Tugas II Pengertian Populasi Dan Sampel
-
Upload
sugih-supper -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
description
Transcript of Tugas II Pengertian Populasi Dan Sampel
A. Ilmu adalah:
1. Pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau social, yang berlaku
umum dan sistematis.
2. Pengetahuan yang sudah terorganisir dan tersusun secara sistematis
menurut kaidah umum.
3. Pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti seta
menyeluruh dan sistmatis.
4. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu
5. Dirumuskan secara sistematis melalui pengamatan dan percobaan yang
terus-menerus yang telah menghasilkan kebenaran yang bersifat umum.
6. Ilmu merupakan suatu metodelogi yang mana tanpa ilmu semua itu hanya
kebutuhan saja.
B. Proses berfikir:
1. Suatu refleksi yang diatur dan hati-hati.
2. Lahir dari suatu rasa gengsi akan sesuatu dan keinginan untuk
memperoleh suatu ketentuan yang kemudian tumbuh menjadi suatu
masalah yang khas.
3. Befikir reflective adalah berfikir pemecahan masalah dengan metode-
metode tertentu.
C. Menurut Kelly proses berfikir mempunyai langkah berikut:
1. Timbul rasa sakit
2. Rasa sulit tersebut didefinsikan
3. Mencari suatu pemecahan sementara
4. Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada
kepercayaan bahwa pemecahan tersebut benar.
5. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental
(percobaan)
6. Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental
menuju pemecahan secara mental untuk diterima/ditolak sehingga
kembali menimbulkan rasas sakit.
7. Memberikan suatu pandangan ke depan/gambaran mental tentang situasi
yang akan dating untuk menggunakan pemecahan tersebut secata tepat.
D. Berfikir memiliki 2 kriteria penting:
1. Ada unsur logis didalmanya
2. Ada unsur analitis didalamnya.
1
E. Metode Deskriptif dan Induktif
1. Deduktif: pernyataan yang bersifat umum dan ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus (Silogisme)
2. Induktif: Cara berfikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat
umum dan kasus-kasus yang bersifat individual.
F. Pengertian Penelitian
Penelitian berasal dari kata research, re artinya kembali, sedangkan search
yang artinya mencari. Jadi reseach artinya adalah mencari kembali.
Menurut Webster’s New International
1. Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis terhadap fakta dan
prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan
sesuatu.
2. Kehati-hatian dan sempurna terhadap suatu msalah, sehingga diperoleh
pemecahan yang tepat terhadap masalah itu.
G. Penelitian adalah:
1. Pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa
pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan.
2. Penyelidikan yang terorganisasi
H. Metode Ilmiah (Sciencetific Method)
1. Unsur observasi, merupakan kerja dengan nama pengetahuan mengenai
fakta-fakta yang diperoleh melalui kinerja mata dengan menggunakan
persepsi.
2. Nalar, suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-fakta, hubungan
dengan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul, sebegitu jauh
ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang.
I. Kebenaran ilmiah dapat diterima oleh 3 hal:
1. Koheren
Suatu pernyataan dianggpa benar jika pernyataan tersebut konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2. Koresponden
Suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang
terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan.
3. Pragmatis
2
Pernyataan dipercaya benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat
fungsional.
Secara pragmatis orang percaya terhadap agama, karena agama bersifat
fungsional dalamm memberikan pegangan dan aturan hidup manusia.
J. Kebenaran Non-Ilmiah:
1. Penemuan kebenaran secara kebetulan
2. Penemuan dengan cara akal sehat (common sense)
3. Penemuan kebenaran secara wahyu
4. Penemuan kebenaran secara intuitif
5. Penemuan kebenaran secara trial (error)
6. Penemuan kebenaran secara spekulasi
7. Penemuan kebenaran karena wibawa
K. Preposisi adalah:
1. Pernyataan tentang sifat dan realita.
2. Jika preposisi sudah dirumuskan dan dapatditerima untuk diujji
kebenarannya, preposisi tersebut adalah hipotesis.
L. Dalil adalah:
1. Preposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah
didukung oleh data empiris.
2. Singkatan dari pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu.
M. Teori dan Fakta:
Teori adalah, hubungan antar variable atau antar konsep, sehingga
padangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan variabel
jelas-jelas kelihatan.
Fakta adalah:
1. Pengamatan yang sudah diverifikasi secara empiris.
2. Fakta dapat menjadi ilmu/tidak
Teori mempunyai peranan:
1. Teori sebagai orientasi utama dari ilmu
2. Teori sebagai konsepsualisasi dan klasifikasi
3. Teori meringkaskan fakta
4. Teori memprediksi fakta-fakta
5. Teori memperjelas celah kosong
Fakta mempunyai peran:
1. Fakta memprakarsai teori
3
2. Fakta memformulasikan kembali teori yang ada.
3. Fakta dapat menolak teori
4. Fakta mengubah orientasi teori
N. Jenis-jenis penelitian:
1. Penelitian dasar (Basic Research)
a) Pencarian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan
keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas.
b) Dikerjakan tanpa memikirkan titik terapan.
2. Penelitian Terapan
Penyelidikan penuh kehati-hatian dan terus-menerus terhadap suatu
masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan
tertentu.
O. Ciri Penelitian:
1. Penelitian harus berkisar disekeliling masalah yang ingin dipecahkan.
2. Sedikit-dikitnya harus mengandung unsur-unsur orisinilitas.
3. Didasarkan pada pandangan ingin tahu
4. Berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai hukum &
pengaturan.
5. Berkehendak untuk menemukan generaliasi/dalil
6. Merupakn studi sebab-akibat
7. Menggunkana pengukuran yang akurat.
8. Menggnakan teknik secara sadar diketahui.
P. Syarat Utama Berhasilnya Penelitian:
1. Adanya kesadaran masyarakat tentang pentingya penelitian untuk suatu
Negara ataupun daerah.
2. Harus ada sarana dan pembiayaan yang cukup.
3. Hasil penelitian harus dengan segera diterapkan.
4. Harus ada kebebasan dalam melakukan penelitian.
5. Penelitian harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan.
Q. Kriteria Metode Ilmiah:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis.
4. Menggunakan hipotesis.
5. Menggunakan ukuran objektif.
4
6. Menggunakan teknik kualifikasi.
R. Langkah-langkah Metode Ilmiah:
1. Merumuskan dan mendefinisikan maslaah.
2. Mengadakan studi kepustakaan.
3. Memformulasikan hipotesis.
4. Menentukan model untuk menguji Hipotesis.
5. Mengumpulkan data.
6. Menyusun, menganalisis, memberikan interpretasi.
7. Membuat genaralisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan ilmiah.
S. Jenis Metode Ilmiah:
1. Metode Eksperimen.
2. Metode Sejarah.
3. Metode Deskriptif.
4. Metode Kuesioner.
T. Populasi dan Sample
a. Populasi dan sampel
Hakekat dari sampling adalah mengukur karakter asli (true character) dari
populasi melalui anggota (elemen, kasus atau unit) populasi yang diambil dari
populasi tersebut berdasarkan suatu teknik pengambilan sampel tertentu.
Adapun populasi adalah keseluruhan kasus atau elemen yang memenuhi kriteria
tertentu, dan dapat berupa orang, tindakan sosial, kejadian, tempat, waktu atau
sesuatu.
Contoh Populasi:
Jumlah penduduk suatu Kecamatan Sukabumi dalam periode waktu
tertentu, mahasiswa yang mengikuti kelas Studio III, jumlah penduduk
Kecamatan Sukabumi dengan rentang umur tertentu, artikel tentang administrasi
kecamatan dalam periode waktu tertentu. Dari contoh populasi tersebut, kita
selanjutnya dapat mengenali elemen dari masing-masing populasi, yaitu: setiap
anggota penduduk dari Kecamattan Sukabumi dalam periode waktu tertentu,
setiap mahasiswa yang mengikuti kelas Studio III, jumlah penduduk Kecamatan
Sukabumi setiap penduduk dengan rentang umur tertentu, dan setiap artikel
tentang administrasi negara dalam periode waktu tertentu.
Dalam proses pengukuran karakter dari suatu populasi, peneliti
menggunakan pengukuran pada seluruh elemen dari populasi. Proses
5
pengukuran yang demikian disebut dengan sensus (census). Sensus ini pada
umumnya dilakukan terhadap populasi dengan jumlah elemen sedikit, yang
memungkinkan semua dapat dijangkau dengan biaya dan waktu yang tersedia.
Sementara untuk populasi dengan jumlah elemen banyak, sensus sangat jarang
dilakukan kecuali untuk kepentingan tertentu seperti sensus penduduk dari suatu
negara. Untuk populasi dengan banyak elemen, pengukuran karakter populasi
dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut dengan
suatu metode tertentu. Cara pengambilan sejumlah elemen dari populasi ini
disebut dengan sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut
sebagai sampel (sample).
Contoh:
Pada suatu Survey Studio III yang beranggotakan 50 orang warga akan
digali informasi tentang persepsi mereka tentang degradasi lingkungan. Jika 50
orang tersebut semuanya diminta mengisi kuesioner tentang data-data yang
diperlukan, maka penelitian tersebut dilakukan dengan cara sensus. Adapun
sampling, hanya memilih beberapa orang saja dari 50 warga untuk diminta
mengisi kuesioner atau diwawancarai. Selanjutnya, jika hasil sampling adalah 40
orang yang akan diukur, maka 40 orang tersebut disebut sebagai sampel
penelitian.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dapat dibedakan dalam dua dimensi: probability
versus non-probability dan single-stage versus multi stage (Blaiki, 2000).
1. Dimensi pertama, probability versus non-probability, mencerminkan
tingkat kerandoman dari proses pemilihan sampel.
2. Sedangkan dimensi kedua, menunjuk pada banyaknya tahap atau
langkah dalam proses pengambilan sampel.
Beberapa metode yang termasuk probability sampling adalah sebagai
berikut:
1. Single-stage probability sampling
Pada single-stage probability sampling ini proses sampling dilakukan hanya
satu tahap, dalam artian hanya menggunakan metode probability sampling
tertentu sekali untuk menghasilkan sampel penelitian.
Contoh:
6
20 orang sampel kuesioner dari populasi yang berjumlah 100 orang, peneliti
menggunakan simple random sampling. Proses pengambilan sampel ini tidak
digabungkan dengan teknik pengambilan sampel yang lain.
2. Simple random sampling
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan
secara acak (random) sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian.
Teknik ini memilki tingkat keacakan yang sangat tinggi, sehingga sangat
efisien digunakan untuk mengukur karakter populasi yang memiliki elemen
dengan homoginitas tinggi. Sedangkan untuk populasi yang memiliki elemen
cukup hetergen, penggunaan teknik ini justru dapat menimbulkan bias.
Syarat penggunaan teknik sampling adalah, bahwa setiap elemen dari
populasi harus dapat diidentifikasi. Elemen dari populasi tersebut kemudian
disusun dalam suatu sampling frame, yaitu suatu daftar yang dapat
menggambarkan seluruh elemen dari populasi. Keberadaan sampling frame ini
sangat penting dalam teknik simple random sampling, karena proses pemilihan
sampel akan menjadi lebih sederhana, cepat dan murah.
Prosedur penggunaan simple random sampling, diawali dari pembentukan
sampling frame oleh peneliti. Selanjutnya, dari sampling frame tersebut dipilih
sampel yang dilakukan secara acak hingga terpenuhi jumlah sampel yang
dibutuhkan.
Contoh:
20 orang sampel dari populasi yang beranggotakan 100 orang, dengan teknik
simple random sampling maka setiap orang pada populasi tersebut memilki
peluang yang sama untuk menjadi satu dari 20 sampel yang dipilih.
3. Systematic sampling
Teknik systematic sampling memiliki kemiripan prosedur dengan teknik
simple random sampling. Oleh karena itu, systematic sampling juga memerlukan
sampling frame, dan proses pemilihan sampel dilaksanakan secara random.
Namun, berbeda dengan simple random sampling, random dilakukan hanya
untuk memilih sampel pertama. Sedangkan pemilihan sampel kedua, ketiga dan
seterusnya dilakukan secara sistematis berdasarkan interval yang telah
ditetapkan.
Penggunaan interval dalam pemilihan sampel ini merupakan metode quasi-
random, karena sebenarnya tidak dilaksanakan random secara murni. Namun,
7
hasil penggunaan systematic sampling dengan simple random sampling ternyata
tidak jauh berbeda (Neuman, 1997). Oleh karena itu, penggunaannya bisa saling
menggantikan, kecuali untuk populasi dengan elemen yang tersusun secara
terpola atau membentuk siklus. Pada populasi dengan elemen yang terorganisir
membentuk pola atau siklus, systematic sampling justru menimbulkan bias.
Prosedur penelitian systematic sampling adalah,
1. Pertama, disusun sampling frame.
2. Kedua, peneliti menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan
rumus N/n; dimana N adalah jumlah elemen dalam populasi dan n adalah
jumlah sampel yang diperlukan. Ketiga, peneliti memilih sampel pertama
(s1)secara random dari sampling frame.
3. Keempat, peneliti memilih sampel kedua (S2), yaitu S1 + k. selanjutnya,
peneliti memilih sampel sampai diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan
dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya.
Contoh:
Contoh penggunaan systematic sampling untuk memilih 20 sampel dari
populasi yang berisi 100 elemen, adalah sebagai berikut. Pertama, susun
sampling frame. Kedua, tetapkan nilai k = 5. Ketiga, tentukan sampel pertama
secara random, misal diperoleh 6. Selanjutnya kita dapat menetukan sampel
berikutnya adalah 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86,
91, 96, dan 1.
4. Stratified sampling(Proporsional random sampling)
Jika memiliki informasi tambahan bahwa populasi sebenarnya terdiri dari
beberapa subpopulasi atau strata, maka stratified sampling lebih cocok untuk
memilih sampel penelitian. Sebagai contoh, penelitian akan dilakukan terhadap
peserta kelas Studio III yang semuanya berjumlah 80 orang. Informasi tambahan
bagi peneliti adalah bahwa dari 80 orang tersebut 60 orang adalah perempuan
dan sisanya laki-laki. Jika peneliti menganggap informasi ini penting untuk
analisa, maka stratified sampling lebih cocok digunakan untuk memilih sampel.
Prosedur penggunaan stratified sampling adalah sebagai berikut:
1. Pertama, peneliti membagi populasi kedalam beberapa subpoplasi
atau strata berdasarkan informasi yang didapat.
2. Kedua, peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing
subpopulasi atau strata.
8
3. Ketiga, peneliti memilih sampel pada masing-masing subpopulasi atau
strata dengan menggunakan simple random atau systematic sampling.
Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel antar strata
adalah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata.
Contoh:
Dengan demikian, jika telah ditetapkan bahwa 20 orang akan dipilih sebagai
sampel penelitian pada kelas Studio III yang jumlah elemennya adalah 80 orang,
maka perbandingan jumlah sampel antara perempuan dan laki-laki adalah 60:20.
Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya diperoleh sampel untuk perempuan
adalah 15 orang dan untuk laki-laki adalah 5 orang.
5. Cluster sampling
Cluster sampling disebut juga dengan area sampling. Cluster sampling ini
digunakan ketika elemen dari populasi secara geografis tersebar luas sehingga
sulit untuk disusun sampling frame. Keuntungan penggunaan teknik ini adalah
menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat daripada jika digunakan
teknik simple random sampling. Akan tetapi, hasil dari cluster sampling ini pada
umumnya kurang akurat dibandingkan simple random sampling.
Adapun cluster adalah suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen
populasi. Namun, terhadap populasi yang lebih tinggi, Cluster sendiri
berkedudukan sebagai elemen dari populasi tersebut. Seoarang peneliti yang
menggunakan cluster sampling, pertama-tama memilih sampel yang berbentuk
cluster dari suatu populasi. Selanjutnya, dari tiap-tiap cluster sampel tersebut,
diturunkan sampel yang berbentuk elemen.
Contoh:
Pemilihan sampel pegawai Departemen Pekerjaan Umum yang pegawainya
tersebar pada berbagai dinas yang juga tersebar secara geografis. Pada kasus
ini, peneliti dapat menjadikan setiap dinas sebagai cluster dan selanjutnya secara
random memilih beberapa dinas sebagai sampel. Pada setiap Unit kerja yang
terpilih tersebut kemudian seluruh pegawai dijadikan sampel penelitian.
Beberapa metode yang termasuk non-probability sampling adalah
sebagai berikut:
1. Purposive sampling atau judgmental sampling
Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample yang
dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan
peneliti.
9
Contoh:
Seorang surveyor meneliti sosil budaya di Kecamatan Sukabumi, surveyor
melakukan perburuan (hunting) sampel masyarakat yang memiliki karakter sosial
budaya yang unik, tidak semua masyarakat dilakukan survey.
2. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju).
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan menentukan sample pertama.
Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama,
sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan
seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola
salju.
Contoh:
Surveyor di Kecamatan Sukabumi akan mengidentifikasi jumlah pengguna air
sumur namun tidak ditemukan daftar pengguna sumur gali, maka ditemukan satu
narasumber yang bias dijadikan ibforman awal sekaligus yang pertama. Dari
sampel pertama inilah kemudian berkembang hingga jumlah sampel terus
bertambah hingga sampel terakhir, mirip dengan bola salju yang menggelinding.
3. Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah
ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang
mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
Contoh:
Surveyor di Kecamatan Sukabumi membagikan kuesioner yang dibagi
berdasarkan tingkatan, kantor kepala desa dan kecamatan. Sampel setiap
tingkatan bias dipilih atas dasar kedekatan, kesengajaan atau factor lain.
4. Accidental sampling atau convenience sampling
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya sampel yang tidak
direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya
sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.
Contoh:
Surveyor mengadakan jajak pendapat mengenai luas wilayah Kecamatan
Sukabumi, surveyor hanya akan menyimpulkan dari hasil jajak pendapat. Jenis
sampel ini cocok untuk penelitian pendahuluan atau ujicoba.
10
11