Tugas Ilmu Penyakit Dalam.docx
-
Upload
mayrosella -
Category
Documents
-
view
48 -
download
5
Transcript of Tugas Ilmu Penyakit Dalam.docx
Tugas Ilmu Penyakit Dalam
Nama : ARMIATI
NIM : 07711217
Periode : 1 April – 15 Juni 2013
Rumah Sakit : RSUD dr. Soetrasno Rembang
SOAL
1. Perbedaan Asma Bronkial dengan PPOK ?2. Patofiologi Pink Puffer dan Blue Bloater ?
JAWAB
PPOK ASMAOnset Usia pertengahan Usia diniRiwayat Riwayat merokok Riwayat alergi, rhinitis
Riwayat asma dalam keluarga
Keluhan Sesak saat aktivitas, gejala progresif lambat
Gejala bervariasi dari hari ke hari, gejala timbul pada malam/dini hari
Pemeriksaan Fisik hipersonor wheezingRadiologi Hiperinflasi, hiperlusen,
diafragma mendatarKebanyakan normal
Hambatan aliran Udara Umumnya Ireversibel Reversible
Patofiologi Pink Puffer dan Blue Bloater
Perjalanan klinis utama penderita PPOK adalah pink puffer dan blue bloater. Pink puffers (berkaitan dengan PLE (emfisema panlobuler) adalah timbulnya dispnea tanpa disertai dengan batuk dan produksi sputum yang tak berarti. Biasanya dispnea muncul pada usia 30 sampai 40 tahun dan semakin lama semakin memberat. Pada penyakit lanjut, pasien mungkin kehabisan nafas sehingga tidak dapat makan dan tubuhnya tampak kurus tak berotot. Pada perjalanan lebih lanjut pink puffers dapat berlanjut menjadi bronkitis kronik sekunder, dada berbentuk tong, diafragma terletak rendah dan bergerak tidak lancar. Polisitemia dan sianosis jareang ditemukan karna itu disebut pink puffer = merah muda.
Pada keadaan PPOK ekstrem yang lain didapatkan blue bloater (brokitis tanpa bukt-bukti emfisema obstruktif yang jelas). Pasien biasa nya menderitya batuk produktif dan berulang kali mengalami pernafasan yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun sebelum tampak gangguan fungsi. Akan tetapi akhirnya timbul gejala dispnea pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik. Pasien-pasien memperlihatkan gejala berkurangnya dorongan untuk bernafas, mengalami hipoventilasi dan menjadi hipoksia dan hiperkapnea. Hipoksia yang kronik merangsang ginjal untuk memproduksi eritropoietin, yang akan merangsang
peningkatan pembentukan sel-sel darah merah, sehingga menjadi polisitemia sekunder. Kadar hemoglobin dapat mencapai 20 g/100ml atau lebih, dan sianosis mudah tampak karena Hb tereduksi mudah mencapai kadar 5g/100ml walaupun hanya sebagian kecil Hb sirkulasi yang berada dalam bentuk tereduksi (oleh karna itu disebut Blue Bloaters).