Tugas Kelompok 5 PKI

34
BAB I Pendahuluan Perekonomian dunia saat ini memasuki era sejarah baru dimana ekonomi dan budaya nasional serta batas-batas geografis kenegaraan sudah kehilangan makna oleh sebuah proses globalisasi yang berjalan cepat. Globalisasi memberikan dampak berupa perubahan pada pasar internasional, salah satunya adalah liberalisasi perdagangan, yang dipandang sebagai suatu upaya untuk meningkatkan daya saing ekonomi. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP . Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi , kemajuan transportasi , globalisasi , dan kehadiran perusahaan multinasional . Secara umum, perdagangan dunia didasarkan pada pemikiran bahwa setiap negara memiliki keunggulan komparatif (absolut dan relatif) dan daya saing yang berbeda. Negara melakukan ekspor terhadap barang yang memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi dan mengimpor barang yang lebih rendah 1

Transcript of Tugas Kelompok 5 PKI

Page 1: Tugas Kelompok 5 PKI

BAB I

Pendahuluan

Perekonomian dunia saat ini memasuki era sejarah baru dimana ekonomi dan budaya

nasional serta batas-batas geografis kenegaraan sudah kehilangan makna oleh sebuah proses

globalisasi yang berjalan cepat. Globalisasi memberikan dampak berupa perubahan pada

pasar internasional, salah satunya adalah liberalisasi perdagangan, yang dipandang sebagai

suatu upaya untuk meningkatkan daya saing ekonomi.

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang

dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan

pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di

banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun,

dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad

belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan

transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Secara umum, perdagangan dunia didasarkan pada pemikiran bahwa setiap negara

memiliki keunggulan komparatif (absolut dan relatif) dan daya saing yang berbeda. Negara

melakukan ekspor terhadap barang yang memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi

dan mengimpor barang yang lebih rendah keunggulan komparatifnya daripada negara lain.

Dengan demikian, efisiensi penggunaan sumberdaya (yang langka) meningkat untuk

mencapai tingkat kesejahteraan dunia yang lebih baik. Banyak negara berkembang memiliki

pasar domestik yang lebih kecil dan produksi bahan-bahan pokok dengan teknologi

sederhana. Perdagangan internasional memungkinkan terjadinya pertukaran antara produk-

produk negara berkembang ini dengan negara maju yang memproduksi mesin-mesin dan

produk jadi; transfer teknologi dan pengetahuan; serta bantuan modal asing.

Adapun perdagangan dan keuangan internasional didukung oleh bentuk kelembagaan

atau institusi yang mengatur harmonisasi antara peraturan perundangan-undangan negara

yang melakukan aktivitas tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan institusi. Dalam hal ini

suatu negara harus tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak melanggar rambu-

rambu ketentuan organisasi perdagangan internasional, dalam hal ini terutama WTO dan

1

Page 2: Tugas Kelompok 5 PKI

IMF.1 Kesepakatan institusi ini bertujuan untuk menjamin lancarnya kegiatan perdagangan

dan keuangan internasional serta menghindari kemungkinan konflik yang dapat terjadi yang

dalam proses globalisasi hubungan antar negara.

BAB II1 Muhammad Sood, Pengantar Hukum Perdagangan Internasional, (Mataram: Mataram UniversityPress) 1995, hal. 18

2

Page 3: Tugas Kelompok 5 PKI

Organisasi Perdagangan & Keuangan Internasional

dan MNC

2.1. World Trade Organization (WTO)

Dalam pembahasan mengenai WTO ini, penulis mengambil kesimpulan dari tulisan

Samuel Barkin dari bukunya yang berjudul International Organization: Theory and

Institutional. Adapun Barkin menjelaskan bahwa WTO terbentuk pada tahun 1995 setelah

sebelumnya bernama General Agreement Tarif and Trades (GATT) yang terbentuk pada

tahun 1947. GATT ini merupakan bagian dari Internasional Trade Organization (ITO). ITO

merupakan hasil dari negoisasi multilateral mengenai peraturan dasar dari sistem

perdagangan internasional pasca Perang Dunia II, termasuk di dalamnya mengatur

perdagangan barang-barang manufaktur yang menjadi fokus GATT dan juga menjadi abritase

permasalahan perdagangan. Dalam pembentukannya ITO mengalami kendala yang ditentang

oleh sebagian orang di dalam Kongres Amerika karena adanya penolakan terhadap tujuan

dari ITO sendiri, seperti badan abritase yang dianggap sebagai ancaman bagi kedaulatan

negara dan yang kedua adalah adanya penolakan terhadap liberalisasi terhadap produk

agrikultur yang dianggap membahayakan sistem agrikultur Amerika.

WTO dihasilkan dari perundingan perdagangan internasional yang diadakan di

Uruguay pada tahun 1986 sampai 1993. Dari hasil perundingan tersebut dicetuskanlah

sejumlah perjanjian diantaranya, cara menyelesaikan sengketa secara formal dengan

menggabungkan GATT dan Dispute Settlement Mechanism (DSM) serta perjanjian umum

tentang perdagangan jasa (GATS). Dasar dari aturan WTO adalah non-diskriminasi, dimana

setiap anggota WTO harus memperlakukan anggota lainnya secara adil. Aturan WTO ini

terdapat pengecualian untuk negara berkembang, negara industri yang mengalami kesulitan,

dan organisasi perdagangan regional.

Tugas pokok dari WTO adalah untuk meningkatkan dan mengawasi negoisasi yang

bertujuan untuk menurunkan tarif, membawa jenis barang dan jasa yang baru ke dalam

sistem, dan menghasilkan kesepakatan yang mengatur bagaimana suatu negara ingin masuk

ke dalam sistem. Oleh karena itu WTO dapat juga dipandang sebagai forum dimana setiap

negara dapat berdebat tentang perdagangan di dalam WTO untuk menetapkan peraturan di

dalam perdagangan. Barkin mengatakan bahwa WTO dapat dipandang sebagai institusi, hal

ini dikarenakan WTO lebih cenderung berfungsi sebagai legislatif, selain itu juga dilihat dari

aturan yang dibuatnya dan aparatur pembuat aturannya. Fungsi judikasinya sangat sentral dan

3

Page 4: Tugas Kelompok 5 PKI

peran dari eksekutif dari organisasi ini sangat minim karena sistem dibuat untuk menjadi

aturan dasar dan kebijakan bagi mereka.

Secara organisasi, WTO mempunyai dua sentral komponen yaitu struktur pengambil

keputusan dan sekretariat. Dalam mengambil keputusan tentang peraturan WTO diambil oleh

negara-negara anggota diambil secara berstruktur, dibagian atas dari struktur pengambil

keputusan adalah pertemuan tingkat menteri yang diadakan secara berkala setiap tahun. Di

bawah pertemuan tingkat menteri terdapat Dewan Umum, yaitu sebuah lembaga yang

berpusat di Jenewa yang anggotanya terdiri dari perwakilan dari negara anggota di WTO.

DSM secara struktur berada di bawah Dewan Umum ini.

Sekretariat terdiri dari Direktur Jenderal, dipilih secara konsensus oleh para anggota,

staf Sekretariat ini terdiri dari 550 orang. Sekretariat ini berfungsi sebagai pemberi dukungan

teknis dan logistik dengan struktur pengambil keputusan. Sekretariat juga berfungsi dalam

penyediaan bantuan teknis dan pelatihan dalam penegakkan kebijakan perdagangan ke

negara-negara yang membutuhkan. Peran Direktur Jenderal dalam struktur WTO ini bisa

dikatan sangat minim karena seharusnya aturan dalam perdagangan, yang merupakan inti dari

WTO, dipantau dan ditegakkan oleh negara anggota, bukan oleh WTO.

Dari perspektif realis, Barkin menjelaskan bahwa WTO termasuk rezim internasional

karena tugas utama organisasi ini adalah transparansi dan dengan analisis rasional organisasi

ini efektif dalam meningkatkan efesiensi kerja sama internasional. Dari perspektif efesiensi,

WTO mempunyai fungsi untuk meningkatkan hak milik dalam isu perdagangan internasional

dengan peraturan yang mereka buat dan DSM dirancang untuk mengadili persengketaan

dalam perdagangan.

WTO lebih kuat dari GATT, khususnya di bidang penyelesaian sengketa dan hal ini

telah menjadikan WTO sebagai instrumen hukum internasional yang utama di bidang

perdagangan. Dalam beberapa hal, WTO tampaknya menjadi lebih demokratis daripada IMF

atau Bank Dunia. Adapun WTO merupakan target utama dari protes anti-globalisasi atau

anti-kapitalis sehingga ia disebut sebagai organisasi yang kontroversial. Perdebatan ideologi

utama mengenai manfaat atau sebaliknya dari WTO berpusta pada filosofi yang mendasari

perdagangan bebas yang berpendapat bahwa perdagangan bebas membawa kemakmuran bagi

semua dan memperkecil kemungkinan terjadinya perang. Namun perdagangan yang tidak

adil menyebabkan suatu ketimpangan struktural.

Menurut Barkin kritikan terhadap WTO lebih cenderung karena sistem ekonomi yang

diterapkan oleh organisasi ini. Barkin mengambil contoh protes yang diterjadi pada

4

Page 5: Tugas Kelompok 5 PKI

November 1999 pada saat pertemuan rutin WTO di Seatle. Pada saat itu terjadi pertemuan

rutin yang dilakukan oleh tiga institusi ekonomi internasional. Terdapat dua dorongan yang

menjadi dasar para protestor, pertama adalah kebijakan dari ketiga institusional tersebut lebih

mendukung untuk terbentuknya kapitalisme. Kritikan terhadap kebijakan WTO yang hanya

terfokus kepada isu ekonomi saja dan mengecualikan tujuan lainnya seperti, lingkungan, hak

perempuan, dan hak buruh. Dalam protes tersebut, Barkin menjelaskan bahwa terdapat aliansi

buruh yang menuntut adanya perlindungan terhadap status qou mereka. Sedangkan aktivis

dari lingkungan menyatakan keberatannya terhadap sistem kapitalis dan perdagangan

internasional.

Kritik kedua adalah menganggap WTO merupakan organisasi yang tidak demokratis.

Asumsinya WTO membuat peraturan perdagangan untuk ditaati oleh semua negara

anggotanya tanpa memandang kepentingan nasional negara anggotanya. Namun, hal ini

dibantah oleh WTO dengan mengatakan bahwa pada proses pembuatan aturan tersebut

dilakukan secara demokratis. Dari argumen yang dinyatakan oleh WTO tersebut terdapat

kelemahan yaitu, demokratis yang dianggap oleh WTO tersebut hanya sebatas pada negara

tetapi tidak pada rakyat dari negara yang membuat peraturan tersebut.

Kritik tersebut berlanjut kepada DSM yang juga dinilai tidak demokratis. Para

pengkritik menganggap bahwa DSM lebih cenderung merupakan suatu badan politik dari

pada dikatakan sebagai badan pengadilan jadi DSM bisa dibilang tidak mewakili hak

anggota. Hal ini dikarenakan adanya diskriminasi dalam pemecahan suatu masalah di dalam

DSM. DSM hanya mendengarkan suara negara-negara pihak yang bersengketa yang

memiliki hak untuk suara, sedangkan individu, dan LSM yang mewakili kepentingan sosial,

tenaga kerja, kelompok lingkungan, atau pribumi, dikecualikan.

2.2. MNC

2.2.1. Definisi MNC

MNC (Multinational Corporation) mengandung pengertian suatu perusahaan yang

bergerak atau beroperasi di luar negerinya sendiri dengan saham yang terdiri dari beberapa

negara (Lebih dari satu negara). MNC menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan

internasional saat ini terkait dengan adanya globalisassi perdagangan dan perkembangan

perekonomian dunia. Dalam hal perkembangan perekonomian domestik suatu negara, MNC

memiliki pengaruh yang signifikan sebab keberadaan MNC pada suatu negara menjadi salah

satu penyumbang pajak tertinggi bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi perkembangan

5

Page 6: Tugas Kelompok 5 PKI

ekonominya. MNC adalah bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai sebuah

konsekuensi logis dari adanya globalisasi itu sendiri. MNC merupakan wujud dari

perdagangan modern dimana profit merupakan orientasi utama dari keberadaan setiap MNC

di suatu negara.

MNC itu sendiri sangat erat kaitannya dengan FDI atau Foreign Direct Invesment

sebab MNC merupakan konkritisasi dari FDI. Dalam prakteknya aliran investasi langsung

yang berasal dari luar negeri selalu tertuju pada negara yang memiliki kelebihan yaitu dalam

segi politik negara tujuan FDI memiliki hukum atau kebijakan pemerintah yang mendukung

adanya FDI dan jaminan bahwa FDI yang mereka tanamkan akan menghasilkan profit yang

tinggi bagi mereka (home country). Sedangkan dalam segi ekonomi, negara home country

yang akan menanamkan investasinya ke negara-negara host country memiliki pertimbangan

utama pada tersedianya bahan baku yang lebih murah bagi proses produksinya (orientasi

profit) selain itu sumber daya manusia yang melimpah dengan upah yang relatif lebih murah

sebagai patner bisnis yang sangat strategis.

Dewasa ini, aktor-aktor dalam hubungan internasional semakin kompleks dan

beragam, pemerintah atau negara tidak lagi menjadi aktor tunggal. Sebaliknya aktor-aktor

transnasionalisme terlihat semakin mendominasi hubungan internasional saat ini. Aktor

transnasionalisme ini semakin masuk tidak hanya dalam ranah politik tetapi juga dalam ranah

ekonomi. Aktor transnasionalisme ekonomi seperti MNC semakin gencar dalam melakukan

ekspansi pasar global dengan memasukkan MNC-MNCnya ke negara-negara yang memiliki

nilai ekonomis tinggi.

Dr. Sumantoro memandang MNC dari berbagai aspek. Dari segi politik, yaitu sebagai

subjek dalam hubungan internasional, terkait dengan kekuatan politiknya di tingkat nasional

dan internasional, serta pola manajemennya yang terpusat sehingga membawa pengaruh pada

penguasaan informasi sebagai kekuatan politik, pun kekuatan ekonomi bagi perusahaan

tersebut terhadap pihak yang dihadapinya. Dari segi hukum, fokus sentralnya terletak pada

MNC sebagai badan hukum yang dapat merupakan cabang, usaha patungan atau perusahaan

yang dimiliki umum (public company). Juga struktur pemilikan usaha, anggaran dasar

perusahaan, bentuk hukum pengelolaannya serta penyelesaiannya jika ada sengketa hukum.

Dari segi ekonomi, fokus sentralnya pada aspek-aspek faktor produksi, modal keahlian

manajemen dan keahlian teknologi, serta praktek-praktek usaha yang terkait dengan

persaingan, besarnya pasar, monopoli, dan sebagainya.

6

Page 7: Tugas Kelompok 5 PKI

Uraian ringkas mengenai perkembangan transnasional proses pertumbuhan MNC

mulai tampak sejak lahirnya revolusi industri di Inggris dan kemudian berkembang melalui

proses pentahapan lebih lanjut daripada kapitalisme modern yang mempengaruhi jalannya

revolusi industri itu sendiri. Kegiatan perdagangan internasional yang memunculkan

korporasi-korporasi bisnis yang melewati batas-batas negara, berusaha memakslimalkan

aktifitas mereka dalam rangka mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dimanapun

adanya pergerakan modal berlangsung tanpa banyak menghiraukan dampak buruk bagi

negara dimana mereka menanamkan modalnya. Contoh klasik yang pernah dialami di

Indonesia berlangsung sejak zaman kolonial ketika VOC mulai mengeksploitasi nusantara

dankemudian dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda sampai menjelang Perang Dunia

II. Pada masa sebelum Perang Dunia II (terutama dalam tahun 1930-an), aktifitas MNC

khususnya di negara-negara jajahan mulai menurun karena situasi internal yang berlangsung

di negara-negara pusat MNC yang kebanyakan berada di Eropa Barat dan Amerika Serikat,

terjadi krisis ekonomi yang hebat. Beberapa indikator lain menunjukan adanya peningkatan

perbedaan keinginan konsumen, standar industri yang diciptakan pemerintahdalam

perdagangan internasional karena keadaan daripada perekonomian dunia yang sedang

mengalami depresi. Ciri-cirinya antara lain:

1. Terdapat sistem dominasi nasional.

2. Sistem dasarnya adalah desentralisasi.

3. Pendirian MNC sedikit (bahkan tidak) diarhkan/dikontrol lagi oleh negara induk

korporasinya.

4. Model persetujuan-persetujuan ialah berbentuk mother and daughter.

Pasca Perang Dunia II, negara masih merupakan aktor yang dominan dalam hubungan

internasional karena adanya atribut kedaulatan, apalagi banyaknya berdiri negara-negara baru

merdeka yang sangat nasionalistik, paradigma yang sering tampak adalah state centric yang

dikembangkan oleh mahzab realisme. Asumsi dasar yang diajukan oleh para penganut

mahzab ini menerangkan bahwa negara yang dalam bentuk modernnya dipandang sebagai

unit politik yang paling fundamental dalam sistem dunia (World System). Oleh sebab itu,

adalah memungkinkan untuk menganalisis secara luas politik dunia (World Politics) dalam

pengertian hubungan antar-negara (inter-state relations).

2.2.2. Ciri-Ciri MNC

7

Page 8: Tugas Kelompok 5 PKI

Perusahaan multinasional (MNC) adalah sebuah perusahaan internasional atau

transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi kantor cabang di berbagai negara

maju dan berkembang. PBB dalam laporan tahunan 1973 mendefinisikan Multinasional

Corporation sebagai suatu perusahaan yang kegiatan pokoknya meliputi usaha-usaha

pengolahan atau pemberian jasa dalam sedikitnya dua negara. Perusahaan multinasional

(MNC) merupakan sumber dari penanaman modal asing langsung dan jumlahnya merupakan

ukuran kegiatan perusahaan itu. Sebagian besar dari penanaman modal asing dinegara-negara

sedang berkembang diusahakan dibidang sumber daya alam, sisanya dibidang pengolahan,

perdagangan, prasarana, transport, perbankan, turisme dan jasa-jasa lainnya.

2.2.3. Contoh MNC beserta Dampak Positif dan Negatifnya

Dewasa ini pertumbuhan Perusahaan Multinasional berkembang pesat. Sejak awal

kehadirannya, hingga pertengahan tahun 1980an MNC sudah tumbuh berkali-kali lipat lebih

cepat dibandingkan pertumbuhan perdagangan dunia. MNC mempunyai jenis-jenis yang

beragam, mulai dari perusahaan eksplorasi tambang migas dan mineral, perusahaan-

perusahaan manufaktur, hingga kebidang pendidikan serta gerai-gerai pangan seperti kafe.

Salah satu perusahaan multinasional yang bergerak dibidang kafe adalah Dunkin’

Donuts, atau yang lebih akrab disebut DD. Dunkin’ Donuts sendiri mulai masuk ke Indonesia

pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya di jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Dunkin’

Donuts dinilai paling berhasil dalam meluaskan jaringan pasarnya diantara perusahaan

multinasional yang sejenis dengannya di Indonesia bahkan di dunia.Dunki/ Donuts telah telah

berhasil membukalebih dari 8.800 gerai donatnya dilebih dari 35 negara diberbagai benua. Di

Indonesia sendiri perusahaan ini telah memiliki 200 gerai yang tersebar diseluruh kota besar

di Indonesia.Dunkin’ Donuts telah berhasil menjadi model dalam hal pelayanan serta konsep

gerai yang dimilikinya. Bahkan Dunkin’ Donuts terkadang dianggap sebagai bayang-bayang

bagi perusahaan donut lainnya. Kembali kepada isu mengenai MNC yang mengundang

banyak polemikdari berbagai kalangan, terutama mengenai kehadirannya dinegara-negara

dunia ketiga. Perusahaan-perusahaan Multinasional dianggap sebagai ancaman beagi usaha-

usaha lokal di negara tempat ia berada. Namun, meskipun demikian, pemerintah negara-

negara tersebut tetap saja saling berlomba-lomba untuk menarik investor agar mau

menanamkan modalnya dinegara mereka dalam bentuk Foreign Direct Investment. Kehadiran

MNC seperti Dunkin Donuts memang terkadang membawa keuntungan dan juga kerugian.

Hal inilah yang menjadi perdebatan antara pihak-pihak yang pro dan kontra atas kehadiran

8

Page 9: Tugas Kelompok 5 PKI

Perusahaan Multinasional di negara mereka. Pihak yang kontra berpendapat bahwa

Perusahaan Multinasional dalam praktiknya lebih banyak membawa kerugian daripada

keuntungan. Salah satu isu yang paling kontroversial mengenai kehadiran MNC terutama

dinegara-negara berkembang adalah isu mengenai outsourcing. Selain itu terkadang

kedaulatan nasional juga tergadaikan dengan adanya upaya MNC untuk masuk kedalam

negara tersebut. Upaya alih teknologi yang pada mulanya diisukan sebagai keunggulan dari

masuknya perusahaan multinasional di negara berkembang ternyata tidak terbukti. Disamping

itu, masih banyak lagireaksi-reaksi negatif lainnya yang bermunculan akibat masuknya

perusahaan multinasional dinegara-negara dunia ketiga.

Namun terkadang orang menjadi lupa bahwa kehadiran perusahaan Multinasional

tidak hanya membawa kerugian namun juga membawa keuntungan. Selain membawa modal

asing dan pemasukan berupa pajak, MNC sebenarnya juga membawa dampak positif lainnya.

Kehadiran MNC juga sebenarnya bisa menjadi stimulus bagi berkembangnya usaha-usaha

lokal sejenis yang ada bagi para negara penerima. Salah satu contoh di Indonesia dengan

kehadiran Dunkin’ Donuts memacu berbagai usaha donut lokal seperti J.CO, I-Crave, Java

Donut dan lain sebagainya. Contoh lain dari MNC selain Dunkin Donut yaitu General

Motors, Coca-Cola, Firestone, Philips, Volkswagen, British Petroleum, Exxon, dan ITT yang

terdapat diberbagai penjuru dunia.

2.3. Perdagangan Bebas (Free Trade)

            Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mana dalam melaksanakan

kegiatan penjualan produk antar negara tidak dikenai pajak ekspor-impor atau hambatan

perdagangan, atau dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan

yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-

perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional sering dibatasi

oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan

juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah

yang ditolak oleh perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian

perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya

menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut

sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

 

2.3.1. Sejarah Perdagangan Bebas

9

Page 10: Tugas Kelompok 5 PKI

           Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan

internasional  memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa

bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam

perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari

perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu.

Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih

luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan

keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari merkantilisme  telah berkembang di Eropa

di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme adalah David Ricardo dan  Adam

Smith.

            Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan

kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur.2 Adam Smith, contohnya,

menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak

hanya di Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan Tiongkok.

Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan

mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebebasan berpikir, membuat pertentangan

merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk

beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan Merkantilisme,

proteksionisme, isolasionisme, komunisme dan kebijakan lainnya sepanjang abad.

2.3.2. Fungsi dan Peran Organisasi Perdagangan dunia dalam Era Perdagangan Bebas

            World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan

satu-satunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar

negara. WTO dibentuk tanggal 15 April 1994 di Marakesh, Maroko setelah perundingan

panjang mengenai perdagangan dunia yang disebut Putaran Uruguay dan kemudian berlaku

efektif sejak 1 Januari 1995. Tujuan pembentukan WTO adalah :

• Mendorong arus perdagangan antara negara, dengan mengurangi dan menghapus berbagai

hambatan yang dapat mengganggu kelancaran arus perdagangan barang dan jasa

• Memfasilitasi perundingan dengan menyediakan forum negosiasi yang lebih permanen.

• Untuk penyelesaian sengketa, mengingat hubungan dagang sering menimbulkan konflik-

konflik kepentingan.

2 Fakih, Mansour. 2003.”Bebas dari Neoliberalisme”.Insist Pers. Yogyakarta

10

Page 11: Tugas Kelompok 5 PKI

Mengenai fungsi atau tujuan WTO sendiri tercantum pada  Article III WTO, yaitu:

(1)   mendukung pelaksanaan, pengaturan, dan penyelenggaraan persetujuan yang telah

dicapai untuk memujudkan sasaran perjanjian tersebut,

(2)   sebagai forum perundingan bagi negara-negara anggota mengenai perjanjian-perjanjian

yang telah dicapai beserta lampiran-lampirannya, termasuk keputusan-keputusan yang

ditentukan kemudian dalam Perundingan Tingkat Menteri,

(3)   mengatur pelaksanaan ketentuan mengenai penyelesaian sengketa perdagangan;

(4)   mengatur mekanisme peninjauan kebijakan di bidang perdagangan, dan

(5)   menciptakan kerangka penentuan kebijakan ekonomi global berkerja sama dengan Dana

Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank), serta badan-badan yang

berafiliasi.3

BAB III

Studi Kasus: Liberalisasi dan Agreement on Agriculture Indonesia

3 Riyanto, Astim. World Trade Organization. Cetakan Pertama. Bandung: YAPEMBO, 2003.11

Page 12: Tugas Kelompok 5 PKI

(AoA-WTO)

3.1. Perjanjian Pertanian (AoA)

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi, sehingga ketersediaan

pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu

berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara. Dalam perkembangan peradaban

masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tenteram,

serta sejahtera lahir dan batin, semakin dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas,

dan merata. Oleh karena itu, kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat

strategis.

Sesuai dengan perkembangan era globalisasi dan liberalisasi perdagangan, beberapa

komoditas pangan telah menjadi komoditas yang semakin strategis, karena ketidakpastian

dan ketidakstabilan produksi pangan nasional, tidak selalu dapat secara otomatis

mengandalkan kepada ketersediaan pangan di pasar dunia. Oleh karena itu, sebagian besar

negara-negara menetapkan sistem ketahanan pangan untuk kepentingan dalam negerinya.

Namun, mengingat kejadian Great Depresion tahun 1930 kemudian WTO membuat

Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture atau AOA) dalam Putaran Uruguay mengatur

perdagangan pangan secara internasional dan dalam negeri. Secara idealis aturan ini sangat

dibutuhkan untuk terciptanya kerja sama antar negara dengan suatu institusi sebagai

hegemoninya yang berfungsi sebagai pengawas kerja sama, terutama dalam hal perdagangan

di sektor pertanian. Pada kenyataanya aturan-aturan ini memacu lajunya konsentrasi

pertanian ke agribisnis dan melemahkan kemampuan negara-negara miskin untuk mencukupi

kebutuhan swadaya pangan dengan cara bertani subsistens (bahan pokok penyambung

hidup).

Tujuan dari AoA ini pada dasarnya adalah untuk memperluas liberalisasi perdagangan

di bidang pertanian dan secara bertahap mengurangi distorsi perdagangan sesuai dengan

aturan di dalam GATT. Aturan yang dimaksud adalah bahwa jenis proteksi yang bersifat

kuantitatif tidak diperbolehkan dan proteksi tersebut harus diterapkan secara nondiskriminasi

sesuai asas most favored nations.4 Pada dasarnya AoA ini menginginkan adanya akses pasar

yang luas dengan menghilangkan segala tarif penghambat dan mengurangi subsidi

4 Lidya Christin Sinaga, Isu pertanian dan Respon Masyarakat Sipil di Indonesia, http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/24:60016/q/pengarang:CHRISTIN%20/offset/0/limit/15 diunduh pada tanggal 20 Agustus 2012.

12

Page 13: Tugas Kelompok 5 PKI

pemerintah di bidang terif ekspor dan kebutuhan domestik yang dianggap dapat

menimbulkan distorsi perdagangan.

Aspek positif dari AoA adalah dengan masuknya pertanian dalam peraturan

perdagangan multilateral, maka negara maju yang selama ini mensubsidi produksi dan ekspor

pertanian harus tunduk pada peraturan menghapuskan segala distorsi perdagangan,

diantaranya adalah dengan mengurangi subsidi tersebut.5 Negara maju sebagai penghasil dan

eksportir besar hasil pertanian, selama ini memberlakukan proteksi ketat, memberikan subsidi

besar kepada para petani mereka, dan menyediakan subsidi ekspor. Hal ini merugikan negara

pengekspor hasil pertanian lainnya, terutama negara-negara miskin dan berkembang yang

memiliki kemampuan sumber daya terbatas. Kepentingan negara berkembang berbeda dari

negara maju. Keunggulan banding Dunia Ketiga umumnya adalah ekspor hasil pertanian

dalam bentuk bahan mentah atau bahan baku untuk diolah lebih lanjut. Ekspor komoditas

semacam ini sering menjadi satu-satunya sumber devisa bagi negara tertentu, tetapi harganya

di pasar internasional sering berfluktuatif tanpa dapat dikendalikan.

Sekilas AoA tampak seperti akan menghapus penyimpangan (distorsi) perdagangan

produk pertanian, dan negara-negara berkembang diuntungkan dengan adanya akses pasar.

Tetapi ketika perundingan pengurangan subsidi, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengadakan

perundingan terpisah yang menghasilkan Blue Box yaitu subsidi berupa pembayaran langsung

ke petani, tetapi berkaitan dengan rencana membatasi produksi. Inilah salah satu ketimpangan

yang terjadi dalam Agreement on Agriculture. Secara keseluruhan, Agreement on Agriculture

menyajikan peraturan yang timpang dan juga tidak dipatuhi oleh negara-negara maju.

Beberapa unsur ketimpangan dan ketidakpatuhan tersebut adalah:6

1. Kewajiban tidak adil

AOA mensyaratkan bahwa subsidi dan pembatasan impor harus dikurangi, sebanyak

36% dari nilai subsidi per produk para petani dan 21% dari volume pasar untuk negara maju.

Padahal, tingkat subsidi dan tarif impor negara berkembang adalah sepertiga dari ketentuan

tersebut. Artinya negara berkembang tidak dapat menggunakan tarif tinggi dan subsidi lebih

besar di masa mendatang, bahkan harus menurunkan. Sebaliknya negara maju

memberlakukan subsidi dan tarif tinggi dan kalaupun harus menurunkan, tidak terlalu berarti.

Negara maju selama ini memberlakukan tarif ekspor hingga 300-400% atas produk pertanian.

5 Mochamad Slamet Hidayat. Sekilas WTO (World Trade Organization) Edisi Keempat. Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI Direktorat Jenderal Multilateral Departemen Luar Negeri. Jakarta.6 Mochamad Slamet Hidayat. Ibid.

13

Page 14: Tugas Kelompok 5 PKI

Selain itu mereka bahkan melanggar tarif impor, dimana Amerika Serikat misalnya

meningkatkan pajak hingga 350% untuk impor tembakau. Padahal petani di negara maju

sudah terlalu lama dilindungi, pertama dengan subsidi, kedua dengan kontrol atas impor, lalu

dengan tarif impor yang tinggi.

2. Subsidi yang timpang

Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa mencakup 90% dari semua subsidi domestik

di bidang pertanian di dunia. Kalaupun mereka menurunkan atau menghapus subsidi dalam

amber box yaitu subsidi yang secara langsung dianggap mengacaukan perdagangan, tetapi

boleh diberikan untuk sementara dengan syarat akan dihapuskan secara bertahap. Subsidi

dalam green box yaitu subsidi yang tidak secara langsung mendukung produksi pertanian,

yaitu dana untuk penelitian, penanganan penyakit tanaman, program lingkungan, dan

penyimpanan pasokan pangan untuk menjamin ketahanan pangan dalam negeri. Dengan

ketentuan subsidi blue box meningkat yaitu subsidi berupa pembayaran langsung ke petani,

tetapi berkaitan dengan rencana membatasi produksi. Pembayaran langsung, misalnya

mencakup 23% dari subsidi di Amerika Serikat dan Uni Eropa, yaitu bahkan lebih tinggi dari

pada tingkat subsidi di 1986 sebelum Agreement on Agriculure ditetapkan. Amerika Serikat

dan Uni Eropa memberikan subsidi 15,7 milyar dolar Amerika Serikat pada 1995 hanya

untuk gandum dan jagung. Sementara setengah juta petani jagung di Mindanao, Filipina yang

pendapatannya kurang dari US$100 harus bersaing dengan jagung yang diimpor dari

Amerika Serikat, dan ditanam oleh petani yang disubsidi. Pada tahun 2000, subsidi yang

diperbolehkan mencapai 16 juta dolar, dua kali lipat dari tingkat 1995.

3. Produksi pangan domestik dan pertanian non-komersial

AOA didasarkan pada pemikiran tentang perdagangan internasional yang terbuka

dibidang pertanian, dimana supremasi harga merupakan keuntungan komparatif. Artinya,

suatu negara harus mengimpor produk pertanian dari negara yang dapat memproduksinya

dengan harga lebih murah. Secara teori perdagangan hal ini memang benar, tetapi bagaimana

dengan ketahanan pangan di negara sedang berkembang. Negara kaya yang mempunyai

cadangan devisa cukup memaang bisa menggantungkan pangan pada impor, tetapi negara

berkembang hampir selalu kekurangan devisa. Bagaimanapun juga, produksi pangan

domestik tetap harus diadakan.

4. Pemaksaan lewat persyaratan IMF/Bank Dunia

Program penyesuaian struktural dari Bank Dunia dan IMF biasanya memberlakukan

persyaratan liberalisasi di bidang pertanian yang sama dengan persyaratan WTO di atas.

14

Page 15: Tugas Kelompok 5 PKI

Apabila di WTO, pemenuhan syarat di atas bisa dirundingkan dengan mengajukan alasan

ketahanan pangan, atau kepentingan nasional dan rakyat. Tetapi persyaratan pinjaman dari

Bank Dunia dan IMF tidak dapat ditawar, walaupun bisa dihilangkan begitu sebuah negara

tidak lagi berhutang. Perjanjian hutang pertama antara Indonesia dengan IMF (pada Januari

1998) adalah awal dari penurunan tarif impor untuk gandum, beras, gula, bawang putih.

Untuk menciptakan perdagangan yang adil (fair trade) sebagaimana tercantum dalam

pembukaan AoA “is to establish a fair and market-oriented agricultural trading system…”,

AoA mencantumkan prinsip SDT (Special and Differential Treatment) dan non-trade

concerns bagi Negara berkembang yang sejatinya dimaksudkan untuk menciptakan level of

playing field yang sama antara Negara maju dan Negara berkembang. Non-trade concerns

yang dimaksud itu meliputi perlindungan terhadap lingkungan, pengurangan kemiskinan,

keamanan pangan, pembangunan pedesaan, dan lain-lain. Sedangkan SDT diwujudkan dalam

dua bentuk penurunan tingkat proteksi yang lebih rendah dari Negara maju dan jangka waktu

implementasi yang lebih panjang.7

3.2. Pertahanan Pangan di Indonesia

Indonesia telah menjadi contracting parties dalam GATT sejak 24 Februari 1950.

Ketika GATT bermetamorfosis menjadi WTO tanggal 1 januari 1995, secara otomatis

Indonesia menjadi founding fathers dalam WTO dan secara resmi mengadopsinya dalam

Undang-undang nasional, yaitu Undang-undang Nomor 7 tahun 1994. Konsep legally-

binding yang dianut WTO kemudian mewajibkan Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan

dalam negerinya dengan peraturan WTO, termasuk kebijakan di bidang pertanian yang harus

menyesuaikan dengan ketentuan AoA.8

Konsekuensi dari ratifikasi tersebut mewajibkan Indonesia untuk meliberalisasi

pasarnya secara bertahap. Persetujuan WTO di bidang Pertanian (Agreement on Agriculture)

disadari atau tidak ikut mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena dengan diratifikasinya Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Internasional (Agreement Establishing the World Trade Organization) ke dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1994 berarti Indonesia telah mengikatkan diri pada hasil-hasil

7 Legal Text Uruguay Round Agreement: Agreement on Agriculturehttp://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/14-ag_01_e.htm diunduh pada tanggal 11 November 2012.8 Dian Eko Prasetyo. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras Di Indonesia. Skripsi FE UPN “Veteran” Surabaya.

15

Page 16: Tugas Kelompok 5 PKI

perundingan persetujuan tersebut. Artinya kebijakan ketahanan pangan Indonesia harus

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Agreement on Agriculture.

Agreement on Agriculture didasarkan pada pemikiran tentang perdagangan

internasional yang terbuka di dibidang pertanian, dimana supremasi harga merupakan

keuntungan komparatif. Artinya, suatu negara harus mengimpor produk pertanian dari negara

yang dapat memproduksinya dengan harga lebih murah. Secara teori perdagangan hal ini

memang benar, tetapi tidak dalam hal ketahanan pangan di negara sedang berkembang seperti

Indonesia. Negara kaya yang mempunyai cadangan devisa cukup memang bisa

menggantungkan pangan pada impor, tetapi negara berkembang hampir selalu kekurangan

devisa.

Pada tahun1997 pada era krisis moneter, telah terjadi perubahan status Bulog menjadi

perum atas desakan IMF dan WTO. Sejak perubahan status baru Bulog inilah, negara dibatasi

dalam campur tangan urusan tata niaga. Bulog sebagai satu-satunya lembaga yang mengelola

kekayaan bangsa Indonesia, harus tunduk pada swasta. Sebagai negara penganut sistem

ekonomi terbuka (open economic), situasi pasar domestik Indonesia akan selalu terpengaruh

dengan kondisi pasar Internasional yang semakin liberal. Indonesia telah ikut meratifikasi

berbagai kesepakatan kerjasama ekonomi dan perdagangan yang menginginkan penurunan

hambatan tarif dan non-tarif, karena hal ini Indonesia telah ikut berpartisipasi dalam proses

liberalisasi pasar dalam negeri. Tekanan liberalisasi tersebut melalui berbagai aturan

kesepakatan kerjasama, bukan tidak mungkin dapat berbenturan dengan kebijakan internal

dan mengancam kepentingan nasional.

Menjamurnya liberalisasi pangan dan pertanian di Indonesia, mengakibatkan

anjloknya harga pangan nasional. Swasembada pangan dalam perspektif ketahanan pangan

nasional, pada praktiknya hanya meningkatkan kecenderungan harga pangan dari pasar

impor. Hal ini lebih tepatnya membuat kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk,

karena bertentangan dengan kepentingan nasional.

Kesepakatan antara IMF dan pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah krisis

terjadi pada tanggal 31 Oktober 1997, dan Indonesia sepakat untuk melakukan penyesuaian

(adjustment) makro ekonomi secara menyeluruh seperti yang dimandatkan IMF, Bank Dunia

dan donor lainnya. Sebagai kompensasi dari paket bail-out sebesar US$ 43 miliar, pemerintah

Indonesia harus mengupayakan kembali neraca pembayaran dan mengimplementasikan

reformasi atau pembaruan kebijakan kritis yang terarah pada aspek-aspek yang sangat krusial,

yakni pengeluaran di sektor publik, termasuk pemotongan subsidi, privatisasi BUMN dan

16

Page 17: Tugas Kelompok 5 PKI

ekspansi partisipasi sektor swasta. Setelah Latter of Intent (LOI) disetujui, maka pemerintah

harus mengeluarkan keputusan menteri, peraturan pemerintah atau keputusan lain, sehingga

kuat dasar hukumnya. Inti dari LOI itu adalah liberalisasi perdagangan, privatisasi BUMN,

penghapusan subsidi, dan pendisiplinan defisit APBN. Harapannya, dengan meliberalisasi

sektor pangan, maka Indonesia yang notabene merupakan penghasil produk pertanian, dapat

menikmati keuntungan ekonomi (meningkatnya ekspor dan menurunnya impor pangan).

Masalahnya adalah LOI secara tidak langsung akan berdampak pada masalah

ketahanan pangan. Melalui Persetujuan ini, pangan tidak lagi dilihat sebagai hak warga

negara, namun sebagai komoditas perdagangan. Hal seperti ini justru kontradiktif dengan

upaya pemenuhan hak atas pangan. Karena pangan hanya menjadi barang pasar, tetapi tidak

pernah terpikirkan mengenai persoalan akses dan kepemilikan.

Dengan masuknya Indonesia ke dalam Perjanjian Pertanian (AoA) WTO di tahun

1995, dan tunduk kepada Letter of Intent (LoI) di tahun 1997, maka terjadi proses liberalisasi

pertanian yang radikal. Liberalisasi pertanian ini adalah menyerahkan sistem pertanian dan

nasib petani Indonesia kepada mekanisme pasar bebas, yaitu “free-fight liberalism”

(liberalism pertarungan bebas). Dengan liberalisasi pertanian ini, maka total impor komoditas

pangan utama Indonesia (beras, jagung, bungkil kedele, kacang tanah, gandum) pada tahun

2001 sudah mencapai angka Rp 11,8 triliun. Ini berarti pertanian impor semakin menguasai

pertanian Indonesia, dan menguntungkan para importer atas dasar mekanisme pasar,

sementara banyak petani dirugikan.9

Program penyesuaian struktural dari Bank Dunia dan IMF biasanya memberlakukan

persyaratan liberalisasi di bidang pertanian yang sama dengan persyaratan WTO. Apabila di

WTO, pemenuhan syarat bias dirundingkan dengan mengajukan alasan ketahanan pangan,

atau kepentingan nasional dan rakyat. Tapi persyaratan pinjaman dari Bank Dunia dan IMF

tidak dapat ditawar, walaupun dapat dihilangkan ketika sebuah negara tidak lagi berhutang.

Perjanjian hutang pertama antara Indonesia dengan IMF adalah awal dari penurunan tarif

impor untuk gandum, beras, gula, bawang putih, dan kedelai serta menghilangkan monopoli

dan kontrol harga komoditas pertanian. Perjanjian berikutnya menuntut Indonesia melakukan

transparansi keuangan di semua BUMN seperti, Bulog, PLN, dan Pertamina serta

memberlakukan bea masuk dan bea impor atas beras sebesar nol persen.

Liberalisasi tidak sepenuhnya membawa kejelekan dalam perekonomian bagi negara

berkembang, seperti Indonesia. Di sisi lain dari perjanjian yang ditandatangani oleh

9 Dian Eko Prasetyo. 2011. Ibid.17

Page 18: Tugas Kelompok 5 PKI

pemerintah Indonesia dan IMF adalah menuntut transparansi keuangan perusahan strategis

negara. Hal ini merupakan salah satu nilai positif dari liberalisasi. Di sisi lainnya dibutuhkan

kesiapan Indonesia untuk dapat terjun dalam persaingan pasar bebas. Dapat dikatakan bahwa

keputusan Indonesia untuk terjun dalam pasar bebas memang tidak disertai dengan persiapan

matang, terutama dalam sektor pertanian. Petani Indonesia yang masih sangat tradisional dan

sangat bergantung pada subsidi dilepas begitu saja. Tentunya hal ini sangat membahayakan

keberadaan petani tersebut. Namun, hal ini dapat diatasi, misalnya dengan tetap

memperdayakan Bolug untuk mengatur perdagangan disektor pertanian dengan mendaftarkan

Bulog sebagai State Trading Enterprise (STE) di dalam WTO. Hal ini membuat peran

pemerintah akan tetap ada dalam melindungi produksi pertanian dalam negerinya, tetapi

dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

BAB IV

Penutup

18

Page 19: Tugas Kelompok 5 PKI

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Secara umum,

perdagangan dunia didasarkan pada pemikiran bahwa setiap negara memiliki keunggulan

komparatif (absolut dan relatif) dan daya saing yang berbeda. Negara melakukan ekspor

terhadap barang yang memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi dan mengimpor

barang yang lebih rendah keunggulan komparatifnya daripada negara lain. Perdagangan

internasional memungkinkan terjadinya pertukaran antara produk-produk negara berkembang

ini dengan negara maju yang memproduksi mesin-mesin dan produk jadi; transfer teknologi

dan pengetahuan; serta bantuan modal asing.

Adapun perdagangan dan keuangan internasional didukung oleh bentuk kelembagaan

atau institusi yang mengatur harmonisasi antara peraturan perundangan-undangan negara

yang melakukan aktivitas tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan institusi. Organisasi

Perdagangan Dunia dibentuk pada tahun 1995 sebagai pengganti dari GATT yang

didirikan pada tahun 1947 yang hanya muncul sebagai dasar tatanan perdagangan

internasional pasca perang sebagai akibat dari kegagalan untuk mendirikan Internasional

Trade Organization. GATT pada dasarnya merupakan kesepakatan antara negara-negara

anggota untuk menerapkan prinsip-prinsip multilateral non-diskriminasi dan timbal balik

untuk urusan perdagangan.

Pada awalnya, GATT hanyalah sebagai seperangkat norma dan aturan yang fokusnya

terbatas pada pengurangan tarif hambatan terhadap barang-barang manufaktur impor,

prosedur yang lemah dalam penyelesaian perselisihan dan sebagainya. Keterbatasan tersebut

pada akhirnya membawa GATT kepada usulan untuk membentuk WTO sebagai respon

terhadap keharusan mengubah sistem perdagangan internasional pada 1980-an, berkaitan

dengan kemenangan yang lebih luas dari neoliberalisme dan percepatan globalisasi. Hal

tersebut menciptakan tekanan kuat untuk memajukan penyebab perdagangan bebas melalui

organisasi perdagangan yang lebih kuat dengan tanggung jawab yang lebih luas.

WTO lebih kuat dari GATT, khususnya di bidang penyelesaian sengketa dan hal ini

telah menjadikan WTO sebagai instrumen hukum internasional yang utama di bidang

perdagangan. Dalam beberapa hal, WTO tampaknya menjadi lebih demokratis daripada IMF

atau Bank Dunia. Adapun WTO merupakan target utama dari protes anti-globalisasi atau

anti-kapitalis sehingga ia disebut sebagai organisasi yang kontroversial. Perdebatan ideologi

utama mengenai manfaat atau sebaliknya dari WTO berpusta pada filosofi yang mendasari

perdagangan bebas yang berpendapat bahwa perdagangan bebas membawa kemakmuran bagi

19

Page 20: Tugas Kelompok 5 PKI

semua dan memperkecil kemungkinan terjadinya perang. Namun perdagangan yang tidak

adil menyebabkan suatu ketimpangan struktural.

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mana dalam melaksanakan

kegiatan penjualan produk antar negara tidak dikenai pajak ekspor-impor atau hambatan

perdagangan, atau dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan

yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-

perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Melalui mekanisme Agreement on

Agriculture (AoA), yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen hukum WTO,

setidaknya terdapat tiga komitmen dalam AoA. Yakni perluasan akses pasar, pengurangan

subsidi domestik, dan pengurangan subsidi impor, ditambah satu klausula perlakukan khusus

dan berbeda bagi Negara Berkembang.

Indonesia telah menjadi contracting parties dalam GATT sejak 24 Februari 1950.

Ketika GATT bermetamorfosis menjadi WTO tanggal 1 januari 1995, secara otomatis

Indonesia menjadi founding fathers dalam WTO dan secara resmi mengadopsinya dalam

Undang-undang nasional, yaitu Undang-undang Nomor 7 tahun 1994. Konsep legally-

binding yang dianut WTO kemudian mewajibkan Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan

dalam negerinya dengan peraturan WTO, termasuk kebijakan di bidang pertanian yang harus

menyesuaikan dengan ketentuan AoA.

REFERENSI

20

Page 21: Tugas Kelompok 5 PKI

1. Balaam, David and Michael Vesseth. 2001. Introduction to International Political

Economy. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.

2. Barkin, J. Samuel. 2006. International Organization: Theory and Institutional.

New York: Palgrave Macmillan.

3. Dian Eko Prasetyo. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor

Beras Di Indonesia. Skripsi FE UPN “Veteran” Surabaya.

4. Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Ditjen Multilateral

Ekubang, Deplu. 2004. Persetujuan Bidang Pertanian, Terjemahan.

5. Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral, Ditjen Multilateral

Ekubang, Deplu. 2003. Sekilas WTO. World Trade Organization.

6. Fakih, Mansour. 2003.Bebas dari Neoliberalisme. Insist Pers: Yogyakarta.

7. Mochamad Slamet Hidayat. Sekilas WTO (World Trade Organization) Edisi

Keempat. Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HKI Direktorat

Jenderal Multilateral Departemen Luar Negeri. Jakarta.

8. Muhammad Sood. 1995. Pengantar Hukum Perdagangan Internasional. Mataram:

Mataram UniversityPress.

9. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005.Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: Rosda.

10. Riyanto, Astim. 2003. World Trade Organization. Cetakan Pertama. Bandung:

YAPEMBO.

11. WTO. 2002. The Legal Text, The Results of the Uruguay Round of Multilateral

Trade Negotiations eatment – S&D) bagi negara-negara berkembang, termasuk

juga perbaikan kesempatan dan persyaratan akses untuk produk-produk pertanian

bagi negara-negara tersebut.

12. WTO. 2003. Understanding the WTO. World Trade Organization

13. Legal Text Uruguay Round Agreement: Agreement on Agriculture

http://www.wto.org/english/docs_e/legal_e/14-ag_01_e.htm diunduh pada tanggal

11 November 2012.

21

Page 22: Tugas Kelompok 5 PKI

14. Lidya Christin Sinaga, Isu pertanian dan Respon Masyarakat Sipil di Indonesia,

http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/24:60016/q/pengarang:CHRISTIN%20/

offset/0/limit/15 diunduh pada tanggal 20 Agustus 2012.

22