Tugas Jiwa Metode Dua Menit

20
MAKALAH METODE DUA MENIT KELOMPOK 2

Transcript of Tugas Jiwa Metode Dua Menit

Page 1: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

MAKALAH

METODE DUA MENITKELOMPOK 2

Page 2: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

MAKALAH METODE DUA MENIT (M2M)

PENDAHULUAN

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa bahwa pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab utama dari ketidakmampuan seorang individu di seluruh dunia dan gangguan psikiatrik akan menyumbang sekitar 15% dari angka kesakitan global. Amerika sendiri telah kehilangan setiap tahunnya uang sejumlah 80 milyar dollar akibat

ketidakproduktifan yang dikarenakan menderita gangguan psikiatrik.1

Dua pertiga dari pasien gangguan psikiatrik ditemukan di pusat pelayanan kesehatan primer. Sekitar 30% pasien- pasien yang datang ke pelayanan kesehatan primer meru- pakan pasien gangguan psikiatrik yang memenuhi diagno- sis menurut DSM-IV. Penelitian di Amerika Serikat me- nyebutkan bahwa pasien gangguan psikiatrik pertama kali datang ke pelayanan primer disebabkan karena gejala-gejala yang dialaminya seringkali berupa keluhan yang berhu- bungan dengan kondisi medis umum. Hal lain adalah stigma yang melekat pada penyedia layanan psikiatri sehingga membuat pasien lebih senang untuk bertemu dengan dokter

umum terlebih dahulu di pusat pelayanan primer. 2

Penelitian sebelumnya mengenai gangguan jiwa yang pernah dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Dirjen Yanmed, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pimpinan dr. Rudy Salan SpKJ (alm), di Puskesmas KecamatanTambora (1985), memberikan hasil

ditemukannya gangguan jiwa sejumlah 28,73% pasien dewasa, dan 34,39% pasien anak.3

Sayangnya kondisi psikiatrik yang seringkali ber- tumpang tindih dengan gejala fisik ini tidak terdiagnosis dengan baik di lapangan karena berbagai faktor. Pasien gangguan psikiatrik yang tidak terdiagnosis merugikan pasien sendiri. Hal ini memerlukan penanganan yang baik karena ketepatan diagnosis dan kecepatan penanganan akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan sebaliknya.

Amerika Serikat telah memberlakukan suatu pedoman untuk melakukan suatu penapisan kondisi gangguan psikiatrik di pelayanan primer. Hal ini akan meningkatkan deteksi gangguan psikiatrik di pelayanan primer dan meningkatkan cakupan terapi gangguan psikiatrik di pela- yanan kesehatan primer. Penelitian sebelumnya mengatakan terdapat empat diagnosis yang paling sering ditemukan di pelayanan primer dan juga yang paling sering

terlewatkan, yaitu depresi, kecemasan, penyalahgunaan zat dan gangguan kognitif.2

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas adalah beban kerja (jumlah pasien) yang besar dibandingkan dengan dokter yang bertugas, keter- batasan waktu pelayanan, mutasi dokter Puskesmas yang terlalu cepat, sehingga dokter pengganti yang belum terlatihmengalami kesulitan. Pernah dilakukan konsultasi kesehatan jiwa oleh psikiater pembina secara rutin di setiap kecamatan untuk meningkatkan ketrampilan dokter Puskesmas dalam melakukan pelayanan kesehatan jiwa; keluhannya tetap saja merasa terlalu lama bila harus melakukan wawancara psikiatrik. Karena itu dikembangkan metode dua menit dalam pelayanan kesehatan untuk dapat menyaring kasus-kasus jiwa di Puskesmas dalam waktu dua menit. Ternyata penggunaan metode dua menit ini dapat meningkatkan cakupan prevalensi (walaupun

masih di bawah prevalensi yang didapat dari World Health Report 2001, yaitu 24% 4

Berikut latar belakang psikososial. Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU

Page 3: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa yang berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi : masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas hidup, masalah gangguan jiwa, serta masalah psikososial.

Proses globalisasi menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi di berbagai kawasandunia yang memberikan dampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial dan budaya. Keadaan inimembutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi masalah yang tinggi, disamping dukungan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Kondisi demikian sangat rentan terhadap stres, anisietas, konflik, ketergantungan terhadap NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku seksual yang menyimpang, yang dapat digolongkan sebagai masalah psikososial. Transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, transformasi demografik dari penduduk usia muda ke usia lanjut disertai proses urbanisasi yang intensif, mendorong terjadinya transisi epidemiologic dan berbagai masalah kesehatan jiwa termasuk masalah psikososial.

Salah satu kebijakan dalam pelayanan kesehatan jiwa dasar adalah meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam deteksi dini gangguan jiwa. Karena masalah psikososial berpotensi menjadi gangguan jiwa, maka pengenalan dini masalah psikososial akan bermanfaat. Dengan mengenal masalah psikososial diharapkan puskesmas mampu bersikap dan bertindak sebatas kemampuannya sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Latar Belakang Khusus Psikosomatik

Gangguan psikosomatis adalah faktor psikologis yang merugikan, mempengaruhi kondisi medis pasien. Faktor psikologis tersebut dapat berupa gangguan mental, gejala psikologis, sifat kepribadian atau gaya mengatasi masalah, dan prilaku kesehatan yang maladaptif.1

—-Kurang lebih 400 tahun SM ahli filsafat Hipocrates sudah mengutarakan pentingnya peran faktor psikis pada penyakit. Pada abad pertengahan Paracelcus seorang ahli kimia menyatakan bahwa kekuatan batin memiliki pengaruh terhadap kekuatan seseorang.2

—-Menurut The National Academy Science tahun 1978 definisi psikosomatis adalah bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi ilmu pengetahuan prilaku, biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan penyakit serta penerapan pengetahuan, dan teknik-teknik tersebut untuk mencegah, mendiagnosis dan rehabilitasi.1

—-Kedokteran psikosomatis menyadari kesatuan dari pikiran dan tubuh serta interaksi diantara keduanya, dimana faktor psikologis penting dalam perkembangan semua penyakit, namun apakah peranannya dalam memulai, perkembangan, memperberat dan eksaserbasi penyakit, predisposisi atau reaksi terhadap suatu penyakit masih dalam perdebatan. Dengan demikian kedokteran prilaku adalah istilah yang khusus untuk kedokteran psikosomatis.1

Analisis kondisional

Indikator kesehatan jiwa masyarakat adalah indikator morbiditas dan indikator disabilitasyaitu hari-hari produktif yang hilang akibat gangguan jiwa tertentu yang biasanya dinyatakan dalam DALYs Loss (Disability Adjusted Life Years), merupakan ukuran dari sebuah “Disease

Page 4: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

Burdent”, Masalah-masalah psikososial jika tidak dikenal dan ditanggulangi pada gilirannya akan berkontribusi dalam meningkatkan “Burden Disease”.

Status Disabilitas Gangguan Jiwa di Indonesia belum ada penelitiannya, namun dari data studi World Bank di beberapa negara baik yang sedang berkembang maupun negara maju pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 8,1% dari ”Global Burden of Disease” disebabkan oleh masalahkesehatan jiwa, lebih besar dari tuberkulosis(7,2%), kanker(5,8%), penyakit jantung(4,4%),malaria(2,6%). Data ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa termasuk masalah psikososial, harus mendapat prioritas tinggi dalam upaya kesehatan masyarakat.

Saat ini di Indonesia terdapat 33 Rumah Sakit Jiwa, 1 Rumah Sakit Ketergantungan Obat,sebagai pusat rujukan spesialistik dan pusat pembinaan kesehatan jiwa masyarakat di wilayahnyamasing-masing. Fasilitas ini jelas tidak memadai untuk dapat melayani dan menjangkau seluruhpenduduk Indonesia. Karena itu tenaga kesehatan di Puskesmas perlu diberdayakan dalam upayapenanggulangan masalah psikososial, Hal ini mengingat sekitar 28% pengunjung Puskesmas menunjukkan gejala-gejala gangguan kesehatan jiwa dan 80% dari kasus tersebut belum terdeteksi oleh dokter Puskesmas sehingga tidak terobati dengan baik. Apalagi masalah-masalah psikososial diperkirakan lebih banyak dibandingkan masalah-masalah kesehatan jiwa lainnya.

Adanya kesenjangan yang cukup besar antara peningkatan masalah psikososial dengan ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat yang ada, menyebabkan masalah psikososial tidak tertangani dengan baik. Hal tersebut bisa diatasi jika program kesehatan jiwa menjadi prioritas dalam agenda Pembangunan Nasional.

Metode Dua Menit (M2M)6,7

M2M dipersiapkan sebagai suatu wawancara sederhana setengah terstruktur (brief semi-structured interview) untuk dipergunakan di pelayanan kesehatan primer/dasar dalam melakukan deteksi kasus-kasus gangguan jiwa dengan pendekatan eklektik holistik, digunakan dalam pelayanan kesehatan umum. Disebut metode dua menit, karena diharapkan dalam tahap-tahap dua menit dapat dicapai tar- get-target tertentu. Hal ini juga berdasarkan saran dokter Puskesmas yang mengharapkan adanya suatu metode yang singkat (maksimal dalam dua menit) yang dapat menyaring dengan cepat walaupun secara kasar ada tidaknya masalah kesehatan jiwa pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Pasien datang ke Puskesmas pertama kali ke loket untuk mendaftarkan diri dan dibuatkan kartu rawat jalannya dengan identitasnya, setelah itu ke poliklinik. Di Poliklinik diterima oleh perawat untuk ditanyakan keluhan utamanya; keluhannya bisa keluhan fisik dan/atau keluhan kejiwaan, bila hanya ada keluhan fisik maka diagnosisnya gangguan fisik; bila keluhannya berupa keluhan kejiwaan saja maka diagnosisnya gangguan kejiwaan; bila ada keluhan fisik dan keluhan kejiwaan, dicari tahu hubungan antara kedua jenis keluhan tersebut, bisa hubungan sebab-akibat atau bisa sebagai komorbiditas; yang pasti ada masalah kesehatan jiwa. Hal ini bila telah terlatih dapat dilakukan kurang dari dua menit. Kemudian pasien akan diperiksa oleh dokter, dokter dengan menggunakan pedoman diagnosis gangguan jiwa di Puskesmas yang disederhanakan dari PPDGJ-III, juga bila telah terlatih dapat membuat diagnosis kerja dan terapi yang sesuai dalam kurun waktu kurang dari dua menit. Pasien dipesankan untuk kembali kontrol pada satu minggu kemudian dan direevaluasi diagnosis dan terapi yang telah diberikan, bila belum ada kemajuan dijanjikan waktu tersendiri untuk diteliti lebih lanjut, atau bila perlu konseling, atau bila perlu

Page 5: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

dikonsulkan ke psikiater pembina. Metode dua menit ini sudah digunakan dalam pedoman pelayanan kesehatan terpadu di Puskesmas oleh Departemen Kese-hatan Republik Indonesia.

Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Puskesmas dengan Metode Dua Menit (M2M)080108020803080408050901

Psikosis, GMONeurosis (Anxietas, Depresi, Psikosomatik)Retardasi MentalG Keswa pada kanak, ADHD, G PerkembanganLain-lain (G Kepribadian, G NAPZA)Epilepsi

Page 6: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

METODE 2 MENIT.Metode ini merupakan upaya cepat (diagnosis dan terapi) gangguan jiwa di Pelayanan Umum (RSU, Puskesmas dsb). Di dalam praktek penggunaan metode ini diperlukan kerjasama antara dokter dan perawat.

Perawat melakukan anamnesis (wawancara) 2 menit dan dokter menegakkan diagnosis dan memberikan terapi dalam 2 menit.

Metode ini bertitik tolak dari keluhan utama pasien (yang mendasari pasien datang untuk berobat).

Keluhan Utama

Pada dasarnya Keluhan Utama (yang menyebabkan pasien datang berobat) adalah karena:

1. Keluhan Somatik Murni2. Keluhan Psikosomatik3. Keluhan Mental Emosional

1. Keluhan Somatik Murni

Merupakan keluhan fisik yang jelas dan tidak dilatar belakangi faktor psikis (mental emosional). Tindakan yang dilakukan adalah langsung didiagnosis dan diterapi secara fisik.

Contohnya : Bisul, batuk-pilek, sakit mata, sakit gigi, tumor, ambeian, diare, sakit tenggorokan dsb.

Page 7: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

2. Keluhan Psikosomatik

Merupakan keluhan fisik/somatik yang dilatar belakangi oleh faktor psikis (mental emosional).

- Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psiko yang artinya psikis, dan somatis yang artinya tubuh. Dalam Diagnostic And Statistic Manual Of Mental Disorders edisi ke empat (DSM IV) istilah psikosomatis telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis.1,2

- -Menurut Wittkower psikosomatis secara luas didefinisikan sebagai usaha untuk mempelajari interelasi aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek fisis semua faal jasmani dalam keadaan normal maupun abnormal. Ilmu ini mencoba mempelajari, menemukan interelasi dan interaksi antara fenomena kehidupan psikis (jiwa) dan somatis (raga) dalam keadaan sehat maupun sakit.2

Contohnya :

2.1. Kardio-vaskuler : Jantung berdebar, tengkuk pegal, tekanan darah tinggi.

2.2. Gastro-intestinal : Sakit ulu hati, sakit perut, kembung, diare (Gastrisis, Kolitis).

2.3. Traktus Respiratorius : Sesak nafas, asma (Asma Bronkial).

2.4. Dermatologi : Gatal-gatal, Eksim (Dermatitis).

2.5. Muskulo-Skletal : Encok, pegal, sakit kepala (Reumatoid Artritis, Tension Headache, Epilepsi).

2.6. Endokrinologi : Banyak keluar keringat, Gugup (Hipertiroid).

3. Keluhan Mental Emosional (ME)

Page 8: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

Keluhan yang jelas berlatar belakang psikis (mental emosional).

Susah tidur, gangguan tidur.Gelisah, mengamuk, bicara kacau, ketakutan, curiga, cemburu, menarik diri (Psikosis)Murung, mudah tersinggung, banyak menangis, banyak tertawa (Gangguan Afektif, Depresi).Cemas, was-was, prestasi kerja menurun, panik (Gangguan Cemas). Sering menggunakan obat penenang, obat tidur, ganja, dll (Gangguan Penggunaan Zat).Perkembangan terlambat (bicara, jalan), masih ngompol, terlalu aktif / nakal, gangguan makan, kesulitan belajar, tidak mau sekolah, sering minggat, sering menentang (Gangguan jiwa pada anak dan remaja).

Bila Keluhan Utama adalah keluhan Psikosomatik (2) dan atau Keluhan Mental Emosional (3), tanyakan hal-hal berikut :

4. a. Sudah lama (>3 bulan), sering kambuh (1-4x per bulan).b. Terjadi setelah ada stres / banyak pikiran.c. Disertai kehilangan gairah kerja /belajar / makan / seksd. Disertai gangguan dalam fungsi keluarga / pekerjaan / sekolah / masyarakat.

Pembuatan Diagnosis

1. Keluhan Utama Ad. 1 (Keluhan Fisik Murni), langsung di Diagnosis Gangguan Fisik dan Terapi Fisik.

2. Keluhan Utama Ad. 2 (Keluhan Psikosomatik) dan Ad.3 (Keluhan Mental Emosional), Tanyakan Ad. 4.

3. Keluhan Utama Ad. 2 (Keluhan Psikosomatik) + Ad. 4 dijawab ” tidak ”, maka Diagnosis Gangguan Fisik dan Terapi Fisik.

4. Bila Keluhan Utama Ad. 2 + Ad. 4 dijawab “ ya “ 1 atau lebih, maka Diagnosis Gangguan Psikosomatik atau Faktor Psikologis mempengaruhi Kondisi Fisik, Epilepsi.

5. Bila Keluhan Utama Ad.3 + 1 atau > Ad. 4, tentukan Diagnosis Selanjutnya :Ad. 3 (ME 3.1 + ME 3.2) + 1 Ad. 4 , Diagnosis : Psikosis.

Ad. 3 (ME 3.1 + ME 3.3) + 1 Ad. 4 , Diagnosis : GangguanDepresi, Gangguan Afektif Berat ( Gangguan Manik Depresif).

Ad. 3 (ME 3.1+ME 3.4) + 1 Ad. 4 , Diagnosis : Gangguan Cemas.

Ad. 3 (ME 3.1+ME 3.5) + 1 Ad. 4 , Diagnosis : Gangguan Penggunaan Zat.

Page 9: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

Ad. 3 (ME 3.1+ME 3.6) + 1 Ad. 4 , Diagnosis : Gangguan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, Mental Retardasi.

SKEMA :

SkemaKELUHAN UTAMA

1. Somatik murni 2. Psikosomatik 3. Mental emosional

D/ Gangg. Fisik D/ Gg. PsikosomatikD/ Epilepsi

4.1. > 3 4.1. > 3 bulanbulan ,1,1--4x 4x perbulanperbulan4.2. 4.2. AdaAda stress / stress / banyakbanyak pikiranpikiran4.3. 4.3. KehilanganKehilangangairahgairahkerjakerja / / belajarbelajar / / makanmakan / / seksseks4.4. 4.4. GangguanGangguan dalamdalam fungsifungsi keluargakeluarga / / pekerjaanpekerjaan / /

. . sekolahsekolah / / masyarakatmasyarakat

D/ D/ PsikosisPsikosisD/ D/ DepressiDepressiD/ D/ GgGg. . CemasCemasD/ D/ GgGg PenggPengg. . ZatZatD/ MRD/ MRD/ D/ GgGg KesKes. . J iwaJ iwa

anakanak remajaremajaD/ D/ GgGg KepribadianKepribadian

Tidak > 1 “ya” > 1 “ya”

Terapi

D/ Gangguan Psikosomatik :

- Benzodiazepine (Diazepam, Klobazam, Ativan).

- Simptomatik.- Rujuk untuk Psikoterapi.

Page 10: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

D/ Epilepsi :

- Anti epilepsi ( Fenobarbital, Fenitoin, Karbamazepine)- Neurotropika.

D/ Pskosis :

- Anti Psikotik (Klorpromazine, Haloperidol, Trifluoperazine, Fupenazine, Clozapin)

- Bila terjadi Gangguan Ekstra Piramidal, berikan Sulfas Atropin, Benadryl, Triheksifenidil).

D/ Gangguan Depresif :

- Anti Depressant (Amitriptilin, Imipramin, Maprotilin, Mianserin, Tianeptin, Trazodone, Kalxetine).

D/ Gangguan Maniakal :

- Anti Maniakal ( Lithium Carbonat, Haloperidol, Karbamazepine).

D/ Gangguan Cemas :

- Anti Cemas (Benzodiazepine, Anti Psikotik dosis rendah).- Psikoterapi.

D/ Gangguan Penggunaan Zat :

- Anti Psikotik.- Rujuk untuk Ketergantungan, Intoksikasi.

D/ Ganggun Jiwa Anak dan Remaja :

- Neurotropika.

- Rujuk untuk Diagnosis dan Terapi selanjutnya.

D/ Mental Retardasi :

- Neurotropika.- Anti Psikotik untuk Gaduh Gelisah.

Page 11: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

- Methyl Phenidate (Ritalin, Concerta).- Rujuk ke SLB untuk Pendidikan.

Metode dua menit (M2M) dirancang sebagai alat untuk membantu pelayanan kesehatan (tidak khusus untuk kesehatan jiwa saja) yang digunakan untuk menentukan prevalensi gangguan kesehatan jiwa di Puskesmas. M2M dibandingkan dengan pemeriksaan wawancara psikiatrik konvensional oleh psikiater dengan PPDGJ-III ternyata cukup valid dan dapat dipercaya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan prevalensi gangguan kesehatan jiwa dan jenis gangguan jiwa di Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan dengan membandingkan penggunaan M2M oleh dokter Puskesmas dengan penggunaan metode wawancara psikiatrik konvensional oleh psikiater. Telah dilakukan penelitian pada 1052 pasien yang berobat di Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian ini mendapatkan prevalensi gangguan jiwa sebesar 31,8% baik yang diperoleh oleh dokter Puskesmas maupun oleh psikiater. Kondisi gangguan jiwa terbanyak yang didapatkan berdasarkan M2M adalah neurosis sebesar 28,5% Sedangkan berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ III (ICD 10) yang dilakukan psikiater, gangguan jiwa terbanyak adalah kecemasan sebesar 14% kemudian disusul oleh gangguan psikosomatik, gangguan makan, gangguan tidur dan disfungsi seksual sebesar 12,5%, dan gangguan depresif 2%. (total 28,5%)

Berikut ada penelitian tentang Penggunaan Metode Dua Menit (M2M) dalam Menentukan Prevalensi Gangguan Jiwa di Pelayanan Primer

Hasil Penelitian

Dari sejumlah 1052 pasien (subjek penelitian)

Uji Pearson Chi-Square terhadap usia metode diagno- sis adalah α=5% didapatkan

X2=26,30 dengan df=4; p=0.000. Dengan demikian didapatkan adanya hubungan bermakna antara usia pasien dengan kejadian gangguan kejiwaan dengan diagnosis berdasarkan metode M2M dan diagnosis ICD-10.

Hasil penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa diagnosis gangguan jiwa terbanyak yang dilakukan oleh dokter Puskesmas berdasarkan Metode Dua Menit (M2M) adalah Neurosis sebesar 28,5% yang di dalamnya terdiri dari keluhan kecemasan, depresi dan psikosomatik. Secara keseluruhan jumlah pasien yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa berdasarkan alat diagnostik M2M adalah sebesar 31,8%. Secara keseluruhan hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.

Sedangkan berdasarkan pedoman diagnostik PPDGJ- III yang dilakukan oleh psikiater, jumlah gangguan jiwa terbanyak adalah gangguan anxietas sebesar 14% yang disusul oleh Gangguan Psikosomatik, Gangguan makan, Gangguan Tidur, Disfungsi Seksual sebesar 12,5%, dan 2% Gangguan Depresif (total 28,5%). Total pasien gangguan jiwa yang didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III adalah 31,8%.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 6 dan tabel 7, maka didapatkan bahwa

Page 12: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

prevalensi pasien yang didiagnosis gangguan jiwa baik oleh dokter Puskesmas dengan menggunakan M2M dan yang dilakukan oleh psikiater dengan menggunakan pedoman diagnostik PPDGJ- III (pada seluruh pasien yang telah diperiksa oleh dokter Puskesmas adalah sama yaitu 31,8%. Perbedaan hanya pada klasifikasi gangguan jiwa yang digunakan. Hal ini berarti bahwa M2M setara dengan penggunaan pedoman diag- nostik PPDGJ-III.

Peranan dokter di pelayanan primer seperti puskesmas sangat penting dalam memberikan penanganan pada kasus- kasus gangguan kesehatan jiwa. Dalam penelitian ini didapatkan angka 31,8% pasien yang datang ke puskesmas memenuhi KM diagnosis gangguan kesehatan jiwa. Angka ini sebenarnya lebih rendah dari angka yang didapatkan dari kepustakaan tahun 2003 yang menyebutkan angka 50% untuk pasien yang memenuhi kriteria diagnosis gangguan

kese- hatan jiwa di pelayanan primer.10 Walaupun 12 tahun yang lalu penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh The American Academy of Family Physician menyebutkan angka sekitar 20-30% pasien yang datang ke pelayanan primer memenuhi kriteria diagnosis gangguan kesehatan jiwa. Sekitar 30-80% di antaranya tidak terdeteksi oleh dokter di pelayanan

primer.11

Keluhan psikosomatik yang dalam bahasa psikiatri disebut sebagai keluhan somatik banyak ditemukan pada penelitian ini. Berdasarkan diagnosis M2M, pasien yang didiagnosis mengalami anxietas, depresi dan psikosomatik berjumlah 28,5%. Hal ini sesuai dengan laporan dari The Acad- emy of Psychosomatic Medicine yang mengatakan bahwa30% pasien yang datang ke pelayanan primer untuk gangguan fisiknya memiliki gangguan psikiatrik. Lebih jauh dikatakan bahwa di antara angka tersebut, 23% didiagnosis gangguan

depresi, 22% dengan gangguan anxietas, dan 20% dengan gangguan somatisasi.11,12

Dalam literatur barat dikatakan bahwa keluhan yang sering dihubungkan dengan gangguan somatik pada pasien di pelayanan primer adalah keluhan yang berhubungan dengan nyeri

tulang belakang.13 Hal ini berbeda dengan hasil yang ditemukan pada penelitian ini bahwa keluhan yang berhubungan dengan sistem pencernaan adalah keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien (18,3%). Sedangkan seterusnya adalah keluhan sistem respirasi (16,1%), sistem kardiovaskuler (14,3%), sistem muskulos- keletal (12,5%), sistem serebrovaskuler (9,5%) dan sisanya adalah bidang dermatologi (5,5%).

Prevalensi Gangguan Jiwa di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat yang diperoleh dengan M2M dan dengan PPDGJ-III adalah sama yaitu 31,8%. Gangguan jiwa yang terbanyak berdasarkan diagnosis Puskesmas adalah 0802 (Neurosis) yaitu 28,5%; sedangkan menurut PPDGJ-III adalah: F40# (14,0%), F50# (12,5%) dan F32# (2%), totalnya sama yaitu 28,5%,Metode-Dua-Menit yang semula digunakan untuk menyaring secara kasar (deteksi) kasus-kasus gangguan kesehatan jiwa bisa digunakan juga sebagai alat diagnostik sederhana untuk penegakan diagnosis kerja dan terapi. Penegakan diagnosis berdasarkan M2M cukup sederhana yaitu dengan fokus pada keluhan utama pasien. Pada keluhan utama fisik (sebagian besar pasien Puskesmas datang dengan keluhan fisik) selalu ditanyakan pula kemungkinan adanya keluhan kejiwaan seperti kelompok keluhan psikosis (halusinasi, waham, inkoherensi, perilaku kacau), kelompok ansietas (cemas, was was, khawatir, gelisah, disertai dengan keluhan fisik seperti berdebar-debar, keringat dingin, pucat, dan hipertensi), kelompok manik (gembira, banyak bicara, hiperaktif), kelompok depresi (murung, sedih, tak banyak bicara dan pasif), kelompok pengguna NAPZA (biasanya langsung menyebutkan zat

Page 13: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

yang digunakan), kelompok psikosomatik (keluhan fisik yang dilatarbelakangi oleh anxietas dan/atau depresi). Khusus untuk pasien anak (berusia <18 tahun) ditanyakan adanya keterlambatan per- kembangan fisik, psikologik, kesulitan belajar, hiperaktifitas, remaja yang masih mengompol, kecerdasan yang kurang, kesulitan interaksi sosial, perilaku stereotipik dan lain-lain. Keluhan kejiwaan lain yang sering menyertai adalah gangguan tidur. Keluhan epilepsi (kejang, bengong, serangan berulang) juga dimasukkan sebagai gangguan kesehatan jiwa. Dengan ditemukan keluhan kejiwaan seperti di atas sudah dapat dipastikan ada masalah kesehatan jiwa. Wawancara lebih lanjut (hubungan antara keluhan kejiwaan dan keluhan fisik) dapat membantu ditegakkannya diagno- sis jenis gangguan jiwa serta terapinya. Lalu kesimpulan penelitian itu, Metode Dua Menit dapat diandalkan sebagai alat deteksi, diagnosis dini dan terapi gangguan kesehatan jiwa di pelayanan primer seperti puskesmas. Keluhan psiko- somatik banyak ditemukan pada pasien yang berobat ke puskesmas dengan gangguan fisik, terutama terkait saluran pencernaan. Jika terdapat waktu yang cukup, sebaliknya M2M dilanjutkan dengan alat diagnostik MINI untuk penegakan diagnosis yang lebih pasti.

Page 14: Tugas Jiwa Metode Dua Menit

DAFTAR PUSTAKA

1. Halverson J, Chan C. Screening for psychiatric disorders in primary care. Wisconsin Med J. 2004;103(6):46-51.2. Kahn LS, Halbreich U, Bloom MS, Bidani R, Rich E, Hersey CO. Screening for mental illness in primary care clincis. Intl J PsyMed 2004;34:345-62.3. Direktorat kesehatan jiwa. Hasil penelitian prevalensi gangguan jiwa di puskesmas Tambora. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1985.4. World Health Organization (WHO). Report of World Health Organization 2001. Geneva: World Health Organization; 2002.5. World Health Organization. Diagnostic and Management Guidelines for Mental Disorders in Primary Care, ICD-10 Chapter V, Primary Care Version. Geneva: World Health Organization; 1996.6. Direktorat Kesehatan Jiwa. Pedoman pelayanan kesehatan jiwa dasar di puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2004.7. Direktorat kesehatan jiwa. Pedoman penatalaksanaan penyalahgunaan NAPZA dan gangguan jiwa di sarana, pelayanan kesehatan umum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2003.