Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

26
TUGAS HUKUM PAJAK DAN RETRIBUSI DOSEN : Dr. Hj. NENENG EUIS FATIMA, M.Si REFORMASI PERPAJAKAN DALAM UPAYA PENAMBAHAN PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Desentralisasi telah menjadi topik atau issue yang populer di Indonesia terutama sejak pemerintah Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia diwujudkan dengan dihasilkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004. Esensi kebijakan otonomi daerah yang bergulir dewasa ini telah menempatkan Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi, nampaknya telah membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan pengelolaan pemerintahan di daerah. Hal tersebut membawa angin baru bagi perkembangan pembangunan 1

description

Tugas Hukum Pajak

Transcript of Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Page 1: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

TUGAS HUKUM PAJAK DAN RETRIBUSIDOSEN : Dr. Hj. NENENG EUIS FATIMA, M.Si

REFORMASI PERPAJAKAN DALAM UPAYA PENAMBAHAN PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Desentralisasi telah menjadi topik atau issue yang populer di Indonesia

terutama sejak pemerintah Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi

daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia diwujudkan dengan dihasilkannya

UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian

diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004. Esensi kebijakan otonomi daerah

yang bergulir dewasa ini telah menempatkan Kabupaten dan Kota sebagai titik

berat otonomi, nampaknya telah membawa perubahan dalam pelaksanaan

pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian

wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan pengelolaan

pemerintahan di daerah. Hal tersebut membawa angin baru bagi

perkembangan pembangunan daerah di Indonesia, yang tentunya juga

diharapkan berimplikasi kepada peningkatan pelayan, perbaikan

kesejahteraan dan jaminan hidup yang lebih baik kepada masyarakat

dibandingkan dengan masa lalu.

Sebagaimana dikemukakan oleh Mardiasmo (2002), bahwa otonomi

yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan kota dilaksanakan dengan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah

1

Page 2: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggungjawab akan diikuti

oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan dan sumberdaya nasional yang

berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan

lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan didaerahnya melalui

Pendapatan Asli Daerah atau PAD (Sidik, 2002). Oleh karenanya

penyelenggaraan otonomi daerah akan lebih berdaya guna dan berhasil guna,

manakala dibarengi dengan kemampuan yang kuat dari daerah dalam

mengembangkan atau meningkatkan potensi sumber-sumber keuangan

secara optimal. Hal itu berarti, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri

dalam membiayai kegitan opersional rumah tangganya.

Mengingat tidak semua sumber pembiayaan diberikan kepada daerah,

maka daerah diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mamesah, 1995).

Hal yang senada dikemukakan oleh Rasyid (2002) bahwa untuk dapat

menyelenggarakan urusan rumah tangganya, daerah harus mempunyai

keuangan sendiri, sehingga tidak selalu tergantung pada sumber-sumber dari

pemerintah pusat.

Persoalan keuangan daerah merupakan suatu hal yang sangat potensi

dan sentral bagi setiap daerah. Potensi karena segenap aspek

penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah amat ditentukan atas factor

keuangan ini. Sentral karena bisa mempengaruhi bidang-bidang yang lain.

2

Page 3: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dalam rangka

memberikan pelayanan dan pembangunan kepada masyarakat secara efisien

dan efektif tanpa tersedianya dana yang memadai.

Untuk itu, pemerintah daerah berupaya semaksimal mungkin dalam

mengembangkan atau meningkatkan potensi sumber-sumber keuangan

daerah yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan daerah, seperti yang tercantum dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintah daerah.

Sementara, sejauh ini dana perimbangan yang merupakan transfer keuangan

oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi

daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai yakni sekurang-kurangnya

sebesar 25 persen dari Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN, namun,

daerah harus lebih kreatif dalam meningkatkan PADnya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan indikator penting untuk

menilai tingkat kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin

tinggi peran Pendapatan Asli Daerah dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), mencerminkan keberhasilan usaha atau tingkat

kemampuan daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan

serta pemerintah. Dengan meningkatnya PAD, akan mengurangi

ketergantungan pemerintah daerah terhadap subsidi atau bantuan dari

pemerintah pusat. Selain itu pemerintah daerah akan lebih leluasa

membelanjakan penerimaannya sesuai dengan prioritas pembangunan yang

sedang dilaksanakan di daerahnya.

3

Page 4: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Dalam pasal 6 UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan daerah, disebutkan bahwa PAD berasal dari

beberapa sumber yaitu pajak daerah ; retribusi daerah ; hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah.

Dari sumber-sumber pendapatan asli daerah tadi, yang paling dominan

memberikan kontribusi terbesar dalam struktur PAD adalah pendapatan yang

berasal dari hasil pajak daerah. Dijelaskan oleh Kurniawan (2004), pajak

daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah.

Pajak daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting

guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah. Menurut pasal 2 UU Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak dan retribusi

daerah, disebutkan bahwa jenis pajak propinsi terdiri dari 4 (empat) jenis

pajak, antara lain : pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air; Bea

Balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air; Pajak bahan bakar

kendaraan bermotor; serta pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah

tanah dan air permukaan. Ketentuan pelaksanaan dari pajak daerah

selanjutnya diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor.

65 tahun 2001 tentang pajak daerah.

4

Page 5: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Dari berbagai pajak daerah diatas, pajak kendaraan bermotor (PKB)

merupakan salah satu primadona dalam membiayai pembangunan daerah

propinsi. Karena kontribusi di sektor PKB bagi PAD pada tahun 2005 sebesar

sebesar Rp. 1.063.573.343.614 (25,3 %) dari realisasi PAD sebesar Rp.

4.611.233.578.173. Maka dari itu, penerimaan dari sektor PKB perlu adanya

pengoptimalan melalui upaya intensifikasi maupun dari berbagai upaya yang

mampu meningkatkan jumlah pendapatan dari sektor ini, salah satunya

adalah dengan menekan seminimal mungkin tunggakan pajak kendaraan

bermotor.

Menurut Kurniawan (2004), dijelaskan bahwa tunggakan pajak atau

dikenal dengan pajak terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu

saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Sedangakan tunggakan pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang harus

dibayar oleh pemilik kendaraan bermotor beroda dua atau lebih beserta

gandengannya dalam tahun pajak, menurut peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah.

Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Daerah Kalimantan barat

atau yang biasa disebut dengan UPTD Pontianak tahun 2005 merupakan

pemberi kontribusi terbesar disektor pajak kendaraan bermotor bagi PAD yaitu

Rp. 112 Milyar atau 12,3 %. Namun demikian permasalahan tunggakan PKB

tetap menjadi fokus perhatian dari UPTD Kalimantan Barat, ini dikarenakan

tunggakan pajak kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat,

5

Page 6: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Dilihat dari latar belakang tersebut bahwa masih belum optimalnya

kinerja UPTD Kalimantan Barat terhadap pemungutan pajak kendaraan

bermotor. Untuk itu, sangat diperlukan adanya upaya guna mengatasi

tunggakan pajak kendaraan bermotor tersebut yang jumlahnya terus

meningkat. Mengingat penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor sangat

diandalkan untuk menunjang Pendapatan Asli Daerah maka perlu kiranya

pemungutan sumber penerimaan tersebut dioptimalkan.

Bertitik tolak dari fenomena tersebut diatas, pokok permasalahan dalam

penulisan ini adalah :

Bagaimana strategi peningkatan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang

dilakukan oleh UPTD Kalimantan Barat dan yang menjadi kendala dan upaya

mengatasi kendala dalam meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan

Bermotor

6

Page 7: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

BAB II

PEMBAHASAN

1. Strategi Meningkatkan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.

Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu primadona bagi

pembiayaan pembangunan di daerah Kalimantan Barat. Pajak Kendaraan

Bermotor merupakan pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi

Kalimantan Barat dan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

yang potensial, yang pemungutannya diatur berdasarkan Perda Kalimantan

Barat Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. Dijelaskan

pula, bahwa bahwa semua orang pribadi atau badan yang memiliki dan/atau

menguasai kendaraan bermotor wajib membayar pajak dengan nama Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) yang dipungut di Wilayah Daerah tempat

kendaraan bermotor didaftarkan.

Mengingat penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sangat

diandalkan untuk menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kalimantan

Barat, maka perlu kiranya pemungutan sumber penerimaan tersebut

dioptimalkan. Strategi yang dilakukan UPTD Kalimantan Barat untuk

meningkatkan penerimaan PKB, adalah sebagai berikut :

a) Pengetatan sanksi

Pengetatan sanksi merupakan salah satu upaya penerapan hukum yang

tegas dan adil terhadap masyarakat, agar mereka memenuhi peraturan

yang berlaku sebagaimana diatur dalam undang-undang. Dasar dari

7

Page 8: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

pengetatan sang sanksi yang dilakukan oleh UPTD Kalbar didasarkan pada

Perda Kalimantan Barat Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan

Bermotor yang diatur dalam pasal 4 ayat 3 yang mengatur tentang

pengetatan sanksi dan sebagai upaya menyadarkan masyarakat untuk

membayar PKB secara tepat waktu guna mencapai target penerimaan PKB.

Dalam pelaksanaan pengetatan sanksi di UPTD Kalbar betul-betul

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan dikenakan pada semua

wajib pajak tanpa pandang bulu. Dari jumlah Obyek PKB di UPTD Kalbar

selama bulan Januari – Agustus tahun 2006-2007 yang berjumlah 263.297,

terdapat tunggakan obyek pajak sejumlah 10.653. Adapun jumlah nilai

tunggakan pajak kedaraan bermotor sebesar Rp 1.752.129.600.

Sedangkan bentuk sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak berupa

sanksi administrasi dengan kenaikan sebesar 25% dan ditambah dengan

bunga sebesar 2 %. Hal itu tercantum dalam Perda Kalimantan Barat

Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor, Tujuan

pengetatan sanksi sebagai upaya menyadarkan masyarakat untuk

membayar PKB secara tepat waktu guna mencapai target penerimaan PKB.

Menurut Nurmantu (2005) sebagai hukum publik, hukum pajak memuat

ketentuan tentang sanksi perpajakan baik sanksi yang bersifat administratif

maupun sanksi yang berupa pidana. Secara filosofis, sanksi diberikan untuk

salah satu atau gabungan tujuan-tujuan yakni sebagai hukuman atau

sebagai balas dendam (Retribution), sebagai efek (deterrence), sebagai

8

Page 9: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

pengasingan dari masyarakat (incapacitation) dan sebagai rehabilitasi

(rehabilitation).

Selanjutnya, Nurmantu (2005) mengatakan sanksi perpajakan

diharapkan akan memberikan efek atau pengaruh, baik kepada wajib pajak

yang telah melalaikan kewajiban perpajakannya maupun kepada wajib

pajak lain yang belum melakukan tindakan yang dapat diancam dengan

sanksi perpajakan.

Adanya pengetatan sanksi sangat erat kaitannya dengan kepatuhan

wajib pajak. Dalam melakukan kepatuhan terhadap kewajiban

perpajakannya, manusia mempunyai keterbatasan rasional dan berperilaku

oportunistik yang melatarbelakangi keputusan untuk patuh atau tidak dalam

menjalankan kewajiban perpajakan. Perilaku rasionalitas adalah perilaku

ekonomis yang dapat didekati dengan teori ekonomi.

Sebagaimana diungkapkan oleh Brooks (2001) bahwa pendekatan teori

ekonomi didasarkan pada prinsip perilaku rasionalitas. Lebih lanjut

dijelaskan, bahwa berdasarkan prinsip rasionalitas, individu akan

memaksimalkan keuntungan dengan biaya sedikit mungkin.

Konsekuensinya model ekonomi melakukan pendekatan permasalahan

penghindaran pajak berdasarkan prefensi ekonomis pilihan individu untuk

menghindari pajak. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengantisipasi

penghindaran pajak perlu dipikirkan kebijakan mengenai struktur penalti dan

probabilitas untuk menangkap penghindaran pajak dan pemberian sanksi.

9

Page 10: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Menurut Mardiasmo (2003), agar pemungutan pajak tidak menimbulkan

hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi

syarat sebagai berikut : Pemungutan pajak harus adil (Syarat keadilan);

Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat yuridis);

Tidak mengganggu perekonomian (Syarat ekonomis); Pemungutan pajak

harus efisien (Syarat Finansiil) serta ; Sistem pemungutan pajak harus

sederhana.

b) Perbaikan Sistem Administrasi Perpajakan

Administrasi perpajakan dituntut untuk mampu memenuhi target

penerimaan pajak yang berkelanjutan dan tuntutan reformasi yang

berkembang pada masyarakat. Disamping itu administrasi perpajakan

diharapakan mampu mengatasi turbulensi permasalahan yang dihadapi

untuk mewujudkan administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Artinya,

bahwa administrasi perpajakan memainkan peranan yang penting didalam

menentukan sistem perpajakan yang efektif.

Permasalahan dalam sistem administrasi perpajakan di negara

berkembang pada umumnya adalah prosedur yang ketinggalan jaman dan

masalah sumber daya manusia. Untuk itu, perlu dilakukan perbaikan dalam

sistem administrasi perpajakan. Menurut Nasucha (2004), persyaratan

penting bagi perbaikan administrasi perpajakan ialah penyederhanaan

sistem administrasi perpajakan, strategi dan komitmen.

Dengan adanya perbaikan sistem administrasi perpajakan yang lebih

sederhana, diharapkan administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan

10

Page 11: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

lebih rapi terkendali, sederhana dan mudah dipahami baik oleh masyarakat

maupun aparat pajak. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya

keberhasilan dalam penerimaan pajakan daerah sangat ditunjang oleh

pelaksanaan administrasi perpajakan daerah yang baik dan efisien.

Perbaikan sistem perpajakan terkait dengan prosedur pendaftaran dan

penetapan serta penagihan.

Upaya perbaikan dalam prosedur pendaftaran dan penetapan yang

dilakukan oleh UPTD Kalimantan Barat telah mengarah pada hal yang

positif. Hal ini dibuktikan dengan melakukan pembenahan dalam segala

bidang yang termasuk di dalamnya adalah kecepatan dalam waktu

pendaftaran dan penetapan, penyederhanaan loket, penggunaan teknologi

informasi seperti pemanfaatan komputer dalam proses pelayanan dan

pengembangan sistem dan prosedur pemungutan dan pembayaran seperti

informasi tentang pajak kendaraan bermotor lewat media elektronik yaitu

handphone melalui sms.

Kesederhanaan dalam pendaftaran dan penetapan merupakan salah

satu bagian dari perbaikan sistem administrasi perpajakan. Menurut

Nasucha (2004), kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan melalui

peningkatan administrasi perpajakan. Kepastian, kemudahan dan ekonomis

yang dicerminkan melalui prosedur yang tidak berbelit-belit sangat erat

kaitannya dengan administrasi perpajakan.

Administrasi perpajakan bisa menjadi efisien bila biaya pengumpulan

pajaknya sangat rendah. Tujuan dari perbaikan administrasi perpajakan

11

Page 12: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

menurut Ott (2001), salah satunya adalah untuk meningkatkan kualitas

prosedur yang tujuan akhirnya adalah memberikan kemudahan prosedur

kepada wajib pajak sehingga akan tercipta kepatuhan suka rela.

Isu sentral atas keberhasilan reformasi administrasi perpajakan

kedepan adalah kapasitas administrasi perpajakan dalam implementasinya

secara sefisien dan efektif. Hal ini meliputi penembangan sumber daya

manusia, teknologi informasi, struktur organisasi, proses dan prosedur serta

sumber daya finansial dan insentif yang mencukupi.

Strategi-strategi yang dilakukan oleh UPTD Kalimantan barat dalam

perbaikan sistem administrasi pajaknya ternyata kurang diberengi dengan

kesadaran wajib pajak untuk membayar pajaknya. Dalam pelaksanaan

dilapangan, ternyata masih banyak juga wajib pajak yang menunggak

sehingga memerlukan tindakan penagihan.

Penagihan wajib pajak termasuk bagian dari administrasi pajak.

Pelaksanaan sistem penagihan pajak kendaraan bermotor di UPTD

Kalimantan Barat, dilakukan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),

Surat Keputusan Pembetulan, Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambah (SKPDKBT) dan Surat

Paksa yang dikirim langsung oleh pegawai UPTD Kalimantan Barat ke

alamat wajib pajak. Hal ini didasarkan pada Perda Kalimantan Barat Nomor

4 Tahun 2003 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

12

Page 13: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Walaupun sudah ada landasan yuridisnya, masih banyak wajib pajak

yang tidak membayar membayar pajak tepat pada waktunya. Menurut

Prakosa (2005) tindakan penagihan utang pajak dapat dilakukan dengan 2

langkah :

Penagihan secara pasif, pada umumnya dilakukan dengan penyerahan

Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT)

dan Surat Tagihan Pajak (SPT) dan terakhir menggunakan Surat Tegoran.

1. Penagihan secara aktif, yaitu penagihan dengan menggunakan Surat

Paksa dan dilanjutkan dengan tindakan sita.

Adapun dasar dari penagihan yaitu kepala daerah menentukan tanggal

jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama

30 (tiga puluh) hari setelah saat terutang pajak. Surat Ketetapan Pajak

Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan

2. Kendala dan Upaya Mengatasi

Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam melaksanakan strategi untuk

meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor di UPTD Kalimantan

Barat adalah : 1. Sanksi hukum yang kurang tegas bagi para wajib pajak;

2. Kualitas Sumber Daya Manusia yang kurang dan keterbatasan tenaga

operasional.

Brooks (2001), menggambarkan bahwa kesulitan dalam pemenuhan

kepatuhan perpajakan karena terdapat perbedaaan penting antara hukum

pajak dengan hukum yang lain, yaitu untuk dapat mematuhi hukum pajak

penduduk harus berhadapat dengan kompleksitas aturan dan bahkan

13

Page 14: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

serangkaian aktivitas yang membutuhkan biaya tinggi. Untuk itu kebijakan

harus memilih diantara dua alasan utama, yaitu penerapan keadilan yang

dapat menyebabkan peraturan perpajakan yang kompleks atau mengurangi

biaya kepatuhan dengan penyederhanaan peraturan dan prosedur.

Menurut Prakosa (2005) tindakan pidana, memutuskan pelayanan atau

menyita kekayaan biasanya merupakan cara yang efektif untuk

meningkatkan pembayaran. Namun, kadang-kadang beberapa tindakan

tersebut seringkali tidak dilaksanakan. Akibatnya tindakan perdata

seringkalli merupakan satu-satunya sanksi hukum yang dilakukan tetapi

seringkali juga tidak efektif. Prosedur yang berbellit-belit dan kurang

perhatian pengadilan terhadap masalah pelanggaran pajak daerah ini,

kadang merupakan penyumbang ketidak efektifan sanksi hukum diterapkan.

Untuk mengatasi kendala tersebut, maka UPTD Kalimantan Barat perlu

melakukan upaya-upaya yaitu : penegakan hukum yang tegas; tindakan

pidana menyangkut harta kekayaan melalui penahanan dan hukuman

penjara serta penyitaan dan penjualan langsung atas kekayaan.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur pajak yang kurang

merata dan terbatasnya tenaga operasional, juga menjadi kendala

kelancaran dalam pemberian pelayanan kepada para wajib pajak.

Sementara itu, Bahl dan Vazquez dalam Nasucha (2004)

mengemukakan bahwa kelemahan sistem perpajakan yang umumnya

terjadi biasanya ditandai dengan prosedur yang sudah usang, pegawai yang

dibayar rendah, pegawai yang kurang terlatih, sitem perpajakan yang terlalu

14

Page 15: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

kompleks sehingga sulit untuk mencapai efisiensi administrasi dengan

sumber daya yang tersedia sangat minim bagi kantor pelayanan pajak,

keengganan pemerintah untuk menegakkan sistem yang ada dan

cenderung hanya menunggu terjadinya krisis atau desakan dari luar

terutama dari negara donor. Bahl menyebutkan, bahwa permasalahan

dalam administrasi perpajakan di negara sedang berkembang pada

umumnya adalah sistem yang kompleks, masalah sumber daya manusia

dan prosedur yang sudah ketinggalan.

Administrasi pajak memerlukan jaringan pelaksana pemungut atau

penagih yang tersebar luas sesuai dengan penyebaran penduduk serta

kemungkinan untuk memperoleh data dan pendapatan para wajib pajak

(Prakosa, 2005). Hal ini penting terutama untuk pajak langsung di negara-

negara sangat luas wilayahnya, seperti Indonesia. Artinya dalam hal ini

dibutuhkan tingkat pemerintahan yang mempunyai hubungan administrasi

sampai ketingkat desa.

UPTD Pontianak yang merupakan penyumbang dana pembangunan

bagi provinsi Kalimantan barat, upaya yang semestinya dilakukan adalah

dengan cara : meningkatkan kualitas sumber daya menusia aparat pajak

dengan melakukan pelatihan secara kontinyu; penyederhanaan prosedur dan

sistem serta pengelolaan pajak yang efisien serta menciptakan jaringan

pelaksana pungutan yang tersebar disetiap wilayah kerja.

15

Page 16: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a. Dalam hal pengetatan sanksi, UPTD Kalimantan yang berada di Kota

Pontianak telah memberlakukan sanksi kepada semua wajib pajak yang

melakukan pelanggaran terutama kepada wajib pajak yang terlambat dalam

pembayaran pajak kendaraan bermotor. Pemberlakuan sanksi tersebut

sesuai dengan aturan atau Perda Kalimantan Barat Nomor 4 Tahun 2003.

Adapun bentuk sanksi yang yang dikenakan kepada wajib pajak berupa

sanksi administrasi dengan kenaikan sebesar 25 % dari pajak terhutang.

b. Strategi yang dilakukan UPTD Kalimantan Barat dalam hal sistem

administrasi perpajakan adalah perbaikan terhadap prosedur pendaftaran

dan penetapan yang telah mengarah pada hal yang positif. Hal ini

dibuktikan dengan melakukan pembenahan dalam segala bidang yang

termasuk didalamnya adalah kecepatan dalam waktu pendaftaran dan

penetapan, penyederhanaan loket, penggunaan teknologi informasi seperti

informasi tentang pajak kendaraan bermotor lewat alat elektronik yaitu

Handphone melalui SMS.

c. Kendala-kendala yang dihadapi UPTD Kalimantan Barat adalah pemberian

sanksi hukum bagi wajib pajak kurang tegas, dalam hal sistem administrasi

ternyata kualitas sumber daya aparatur masih belum merata serta

keterbatasan personil.

16

Page 17: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

Saran

a. Dalam hal pengetatan sanksi, sebaiknya UPDT Kalimantan Barat

melakukan upaya penegakan hukum yang tegas, memberikan tindakan

pidana yang menyangkut harta kekayaan melalui penahanan dan hukuman

penjara serta melakukan penyitaan dan penjualan langsung atas kendaraan

bermotor bagi wajib pajak yang menunggak dalam membayar pajaknya.

b. Perlu juga dilakukan perbaikan sistem administrasi perpajakan, yaitu :

Penyederhanaan prosedur dan sistem serta pengelolaan pajak yang

efisien ; meningkatkan kualitas SDM aparat pajak dengan melakukan

pelatihan yang secara kontinyu ; serta menciptakan jaringan pelaksana

pungutan yang tersebar disetiap wilayah kerja.

17

Page 18: Tugas Hukum Pajak a.n Leonardo a.hs Npm.a2021131092

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Neil., 2001. “Presentation Paper of Key Issues in Income Tax : Challenges of Tax administration and Compliance” 2001 Tax Conference. Tokyo: Asian Development Bank Institute.

Kurniawan P., et all., 2004., Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Malang :Bayu Media.

Mardiasmo., 2002., “Otonomi Daerah Sebagai Upaya memperkokoh Basis Perekonomian Daerah”, Jurnal Ekonomi Rakyat, Th I-No.4-Juni 2002, http://www.ekonomirakyat.org, 10 Agustus 2006.

Milles, B. Huberman dan Michael A., 1992. Anallisis Data Kualitatif, Jakarta : UI Press.

Moleong., 2006., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasucha, Chaizi. 2004., Reformasi Administrasi Publik Teori dan Praktek, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nazir, Moh. 1998., Metodologi Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.Nurmantu, Safri., 2005. Pengantar Perpajakan, Jakarta : Granit.

Ott, Katarina. 2001., ”Tax Administration Reform in transition : The case of Croatia”. Occasional Paper. Knjiznica : Institutza Javne Finance.

Prakosa, Bambang K. 2005., Pajak Dan Retribusi Daerah, Yogyakarta : UII Press.

Rasyid, Ryaas. 2002., Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan Bekerjasama Dengan Pustaka Pelajar Offset.

18