tugas kelompok

85
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif. Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC 1

description

kesehatan dokter keluarga TB paru anak

Transcript of tugas kelompok

BAB IPENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur.Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif. Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat. Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris.Tuberkulosis primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat, Misal pada TBC Meningitis.Diagnosis yang paling tepat untuk TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan bahan seperti sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain lain, tetapi hal ini pada anak sulit didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinik, gambaran radiologis dan uji tuberkulosis.TB merupakan salah satu penyakit menular yang penularannya mudah sekali terjadi di dalam keluarga sehingga pengobatan TB sangat penting untuk dilakukan secara holistik. Pendekatan kedokteran keluarga memungkinkan terapi secara holistik untuk dilakukan dan menghasilkan hasil akhir yang memuaskan.

I.2.TujuanI.2.1.Tujuan UmumMemahami permasalahan kesehatan secara menyeluruh, berkelanjutan dengan pendekatan kedokteran keluarga.I.2.2.Tujuan Khususa. Meningkatkan kualitas kesehatan seluruh anggota keluarga.b. Membantu seluruh anggota keluarga untuk mengenali masalah yang ada di dalam keluarga tersebut yang akan mempengaruhi derajat kesehatan anggota keluarga.c. Membantu keluarga untuk memahami fungsi-fungsi anggota keluarga (biologis, psikologis, sosial, ekonomi dan pemenuhan kebutuhan, serta penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi).d. Membantu keluarga untuk dapat memecahkan permasalahan kesehatannya secara mandiri.e. Membentuk perilaku hidup sehat di dalam keluarga.

I.3.ManfaatI.3.1.Bagi PenulisMenambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta penatalaksanaan kasus TB pada anak dengan pendekatan kedokteran keluarga.I.3.2.Bagi Pasien dan Keluargaa. Keluarga menjadi lebih memahami mengenai masalah kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga.b. Keluarga mampu untuk mengatasi permasalahan kesehatan keluarga secara mandiri.I.3.3.Bagi Tenaga KesehatanSebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan penatalaksanaan kepada pasien anak dengan TB dilakukan secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses kesembuhan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1.Kedokteran KeluargaPelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.3Kriteria pelayanan kesehatan yang harus terpenuhi untuk mewujudkan keadaan sehat diantaranya adalah tersedianya pelayanan kesehatan (available), tercapai (accesible), terjangkau (afordable), berkesinambungan (continue), menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), dan bermutu (quality).Pengertian pelayanan kesehatan disini mencakup bidang yang sangat luas.Secara umum dapat diartikan sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu pengetahuan klinik yang diimplementasikan pada komunitas keluarga.Dalam memberikan pelayanan, idealnya setiap dokter dan khususnya dokter keluarga, menerapkan ilmu ini.Kedokteran keluarga memiliki kekhususan yaitu :1. Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak membatasi disiplin ilmu kedokteran tertentu.2. Komprehensif dalam pelayanan kesehatan.3. Sasarannya adalah individu yang bermasalah atau yang sakit, namun di samping menganalisis fungsi organ tubuh secara menyeluruh, juga fungsi keluarga.4. Disusun secara komunal, sehingga setiap dokter dapat memanfaatkan sesuai kebutuhan.5. Bersifat universal terhadap manusia dan lingkungan.

Karakteristik Kedokteran Keluarga :1. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.2. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.3. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati.4. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.5. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga ialah terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga, sedangkan tujuan khusus :1. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.2. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.

Manfaat Kedokteran Keluarga :1. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.2. Dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.4. Dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan maka segala keterangan tentang keluarga tersebut baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.6. Dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.7. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.8. Dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :1. Kegiatan yang dilaksanakanPelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh cmc (comprehensive medical services). Karakteristik cmc :a. Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat.b. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continu).c. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.d. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik).2. Sasaran PelayananSasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit.Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga.Batasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai satu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kendungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan setiap dokter agar mempunyai peranan unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya.Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalanPada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja.Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit.Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebutdirujuk ke rumah sakit.2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah.Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

II.2.Tuberkulosis AnakII.2.1. Mycobacterium tuberculosisMycobacterium tuberculosis (mikobakterium) adalah bakteri berbentukbatang aerob yang tidak membentuk spora. Pada jaringan, basil tuberkulosisadalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4x3 m. Mikobakteriumtidak dapat diklasifikasikan menjadi gram-positif atau gram-negatif. Basiltuberkulosis ditandai dengan tahan asam. Sifat tahan asam ini tergantung padaintegritas selubung yang terbuat dari lilin (Jawetz, 2008).Mikobakterium kaya akan lipid yang terdiri dari asam mikolat (asamlemak rantai panjang C78-C90), lilin, dan fosfat. Di dalam sel, lipid banyak terikatdengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukangranuloma fosfolipid penginduksi nekrosis kaseosa. Penghilangan lipid denganmenggunakan asam yang panas menghancurkan sifat tahan asam bakteri ini, yangtergantung dari integritas dinding sel dan adanya lipid-lipid tertentu (Jawetz,2008).Polisakarida dapat menginduksi hipersensitivitas tipe cepat dan dapatberperan sebagai antigen dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi(Jawetz, 2008).II.2.1.1 Sifat Pertumbuhan Mikobakterium bersifat aerob obligat dan mendapatakan energi darioksidasi banyak komponen karbon sederhana. Peningkatan CO2 mendukungpertumbuhan. Waktu replikasi basilus tuberkulosis sekitar 18 jam. Bentuksaprofitik cenderung untuk tumbuh lebih cepat, untuk berproliferasi dengan baikpada suhu 22-23 oC, untuk memproduksi pigmen, dan tidak terlalu bersifat tahanasam bila dibandingkan dengan bentuk patogennya (Jawetz, 2008). II.2.1.2 Reaksi terhadap Bahan Fisik dan KimiaMikobakterium cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimiadaripada bakteri lainnya karena sifat hidrofobik permukaan selnya danpertumbuhannya yang berkelompok. Bahan celup (misalnya, malakit hijau) atauzat antibakteri (misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap bakterilain dapat dimasukkan ke dalam medium tanpa menghambat pertumbuhan basiltuberkulosis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yanglama pada sputum yang dikeringkan (Jawetz, 2008).

II.2.2. Patogenesis Kuman TBKarena ukurannya yang sangat kecil ( Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Mata cekung -/- Hidung: Sekret (-) Tenggorok: Faring hiperemis (-) Thoraks: 1) Cora) Inspeksi: Iktus cordis tak tampakb) Palpasi: Iktus cordis teraba tidak kuat angkatc) Perkusi: Dalam batas normald) Auskultasi: BJ I-II Normal, murmur (-), gallop (-), 2) Pulmoa) Inspeksi :Normochest, Gerak dinding dada simetris saat statis dandinamisb) Palpasi : Fremitus kanan = kiric) Perkusi: Sonor di seluruh lapangan parud) Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing(-/-)c. Fungsi EkonomiSumber penghasilan dari keluarga pasien didapatkan dari hasil kerjaayah sebagai wiraswasta dengan penghasilan rata-rata sebulan4.000.000 per bulan dan hasil berdagang ibu. Penghasilan tersebut dipakai untuk membayar listrik, telepon seluler, dan untuk belanja harian. Untuk kebutuhan primer (makan, minum, sandang, papan) serta kebutuhan sekunder (ibadah, alat elektronik) sudah tercukupi dengan baik.d. Fungsi PendidikanPendidikan terkhir pasien saat ini adalah Taman Kanak-Kanak, sedangkan pendidikan terakhir orangtua pasien adalah SLTA.e. Fungsi ReligiusPasien dan keluarga memeluk agama islam yang menjalankan ibadah sholat lima waktu dan sering sholat berjamaah di mushola dekat rumahnya. Frekuensi makan ratarata pasien setiap harinya 3x sehari dengan mengolah makanan sendiri di rumah. Variasi makanan sebagai berikut: nasi, lauk (ayam, telur, ikan, tempe, tahu), sayur (bayam, kangkung,sop). Pasien kadang mengkonsumsi buah-buahan. Buah favorit pasien yang biasa diberikan oleh orangtua adalah pepaya dan mangga.Diet recall selama 3 hari sebelum dilakukan intervensi yaitu pada hari sabtu pasien mengkonsumsi nasi, tumis kangkung, dan ayam. Pada hari jumat mengkonsumsi nasi, sayur sop, dan tempe. Pada hari kamis mengkonsumsi nasi, sayur capcay, dan telur serta tempe goreng.

III.9.Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga1. Faktor Perilaku2. Faktor Non PerilakuSarana pelayanan kesehatan di sekitar rumah cukup dekat seperti puskesmas. Hal ini cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Jarak rumah ke Puskesmas Secang Ikurang dari 1 km.Keluarga pasien memiliki kendaraan pribadi untuk bepergian ke pelayanan kesehatan.

III.10.Identifikasi Lingkungan RumahPasien tinggal di rumah milik sendiri yang berasal dari warisan kedua orangtua ayah pasien. Terletak di daerah pemukiman perumahan yang asri, cukup bersih dan teratur. Bentuk bangunan 1 lantai.Secara umum gambaran rumah terdiri dari 3kamar tidur, 1 dapur,1 kamar mandi+WC, dan 1 ruang tamu.Lantai rumah hanya di bagian ruang tamu keramik dan di bagian dapurplester,dinding tembok dari bata, atap dari genteng dengan langit-langit.Ventilasi dan penerangan disetiap ruangan kurang,terdapat jendela di ruang tamu dan ruang tidur namun tidak pernah dibuka.Kebersihan dalam rumah dan luar rumah cukup baik, danuntuk tata letak barang cukup rapi.Listrik 900 watt, sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari dari PAM. Fasilitas MCK dengan jamban jongkok, bak mandi dikuras sesuai kebutuhan. Jarak antara septic tank dengan sumber air minum kurang dari 10 meter. Kebersihan dapur cukup baik, pembuangan air limbah ke selokan dan aliran lancar. Di dalam rumah terdapat tempat sampah yang tidak tertutup. Jalan di depan rumah terbuat dari plester semen. Kebersihan lingkungan pemukiman sudah baik.

III.11.Peta Rumah Dicapai Dari Puskesmas

Rumah Pasien Pasar SecangPuskesmas Secang I

Gambar 3. Peta Denah Rumah PasienIII.12. Diagnosis Fungsi Keluarga1. Fungsi Biologis Keluhan lain berupa demam tanpa sebab yang jelas Hubungan dengan tiap anggota keluarga baik.3. Fungsi Religius dan Sosial Budaya6. Faktor Perilaku Pasien bersekolah di pagi hari Memiliki waktu untuk bermain Orangtua pasien kadang membuka jendela dan pintunya7. Faktor Non Perilaku Sarana pelayanan kesehatan dekat dengan rumah.

III.13. Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga

LingkunganKebersihan cukupVentilasi kadang di buka Pencahayaan kurangRumah lembab

Derajat kesehatan An. MNPasienTBPerilakuPasien jarang berolah ragaPasien tidur larut malamGenetik(-)

Pelayanan KesehatanPelayanan kesehatan terjangkau

Gambar 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Dalam Keluarga

Analisis Masalah :Pasien seorang Ibu rumah tangga. Biaya kehidupan sehari-hari didapat dari suami yang bekerja sebagai satpam pabrik. Pasien tinggal di daerah perkampungan, tetapi lingkungan sekitar rumah cukup bersih. Pasien baru memriksakan diirinya ke puskesmas Salaman 1 pada bulan Juni tahun 2014 ini dan di ketahui bahwa diagnosa dari penyakitnya adalah hiperemesis graviarum, Pasien juga pernah menderita penyakit serupa pada kehamilan anak pertama. Hal yang memungkinkan pasien menderita penyakit Hiperemesis Gravidarum adalahfaktor biologis pasien.Untuk menanggulangi agar keluhannya tidak terus menerus diperlukan suatu kedisiplinan dari pasien dan keluarganya.1. Pasiena. Pasien disarankan agar selalu kontrol rutin ke Puskesmas minimal 4 kali selama masa kehamilan.b. Menyempatkan untuk ikut kelas ibu hamil c. Selain pasien anggota keluarga lain juga harus dapat mendukung dalam penanggulangan keluhan yang diderita oleh Ny. EF yaitu dengan mengingatkan pasien untuk kontrol dan minum obatd. Menyajikan makanan dengan menu seimbang

III.14. Diagnosis Holistik dan Pengelolaan Secara KomprehensifDiagnosis HolistikAspek I : Kekhawatiran : pasien mengalami batuk lama sudah > 3 minggu ibu pasien memiliki riwayat TB paru dan dalam masa akhir pengobatan (selesai Januari 2015) sehingga orangtua khawatir si anak tertular oleh ibu harapan: dengan berobat ke Puskesmas Secang I, orangtua pasien berharap anaknya dapat sembuh total tanpa memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.Aspek II (Diagnosis Klinis) : Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosis klinis berupa TB paru anakAspek III (Internal Pasien) : Kebiasaan keluarga yang diajarkan orangtua membuat anak memiliki perilaku yang cukup baik dan mengikuti pengobatan dengan baik. Namun disisi lain, orangtua belum banyak memahami mengapa anaknya dapat tertular TB, belum mengetahui sumber penularan dan bagaimana pencegahannya. Aspek IV (Eksternal Pasien) :Secara psikologis psien tidak mengalami tekanan dari orang-orang di sekitarnya karena hubungan pasien dengan orangtua, adik dan tetangga serta teman sebaya sangat baik.Aspek V (Derajat Fungsional) :Derajat Fungsional : derajat 1 Secara aspek fungsional pasien tidak ada kesulitan dan masih merasa mampu dalam fisik dan mental untuk beraktifitas sehari-hari.

Pengelolaan secara Komprehensif Promotif: mengedukasi orangtua pasien untuk megobati anak rutin sesuai petunjuk dokter, menjaga pola makan mengkonsumsi makanan bergizi tinggi, menjaga daya tahan tubuh anak dengan istirahat cukup dan vitaminPreventif: mengedukasi orangtua pasien mengenai deteksi dini TB paru pada anak yang memerlukan penanganan segera, edukasi untuk memeriksakan seluruh anggota keluarga agar dapat dicari sumber penularan dan mendapat penanganan segeraKuratif: melakukan pengobatan jangka panjang TB hingga Mantoux Test di akhir pengobatan (-) dengan tablet FDC Pirazinamid 150 mg, Rifampicin 75 mg, Isoniazid 50 mg) dan Vitamin CurcumaRehabilitatif:meningkatkan berat badan anak

III.15.Risiko, Permasalahan, dan Rencana Pembinaan Kesehatan KeluargaTabel 4. Masalah Kesehatan Dan Rencana PembinaanNo.Risiko dan Masalah KesehatanRencana pembinaanSasaran

1. Penyakit Tuberkulosis pada AnakMemberikan edukasi mengenai penyakit Tuberkulosis yang meliputi:faktor risiko,rencana pengobatan,komplikasi dan pencegahanOrangtua pasien

2.Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan menu seimbangEdukasi dan motivasi pasien tentang manfaat mengkonsumsi makanan dengan menu seimbangOrangtua pasien

3.Membuka JendelaEdukasi tentang pentingnyamembuka jendela agar sirkulasi udra lancarOrangtua pasien

4.Melakukan pemeriksaan untuk keluarga yang tinggal satu rumah dengan penderitaMemberikan edukasi kepada orangtua pasien mengenai pentingnya memeriksakan seluruh anggota keluarga untuk mencari sumber penularan dan segara dilakukan pengobatan.Orangtua pasien

III.15. Pembinaan Dan Hasil KegiatanTabel 5. Pembinaan dan Hasil KegiatanTanggalKegiatan yang dilakukanKeluarga yang terlibatHasil kegiatan

10-03-2015Edukasi mengenai penyakit TB anak yang meliputi,faktor risiko,rencana pengobatan komplikasi dan pencegahan.Orangtua pasien.Oragtua pasien memahami penjelasan yang diberikan.

12-03-2015Edukasi mengenai pola makan dengan menu seimbang diantaranya karbohidrat tinggi, lemak rendah, protein sedang, dengan porsi kecil tapi banyak.OrangtuapasienOrangtua pasien memahami penjelasan yang diberikan.

Edukasi mengenai perilaku hidup sehat diantaranya adalah membuka jendela, tidak membuang dahak ditempat terbuka, barang yang digunakan penderita dipisahkan, pentingnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap seluruh anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan penderitaOrangtua pasienOrangtua pasien memahami penjelasan yang diberikan.

III.16. Kesimpulan Pembinaan KeluargaHasil pembinaan keluarga dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015 dan 12 Maret 2015 pada pukul 19.00 WIB. Dari pembinaan keluarga tersebut didapatkan hasil sebagai berikut1. Tingkat pemahaman :Pemahaman terhadap penyuluhan yang dilakukan sudah baik. Oragtua pasien memiliki pengetahuan tambahan mengenai alur pengobatan anak dan terapi penujang lain selain dari obat-obatan2. Hasil Pemeriksaan:Keadaan Umum : BaikKeluhan: Tidak adaTTV: dalam batas normal3. Faktor pendukung:1. Orangtua pasiendapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan2. Kesadaran orangtua pasien untuk dapat merawat anaknya dan memeriksakan seluruh anggota keluarga3. Makan menu bergizi.4. Faktor penyulit : tidak ada5. Indikator keberhasilan:a. Pengetahuan meningkat mengenai penyakit b. Kesadaran orangtua pasien untuk mulai memberikan pengobatan yang tepat dan memeriksakan seluruh keluargac. Kesadaran orangtua pasien untuk mengatur pola makan bergizi tinggi.d. Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan seluruh anggota keluarga.

BAB IVPENUTUP

IV.1. KesimpulanDiagnosis pasien: TB paru pada anakPenatalaksaan secara komprehensif dengan pendekatan kedokteran keluarga yang telah dilaksanakan menhasilkan hasil pembinaan keluarga seperti berikut:1. Tingkat pemahaman :sudah baik meliputi alur pengobatan anak dan terapi penujang lain selain dari obat-obatan2. Hasil Pemeriksaan : keadaan klinis masih sama, belum ada perkembangan signifikan sejak pengobatan yang sudah dijalani kurang lebih 2 bulan3. Faktor pendukung : Orangtua pasienkooperatif dalam menerima pembinaan yang dberikan, kesadaran orangtua pasien baik untuk dapat merawat anaknya dan memeriksakan seluruh anggota keluarga, oragtua mau belajar untuk menyediakan makanan menu bergizi.4. Faktor penyulit : tidak ada5. Indikator keberhasilan: Pengetahuan dan kesadaran sudah meningkat

IV.2. Saran Dalam rangka mengurangi angka kesakitan anak terutama akibat TB diperlukan pendekatan keluarga dalam penatalaksanaan secara komprehensifDAFTAR PUSTAKA

Anies. 2014. Kedokteran Keluarga, Pelayanan Kedokteran yang berprinsip Pencegahan.Badan Penerbit UNDIP: Semarang

Rahajoe NN, Basir D, MS Makmuri, Kartasasmita CB (eds). 2008. PedomanNasional Tuberkulosis Anak. Edisi II. Jakarta: UKK Respirologi PP IDAI.

Sari, D. 2010. Indonesia Masih Peringkat Tiga Tuberculosis. Tempo, 19 Maret.Diunduh dari: http://www.tempo.co/read/news/2010/03/23/058234806/Puluhan-Ribu-Penderita-TBC-di-Jawa-Tengah-Tak-Terdekteksi.

Brooks, G. F., Janet, S. B., Stephen, A. M. 2008. Jawetz, Melnick, & Adelbergs medical microbiology. Jakarta: EGC.

Centers for Disease Control (CDC), 2011.TB Elimination Tuberculin SkinTesting.Available from:http://www.cdc.gov/tb[Diakses9 Maret 2015]

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Buku Ajar Respoirologi Anak. Jakarta: Badn Penerbit IDAI.Kartasasmita, C. B. 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Available from: http://www.idai.or.id/saripediatri/11-2-9.pdf[Diakses9 Maret 2015]

Kelompok Kerja TB Anak Depkes-IDAI. 2008. Diagnosis & Tatalaksana Tuberkulosis Anak, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Stop TB Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. NOMOR 565/MENKES/PER/III/2011. Available from: http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf[Diakses9 Maret 2015]

NOMOR 364/MENKES/SK/V/2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pedoman Penangglangan Tuberkulosis (TB). Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20364%20ttg%20Pedoman%20Penanggulangan%20Tuberkulosis%20(TB).pdf [Diakses9 Maret 2015]

Warta Tuberkulosis Indonesia volume 21. 2012. Operational Trial Penggunaan Tuberkulin dalam Mendukung Diagnosis Tuberkulosis Anak dengan Sistem Skoring. Available from:http://www.tbindonesia.or.id/pdf/warta-tb/wti_2012_ed21.pdf[Diakses9 Maret 2015]

Widiastuti, W., Dini, D., Dhami, J. D. 2012. Aplikasi Sistem Pakar Deteksi Dini pada Penyakit Tuberkulosis.Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi TeknologiGarut. Available from: http://jurnl.sttgarut.ac.id/index.php/algoritma/article/view/7/7 [Diakses9 Maret 2015]

World Health Organization (WHO). 2013.Combating Tuberculosis in Children. Available from:http://who.int/tb/challenges/childhood_tb_information [Diakses9 Maret 2015]

1

57