perusahaan seharusnya menggunakan bahan bakar yang
renewable energi seperti biomassa atau geothermal.
Referensi
1. http://www.pupukkaltim.com
2. http://rakhman.net/2013/04/prinsip-kerja-kondensor.html
3. http://id.wikipedia.org
4. Google.com dengan keyword : Proses flow diagram pembuatan pupuk
5. www.energyefficiencyasia.org