Tugas Geokimia Ku
-
Upload
faishal-ahmad-darmawan -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
description
Transcript of Tugas Geokimia Ku
Indonesia menyimpan sumber mineral terbesar di Dunia Indonesia karena
berada dalam lingkaran pegunungan berapi (ring of fire). Dengan keberadaan
130 gunung berapi aktif atau sekitar 10% dari keseluruhan gunung api di dunia,
Indonesia memiliki sumber Air pegunungan vulkanik terbaik dan terbanyak di
dunia. sumber Air pegunungan vulkanik berada dalam lapisan tanah yang tidak
terpengaruh musim sebab terdapat pada lapisan Air tanah dalam. Lapisan Air
tanah dalam ini tidak berhubungan dengan Air permukaan tanah. Bersumber
dari penelitian ilmiah, mata Air pegunungan vulkanik relatif bebas dari
pencemaran dan mengandung mineral alami yang seimbang serta mempunyai
karakteristik yang memadai sebagai sumber Air tanah yang baik.
Tidak semua air baik untuk diminum walaupun di pegunungan tapi tidak
semua mata air layak dikonsumsi, karena sifat dan kandungannya selalu
berbeda. Sumber air minum terbaik be/dasarkan penelitian ilmiah dari sejumlah
sumber yang dilansir adalah sumber air yang terdapat di pegunungan vulkanik.
Sumber air minum terbaik berasal dari mata air pegunungan vulkanik, karena
selain letak sumbernya yang jauh di bawah permukaan tanah, berlokasi di atas
ketinggian pegunungan yang masih terjaga kealamian-nya. Selama pengaliran
air tersebut di dalam tanah, dalam kurun waktu harian sampai dengan jutaan
tahun, maka terjadilah proses-proses fisika dan kimia. Proses hidrogeokimia
tersebut sangatlah dipengaruhi oleh faktor komposisi mineral penyusun
akuifer(lapisan batuan pembawa air), proses dan pola pergerakan airtanah serta
waktu tinggal airtanah yang berada di dalam akuifer tersebut. Indonesia
mempunyai lebih dari seratus gunung api aktif maupun non aktif dimana secara
geologis gunung-gunung api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang
sangat sempurna sebagai akuifer yang memberikan kandungan mineral
seimbang di dalam air.
Berdasarkan materi penyusun dan lingkungan fisiknya, terdapat beberapa
jenis akuifer, yaitu akuifer allufial fan (berada di daerah pantai, daerah endapan
sungai dan sekitarnya), akuifer sedimen (lapisan gambut, organik), akuifer karst
(pegunungan kapur) dan akuifer vulkanik (di daerah pegunungan berapi), yang
menjadi sumber air tawar terbaik. Indonesia mempunyai lebih dari seratus
gunung api aktif maupun non aktif dimana secara geologis gunung-gunung api
tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat kondusif untuk
berperan sebagai sebagai akuifer.
Air tanah akan tersimpan di dalam akuifer dengan kedalaman dari
beberapa meter sampai dengan ratusan meter di bawah permukaan tanah, dan
mempunyai waktu tinggal (residence time) dari beberapa hari sampai jutaan
tahun. Selama pengalirannya, air tanah mengalami berbagai proses yang
membuat air tanah mengadung berbagai macam mineral dan akhirnya
mempunyai kualitas yang berbeda di setiap tempat. Debit mata air di
pegunungan umumnya besar dan terus menerus, karena di daerah ini umumnya
merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan tinggi serta masih
memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik. Kualitas air yang didapatkan
sangat baik, karena belum banyak dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia
yang dapat menurunkan kualitas air tanah
Dari volume air tawar yang ada, ternyata tidak semua air tawar baik
dikonsumsi oleh manusia dan makhluk hidup. Hal ini karena terjadinya
pencemaran. Dahulu kala, sebelum terjadinya pencemaran, air permukaan tanah
seperti yang ada di sungai, danau, layak dikonsumsi. Secara alamiah air
permukaan tanah masih mampu menetralisir dari berbagai muatan yang
merugikan bila dikonsumsi, seperti racun dan kotoran, sehingga tetap layak
dikonsumsi. Sekarang ini, air yang masih layak untuk dikonsumsi tinggal air
tanah. Itupun tidak semua air tanah, karena sudah terjadi pencemaran dan mulai
terkontaminasinya air tanah dengan air laut yang merembes jauh ke dalam
tanah. Para ahli hidrogeologi berpendapat, sumber mata air yang paling layak
dan paling bagus dikonsumsi adalah sumber air yang berasal dari mata air
pegunungan vulkanik.
Mata air pegunungan memiliki kualitas fisik, kimiawi dan biologi. Fisik
air minum harus tidak berwarna, tidak berbau dan keruh. Sedangkan dari aspek
kimiawi ia tidak mengandung logam berat (misalnya mercuri, nikel, timbal,
seng dan perak) (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn dan Ag) dan zat beracun seperti
hidrokarbon dan deterjen. Air pegunungan merupakan air dengan kandungan
mineral seimbang yang alami karena terbentuk dari air hujan yang diinfiltrasi
secara alami. Air hujan diinfiltrasi ke dalam lapisan batuan vulkanik akibat gaya
gravitasi. Dalam proses infiltrasi tersebut, air hujan menyerap berbagai mineral
penting bagi manusia yang terkandung di perut bumi seperti kalsium, sodium,
magnesium dan potasium. sumber air pegunungan vulkanik umumnya berada
pada lapisan air tanah dalam yang tidak terpengaruh musim kemarau atau pun
musim hujan. Lapisan air tanah tersebut tidak memiliki hubungan dengan air
permukaan
Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia) : Penekanannya pada
aspek kimia yaitu mencoba merunut pola pergerakan airtanah. Secara teori
ketika air melewati suatu media, maka air ini akan melarutkan komponen yang
dilewatinya. Sebagai contoh air yang telah lama mengalir di bawah permukaan
tanah akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan yang
dilewatinya secara melimpah.
Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika) : Penekanannya pada
aspek fisik yaitu merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Beberapa metode
yang sudah umum kita dengar dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik
yang meliputi pengukuran tahanan jenis, induce polarisation (IP) dan lain-lain.
Pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan sesimik, gaya berat dan
banyak lagi.
Kualitas air tanah yang baik, menurut Heru setidaknya mata air yang
layak konsumsi harus memenuhi kaidah kuantitas, kualitas, dan kontinuitas.
Mata air yang dijumpai di pegunungan umumnya terdapat pada batuan
volkanik baik berupa endapanlahar, breksi dan lava, yang umumnya muncul
karena adanya pemotongan topografi terhadap lapisan pembawa air. Mata air di
pegunungan dianggap sebagai sumber air yang sempurna, baik kuantitas
maupun kualitasnya.
Komposisi kimia air secara alami dipengaruhi oleh faktor iklim, geologi,
geomorfologi/lereng, vegetasi, waktu dan aktivitas manusia. Berbagai proses
dari setiap komposisi kimia yang terjadi akan memiliki komposisi unsur atau
senyawa kimia tertentu, seperti proses pendinginan magma dengan kontak udara
yang menghasilkan mineral pembentuk batuan yaitu mineral batuan mafik dan
mineral batuan felsik. Mineral adalah suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia)
atau persenyawaaan (kimia) yang dibentuk oleh proses-proses anorganik, dan
mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal (Doddy, 1987)
Airtanah selama mengalir dalam akuifer mengalami proses pelarutan,
hidrolisis, pengendapan, penyerapan, pertukaran ion, oksidasi-reduksi. Pada
suatu massa batuan yang sama, kualitas airtanah yang terdapat di dalamnya
kurang lebih mempunyai kualitas yang seragam. Kualitas airtanah pada akuifer
dapat berubah dari tipe batuan satu ke tipe yang lain, melalui stratigrafi yang
berbeda dan karena proses hidrogeokimia yang berlangsung pada waktu tertentu
akibat adanya proses tersebut akan menentukan tipe airtanah. Proses perubahan
tipe airtanah tersebut akan mencapai kesetimbangan (Koedoatie, 1996).
Menurut Santosa dan Adji (2006), tentang potensi airtanah, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya, tidak pernah lepas dari karakteristik material
penyusun batuan dimana airtanah itu berada, yang selalu terkait dengan akuifer.
Pembentukan akuifer merupakan proses yang berlangsung sangat lama, seiring
dengan proses geologi yang menyusun dan membentuk morfologi suatu daerah.
Genesis dan karakteristik batuan penyusun suatu daerah merupakan hal yang
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan akuifer dan tipe akuifer yang
terbentuk.
Material batuan pembentuk akuifer atau formasi geologi yang dapat
berfungsi sebagai akuifer adalah endapan aluvial, batugamping, batuan
vulkanik, batu pasir, batuan beku, dan batuan malihan. Pada endapan aluvial,
hampir 90% airtanah terdapat pada material lepas, yaitu kerikil dan pasir.
Batugamping mempunyai variasi yang besar dalam densitas, kesarangan, dan
kelulusan. Variasi ini tergantung dari derajat pemampatan dan perkembangan
rekahan pada saat pembentukannya. Batuan vulkanik mempunyai sifat dapat
membentuk suatu akuifer dengan kelulusan tinggi, karena karakteristik dari
batuan ini berpori-pori dan mempunyai banyak retakan. Batu pasir dan
konglomerat merupakan batuan yang terbentuk dari kerikil dan pasir yang
tersemen, bila keduanya mempunyai banyak retakan akan diperoleh hasil air
baik, sedangkan pada batuan beku dan batuan malihan merupakan jenis batuan
yang relatif kedap air dan bukanlah akuifer yang baik (Todd, 1980).
Berdasarkan proses-proses yang terjadi pada akuifer, dapat disimpulkan
bahwa komposisi airtanah berasal dari pelarutan mineral batuan dan pelarutan
silika dan kation-kation pada tanah. Beberapa batuan menjadi sumber
kandungan klorida dan sulfat melalui proses pelarutannya, bahkan sebagai
penerima ion hidrogen. Ion hidrogen yang berperan dalam proses pelapukan
batuan berasal dari respirasi bahan organik dan oksidasi sulfida. Sebagian besar
pelarutan bikarbonat berkaitan erat dengan batuan karbonat, pada batuan non-
karbonat ion hidrogen terbentuk melalui proses pelarutan CO2 yang bereaksi
dengan batuan (Hem, 1970).
Menurut Toth (1963) dalam Kodoatie (1996), sistem aliran airtanah
dibagi menjadi tiga sistem yaitu; sistem aliran lokal, sistem aliran subregional,
dan sistem aliran regional. Sistem lokal memiliki karakteristik kedalaman
dangkal, jarak aliran pendek, arah aliran dan besarnya bervariasi, waktu tinggal
di suatu tempat pendek, temperatur dan tekanan rendah, lithologi homogen,
memiliki unsur dominan HCO3, Ca, dan Mg, Memiliki efek pembilasan penuh,
TDS rendah dan dipengaruhi musim. Aliran subregional dengan karakteristik
antara sistem lokal dan regional, memiliki unsur dominan NaSO4 dan Cl,
memiliki efek peningkatan TDS, sedikit atau tidak dipengaruhi musim,
sedangkan sistem aliran regional memiliki karakteristik kedalaman besar, jarak
aliran panjang, laju aliran tunak, waktu tinggal di suatu lama, temperatur dan
tekanan tinggi, memiliki TDS tinggi, tidak dipengaruhi oleh musim dan iklim.
Sistem aliran ini dalam perubahan aliran sulit berubah tetapi jika dalam waktu
yang panjang bisa terjadi dan jika terjadi perubahan sangat sulit untuk dibenahi.
Sistem aliran airtanah digambarkan pada model jaring-jaring airtanah yang
berisikan kontur airtanah dan arah aliran airtanah di suatu media akuifer.
Proses yang paling berpengaruh terhadap komposisi kimia airtanah
adalah proses pelarutan dan pengendapan mineral batuan. Analisis terhadap
indeks kejenuhan akan menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam kimia
airtanah terhadap reaksi airtanah dengan mineral batuan. Menurut Appelo dan
Postma (1994) dalam Jankowski (2001), indeks kejenuhan merupakan suatu
indeks yang menunjukkan kemampuan air dalam melarutkan mineral tertentu
dalam batuan. Indeks kejenuhan airtanah merupakan nilai log dari perbandingan
daya larut produk (K) dengan produk aktivitas ion (IAP) yang diperoleh dari
analisis airtanah.
Pengertian air
Secara alamiah air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui
dan mempunyai daya regenerasi yaitu selalu mengalami sirkulasi dan mengikuti
daur. Daur hidrologi diberi batasan sebagai tahapan-tahapan yang dilalui air dari
atmosfer, penguapan dari tanah atau laut, kondensasi untuk membentuk awan,
presipitasi akumulasi di dalam tanah maupun tubuh air dan menguap kembali.
Menurut Undang-undang tentang sumber daya air pada pasal 1, yang
dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di
bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik
berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan
air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak
diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber
penyakit dengan air yang diperlukan.
Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain,
karakteristik tersebut antara lain :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00 C (320 F) –
1000 C, air berwujud cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpan panas yang sangat baik.
3. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan
adalah proses perubahan air menjadi uap air.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permuakaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika
membeku.
Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan
juga hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air
juga kita perlukan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan pertanian,
industri, rekreasi dan lain-lain.
Dengan tidak tersedianya air dan sanitasi yang baik, biasanya golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah yang paling menderita, karena
bukan saja disebabkan oleh kurang adanya pengertian bagaiamana caranya
untuk mengurangi pengaruh negatif yang disebabkan untuk tempat tinggal yang
tidak memenuhi syarat akibat pengaruh yang melemahkan dari kondisi hidup
yang kurang sehat, sehingga mempengaruhi produktivitas dari mereka yang
tidak mampu membiayai penyediaan sarana air bersih tersebut.
Sumber air bermacam-macam, ada tiga sumber air yang paling banyak
ditemukan, yakni air hujan, air permukaan, dan air tanah.
1. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini mendapat pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, dan sebagainya. Air
permukaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1).
Perairan tergenang, dan (2). Badan air mengalir.
2. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan air tanah. Air
tanah merupakan sumber utama, tapi bukan satu-satunya sumber air minum.
Maka kelayakan air tanah tersebut menjadi persoalan utama. Air tanah adalah
air yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal
dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kuantitas/
kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Totok Sutrisno, 2004).
Menurut direktorat penyehatan air Ditjen PPM dan PLP departemen
Kesehatan Republik Indonesia (1997), mata air/ air tanah adalah air yang berada
di dalam tanah untuk memperolehnya dengan cara menggali/ dibor atau secara
alamiah keluar ke permukaan tanah (mata air).
Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses
infiltrasi secara langsung maupun tidak langsung dari ais sungai, danau rawa,
dan genangan air lainnya. Pada saat infiltrasi kedalam tanah, air permukaan
mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat didalam tanah dan
melarutkannya, sehingga kualitas air mengalami perubahan karena terjadi reaksi
kimia. Kadar oksigen yang masuk ke dalam tanah menurun, digantikan oleh
karbondioksida yang berasal dari proses biologis, yaitu dekomposisi bahan
organik yang terlarut dalam air tanah.
Menurut Totok Sutrisno (2004) air tanah terbagi atas :
1. Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air tanah. Lumpur akan tertahan
, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan
jernih, tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang
terlarut) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur
kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan tanah
disini berfungsi sebagai penyaring. Air tanah dangkal ini terdapat pada
kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air minum, air tanah ini ditinjau
dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung
pada musim.
2. Air tanah dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat yang pertama.
Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal.
Kualitas dari air tanah dalam lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.
3. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kuantitas/ kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Menurut
direktorat penyehatan air Ditjen PPM dan PLP departemen Kesehatan
Republik Indonesia (1997:6) mata air/ air tanah adalah air yang berada di
dalam tanah untuk memperolehnya dengan cara menggali/ dibor atau secara
alamiah keluar ke permukaan tanah (mata air).
4. Air Hujan
Hujan terjadi karena penguapan, terutama air pemukaan laut yang naik ke
atmosfer dan mengalami pendinginan kemudian jatuh kepermukaan bumi.
Proses penguapan tersebut terus berlangsung., misalnya pada saat butiran
hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian akan menguap sebelum mencapai
permukaan bumi. Sebagian akan tertahan tanaman-tanaman dan oleh
matahari diuapkan kembali ke atmosfer. Air hujan yang sampai di permukaan
bumi, akan mengisi cekungan, kubangan dipermukaan bumidan sebagian
akan mengalir pada permukaan bumi (Benyamin, 1997).
Pengelolaan Sumberdaya Air
Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, malaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. (UU No7,
2004). Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan
lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan untuk menjaga dan memanfaatkan
sumber air. Pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui koordinasi antara
pemerintah daerah dan masyarakat.
Menurut KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa setiap
pengelola sumber daya air diwajibkan melakukan pengelolaan dan pengawasan
sumber mata air, dengan cara :
1. Menjamin air yang diproduksi memenuhi syarat-syarat kesehatan,
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air
yang diproduksi
2. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelola dari
segala bentuk pencemaran sesuai denga peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam melakukan pengelolaan terhadap
sumber air yang memperoleh pengawasan dari pemerintah dan
instansi terkait (Dinas Kesehatan).
Kelayakan air
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air
adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain
dalam air.
Kualitas air
1. Persyaratan Fisik
Menurut Kusnaedi (2004), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a. Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti
berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh
adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak
kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan
dinyatakan dengan satuan unit.
b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam,
manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak
baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut
dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik
maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik
yang sedang mengalami dekomoposisi (penguraian) oleh
mikroorganisme air.
e. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur
udara (20- 26 C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di
atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat
tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air.
f. Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103 -105oC (Totok Sutrisno,
2004).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan fisik air adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisika
Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
Keterangan
Paraneter
fisik
Tidak berbau dan
berasa
Warna TCU 15
Rasa dan bau - -
Temperatur 0C Suhu udara 3oC
Kekeruhan NTU 5
Sumber : Departemen Kesehatan RI ( 2002:14)
2. Persyaratan kimia
Kualiats air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kima sebagai
berikut :
a. pH netral.
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. Skala pH diukur
dengan pH meter atau lakumus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila
pH di bawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7
bersifat basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun
seperti sianida sulfida, fenolik
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam.
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Cl, Cr, dan lain-lain.
d. Kesadahan rendah.
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya
ion-ion (kation) logam valensi dua. Tingginya kesadahan berhubungan
dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan
Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan kimia air adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Kimia
Parameter Satuan Kadar maksimum Keterangan
Antimon mg/L 0.005
Air Raksa mg/L 0.001
Arsenic mg/L 0.01
Barium mg/L 0.7
Boron mg/L 0.3
Kadmium mg/L 0.003
Kromium(Valensi 6) mg/L 0.05
Tembaga mg/L 2
Sianida mg/L 0.07
Flourida mg/L 1.5
Timbal mg/L 0.01
Molybdenum mg/L 0.07
Nikel mg/L 0.02
Nitrat mg/L 50
Nitri mg/L 3
Selenium mg/L 0.01
Sumber : Departemen Kesehatan RI ( 2002:9)
3. Persyaratan Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan
Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Totok Sutrisno,
2004).
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002, persyaratan Bakteriologis air
adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Bakteriologis
Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
Keterangan
Total Bakteri
Coliform
Jumlah per 100
ml sampel
0
Sumber : Departemen Kesehatan RI ( 2002:8)
Kuantitas Air
Kuantitas adalah jumlah atau banyaknya sesuatu ( EM Zul Fjri, dkk.
2000). Menurut I Wayan Sudiarsa (2004:27), permasalahan kuantitas air lebih
menjurus pada kemampuan merosotnya daya dukung yang mengecil karena hal-
hal berikut :
1. Eksploitasi berlebihan
Eksploitasi air yang berlebihan dapat mengakibatkan imbangan air
melampaui daya dukungnya.
2. Eksploitasi yang tidak tepat sasaran
Eksploitasi penggunaan air yang tidak tepat sasaran dan hanya
mengejar kepentingan jangka pendek, misalnya pengeboran air tanah
untuk irigasi.
3. Pengrusakan daerah resapan air
Pengrusakan daerah resapan air, seperti hutan, yang menimbulkan
puncak hidrograf yang tinggi dan berakibat menurunnya infiltrasi air
untuk menjadi air tanah.
4. Belum adanya konsistensi dan komitmen yang tinggi dari usaha-usaha
konservasi air, walaupun dengan cara-cara yang sederhana
Kebutuhan Air
Di Indonesia, penduduk yang masih tergantung pada air alam masih
banyak tersebar diseluruh pelosok. Bahkan ada diantara mereka juga
menggunakan air yang tidak berkualitas. Hal ini terpaksa mereka lakukan
karena keterbatasan pengetahuan dan sarana penunjang penyediaan air bersih
(Kusnaedi, 2004).
Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Totok Sutrisno, 2004). Menurut
Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya
air, yang dimaksud dengan kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari
sumber air untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih
dan produktif.
Menurut Wisnu Arya Wardhana (2001) keperluan air per orang per hari
terdiri dari keperluan air minum, keperluan air untuk memasak, air untuk Mandi
Cuci Kakus (MCK), air untuk mencuci pakaian, air untuk wudhu, air untuk
kebersihan rumah, air untuk menyiram tanaman, dan air untuk keperluan yang
lainnya.
Tabel 5. Keperluan Air Per Orang Per Hari
Keperluan Air yang dipakai
Minum 2.0 liter
Memasak; kebersihan dapur 14.5 liter
Mandi; kakus 20.0 liter
Cuci pakaian 13.0 liter
Air Wudhu 15.0 liter
Air untuk kebersihan rumah 32.0 liter
Air untuk menyiram tanaman 11.0 liter
Air untuk mencuci kendaraan 22.5 liter
Air untuk keperluan lain-lain 20.0 liter
Jumlah 150.0 liter
Sumber : Wisnu Arya Wardhana (2001)
Pengelolaan Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum jika telah
diolah (DepKes RI, 2002). Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor
7 tahun 2004 tentang sumber daya air, yang dimaksud dengan kebutuhan pokok
sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
digunakan pada atau diambil dari sumber air untuk keperluan sendiri guna
mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Sedangkan menurut
Totok Sutrisno (2004) untuk keperluan minum, maka dibutuhkan air rata-rata
sebanyak 5 liter/ hari. Tidak tersedianya air bersih dan sanitasi yang baik,
biasanya golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah adalah yang paling
menderita, karena bukan saja disebabkan oleh kurang adanya pengertian
bagaiamana caranya untuk mengurangi pengaruh negatif yang disebabkan untuk
tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat akibat pengaruh yang melemahkan
dari kondisi hidup yang kurang sehat, sehingga mempengaruhi produktivitas
dari mereka yang tidak mampu membiayai penyediaan sarana air bersih
tersebut.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, malaksanakan,
memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. (UU No7,
2004 : 8). Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral
dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan untuk menjaga dan
memanfaatkan sumber air. Pengelolaan sumber daya air dilakukan melalui
koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat.
Menurut KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa setiap
pengelola sumber daya air diwajibkan melakukan pengelolaan dan pengawasan
sumber mata air, dengan cara :
1. Menjamin air yang diproduksi memenuhi syarat-syarat kesehatan,
dengan melakukan pemeriksaan secar aberkala terhadap kualitas air yang
diproduksi melalui :
a. Pemeriksaan instalasi pengolahan air
b. Pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
c. Pemeriksaan pada jaringan pipa sambungan ke konsumen
2. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelola dari
segala bentuk pencemaran sesuai denga peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber air yang memperoleh
pengawasan dari pemerintah dan instansi terkait (dinas kesehatan), maka setiap
pengelola wajib menjamin kualitas air yang dikelola melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan
Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
b. Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan
melakukan usaha-usaha untuk mengatasi korosifitas air dalam jaringan
perpipaan secara rutin.
c. Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan
pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas
memasuki tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air
dilaksanakan.
d. Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat
pengambilan sampel (pemukiman, jalan, nomor rumah, titik
sampling), waktu pengambilan, hasil analisa pemeriksaan
laboratorium termasuk metode yang dipakai, dan penyimpangan
parameter.
e. Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat.
Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5
tahun.