Tugas kelompok-industri
-
Upload
winda-intan -
Category
Science
-
view
27 -
download
1
Transcript of Tugas kelompok-industri
TINJAUAN PERANCANGAN AWAL PABRIK FURFURAL BERBASIS AMPAS TEBU
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Kimia Industri
oleh:
Tommy Dutika Indarto (121810301047)
Tiara Farah Hidayah (121810301059)
Winda Intan Novalia (121810301062)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
Ringkasan
Furfural memilki manfaat sebagai berikut yaitu sebagai pelarut dalam industri
pengolahan minyak, sebagai pembuatan pelumas pada pembuatan nilon, sebagai senyawa
intermediate untuk pembuatan furfural alkohol, tetrahidrofuran, industri farmasi, herbisida, dan
dapat diaplikasikan pada pewangi. Pembuatan furfural dibagi menjadi 3 tahapan yaitu: tahap
penanganan awal, tahap reaksi utama, dan tahap pemurnian furfural. Keseluruhan produk dari
mulai produk utama sampai produk samping,hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan seperti
furfural sebagai produk utama, glukosa, asam sulfat, toluena, dan air.
ii
DAFTAR ISI
Ringkasan.............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
BAB 2. TARGET LUARAN...............................................................................................3
2.1 Ampas Tebu...................................................................................................................3
2.2 Furfural...........................................................................................................................3
2.3Deskripsi Proses..............................................................................................................4
2.4 Kemasan Produk............................................................................................................6
2.5Pemasaran Produk...........................................................................................................7
BAB 3. METODE PELAKSANAAN.................................................................................8
3.1 Bahan Baku....................................................................................................................8
3.2 Peralatan Produksi..........................................................................................................8
3.3 Proses Produksi..............................................................................................................8
3.4 Neraca Massa dan Neraca Energi................................................................................10
BAB 4. ANALISIS BIAYA...............................................................................................12
4.1. Biaya Produksi............................................................................................................12
4.2. Biaya Penjualan...........................................................................................................13
4.3. Keuntungan Tiap Bulan..............................................................................................13
4.4. Balik Modal.................................................................................................................13
BAB 5. ANALISIS DAMPAK..........................................................................................14
5.1 Pengolahan Limbah Cair..............................................................................................14
5.2 Limbah Asap dan Udara..............................................................................................15
BAB 6. PENUTUP............................................................................................................18
6.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang beriklim tropis. Secara astronomi Indonesia
terletak di 6o LU-11o LS dan 95o BT-141o BT dan Indonesia juga dilewati garis khatulistiwa.
Iklim tropis Indonesia membuat berbagai jenis tumbuhan mudah tumbuh diwilayah Indonesia,
sehingga Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang melimpah. Agroindustri menjadi salah satu
sektor yang memiliki peranan penting di Indonesia.Kegiatan pertanian dan perkebunan memiliki
perananan besar dalam sektor agroindustri. Pemanfaatan produk sisa pengolahan bahan organik
dari limbah industri pertanian dan perkebuanan masih belum dimanfaatkan secara maksimal.
Produk industri dari Indonesia umumnya hanya dijual dalam bentuk produk primer, sehingga
harga jual produk tersebut bernilai rendah.
Industri pabrik gula menghasilkan limbah ampas tebu dalam jumlah besar. Ampas tebu
yang dihasilkan hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketelpada proses pengolahan gula,
namun jika ampas tebu lebih dimanfaatkan menjadi produk sekunder maka ampas tebu ini akan
memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif, pulp, pupuk, dan particle board. Produk sekunder yang berasal dari
ampas tebu salah satunya yaitu furfural. Menurut Othmer (1980) ampas tebu mengandung
pentose sebesar 17%. Kandungan pentosan yang cukup banyak pada ampas tebu membuat ampas
tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furfural.
Furfural memiliki peranan yang cukup penting dalam dunia industri. Furfural memilki
banyak manfaat sebagai berikut yaitu sebagai pelarut dalam industri pengolahan minyak, sebagai
pembuatan pelumas pada pembuatan nilon, sebagai senyawa intermediate untuk pembuatan
furfural alkohol, tetrahidrofuran, industry farmasi, herbisida, bahan pembantu industri serat
sintesis, pernis, cat, plastik dan dapat diaplikasikan pada pewangi (Wijanarko, dkk., 2006).
Tingkat permintaan furfural yang tinggi belum diimbangi dengan ketersediaan perusahaan
penghasil furfural sehingga pemenuhan kebutuhan akan furfural di Indonesia masih dipenuhi
dari hasil impor. Impor furfural berasal dari luar negeri seperti Cina (produsen furfural terbesar
didunia). Oleh karena itu, perlu didirikan industri penghasil fulfural sehingga limbah industri
pertanian dan perkebunan yang jumlahnya melimpah seperti ampas tebu dapat dimanfaatkan
secara menyeluruh. Pendirian industri furfural diharapkan dapat menjadi sumber pemenuh
1
kebutuhan dalam negeri, sehingga dapat menekan impor Indonesia. Selain itu, pembangunan
industri dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat yang belum memperoleh
pekerjaan disekitar pabrik serta kebutuhan akan furfural di Indonesia dapat dipenuhi dari dalam
negeri.
2
BAB 2. TARGET LUARAN
2.1 Ampas Tebu
Tebu ialah suatu tanaman jenis rumput rumputan, termasuk kelas Monocotyledonae, ordo
Glumiflorae, familyGramineaedengan nama ilmiah Saccharum officinarum L. (Sastrowijoyo,
1998). Tebu adalah bahan baku utama dalam pembuatan gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh
di daerah beriklim tropis (Sastrowijoyo, 1998). Luas areal tanam tebu di Indonesia mencapai 344
ribu hektar dengan wilayah kontribusi utama sebagai berikut di Jawa Timur (43,29%), Lampung
(25,71%), Jawa Tengah (10,07%), dan Jawa Barat (5,87%). Selama kurun waktu 5 tahun
terakhir, wilayah tanam tebu di Indonesia secara keseluruhan mengalami stagnasi pada kisaran
sekitar 340 ribu hektar (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Tebu sering digunakan untuk bahan dasar pembuatan gula.Sehingga dalam sekali
produksi, banyak ampas tebu yang dihasilkan. Bagas tebu yang dihasilkan dari produksi gula
sebanyak 30 % dari tebu yang diolah (Mui, 1996). Data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Ampas tebu
sebanyak 60% tersebut hanya dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar untuk proses
produksigula. Selain itu, ampas tebu ini juga digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan
kertas, industri jamur, bahan baku industri kanvas rem dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan
sebanyak 45% dari ampas tebu dari pabrik gula belum dimanfaatkan (Husin, 2007).
Limbah hasil pertanian dan perkebunan seperti ampas tebu banyak mengandung bahan-
bahan organik. Ampas tebu mengandung kira-kira 50% selulosa, 25% hemiselulos dan 25%
lignin. Secara kimia, ampas tebu mengandung 50% α-selulosa, 30% pentosan dan 2,4% abu.
Hasil limbah pertanian seperti ampas tebu mengandung banyak sekali sumber energi solar
(Pandey et al., 2000).
2.2 Furfural
Furfural merupakan bahan baku kimia, yang dapat dibuat dari pentosan. Pentosan banyak
terkandung dalam limbah hasil pertanian dan perkebunan. Furfural juga dapat dibuat dari limbah
hasil pertanian dan perkebunan lainnya seperti sekam padi, kayu, tongkol jagung, rami, dan
bahan lainnya yang mengandung serat. Furfural menjadi produk akhir yang diinginkan pada
proses akhir produksi (Triyanto dan Wahyudi, 2006).
3
Furfural memiliki rumus molekul C5H4O2. Furfural sering juga disebut 2-
furankarboksaldehid, furaldehid, furanaldehid, 2-furfuraldehid (senyawa organik turunan dari
golongan furan). Furfural memiliki wujud berupa cairan berwarna kuning hingga kecoklatan.
Furfural memiliki titik didih sebesar 161,7oC dan titik lebur sebesar -36,5oC. Furfural memiliki
berat molekul sebesar 96,086 g/gmol dan densititas pada suhu 20oC sebesar 1,16 g/cm3. Furfural
memilki kapasitas panas sebesar 1,74 J/gK dan entalpi pembentukan sebesar -151 kJ/mol.
Furfural dapat larut dalam pelarut alkohol, eter dan benzene, namun kurang larut dalam air.Hasil
furfural yang didapat dalam bentuk cair. Berikut struktur molekul furfural:
Gambar 1. Struktur molekul furfural (Kirk and Othmer, 1955).
Furfural dapat dihasilkan dari reaksi hidrolisis dan dehidrasi. Proses reaksi ini menggunakan
bantuan katalis asam yaitu asam sulfat atau asam lainnya (Wijanarko,dkk, 2006).
2.3 Deskripsi Proses
Proses pembuatan furfural terbagi menjadi tiga tahapan yaitu:
1. Tahap penanganan awal
2. Tahap reaksi utama
3. Tahap pemurnian furfural
2.3.1 Tahap Penanganan Awal
Tahap penanganan awal dimulai dengan bahan baku (raw material) berupa ampas tebu
dimasukkan dalam alat pemotong. Ampas tebu dipotong menjadi bagian-bagian kecil,
dilanjutkan dengan memasukkan ampas tebu yang sudah terpotong ke dalam tangki pencampur
(mixer). Ampas tebu akan dicampurkan dengan asam di dalam mixer. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh pentosan yang terkandung dalam ampas tebu.Pentosan dari ampas tebu akan terlarut
dalam asam. Pentosan yang dihasilkan masih bercampur dengan ampas tebu. Hasil dari proses,
selanjutnya dikirim ke reaktor I (Wijanarko, dkk. 2006).
4
2.3.2 Tahap Reaksi Utama
Hasil proses dari pencampuran mixer akan diarahkan menuju reaktor I dan siap
direaksikan. Kondisi pada reactor I yaitu pada suhu 128oC dan pada tekanan 3 atm. Reaksi ini
berlangsung selama 3 jam. Pada reaktor I pentosan akan mengalami hidrolisis menjadi
pentosa.Hasil produk dari reactor I dikirim menujureactor II dilanjutkan proses dehidrasi pentosa
untuk menghasilkan furfural. Hasil produk dari rekator II masih mengandung pengotor berupa
pentosa, pentosan (volatil), air, dan asam sulfat. Sehingga perlu dilakukan pemurnian(Wijanarko,
dkk. 2006). Pada gambar 2. Menunjukkan reaktor yang digunakan untuk mereaksikan bahan-
bahan yang ada.
Gambar 2. Reaktor
2.3.3 Tahap Pemurnian
Hasil dari reaktor II langsung dikirim menuju vaporizer. Vaporizer memiliki suhu sebesar
170oC.kondisi ini menyebabkan furfural, air, pentosan dan pentose yang awalnya berwujud cair
berubah menjadi uap. Produk atas mengandung furfural, air, pentosan dan pentosa dari proses
evaporasi tersebut. Produk atas dari vaporizer dimasukkan dalam ekstraktor pada suhu 30oC
dengan tekanan 3 atm menggunakan pelarut toluena.Hal ini dilakukan untuk memisahkan air,
5
pentosan dan pentose. Campuran yang terbentuk dikirim menuju kolom destilasi untuk
memisahkan furfural dari pelarut toluena dan mendapatkan konsentrasi furfural yang diinginkan.
Sebelum campuran dimasukkan ke dalam kolom destilasi. Campuran dimasukkan ke dalam
Heater II untuk menaikkan suhu sampai 114,732oC.
Produk bawah dari vaporizer mengandung lignin, asam sulfat, abu, α-selulosa dan
glukosa dipisahkan dari ampas tebu dengan menggunakan Filter Press. Produk glukosa dalam
asam sulfat diambil sebagai produksamping. Pemisahan glukosan dengan asam sulfat dilakukan
menggunakan Flash Drum. Glukosa diketahui sebagai produk bawah, sedangkan asam sulfat
sebagai produk atas. Produk akhir yang diinginkan yaitu furfural dan dihasilkan prodek samping
berupa glukosa. Berikut reaksi-reaksi yang terjadi pada reactor:
1. Hidrolisis selulosa menjadi glukosa
(C6H5O6)n + n H2O asam→ nC6H12O6
2. Hidrolisis pentosan menjadi pentosa
(C5H8O4)n + n H2O asam→ nC5H10O5
3. Dehidrasi pentose membentuk furfural
nC5H10O5asam→ nC5H4O2 + 3nH2O
2.4 Kemasan Produk
Furfural dalam jumlah besar akan dikirim dengan menggunakan kapal tanker, truk tangki
baja, truk tangki aluminium, wadah ISO dan drum baja. Furfural merupakan pelarut yang
excellent dan penetran. Perlakuan dan perawatan yang dilakukan harus disertai pengamanan.
Umumnya menggunakan pompa dan katup pada kemasan furfural. Kemasan dijaga dalam
kondisi baik. Drum banyak dapat disimpan selama berbulan-bulan tanpa perubahan sifat fisik
yang berarti dari wadah. Penyimpanan massal harus dilakukan di bawah kondisi gas nitrogen.
Berikut gambar tangki-tangki wadah dari penjualan furfural:
6
(www.furan.com)
(www.made-in-china.com)
2.5 Pemasaran Produk
Penjualan produk furfural jika dalam sekali produksi dengan hasil furfural sebanyak 13
Kg, akan ditampung dulu produk sampai mengisi penuh drum baja. Drum ini mampu
menampung ± 260 Kg furfural. Penjualan akan dilakukan melalui online. Selain itu, penjualan
dilakukan dengan mengirim drum baja dalam jumlah banyak ke pabrik pemurnian minyak,
pembuatan nilon dan sebagainya.
7
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Bahan Baku
Bahan baku yang akan digunakan pada industri furfural dari ampas tebu ini adalah ampas tebu, asam sulfat dan toluena. Bahan baku ampas tebu diperoleh dari PTPN X dan XI yang berada di kota Surabaya yang dipilih dengan diameter kurang lebih sebesar 5 mm. Asam sulfat yang digunakan pada industri ini adalah asam sulfat dengan konsentrasi 36% sebagai katalisator dan diperoleh dari PT Liku Telaga Gresik. Toluena yang digunakan pada industri ini adalah toluena dengan konsentrasi 98,5% sebagai pelarut dan diperoleh dari PERTAMINA UP.
3.2 Peralatan Produksi
Fasilitas dan peralatan yang digunakan dibagi menjadi dua macam yaitu peralatan utama dan peralatan pendukung. Peralatan utama adalah peralatan yang memiliki proses penting dalam industri yang dijalankan seperti tempat terjadinya reaksi atau reaktor, proses pemurnian, pemisahan dan lain-lain. Sedangkan peralatan pendukung adalah peralatan yang dibutuhkan untuk mendukung kinerja peralatan utama seperti tempat penyimpanan, pompa, dan lain-lain.Peralatan utama yang dibutuhkan pada industri ini antara lain reaktor, kolom ekstraksi dan distilasi, kolomflash serta alat penukar panas atau heat exchanger.Peralatan pendukung yang dibutuhkan antara lain mixer, pompa, conveyor, dan tanki penyimpanan.
3.3 Proses Produksi
Langkah-langkah proses produksi furfural dari ampas tebu terdiri dari dua proses yaitu proses batch dan proses kontinyu yang diuraikan sebagai berikut:a. Proses batch
- Unit penanganan awal, dimana berlangsung proses pengenceran asam sulfat 36% menjadi
6%.
8
- Unit reaksi utama, dimana semua bahan baku telah dimasukkan dalam reaktor dan siap
untukdireaksikan. Kondisi operasi reaktor adalah suhu128oC dan tekanan 3 atm. Reaksi
berlangsung selama 180 menit (3 jam), setelah itu dilanjutkan dengan penguapan. Yield
pembentukan furfural dari pentosan adalah 73%. Pada kondisi operasi tersebut dihasilkan
produk samping yaitu glukosa dan asam asetat
b. Proses Kontinyu
Proses kontinyu digunakan pada unit penanganan akhiryang terdiri atas :
- Unit Pemurnian Furfural, merupakan unit dimanafurfural yang diuapkan dengan kukus
tekanan rendah kemudian dikondensasikan untuk selanjutnya diekstraksi dengan pelarut
toluena untukmemisahkannya dari air dan asam asetat. Untuk memisahkan Furfural dari
toluena dan mendapatkan konsentrasi Furfural sesuai spesifikasi digunakan proses distilasi.
- Unit Pemisahan Ampas Tebu dan Glukosa, merupakan unit dimana asam sulfat glukosa;
dansisa pentosa yang tidak teruapkan di reaktor,dipisahkan dari ampas tebu yang terdapat
didalamnya dengan proses penyaringan. Setelah penyaringan, Glukosa diambil sebagai
produk
Tahap-tahap proses produksi furfural dari ampas tebu disajikan pada gambar 3.
9
Pengenceran asam sulfat
Proses reaksi semua bahan dalam reaktor suhu128oC dan
tekanan 3 atm. Reaksi berlangsung
Penguapan
Pemurnian Furfural
Pemisahan Ampas Tebu dan Glukosa
Ampas Tebu 100 kg
AsamSulfat 1583 kg
Air 9500 kg
Toluena 4800 kg
3.4 Neraca Massa dan Neraca Energi
Diagram Alir
10
REAKSI UTAMA
( 128OC , 3 atm)
INTERMEDIETE TANK
FILTRASI EKSTRAKSI
( 3atm )
DISTILASI
( 1atm )
FLASH
Glukosa
AsamSulfat
Ampas Tebu
Toluena
Furfural
Neraca Massa Total
Komponen Massa Masuk (kg) Massa Keluar (kg)Air 9500 9600Ampas Tebu 100 60Asam Sulfat 1583 1527Toluena 4800 4765Uap 140 142,5Furfural - 13Glukosa - 15,5Jumlah 16123 16123
Neraca Energi
Total Energi JumlahEnergi Masuk 872.998.909,25Energi Keluar 818.532.608Energi yang hilang 54.466.301,25
11
BAB 4. ANALISIS BIAYA
4.1. Biaya Produksi
4.1.1 Biaya habis pakai 1 kali produksi (2 hari)
Barang Jumlah HargaAir 9500 kg Rp 950.000Asam Sulfat 1583 kg Rp 1.583.000Ampas Tebu 100 kg Rp 100.000Toluena 4800 kg Rp. 3.840.000Botol Kemasan
Jumlah Rp. 6.473.000
Biaya Habis Pakai 1 Bulan
1 Bulan terdiri dari 15 kali produksi
Biaya = 15 x 6.473.000
= Rp. 97.095.000
4.1.2 Biaya tidak habis pakai (waktu 1 tahun operasi=312 hari)
Barang Jumlah HargaReaktor 1 Rp. 2.000.000Pompa 1 Rp. 750.000Filter 1 Rp. 300.000Distilator 1 Rp 300.000Kompor 3 Rp 750.000Pipa Penghubung 1 Rp 300.000Total 9.162.000
4.2.3 Gaji Karyawan 1 bulan
Pekerja Industri 2 Rp 2.000.000
12
Distributor 2 Rp. 2.000.000Total Rp. 4.000.000
4.2.Biaya Penjualan
4.2.1 Penjualan 1 kali produksi
Output Jumlah Harga
Furfural 13 kg Rp. 520.000
Glukosa 15.5 kg Rp. 124.000
Asam Sulfat 1527 kg Rp 1.527.000
Toluena 4765 kg Rp. 3.812.000
Ampas tebu 70 kg Rp. 0
Air 9600 kg Rp. 960.000
Rp. 6.943.000
Penjualan 1 bulan
1 Bulan terdiri dari 15 kali produksi
Penjualan = 15 x 6.943.000
= Rp. 104.145.000
4.3. Keuntungan Tiap Bulan
Laba = Penjualan – (Biaya Produksi + Biaya Pekerja)
= 104.145.000 – (97.095.000 + 4.000.000)
= Rp. 3.050.000
4.4. Balik Modal
13
Bulan ke = Modal Awal / Laba Tiap Bulan
= 9.162.000 / 3.050.000
= 3.00 Bulan
Jadi, pada bulan ke 3 seluruh modal dapat kembali.
BAB 5. ANALISIS DAMPAK
5.1 Pengolahan Limbah Cair
Secara umum pengelolaan limbah seperti limbah cair yang dikeluarkan pabrik furfural
merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Limbah cair
ini dikelola melalui dua tahapan, yaitu:
a. Penanganan di dalam pabrik (in house keeping)
Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil
trap) serta pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap).
b. Penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL)
IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam dengan kedalaman
bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total daya tampung lebih dari
240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai 60 hari.
Pada prinsipnya instalasi pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi enam tahapan
pengolahan,yaitu:
c. Pengolahan Pendahuluan (Pre Tratment)
Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk menyaring benda terapung dan mengendapkan benda
yang berukuran besar seperti sampah, lemak, kerikil atau pasir. Tahap selanjutnya adalah
melakukan penyeragaman kondisi air limbah (equalization) yang meliputi debit dan keasaman
air limbah.
d. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
14
Pengolahan primer bertujuan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi melalui pengendapan
(sedimentation) atau pengapungan (flotation). Proses pengendapan tahap pertama ini masih
sederhana karena partikel-partikel yang ada diendapkan dengan cara gravitasi. Bahan kimia
dapat digunakan untuk membantu proses pengendapan tersebut. Pengendapan biasanya
dilakukan pada bak atau kolam pengendapan yang secara periodik dibersihkan endapannya.
Proses pengapungan dilakukan dengan menghembuskan udara dari bawah sehingga partikel akan
mengapung kemudian dipisahkan dari cairan.
e. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pengolahan sekunder bertujuan untuk mengurangi kadar bahan organik dalam air limbah dengan
menggunakan proses biologi seperti lumpur aktif, trickling filter, anaerobic digester, biogas, dll.
Terdapat dua hal penting dalam proses ini adalah penambahan oksigen dan pertumbuhan bakteri.
f. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan apabila setelah pengolahan pertama dan kedua masih banyak bahan
polutan yang terdapat dalam air limbah.Pengolahan ini dilakukan secara khusu tergantung jenis
bahan polutan yang ada.Beberapa alat yang biasa digunakan untuk pengolahan tersier adalah
saringan pasir, saringan multimedia, vacum filter, penyerapan, dll.
g. Pembunuhan Kuman (Desinfektion)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang
ada dalam air limbah. Bahan kimia biasanya digunakan dalam proses ini seperti clorin.
h. Pembuangan Lanjutan (Ultimate Disposal)
Dari pengolahan air limbah biasanya dihasilkan lumpur.Lumpur tersebut perlu diolah lebih lanjut
untuk menghilangkan tingkat polutannya dan kemudian dapat dimanfaatkan atau dibuang ke
lingkungan. Beberapa proses pengolahan lumpur adalah pemekatan, penstabilan, pengurangan
air, dan pengeringan.
5.2 Limbah Asap dan Udara
Jenis senyawa pencemar udara digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Senyawa pencemar primer
Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber.
b. Senyawa pencemar sekunder
15
Senyawa pencemar sekunder ialah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-
aksi dua atau lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Pencemaran udara dari pada
pabrik furfural berupa asap dan debu, yang dapat menyebabkan sejumlah penyakit pernafasan
seperti infeksi saluran pernafasan pada manusia disekitar pabrik tersebut, iritasi mata dan lain-
lain. Senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida
(CO), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).
Untuk menangfurfuralnginya dibutuhkan pengendalian pencemaran udara. Pengendalian ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pengendalian pada sumber pencemar
Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang lebih efektif karena hal
tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang pada akhirnya
dibuang ke lingkungan. Di dalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri
dari dua bagian yaitu penangfurfuralngan emisi debu dan penangfurfuralngan emisi senyawa
pencemar.Idealnya demikian pula yang harus dilakukan oleh pabrik tebu.
2. Pengenceran limbah gas.
Guna menekan tingkat pencemaran udara, pabrik tebu dapat mengelola asap dan debu
tersebut dengan jalan memisahkan partikel padatanya yang berada di asap. jika partikel-partikel
ini dalam jumlah yang cukup, maka bisa diolah menjadi pupuk. Karenanya suatu pabrik furfural
seharusnya dilengkapai dengan alat-alat pemisah debu untuk memisahkan debu dari alirah gas
buang. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut prinsip kerjanya:
Pemisah Brown
Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut
Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. digunakan
untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.
Electrostatic Precipitator (Pengendap elektrostatik)
Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan
rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran.
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya
debu yang kering dengan ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron.
Pengumpul sentrifugal
16
Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk
saluran masuk alat.
Pemisah inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas. Pemisah ini
menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat dan akan
dipisahkan dari aliran fasa gas.
Pengendapan dengan gravitasi
Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan
yang dialami oleh partikel.
17
BAB 6. KESIMPULAN
Furfural merupakan bahan baku kimia, yang dapat dibuat dari pentosan. Pentosan banyak
terkandung dalam limbah hasil pertanian dan perkebunan. Furfural juga dapat dibuat dari limbah
hasil pertanian dan perkebunan lainnya seperti sekam padi, kayu, tongkol jagung, rami, dan
bahan lainnya yang mengandung serat. Industri furfural ini dapat dikembangkan di Indonesia
mengingat kebutuhannya yang banyak, sedangkan sebagian besar kebutuhan furfural diperoleh
dari luar negeri. Maka dari itu industri furfural dari limbah ini cocok untuk dikembangkan guna
meningkatkan nilai ekonomi serta meningkatkan pelestarian lingkungan dalam rangka
mengurangi limbah yang ada.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Shipping and Handling.http://www.furan.com. Diakses 12 Desember. 2015.
Anonim. 2015. Furfural.http://www.made-in-china.com.Diakses 12 Desember. 2015.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Tebu. Edisi 2. Jakarta: Departemen Pertanian.
Husin. 2007. Analisis Serat Bagas. http://www.free.vlsm.org/. Diakses tanggal 2 desember 2015.
Kirk, R. E. and Othmer, D. 1955.Encyclopedia of Chemical Technology. New York: The
Interscience Encyclopedia Inc.
Othmer,K. 1980. Encyclopedia of Chemical Technology: Flourine Compounds, Organic to Gold
Compound. Volume 11. NewYork: John Wiley and Sons.
Pandey A, Soccol CR, Nigan P. Soccol VT. 2000.Biotechnologi Potential of Agro-industrial
residues. I: Sugarcane Bagasse. Biores Technol.
Sastrowijoyo. 1998. Klasifikasi Tebu. http://arluki.wordpress.com/2008/10/14//tebu-sugarcane/.
Diakses tanggal 2 Desember 2015.
Triyanto, S. dan Wahyudi, E.T. 2006.Prarancangan Pabrik Furfural dari Sekam Padi Kapasitas
3.000 ton/tahun. Tugas Akhir. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wijarnako, Anondho, Johanes Anton Witono, Made Satria Wiguno. 2006. Tinjauan
Komprehensif Perancangan Awal Pabrik Furfural Berbasis Ampas Tebu di Indonesia.
Journal of Oil and Gas Community.Komunitas Migas Indonesia.
19
20