Tugas Kd 3 Osteosarkoma Aprin 3

download Tugas Kd 3 Osteosarkoma Aprin 3

of 23

Transcript of Tugas Kd 3 Osteosarkoma Aprin 3

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 ) Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun. Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paruparu. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy. Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi

pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui. Melihat jumlah kejadian diatas serta kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah Asuhan Keperawatan Osteosarkoma 1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteosarkoma. 1.2.2 Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi : Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan osteosarkoma Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan osteosarkoma. Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan osteosarkoma.

Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhankeperawatanpada anak dengan Osteosarkoma.

BAB 11 PEMBAHASANKasus Tn Rama 65 tahun dirawat dibangsal bedah dengan keluhan nyeri pada sepertiga femur dextra bagian distal, muncul benjolannya dengan diameter 15 cm, kaki kanan sulit digerakkan. Saat ini tuan Rama juga mengeluh nyeri pada bagian punggung, sesak nafas dan bertambah dengan aktifitas.hasil pemeriksaan bone scanning tampak adanya pertambahan abnormal. tn Rama direncanakan dilakukan pemeriksaan PA. Kata kunci pertambahan abnormal pada tulang 1. Osteosarcoma ? Osteosarcoma adalah jenis yang paling umum kanker tulang, dan jenis yang paling umum keenam kanker pada anak-anak. Walaupun jenis-jenis kanker pada akhirnya dapat menyebar ke bagian kerangka, osteosarcoma adalah salah satu dari sedikit yang benarbenar dimulai di tulang dan kadang-kadang menyebar (atau metastasis) di tempat lain, biasanya ke paru-paru atau tulang lainnya.

Karena osteosarcoma biasanya berkembang dari osteoblast (sel-sel yang membuat tulang tumbuh), paling sering mempengaruhi remaja yang mengalami lonjakan pertumbuhan. Anak laki-laki lebih mungkin untuk memiliki osteosarcoma dibandingkan anak perempuan Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.

2. Gejala osteosarcoma ? Gejala yang paling umum osteosarcoma adalah nyeri dan pembengkakan di kaki anak atau lengan. Hal ini terjadi paling sering pada tulang panjang tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Nyeri dapat lebih buruk selama latihan atau di malam hari, dan benjolan atau pembengkakan dapat berkembang di daerah yang terkena sampai beberapa minggu setelah nyeri dimulai.

Rentan patah tulang, nyeri tulang, pembatasan gerak, pincang (jika tumor di kaki), sakit ketika mengangkat (jika tumor di lengan), bengkak, atau kemerahan di lokasi tumor.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC 3. Prognosis osteosarcoma dibagi menjadi tiga tahap apa saja sebutkan ?

Tahap osteosarcoma I adalah jarang dan termasuk osteosarcoma parosteal atau osteosarcoma pusat kelas rendah. Ini memiliki prognosis yang sangat baik (> 90%) dengan reseksi luas. Tahap II Prognosis tergantung pada lokasi tumor (proksimal tibia, tulang paha, panggul, dll), ukuran massa tumor (dalam cm.), Dan derajat necrosis dari kemoterapi neoadjuvant (kemoterapi sebelum operasi). Faktor-faktor patologis lain seperti derajat p-glycoprotein, karena ini berhubungan dengan metastasis jauh ke paru-paru. Prognosis untuk pasien dengan metastasis osteosarcoma meningkatkan dengan waktu lebih lama untuk metastasis, (lebih dari 12 bulan-24 bulan), sejumlah kecil metastasis, dan resectability mereka. Mereka dengan > 24bulan dan beberapa nodul (dua atau lebih) memiliki prognosis baik dengan kelangsungan hidup 2 tahun setelah metastasis 50%, 5-tahun 40% dan 10 tahun sebesar 20%. Jika metastasis keduanya lokal dan regional, prognosis lebih buruk. Presentasi Awal osteosarcoma tahap III dengan metastasis paru bergantung pada resectability dari tumor primer dan nodul paru-paru, derajat nekrosis tumor primer, dan mungkin jumlah metastasis. prognosis kelangsungan hidup secara keseluruhan sekitar 30%. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC 4. Apa saja yang dapat menyebabkan osteosarcoma ? Rapid tulang pertumbuhan: pertumbuhan tulang cepat muncul untuk mempengaruhi orang untuk osteosarcoma, seperti yang disarankan oleh kejadian semburan meningkat selama pertumbuhan remaja, kejadian tinggi di antara anjing besar berkembang biak

(misalnya, Great Dane, St Bernard, gembala Jerman), dan osteosarcoma's khas lokasi di daerah metaphyseal berdekatan dengan lempeng pertumbuhan (fisis) dari tulang panjang. Faktor Lingkungan: Faktor risiko hanya dikenal lingkungan adalah paparan radiasi. Radiasi-osteosarcoma induksi bentuk osteosarcoma sekunder dan tidak dibahas lanjut dalam artikel ini. Genetik predisposisi: Bone dysplasias, termasuk penyakit Paget, displasia berserat, enchondromatosis, dan beberapa exostoses keturunan dan retinoblastoma (kuman-line form) merupakan faktor risiko. Kombinasi dari mutasi gen konstitusional BPR (retinoblastoma germline) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko yang sangat tinggi mengembangkan osteosarcoma, Li-Fraumeni sindrom (mutasi germline p53), dan sindrom Rothmund-Thomson (asosiasi autosomal resesif cacat tulang bawaan , rambut dan kulit dysplasias, hipogonadisme, dan katarak). Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC lebih

5. Faktor Resiko osteosarkoma Penyebab pasti dari osteosarkoma tidak diketahui, namun terdapat berbagai faktor resiko untuk terjadinya osteosarkoma yaitu:

Pertumbuhan tulang yang cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai predisposisi osteosarkoma, seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat pertumbuhan remaja. Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana area ini merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang. Faktor lingkungan: satu satunya faktor lingkungan yang diketahui adalah paparan terhadap radiasi. Predisposisi genetik: displasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous dysplasia, enchondromatosis, dan hereditary multiple exostoses and retinoblastoma (germ-line form). Kombinasi dari mutasi RB gene (germline retinoblastoma) dan terapi radiasi berhubungan dengan resiko tinggi untuk osteosarkoma, Li-Fraumeni syndrome (germline p53 mutation), dan Rothmund-Thomson syndrome (autosomal resesif yang berhubungan dengan defek tulang kongenital, displasia rambut dan tulang, hypogonadism, dan katarak).

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC 6. Histologi osteosarkoma Terdapat dua elemen yang penting pada pemeriksaan histologis dari tumor. Yang pertama yang didapat dari biopsi yaitu tipe dari tumor, dan yang kedua didapat dari reseksi definitif setelah kemoterapi untuk menilai respon terhadap pengobatan. Secara umum karakteristik dari osteosarkoma adalah adanya osteoid pada lesi, meskipun pada tempat yang jauh dari tulang (contohnya paru-paru). Meskipun formasi osteoid biasanya dengan jelas terlihat, namun kadangkala diperlukan mikroskop elektron untuk dapat menemukan proses ini. Sel stromal dapat berbentuk spindle dan atipikal, dengan nucleus yang berbentuk irregular. Terdapat beberapa tipe osteosarkoma yang berbeda, dan gambarannya dikelompokkan dengan sel yang paling banyak terdapat, yaitu osteoblastic, chondroblastic, dan fibroblastic, meskipun tipe ini secara klinis tidak dapat dibedakan. osteosarkoma tipe telangiectatic mengandung ruangan yang luas berisi darah. Pembentukan kartilago merupakan fitur utama pada osteosarkoma periosteal dan parosteal, dan biasanya muncul dari kortek tulang, pada aspek posterior distal dari femur. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC 7. Klasifikasi osteosarkoma Klasifikasi dari osteosarkoma merupakan hal yang kompleks, namun 75% dari osteosarkoma masuk kedalam kategori klasik atau konvensional, yang termasuk osteosarkoma osteoblastic, chondroblastic, dan fibroblastic. Sedangkan sisanya sebesar 25% diklasifikasikan sebagai varian berdasarkan (1) karakteristik klinik seperti pada kasus osteosarkoma rahang, osteosarkoma postradiasi, atau osteosarkoma paget; (2) karakteristik morfologi, seperti pada osteosarkoma telangiectatic, osteosarkoma smallcell, atau osteosarkoma epithelioid; dan (3) lokasi, seperti pada osteosarkoma parosteal dan periosteal.

Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC 8. Metastase ostesarkoma Bukti radiologis dari deposit metastase pada paru dan tempat lainnya ditemukan pada 10% sampai 20% pasien pada saat diagnosis, dengan 85% sampai 90% metastase berada pada paru-paru. Tempat metastase lainnya yang paling sering adalah pada tulang, metastase pada tulang lainnya dapat soliter atau multipel. Sindrom dari osteosarkoma multipel ditujukan pada adanya multipel tumor pada berbagai tulang, dengan keterlibatan metafisis yang simetris. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

9. Patofisiologi Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. Adanya tumor tulang Jaringan lunak di invasi oleh tumor Reaksi tulang normal Osteolitik (destruksi tulang) Osteoblastik (pembentukan tulang) destruksi tulang lokal Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi Pertumbuhan tulang yang abortif

( sumber : Price.1998: 1213 )

10. Osteosarcoma sering tumbuh pada tulang apa ? Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujungbawah), tulanglengan atas (ujung atas) dan kering(ujungatas).Ujungtulantulangtersebutmerupakan daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatanpertumbuhan yang terbesar. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. tulang

11. Pemeriksaan yang dilakukan apa saja ? Rontgen CTscan CT scan tulang yang terkena

tulangyangterkena kimia serum) melihat adanya penyebaran ke paru-paru

Pemeriksaan darah (termasuk dada untuk Biopsiterbuka

Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

12. Kemoterapi apa saja yang dapat diberikan ? -Metotreksat dosis tinggi denganleukovorin - Doxorubicin (adriamisin) -Cisplatin - Cyclophosphamide (sitoksan) - Bleomycin Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. 13. Pengobatan osteosarkoma?

Sebelum operasi besar untuk menghilangkan tumor dilakukan, biasanya pasien dirawat dengan kemoterapi. Caranya adalah dengan menyuntikan obat kuat ke dalam pembuluh darah suapaya tumor menyusut. Kemoterapi juga berfungsi untuk membunuh setiap selsel kanker yang mungkin telah menyebar ke bagian tubuh lain.

Pembedahan ini kemudian digunakan untuk menghilangkan tumor yang tersisa. Pada sebagian besar kasus, pembedahan dapat mengendalikan (untuk sementara) penyebaran tumor ganas. Amputasi jarang dilakukan jika memang tidak diperlukan untuk kesembuhan permanen.14.

http://health.detik.com/read/2009/11/24/090109/1247508/770/osteosarcoma Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

15.

Tindakan keperawatan Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ). Mengajarkan mekanisme koping yang efektif

Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. ( Smeltzer. 2001: 2350 )16.

Pengkajian osteosarkoma

a. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise. b. Pemeriksaan fisik

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena

o o o

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit mungkin hebat atau dangkal sering hilang dengan posisi flexi anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat

Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional

17.

Pemeriksaan Diagnostik osteosarkoma Radiografi Adalah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film . Tomografi, Adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi di mana pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan sebuah gambar tiga dimensi bagian dalam sebuah objek dari satu seri besar gambar sinar-X dua dimensi diambil dalam satu putaran axis

Pemindaian tulang, Radioisotop, atau biopsi tulang bedah, Tomografi paru, Aspirasi sumsum tulang (sarkoma ewing).

( Wong. 2003: 616 )18.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis seperti CT, biopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up adanya stasis pada paru-paru. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi tumor.

19.

Diagnosa Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yangtidakpasti. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare karena kemoterapi.

Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang Nyeri dapat mengakibatkan berhubungan kemoterapi dengan hematuria atau tosisitas renal.

intervensi

pembedahan

-Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri karena pembedahan atau amputasi bagian tubuh yang terkena, interupsi pembedahan atau pengangkatan otot-otot, kartilago dan ligamen. Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.20.

Intervensi

keerawatan

osteosarkoma

1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yangtidakpasti.

o

Kriteria

hasil dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat

Ansietas,

kekhawatiran

mendemonstrasikan kemandirian pengambilan keputusan.

yang meningkat

dalam aktivitas

dan proses

Intervensi

keperawatan

a. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suatu suasana lingkungan yang dapat diterima. R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan pada tenaga kesehatan.

b.Evaluasi

kemampuan

pasien

dalam

pembuatan

keputusan.

R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan.

c.Dorong

sikap harapan

yang

realistis.

R/

Meningkatkan

kedamaian

diri.

d.Dukung

penggunaan

mekanisme kemampuan

pertahanan untuk

diri

yang

sesuai.

R/Meningkatkan

menyelesaikan.

e.

Klasifikasi

persepsi

pasien

tentang

proses

penyakit,

pengobatan.

R/ Membantu dalam memahami informasi yang penting dan menghilangkan mitos.

f. Jawab pertanyaan pasien atau bantu mereka dalam mendapatkan informasi. R/ Menemukan kebutuhan penyuluhan pasien mungkin dapat membantu dalam koping.

g.Dorong R/Untuk

untuk

bersikap kebutuhan

asertif pasien.

dalam

mencari

informasi.

menemukan

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yangtidakpasti. o Kriteria Penurunan Intervensi hasil potensial infeksi.

keperawatan atau lokal infeksi.

a. Pantau infeksi sistemik

R/ Kekurangan neutropil selama granulositopenia menghambat kemampuan untuk melawan infeksi dan dapat menutupi munculnya tanda-tanda infeksi.

b. Pantau tanda-tanda

vital

setiap 4 jam dan lebih sering jika diperlukan.

R/ Demam atau hipertermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada pasien granulositopetik.

c. Kaji semua daerah prosedur invasif terhadap kemungkinan adanya tanda infeksi. R/ Membantu mengidentifikasikan komplikasi.

d.

Kaji

kemungkinan

adanya

kerusakan

kulit

dan

permukaan

mukosa.

R/ Kulit dan membran mukosa memberikan jalan pertama dari pertahanan terhadap mikroorganisme.

e.Laporkan

demam

diatas

37,70

C

dengan

segera.

R/ Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah sel darah putih yang rendah mungkin hanya merupakan tanda infeksi pasien.

f. Mulai terapi antibiotik dengan segera setelah diperoleh kultur yang perlu. R/ Pasien dapat mengalami sepsis dalam waktu 12 jam demam tinggi jika tidak diobati dengan antibiotik.

g. Bantu pasien mengenai kebersihan diri meliputi: mandi, kebersihan mulut dan perawatan perineal. R/Menurunkan kehadiran organisme endogen.

h.Anjurkan R/Keletihan

istirahat

sesuai kebutuhan sistem imun tubuh.

dapat menekan

i. R/

Ganti

semua

balutan sepsis

setiap pada

hari daerah

termasuk invasif

pada atau

jalur daerah

sentral lain.

Mencegah

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare karena kemoterapi.

o Kriteria Pasien

hasil berat badan atau 5% sebelum akan pengobatan. dan Pasien tidak

mempertahankan mual,

mengalami Intervensi a.Kaji

muntah,

jika

dikontrol

diminimalkan.

keperawatan makanan dan cairan

masukan

b.Beritahu c.Kolaborasi

jika

pasien mempunyai gizi

beberapa

jenis

alergi.

dengan ahli

sesuai kebutuhan.

d. Timbang berat badan pasien saat masuk dan setiap minggu dengan menggunakan timbangan e.Anjurkan yang sama. kecil tapi sering.

makan dalam porsi

f. Instruksikan untuk menelan obat antiemetik sebelum makan jika ada mual atau muntah. g. Anjurkan pasien untuk mencoba makanan yang berbeda jika ada perubahan rasa kecap.

4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang dapat mengakibatkan kemoterapi hematuria atau tosisitas renal.

o Kriteria

hasil dapat dipertahankan

Eliminasi urine optimal Intervensi

keperawatan

a. Pantau eliminasi urine yang meliputi warna, jumlah, adanya sel darah merah. Ureum, keratinin b. Berikan kemoterapi pada pagi hari.

c. Instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 8-12 gelas perhari sebelum atau sesudah kemoterapi. d. Instruksikan pasien untuk berkemih setiap 2-3 jam sebelum tidur dan ketika bangun di malam hari.

e. Beritahu mengenai rasional untuk masukan cairan adekuat dan sering berkemih.

5.Nyeri berhubungan

dengan

intervensi

pembedahan

o Kriteria Nyeri tidak

hasil ada atau terkontrol.

Intervensi

keperawatan

a. Tentukan letak nyeri, karakteristik, kualitas, dan beratnya sebelum pasien mendapatkan pengobatan pengobatan.

b. Cek pesanan medis terhadap obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik. c. Cek d. Pilih riwayat analgesik alergi obat. yang sesuai jika lebih dari satu yang diresepkan.

e. Pantau tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik untuk dosis pertama f. g. atau jika relaksasi analgetik ada tanda untuk pada yang tidak diumum mohon dicatat. analgetik. nyeri berat.

Bantu Berikan

memfasilitasirespon waktunya terutama

terhadap untuk

6.

Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

penurunan

kekuatan

otot,

nyeri karena pembedahan atau amputasi bagian tubuh yang terkena, interupsi pembedahan atau pengangkatan otot-otot, kartilago dan ligamen.

oKriteria hasil Pasien Intervensi a.Kaji b.Kaji mampu bergerak atau berpindah secara mandiri.

keperawatan puntung terhadap terhadap tempat badan dengan tidur yang pembengkakan pendarahan. selama sakit 24 pada kaki lutut jam pertama setelah tubuh 3 amputasi. tepat. sehari. ekstensi. dan tanda-tanda infeksi.

balutan kepala anggota pasien

c.Tinggikan d.Posisikan e.Posisikan f.Posisikan

kesejajaran pada

yang x

amputasi dibawah

lambung

puntung

pada

posisi

g.Berikan alat untuk

berpegangan diatas tempat dur. tepat.

h.Bantu dalam latihan dengan

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

BAB 111 PENUTUPKESIMPULAN Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui

Tanda dan gejala dari Osteosarkoma adalah Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas, teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena dan gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. SARAN ````````````````````

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC. Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC. Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC. http;//www.google.com.askep osteosarkoma.

ASKEP OSTEOSARKOMA

DISUSUN OLEH:

ALVIAN BUNGSU S

284002

AMBAR NURBAENY APRINA FITRIASTUTI ARI PURWO R ARISTANIA WIDARTI CHOTIJAH W DESSY NURWIDI DEWI ASTUTI

284003 284004 284005 284006 284008 284010 284011

PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2010/2011

Pasien dengan osteosarkoma di femur distal

Bone Scan yang membandingkan bagian bahu dengan oseosarcoma

Sunburst appearance pada osteosarkoma di femur distal

Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle(arrow) dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) danmasa jaringan lunak yang luas (black arrow)