Tugas gi

14
Tugas GEOLOGI INDONESIA Oleh: ISWAR F1B1 11 086 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2013

Transcript of Tugas gi

Page 1: Tugas gi

Tugas

GEOLOGI INDONESIA

Oleh:

ISWARF1B1 11 086

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2013

PENDAHULUAN

Page 2: Tugas gi

Tektonik Sumatra dipengaruhi oleh interaksi konvergen antara dua lempeng yang berbeda jenis. Arah gerak kedua lempeng terhadap jalur subduksi membentuk sudut lancip sehingga pembentukan struktur geologi di Pulau Sumatra didominasi oleh sesar-sesar mendatar dekstral (right handed wrench fault).

Hubungan struktur geologi satu terhadap lainnya selain mengontrol sebaran batuan di permukaan juga menjadikan daerah ini cukup kompleks secara tektonik. Terbentuknya sejumlah struktur sesar yang cukup rapat ternyata diikuti oleh aktifitas magmatik yang menghasilkan tubuh-tubuh intrusi batuan beku. Aktifitas magmatik inilah yang membawa cebakan mineral bijih.

Seluruh batuan penyusun di darah penyelidikan telah mengalami deformasi yang kuat. Produk tektonik di daerah penyelidikan berupa struktur lipatan, kekar dan sesar. Pembentukan kedua jenis struktur geologi tersebut tidak terlepas dari pengaruh aktifitas tumbukan lempeng yang menyerong antara Lempeng Eurasia yang berada di utara dengan Lempeng India-Australia. Akibat tumbukan lempeng ini terbentuk jalur subduksi yang sekarang posisinya berada di lepas pantai barat Sumatra, sedangkan di daratan sumatra terbentuk daerah tinggian yang menyebabkan batuan tua tersingkap di permukaan. Pola struktur lipatan dan umumnya berarah baratlaut-tenggara yang terbentuk sejak Pra-Tersier hingga Kuarter. Jenis dan kedudukan struktur geologi ini selanjutnya mempengaruhi pola sebaran batuan/formasi di permukaan. Berdasarkan hasil penelitian lapangan diketahui batuan/formasi di daerah penyelidikan menyebar dengan arah baratlaut-tenggara.

TEKTONIK SUMATERA

Tektonik Sumatra dipengaruhi oleh interaksi konvergen antara dua lempeng yang berbeda jenis. Arah gerak kedua lempeng terhadap jalur subduksi membentuk sudut lancip sehingga pembentukan struktur geologi di Pulau Sumatra didominasi oleh sesar-sesar mendatar dekstral (right handed wrench fault). Hubungan struktur geologi satu terhadap lainnya selain mengontrol sebaran batuan di permukaan juga menjadikan daerah ini cukup kompleks secara tektonik. Terbentuknya sejumlah struktur sesar yang cukup rapat ternyata diikuti oleh aktifitas magmatik yang menghasilkan tubuh-tubuh intrusi batuan beku. Aktifitas magmatik inilah yang membawa cebakan mineral bijih.

Page 3: Tugas gi

Seluruh batuan penyusun di darah penyelidikan telah mengalami deformasi yang kuat. Produk tektonik di daerah penyelidikan berupa struktur lipatan, kekar dan sesar. Pembentukan kedua jenis struktur geologi tersebut tidak terlepas dari pengaruh aktifitas tumbukan lempeng yang menyerong antara Lempeng Eurasia yang berada di utara dengan Lempeng India-Australia. Akibat tumbukan lempeng ini terbentuk jalur subduksi yang sekarang posisinya berada di lepas pantai barat Sumatra, sedangkan di daratan sumatra terbentuk daerah tinggian yang menyebabkan batuan tua tersingkap di permukaan. Pola struktur lipatan dan umumnya berarah baratlaut-tenggara yang terbentuk sejak Pra-Tersier hingga Kuarter. Jenis dan kedudukan struktur geologi ini selanjutnya mempengaruhi pola sebaran batuan/formasi di permukaan. Berdasarkan hasil penelitian lapangan diketahui batuan/formasi di daerah penyelidikan menyebar dengan arah baratlaut-tenggara.

KEADAAN GEOLOGI

A. GEOLOGI REGIONAL

Daerah ini merupakan bagian dari Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sapai ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-Tersier. Dapat dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan non-marin. Transgresi baru dimulai dengan batupasir Peunulin atau batupasir Belumai, yang tertindih oleh Formasi Telaga. Formasi regresi diwakili oleh Formasi Keutapang dan Formasi Seureula yang merupakan lapisan resevoir utama. Daerah cekungan ini juga terdiri dari cekungan yang dikendalikan

Page 4: Tugas gi

oleh patahan batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman Paseh (Paseh deep). Di sini jugalah letak dearah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan yang menjurus ke utara-selatan.

Cekungan Paseh membuka ke arah utara ke lepas pantai, ke sebelah selatan tempat depresi Tamiang dan depresi Medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan di sana Formasi Peunulin/Telaga/Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemui pada formasi ini (Diski, Batumandi), lebih ke selatan lagi terdapat depresi Siantara dan kemudian daerah cekungan dibatasi oleh lengkung Asahan dari cekungan Sumatera Tengah. Struktur daerah cekungan Sumatera Utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujut barat laut-tenggara yang diikuti oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di Plio-Plistosen. Semua unsur struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, seperti misalnya di blik Arun yang menjurus ke utara-selatan.

B.TATANAN TEKTONIK

Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara

Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut – tenggara. Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk endapan berbutir kasar – halus, batulempung hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih.

Page 5: Tugas gi

Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Dibagian timur cekungan diendapkan formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus berlangsung sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial.

C.FISIOGRAFI

Secara fisiografis, cekungan Sumatra utara, yang terbagi menjadi 3 (berkaitan erat dengan pergerakan dasar cekungan, dimana daerah-daerah berrelief rendah akibat sedimenter Tersier yang tebal yang menyertai penurunan dasar cekungan sedangkan relief tinggi terbentuk oleh sedimen Tersier tipis dan berlanjut dengan pengangkatan), yaitu:

1. Dataran pantai (coastal plain) pada umumnya merupakan pantai maju dengan tidak berkembangnya gosong pasir (sand bar), menunjukkan bahwa pengaruh gelombang di Selat Malaka bisa dikatakan kecil.

2. Perbukitan Minas tersusun oleh sedimen Formasi Minas berumur pleistosen dengan ketinggian maksimum 60 – 80 meter dan saat ini sedang mengalami suatu proses pendataran (peneplain). Pada perbukitan ini banyak dijumpai limonite veins, pasir putih dan kaolinit. Perbukitan Minas terbagi menjadi dua oleh S. Rokan, yaitu berarah barat laut yang sebagian berarah relatif utaraselatan akibat

Page 6: Tugas gi

kontrol struktur dan berarah selatan-timur membentuk antiklin Duri. Bagian tengah antiklin Duri tersusun oleh Formasi Petani dan Telisa yang berumur Tersier.

3. Perbukitan Dumai merupakan perbukitan di antara dataran pantai yang terletak di timur laut Dumai dan tersusun oleh Formasi Pematang berupa konglomerat dan batu pasir kasar.

D. STRUKTUR GEOLOGI

Pada Akhir Kapur terjadi pensesaran batuan dasar yang menghasilkan struktur ‘horst’ dan ‘graben’. Kemudian selama Eosen hingga Oligosen terjadi sedimentasi pada bagian graben (de Coster 1974). Sedimen ini terutama terdiri dari klastika kasar dengan sisipan batulumpur dan batubara. Pada zona graben terjadi pembentukan batubara dan perkembangannya dikontrol oleh penurunan daratan secara perlahan. Hal ini mengakibatkan perluasan cekungan sedimentasi terutama ke arah Timur dan Barat. Pada waktu tertentu cekungan berhubungan dengan laut terbuka dan disertai oleh pengendapan sediment laut. Sejak pertengahan Miosen sedimen laut dangkal dan payau berkembang. Lapisan batubara dari Formasi Telisa dan Muara Enim berasal dari substansi organik yang terbentuk selama waktu itu di daerah rawa. Struktur geologinya Pelalawan adalah struktur perlipatan yang disertai belahan dan patahan /sesar. Struktur geologi ini terdiri dari

1. PerlipatanDeformasi terawal yang terjadi pada batuan didaerah ini adalah belahan yang menembus batuan permo-karbon di pegunungan tigapuluh. Belahan ini ditandai dengan kelurusan feldspar, seririt, dan klorit dalam batuan filit yang terlihat berarah timur-barat dengan kemiringan sedang kearah utara-selatan. Hal ini manandakan adanya perlipatan tegak dengan arah barat-timur2. PensesaranPensesaran dalam batuan pra-tersier pada daerah ini lebih hebat dari pada dalam sediment tersier yang menutupinya. Tetapi pada umumnya jalur sesar yang sama terdapat pada semua batuan praholocen, walaupun beberapa jalur dibeberapa tempat tertentu berkembang lebih baik. Sesar utama daerah penyelidikan umumnya berarah utara barat laut-selatan tenggara. Sesar-sesar tersebut umumnya bersifat lateral dan tersebar hampir merata. Umumnya sesar tersebut merupakan batas utama timur laut dan barat daya tinggian batuan alas pra-tersier dan merupakan salah satu unsur sesar yang membentuk cekungan sedimen tersier.

E. STRATIGRAFI REGIONAL

1. Formasi Parapat :Terdiri dari batupasir kasar dan konglomeratan dibagian bawah seta diatasnya dijumpai sisipan serpih. Secara

Page 7: Tugas gi

regional dibagian bawah diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan bagian atas dalam lingkungan laut dangkal.

2. Formasi Bampo : Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan lapisan tipis batugamping dan batulempung karbonat, dimana formasi ini miskin fosil dan diendapkan dalam lingkungan reduksi.

3. Formasi Belumai : Dibagian timur cekungan ini berkembang formasi belumai yang identik dengan formasi Peutu yang berkembang pada bagian barat dan tengah. Formasi belumai terdiri dari batupasir Glaukonitan berselingan dengan serpih dan batugamping. Didaerah Arun, bagian atas formasi ini berkembang lapisan batugamping kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal sampai neritik

4. Formasi Baong : Penyusun utama formasi ini adalah batulempung abu-abu kehitaman, napalan, lanauan, pasiran dan pada umumnya kaya akan fosil Orbulina Sp dan Globigerina Sp, Kadang-kadang diselingi lapisan tipis batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dalam. Formasi ini didaerah Aru dibagi menjadi 3 satuan :

a. Bagian bawah didominasi oleh lanau dan batulempung dengan sisipan batupasir dan batugamping

b. Bagian tengah (MBS) didominasi oleh batupasir glaukonitan dan lempung dengan sisipan lanau serta lapisan tipis batugamping. Pada anggota inin dikenal beberapa lapisan batupasir yang telah terbukti mengandung hidrokarbon, yaitu Sembilan sand dan besitang river sand (BRS).

c. Bagian atas didominasi oleh lanau dan lempung dengan sisipan batupasir dan lapisan tipis batugamping.

5. Formasi Keutapang : Terdiri dari selang-seling antara batupasir berbutir halus – sedang, serpih, lempung dengan sisipan batugamping dan batubara. Dibagian Barat daerah Aru batupasirnya bertambah kearah atas, dibagian timur serpih lebih dominan. Formasi ini merupakan lapisan utama penghasil hidrokarbon dan merupakan awal terjadinya siklus regresi, diendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dangkal.

6. Formasi Seurula : Terdiri dari batupasir, serpih dan lempung. Dibandingkan dengan formasi Keutapang, formasi seurula berbutir

Page 8: Tugas gi

lebih kasar, banyak ditemukan fragmen-fragmen moluska yang menunjukkan endapan laut dangkal atau neritik.

7. Formasi Julu Rayeu :Terdiri dari batupasir halus – kasar dan lempung, kadang-kadang mengandung mika dan fragmen molusca yang menunjukkan endapan laut dangkal – Neritik.

POTENSI SUMBER DAYA ALAM

A. MINYAK BUMI

Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam penyumbang devisa bagi negara dan pendapatan asli daerah yang cukup besar, terlebih-lebih di Provinsi Sumatera Utara, sumber daya alam ini merupakan penyumbang kas negara yang besar. Di Provinsi Riau sumber daya alam ini tersebar di beberapa daerah tingkat dua, salah satunya terdapat di Kabupaten Pelalawan, yakni yang terdapat di Kecamatan Kerumutan dan Kecamatan Ukui. Lapangan-lapangan minyak di Cekungan Sumatera utara secara umum berlokasi di sekitar struktur lipatan antiklin (Hasan, drr., 1972).

Kebanyakan struktur-struktur tersebut berkaitan dengan pergerakan dasar cekungan pada kala Miosen (Roezin, 1974). Reservoar utama adalah batu pasir sistem delta yang merupakan penyusun dominan dari Formasi Sihapas dimana minyak-minyak tersebut terjebak pada Formasi Telisa yang didominasi oleh batulumpur. Hidrokarbon telah diproduksi dari 60 lapangan yang ada di Cekungan ini, hingga tahun 1996 telah diproduksi 16 milyar barrel (Katz, drr., 1997), kemudian di tahun 2002-2003 total cadangan hidrokarbon di Indonesia adalah 9.7

B. GAS ALAM

Potensi gas alam di Kabupaten Pelalawan belum dieksploitasi secara total. Berdasarkan data eksplorasi terakhir, terdapat 6 titik sumur gas dengan sumber gas sebesar 300 BCF yang mana dapat menghasilkan 50 MMCF per hari. Lokasi sumber gas alam potensial di Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut:

Lokasi seng di Muara Sako, Kecamatan Langgam. Lokasi perak di SP.VII, Kecamatan Pelalawan. Lokasi Kerinci Barat di Pangkalan Kerinci. Lokasi Segat 1C di Segati, Kecamatan Langgam.

Page 9: Tugas gi

Lokasi Segat 2 di Segati, Kecamatan Langgam. Lokasi Platina di Kecamatan Langgam.

C. MINERAL LOGAM

Geologi regional oleh berbagai jenis batuan berumur mulai Perm sampai Holosen. Batuan-batuan berumur pra Tersier merupakan kelompok batuan yang telah mengalami metamorfisme menjadi batuan metamorf atau metasedimen. Batuan berumur Tersier terdiri dari kelompok batuan sedimen, vulkanik dan karbonat yang diikuti pengendapan aluvium Kuarter. Batuan terobosan terdapat pada beberapa tempat berupa granit – granodiorit berumur pra-Tersier sampai Pliosen. Mineralisasi logam dasar terutama tembaga, timah hitam dan seng diketahui dengan kemunculan mineral-mineral sulfida maupun oksida yang membawa unsur Cu, Pb, dan Zn yaitu kalkopirit, bornit, malakit, azurit, galena, sfalerit yang berasosiasi dengan mineral-mineral penyerta lainya. Mineralisasi muncul sebagian besar pada batuan vulkanik dan intrusi yang telah mengalami ubahan, breksiasi, silisifikasi maupun dalam urat-urat kuarsa.Sistem hidrotermal menggambarkan hubungan antara berbagai tipe cebakan mineral meliputi porfiri, skarn, replacement dan berbagai tipe urat logam dasar – logam mulia (Sinclair, 2005). Logam dasar dapat terbentuk pada berbagai lingkungan mineralisasi baik porfiri, mesotermal maupun epitermal

Pengukuran Anomali bouguer dihasilkan dari pengukuran geofisika metode gaya berat dimana anomali disebabkan oleh adanya deposit bijih logam berat dan perbedaan densitas batuan (Kuzvart& Bohmer, 1986). Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan kompilasi dari beberapa peta anomali lembar Medan (Syarief dkk, 2000), lembar Calang (Indragiri dkk, 2007), lembar Tapaktuan (Nasution & Indragiri, 2007), lembar Takengon (Mirnanda&Hayat, 2007) serta lembar Langsa ( Setiadi & Mirnanda, 2007) dalam skala 1 : 250.000. Semua faktor tersebut disusun dalam basis data spasial menggunakan ukuran cell 100 m x 100 m untuk dipergunakan dalam proses selanjutnya.

Page 10: Tugas gi
Page 11: Tugas gi
Page 12: Tugas gi