tugas geodas
-
Upload
triafarizalham -
Category
Documents
-
view
28 -
download
1
Transcript of tugas geodas
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT berkat izin dan
pertolonganNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Geologi Dasar yang berjudul : “ Mineral ”.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Geologi Dasar ,
Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. makalah ini diharapkan juga bisa menjadi sarana meningkatkan ilmu
dan pengetahuan serta pola pikir penulis khususnya di bidang fisika.
Selama proses penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.
Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan terutama dosen mata kuliah geologi dasar yaitu Ibu Tati Zera , M.Si.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penulis
pada masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pembaca maupun bagi penulis sendiri.
Jakarta, September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................. ...... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 4
1.4. Manfaat ................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi dan klasifikasi Mineral ........................................................... ................. 5
2.2. Proses Terbentuknya Mineral .............................................................................. 7
2.3. Sifat – Sifat Mineral ............................................................................................. 10
2.4. Jenis-Jenis Mineral ............................................................................................... 15
2.5. Manfaat Mineral ................................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan ......................................................................................................... ...... 24
4.2. Saran ......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah permukaan bumi diselimuti oleh lapisan batuan yang begitu tebal sehingga
memungkinkan adanya berbagai jenis batuan dan mineral yang menjadi penyusunnya.
Sebagi seorang yang akan bergelut pada bidang ilmu kebumian utamanya yang menyangkut
dengan ilmu geologi dan lebih terkhusus lagi yang berkaitan dengan ilmu tentang batuan dan
mineral-mineral yang menjadi penyusunnya, maka sangat perlu untuk kemudian sebagai
seorang calon ahli geologi yang tentunya memahami tentang segala aspek-aspek kebumian
terutama yang menyangkut tentang berbagai jenis batuan dan mineral.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks
dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Batuan
dan mineral merupakan sumber daya alam yang banyak dibutuhkan dan digunakan untuk
kehidupan manusia, dan bahan dasar industri. mineral terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang
tersusun secara teratur, mineral merupakan komponen batuan yang membentuk lapisan kerak
bumi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah :
1. Bagaimana cara mengenal mineral yang ada di bumi ?
2. Bagaimana mineral terjadi?
3. Apa manfaat bagi kehidupan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Menambah pengetahuan tentang mineral.
2. Mengetahui jenis-jenis mineral lebih banyak.
3. Mengetahui sifat-sifat mineral
4. Mengetahui lebih dalam pemanfaatan mineral.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini bermaksud untuk memberikan
pengetahuan lebih banyak mineral, Dapat lebih mengetahui jenis-jenis mineral yang
ada,Dapat mengetahui mineral, dan Dapat lebih bisa memanfaatkan sumber daya alam
khususnya mineral bagi kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan klasifikasi Mineral
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom
yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan
hasil suatu kehidupan.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak termasuk
didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu definisi baru atau definisi
kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa
mineral itu mempunyai sifat sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan
berupa unsur tunggal atau senyawa.
Jadi, mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita
jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai
ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai “kristal”. Dengan
demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang
memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari
sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
kristalografi.
Pengetahuan tentang “mineral” merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari
bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi
ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil “lithos”
dari bahasa latin yang berarti batu, dan “sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000
jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat
dengan ikatan unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari
satu jenis unsur saja yaitu “Karbon”. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari
senyawa dua unsur “Natrium” dan “Chlorit” dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai
susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari segala
sesuatunya tentang mineral disebut “Mineralogi”, didalamnya juga mencakup pengetahuan
tentang “Kristal”, yang merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan
pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari
dasar-dasar geologi atau “Geologi Fisik”, dimana batuan, yang terdiri dari mineral,
merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa salah satu syarat
utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfir ini,
adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan
anggapan bahwa pengguna buku ini telah mengenal dan memahami “mineralogi”, maka
untuk selanjutnya akan diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja.
2.2 Proses Terbentuknya Mineral
Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral yang
berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor endogen disebut dengan endapan
mineral primer. Sedangkan endapan endapan mineral yang dipengaruhi faktor eksogen
seperti proses weathering, inorganic sedimentasion, dan organic sedimentation disebut
dengan endapan sekunder, membentuk endapan plaser, residual, supergene enrichment,
evaporasi/presipitasi, mineral-energi (minyak&gas bumi dan batubara dan gambut).
Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.
2. Hydrothermal: Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa bijih
utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.
3. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada
batuan metamorf.
4. Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional
metamorphism.
5. Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan hydrothermal
pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut dan umumnya
menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.
Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:
1. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan
placer (placer deposit).
2. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan tertentu,
dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.
3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan
meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
4. Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari
bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan
endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Klasifikasi Endapan Mineral
Asosiasi kelompok endapan mineral dan batuan masing-masing mempunyai cirri
asosiasi komposisi unsure kimia, dapat diklasifikasikan dalam grup tertentu, misalnya:
1. Endapan mineral magmatic dicirikan dengan kelompok unsure Cr, Ni, Ti, Cu, V, C, Bi
(Segresi); Be, B, Li, Mo, W, P, F, REE, U, Th (pegmatit); F, Cl, Sn, Mo, W, Au, Cu
(pneumotolitik); Al, Zn, W, Mo, Fe, Cu, Au, Sn (Skarn); Cu, Pb, Zn, Au, Ag, Fe, Co, B, U,
Ni, Sb, As, Hg (hidrotermal); Fe, Cu, Pb, Zn, Au (Exhalative sub marine/kuroko).
2. Endapan mineral sedimentasi dicirikan kelompok unsure Cu, Pb, Mn, Ag, Au
(Supergen); Ni, Fe, Al (residual, laterit); Au, Pt, Ti, Cr, gems (plaser); gypsum (evaporit);
mineral energi: batubara, migas (organic); lempung, pasir, pebble, gravel, karbonat, feldspar,
sirtu (klastik): karbonat (kimia, organik).
3. Endapan mineral metamorfik dicirikan kelompok unsure Au, U, Mg, Al, Pb, Cu, Zn
(regional metamorfik).
Berdasarkan peranannya dalam ilmu batuan, mineral-mineral pembentuk batuan
dibagi menjadi: Mineral utama, Mineral sekunder, dan Mineral aksesori atau mineral
tambahan.
I. MINERAL UTAMA (Essensial Mineral)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat dilihat dari deret bowen
series(1928). Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin,
magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupakan faktor
utama dalam pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa
mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal
sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan
menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju pendinginan yang
lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan bagian atas
mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas merupakan deret
reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri atas adalah deret reaksi yang
terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar yang
kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap
dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO)
sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan
kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar,
NaAlSiO) hingga suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu
mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan melakukan
reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang
merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur
berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang
mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole
terbentuk. Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada tidak
dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang terbentuk
memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk sebelumnya, misal
Olivin dengan rim Pyroxene.Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua
besi dan magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral.
Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium
dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica. Semua
unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium Feldspar. Dan akan
terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang
sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa). Dalam
kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses
pembentukannya yang saling terpisah dan independent.
II .Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,
reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama. contoh dari
mineral sekunder antara lain; SERPENTIN, KALSIT, SERISIT, KALKOPIRIT, KAOLIN,
KLORIT, PIRIT.
III. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh
dari mineral tambahan ini antara laian : ZIRKON, MAGNESIT, HEMATIT, PYRIT, RUTIL
APATIT, GARNET,SPHEN.
2.3 Sifat – Sifat Mineral
Mineral didasarkankan berbagai sifat, diantaranya : Sifat fisik, Bentuk krista, dan
Sifat optik.
1. Bentuk kristal (crystall form):
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat
hambatan,maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam
perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu.
Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan
perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam.
Untuk dapat memberikan gambaran bagaimana suatu bahan padat yang terdiri dari mineral
dengan bentuk kristalnya yang khas dapat terjadi, kita contohkan suatu cairan panas yang
terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Selama suhunya tetap dalam keadaan tinggi,
maka ion-ion tetap akan bergerak bebas dan tidak terikat satu dengan lainnya. Namun begitu
suhu cairan tersebut turun, maka kebebasan bergeraknya akan berkurang dan hilang,
selanjutnya mereka mulai terikat dan berkelompok untuk membentuk persenyawaan
“Natrium Chlorida”. Dengan semakin menurunnya suhu serta cairan mulai mendingin,
kelompok tersebut semakin tumbuh membesar dan membentuk mineral “Halit” yang padat.
Mineral “kuarsa”, dapat kita jumpai hampir disemua batuan, namun umumnya
pertumbuhannya terbatas. Meskipun demikian, bentuknya yang tidak teratur tersebut masih
tetap dapat memperlihatkan susunan ion-ionnya yang ditentukan oleh struktur kristalnya yang
khas, yaitu bentuknya yang berupa prisma bersisi enam. Tidak perduli apakah ukurannya
sangat kecil atau besar karena pertumbuhannya yang sempurna, bagian dari prisma segi enam
dan besarnya sudut antara bidang-bidangnya akan tetap dapat dikenali. Kristal mineral intan,
dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron” dan mineral grafit dengan
segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaiut
keduanya terdiri dari unsur Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena
susunan atom karbonnya yang berbeda. Pada gambar 3.1 diperlihatkan bentuk bentuk kristal
”Isometrik” dan ”Non-Isometrik”.
Bentuk Bentuk Kristal Isometrik
Nama Jumlah Bidang Nama Jumlah Bidang
(1) Cube 6 9)Tristetrahedron 12
(2) Octahedron 8 (10) Hextetrahedron 24
(3) Dodecahedron 12 (11) Deltoid
dodecahedron
24
(4) Tetrahexahedron 24 (12) Gyroid 24
(5) Trapezohedron 24 (13) Pyritohedron 12
(6) Trisoctahedron 24 (14) Diploid 24
(7) Hexoctahedron 48 (15) Tetartoid 12
(8) Tetrahedron 4
Bentuk Bentuk Kristal Non-Isometrik
Nama Jumlah
Bidang
Nama Jumlah
Bidang
(16) Pedion* 1 (32) Dihexagonal pyramid 12
(17) Pinacoid** 2 (33) Rhombic dipyramid 8
(18) Dome or Sphenoid 2 (34) Trigonal dipyramid 6
(19) Rhombic prism 4 (35) Ditrigonal dipyramid 12
(20) Trigonal prism 3 (36) Tetragonal dipyramid 8
(21) Ditrigonal prism 6 (37) Ditetragonal dipyramid 16
(22) Tetragonal prism 4 (38) Hexagonal dipyramid 12
(23) Ditetragonal prism 8 (39) Dihexagonal dipyramid 24
(24) Hexagonal prism 6 (40) Trigonal trapezohedron 6
(25) Dihexagonal prism 12 (41) Tetragonal
trapezohedron
8
(26) Rhombic pyramid 4 (42) Hexagonal
trapezohedron
12
(27) Trigonal pyramid 3 (43)Tetragonal scalenohedron 8
(28)Ditrigonal pyramid 6 (44) Hexagonal
scalenohedron
12
(29) Tetragonal pyramid 4 (45) Rhombohedron 6
(30) Ditetragonal pyramid 8 (46) Rhombic disphenoid 4
(31) Hexagonal pyramid 6 (47) Tetragonal disphenoid 4
2. Sifat Fisik Mineral
Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral
secara cepat, yaitu:
A. Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara berat mineral
dengan berat dari volume air. Jika mineral mempunyai berat 3 kali dari berat air dengan
volume yang sama, maka mineral tersebut mempunyai berat jenis 3. Secara praktis berat jenis
mineral dapat diperkirakan dengan menimbang di tangan. Bila mineral tersebut terasa berat,
seperti beratnya satu contoh batuan, maka berat jenisnya sekitar 2,5 sampai 3.Mineral logam
umumnya memiliki 3 kali lipatnya. Galena mempunyai berat jenis 7,5 sedangkan berat jenis
emas 24 karat adalah 20.
Mineral dengan berat jenis lebih besar dari 2,89 disebut dengan mineral berat. Mineral
berat ini diperoleh dengan memisahkannya dari mineral ringan dengan menggunakan cairan
berat biasanya dipakai cairan bromoform. Asosiasi kumpulan mineral berat dapat digunakan
untuk mengetahui sumber material dari sedimen atau batuan sedimen.
B. Bidang belah (fracture)
Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang
mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya.
Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu
mineral. Contoh mineral dengan belahan yang baik adalah mika. Karena mika mempunyai
belahan satu arah, maka bila mineral tersebut dihancurkan akan membentuk lembaran-
lembaran yang tipis. Mineral dapat mempunyai belahan beberapa arah, tetapi ada pula
mineral yang tidak mempunyai bidang belahan. Mineral yang mempunyai belahan lebih dari
satu arah dikenal dengan jumlah bidang rata yang ditunjukkan dan sudut yang dibentuk oleh
bidang belahannya.
C. Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan
antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warna-warna yang khas
yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh
warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral
dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.
D. Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui
kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan
mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral
bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka
mineral yang tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan mineral
lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras
(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
Skala Kekerasan Relatif
Mineral (Mohs) Kekerasan
(Hardness)
Mineral Rumus Kimia
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4·2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6 Orthoclase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
E. Goresan pada bidang (streak)
Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya,merupakan warna serbuk
mineral yang diperoleh dengan menggoreskan mineral pada lempeng porselen yang
permukaannya kasar. Sering ditemukan bahwa mineral berbeda dengan goresan ( serbuk )
mineral, serbuk mempunyai warna yang lebih akurat digunakan untuk mengidentifikasi,
seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.
F. Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu
mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non-Logam.
Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan
kilap tanah.
g. Pecahan (Fracture)
Pecahan merupakan kenampakan pecahan dari mineral. Kenampakan ini kebanyakan
ditunjukkan oleh mineral yang tidak mempunyai bidang belahan. Mineral kuarsa
menunjukkan kenampakan seperti pecahan kaca yang disebut konkoidal. Kebanyakan
mineral menunjukkan pecahan tidak rata.
3. Sifat Optik
Pengenalan mineral yang terdapat pada batuan umumnya dilakukan dengan
mikroskopis polarisasi cahaya yang dipakai dipolarisasi, yaitu cahaya yang bergetas dalam
sebuah bidang saja. Jenis cahaya yang demikian didapat dengan memakai dua prisma
polarisasi/polarisator. Sifat yang bisa diketahui yaitu warna, belahan, pecahan, relief, indeks
bias, pleokroisme, dan bentuk.
2.4 Jenis – Jenis Mineral
Lebih dari 2000 mineral telah diketahui sampai sekarang ini, dan usaha-usaha untuk
mendapatkan mineral-mineral baru terus dilakukan. Dari jumlah tersebut hanya beberapa
yang umum atau sering dijumpai. Mineral-mineral yang dominan sebagai pembentuk batuan
penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals). Selain itu
hanya sekitar 8 unsur yang dominan menyusun mineral-mineral tersebut. Dua unsur yang
paling dominan adalah oksigen dan silikon yang bergabung untuk menyusun kelompok
mineral yang sangat umum yaitu mineral silikat. Setiap mineral silikat disusun oleh oksigen
dan silikon, kecuali kuarsa, ditambah dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk membentuk
sifat kelistrikan yang netral. Setelah mineral silikat, group mineral yang umum adalah
mineral karbonat dengan mineral kalsit merupakan mineral yang paling umum. Mineral yang
umum sebagai pembentuk batuan adalah gypsum dan halit.
Beberapa mineral pembentuk batuan merupakan mineral-mineral yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Mineral-mineral tersebut biasanya merupakan mineral bijih dari
logam seperti hematit (besi), sfalerit (seng) dan galena (timbal). Selain itu group mineral
hanya disusun oleh satu unsur saja yang disebut native mineral seperti emas, platina dan
karbon (intan). Perlu juga dicatat, mineral pembentuk batuan lainnya juga banyak
mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti mineral kuarsa dapat digunakan untuk industri
kaca, mineral kalsit sebagai mineral utama dalam industri semen.
Kelimpahan dari unsur-unsur dalam kerak bumi antara lain : Oxygen(O) 46,6%,
Silicon(Si) 27,7%, Aluminium(Al) 8,1%, Iron(Fe) 5,0%, Calcium(Ca) 3,6%, Sodium(Na) 2,8
%, Potassium (K) 2,6 %, Magnesium (Mg) 2,1%, dan Lainnya 1,5 %.
1. Mineral Silikat
Mineral feldspar merupakan kelompok mineral yang sangat dominan. Mineral ini
menyusun lebih dari 50% kerak bumi. Kuarsa merupakan mineral yang umum kedua pada
kerak benua, hanya disusun oleh unsur silikon dan oksigen.
Setiap group dari mineral silikat mempunyai struktur silikat yang karakteristik.
Struktur dalam dari mineral berhubungan erat dengan sifat belahan dari mineralnya. Karena
ikatan antara silikon dan oksigen sangat kaut, maka mineral-mineral silikat cenderung untuk
membelah melalui struktur silikon-oksigen daripada memotong struktur tersebut. Contohnya
mika mempunyai struktur lembarang dan cenderung untuk membelah melalui bidang
lembaran yang tipis. Kuarsa yang mempunyai ikatan silikon-oksigen sangat kuat pada semua
arahnya, tidak mempunyai bidang belahan.
Kebanyakan mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan magma mulai mendingin.
Proses pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan bumi atau jauh di bawah permukaan
buki dimana tekanan dan temperatur lingkungannya sangat tinggi. Lingkungan pengkristalan
dan komposisi kimia dari magma sangat mempengaruhi macam mineral yang terbentuk.
Contoh, mineral olivin mengkristal pada temperatur tinggi. Sebaliknya kuarsa mengkristal
pada temperatur yang rendah. Beberapa mineral silikat sangat stabil pada permukaan bumi
dan tetap menunjukkan sifat fisiknya pada hasil pelapukan dari batuan. Mineral silikat
lainnya terbentuk pada kondisi tekanan yang ekstrim yang berasosiasi dengan proses
metamorfisme. Setiap mineral silikat akan mempunyai struktur dan komposisi kimia yang
dapat menunjukkan kondisi pada waktu pembentukkannya.
Macam mineral silikat dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya. Mineral
silikat ferromagnesian adalah mineral silikat yang mengandung ion besi dan atau magnesium
di dalam struktur mineralnya. Mineral-mineral silikat yang tidak mengandung ion-ion besi
dan magnesium disebut mineral silikat non ferromagnesian. Mineral-mineral silikat
ferromagnesian dicirikan oleh warnanya yang gelap dan mempunyai berat jenis antara 3,2
sampai 3,6. Sebaliknya mineral-mineral silikat non ferromagnesian pada umumnya
mempunyai warna terang dan berat jenis rata-rata 2,7. Perbedaan tersebut terutama
disebabkan oleh ada tidaknya unsur besi di dalam mineral tersebut.
A. Mineral Silikat Ferromagnesian
Olivin
Adalah mineral silikat ferromagnesian yang terbentuk pada temperatur tinggi, berwarna
hitam sampai hijau kehitaman, mempunyai kilap gelas dan pecahan konkoidal. Mineral olivin
pada umumnya menunjukkan kenampakan butiran bentuknya relatif kecil dan bundar. Olivin
disusun oleh tetrahedra tunggal yang diikat bersama oleh campuran ion besi dan magnesium
yang merangkai atom oksigen bersama-sama. Mineral ini tidak mempunyai bidang belahan
karena struktur atomnya membentuk aringan tiga dimensi sehingga tidak membentuk bidang
yang lemah.
Piroksin
Mineral berwarna hitam, opak, dengan bidang belahan dua arah membentuk sudut 90o.
Struktur kristalnya disusun oleh rantai tunggal tertrahedra yang diikat bersama-sama dengan
ion-ion besi dan magnesium. Karena ikatan silikon-oksigen lebih kuat daripada ikatan antara
struktur silikat, maka piroksin mudah terbelah sejajar dengan rantai silikat. Piroksin
merupakan salah satu mineral yang dominan dalam batuan beku basalt yang merupakan
batuan yang umum pada kerak samudera.
Hornblende
Merupakan mineral yang umum dari kelompok amfibol. Mineral ini umumnya
berwarna hijau gelap sampai hitam. Belahannya dua arah membentuk sudut 60o dan 120o. Di
dalam batuan, hornblende berbentuk prismatik panjang. Bentuk inilah yang umumnya
membedakan dengan piroksin yang umumnya berbentuk prismatik pendek. Hornblende
umumnya dijumpai pada batuan yang menyusun kerak benua.
Biotit
Merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan besi. Seperti
mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lembaran yang memberikan belahan satu
arah. Biotit mempunyai warna hitam mengkilap yang membedakan dari mineral
ferromagnesian lainnya. Seperti hornblende, biotit juga banyak dijumpai pada batuan
penyusun kerak benua, termasuk batuan beku granit.
Garnet
Merupakan mineral yang strukturnya mirip olivin yaitu disusun oleh tetrahedra tunggal
yang dirangkai oleh ion-ion logam. Garnet juga mempunyai kilap kaca, tidak mempunyai
bidang belahan dan pecahan konkoidal. Warna mineral garnet sangat bervariasi, tetapi yang
paling umum adalah coklat sampai merah tua. Garnet umumnya berbentuk kristal yang
prismatik dan umumnya pada batuan metamorf. Garnet yang transparant sering dijadikan
batu mulia.
B. Mineral Silikat Non Ferromagnesian
Muskovit
Adalah jenis mineral mika yang sangat umum. Berwarna terang dengan kilap seperti
mutiara (pearly) dan seperti mineral mika lainnya belahannya satu arah. Di dalam bataun
muskovit sangat mudah dikenali karena sangat bercahaya.
Feldspar
Merupakan group mineral yang sangat umum, dapat terbentuk pada rentang temperatur
dan tekanan yang besar. Group mineral feldspar mempunyai sifat fisik yang sama. Mineral
ini mempunyai bidang belahan dua arah dan membentuk sudut hampir 90o, relatif keras dan
kilap bervariasi antara kilap kaca sampai mutiara. Di dalam batuan mineral ini dikenali
dengan bentuknya yang rektangular dan permukaan yang licin. Struktur mineral feldspar
adalah rangkaian tiga dimensi dari atom oksigen bergabung dengan atom silikon. Seperempat
sampai setengah dari atom silikon tergantikan oleh aton aluminium. Perbedaan valensi antara
aluminium (+3) dan silikon (+4), menyebabkan terjadinya inklusi satu atau lebih oleh ion-ion
seperti potasium (-1), sodium (-1) dan kalsium (+2). Karena adanya perbedaan inklusi
didalam strukturnya, mineral feldspar dapat dibedakan menjadi 2 macam. Mineral ortoklas
merupakan mineral feldspar dengan ion potasium di dalam struktur kristalnya. Plagioklas
feldspar adalah mineral feldspar dengan ion kalsium dan atau sodium di dalam struktur
kristalnya.
Mineral ortoklas
Merupakan mineral berwarna krem terang sampai merah jambu, sedangkan plagioklas
berwarna putih sampai abu-abu terang. Meskipun keduanya mempunyai warna yang berbeda,
tetapi warna tersebut tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membedakannya. Salah satu
sifat fisik yang dapat membedakannya adalah adanya striasi yang sejajar pada mineral
plagioklas yang tidak dijumpai pada mineral ortoklas.
Kuarsa
Merupakan mineral silikat yang hanya disusun oleh silikon dan oksigen. Mineral
kuarsa juga sering disebut silika karena komposisinya SiO2. Karena struktur kuarsa
mengandung dua atom oksigen untuk tiap atom silikon, maka tidak dibutuhkan lagi ion
positif untuk menjadikan mineral kuarsa ini netral. Struktur kristal kuarsa membentuk
jaringan tiga dimenasi yang lengkap antara ion oksigen disekitar ion silikon, sehingga
membentuk suatu ikatan yang kuat antara keduanya. Akibatnya kuarsa tidak mempunyai
bidang belahan, sangat keras dan resisten terhadap proses pelapukan. Kuarsa mempunyai
belahan konkoidal. Pada bentuknya yang sempurna kuarsa sangat jernih, membentuk kristal
heksagonal dengan bentuknya piramidal. Warna mineral kuarsa sangat bervariasi tergantung
pada proses pengotoran pada waktu pembentukannya. Variasi warna ini menyebabkan
adanya bermacam mineral kuarsa. Mineral kuarsa yang umum adalah kuarsa susu (putih),
kuarsa asap (abu-abu), kuarsa ros (pink), ametis (purple) dan kristal batuan (clear).
Lempung
Adalah terminologi untuk kompleks mineral yang seperti mika mempunyai struktur
lembaran. Mineral lempung pada umumnya berbutir sangat halus dan hanya dapat dipelajari
dengan bantuan mikroskop. Mineral lempung merupakan hasil dari pelapukan kimia mineral
silikat, sehingga mineral ini sangat dominan menyusun soil yang terdapat pada permukaan
bumi. Salah satu mineral lempung yang sangat umum adalah kaolinit yang sering
dimanfaatkan dalam bermacam-macam industri seperti keramik.
2. MINERAL NON SILIKAT
Mineral non silikat mempunyai struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan
mineral silikat. Group mineral ini disusun oleh ion karbonat kompleks (CO32-), dan satu atau
lebih ion positif. Dua macam mineral karbonat yang sangat umum adalah kalsit CaCO3 dan
dolomit (CaMgCO3)2. Kedua mineral tersebut sangat sulit dibedakan karena keduanya
mempunyai sifat fisik dan kimia yang relatif sama. Keduanya mempunyai kilap vetrous,
kekerasan 3 – 4, dan mempunyai belahan rombik. Tetapi eduanya dapat dibedakan dengan
larutan asam klorida, tetapi dolomit hanya dapat bereaksi dalam keadaan bubuk. Kalsit dan
dolomit dapat dijumpai bersama-sama sebagai penyusun batugamping dan doloston. Bila
mineral kalsit yang dominan batuannya disebut batugamping, sedang bila dolomit yang
dominan disebut doloston. Batugamping sangat banyak kegunaannya seperti sebagai bahan
bangunan, dan bahan pokok dalam industri semen. Sedangkan dolomit disebut juga
batukapur pertanian, karena sering digunakan untuk menyuburkan tanah.
Dua macam mineral non silikat lainnya yang sering dijumpai dalam batuan sedimen
adalah halit dan gipsum. Halit adalah nama mineral untuk garam dapur, sedang gipsum
adalah mineral yang sering digunakan sebagai bahan perekat dan sebagai material bahan
bangunan. Berikut adalah beberapa sifat fisik mineral non silikat.
Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia
pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang
dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada
perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh
Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh
Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk
prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul
tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning,
coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.
Dolomit
Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara
magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Berwarna
sering merah muda atau kemerah merahan dan dapat tidak berwarna, putih, kuning,
beruban/kelabu atau bahkan warna coklat atau hitam ketika besi hadir di kristal.
Pirit
Mineral Pirit atau disebut juga besi sulfide ( FeS2 ) mempunyai kristal isometrik yang
pada umumnya terlihat atau nampak dan bentuknya seperti dadu atau kubus dan di sebut juga
striated ( garis sejajar pada permukaan kristal ). Mineral pirit mempunyai kekerasan 6-6.5,
dan mempunyai bobot jenis 4.95-5.10.ima). Mineral Pirit adalah yang paling umum untuk
mineral sulfide. Mineral ini pada umumnya mempunyai warna emas pucat. Pirit
menyingkapkan kepada lingkungan selama pekerjaan tambang dan penggalian bereaksi
dengan oksigen dan air untuk membentuk asam belerang, menghasilkan pengeringan
tambang asam. Ini diakibatkan oleh reaksi bakteri Thiobacillus, yang menghasilkan energi
mereka dengan penggunaan oksigen untuk mengoxidasi besi yang mengandung besi ( Fe2+)
ke besi/ ferric ( Fe3+). Besi yang ferric pada gilirannya bereaksi dengan pirit untuk
menghasilkan asam belerang dan mengandung besi.
Kalkopirit
Kalkopirit adalah suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal sistem bersudut
empat. Kalkopirit mempunyai komposisi kimia yaitu (CuFeS2). Kalkopirit seperti kuningan
yang mempunyai warna kuning keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 – 4, Lapisan
nya adalah diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.
Pada saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan beroksidasi dengan
berbagai oksida, hidroksid dan sulfates. Rekanan Mineral Tembaga meliputi sulfida bornite
( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite ( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti
perunggu dan azurit, dan oksida jarang seperti cuprite ( Cu2O). Kalkopirit jarang ditemukan
bersama-sama tembaga murni. Kalkopirit sering diacungkan dengan pirit. Kolkopirit
kristalnya jarang dan lebih sedikit rapuh. Warna kalkopirit kuning gelap dengan sedikit warna
kehijau – hijauan dan kilap berminyak diagnostic. Dalam kaitan dengan warna nya dan isi
tembaga tinggi, kalkopirit telah sering dikenal sebagai ” tembaga kuningan”.
2.5 Manfaat Mineral
1. Asbes
1) Serat asbes yang dipintal, digunakan untuk :
a) Kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-kantong asbes, pelapis ketel uap,
pelapis dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis rem, ban mobil, bahan tekstil asbes,
dan lain-lain.
b) Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyam-bung pipa uap, alat listrik, alat
kimia, gasket keperluan laboratorium, dan pelilit kawat listrik.
2) Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas:
a) Semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya, dinding, lantai, alat-alat kimia
dan listrik;
b) Asbes untuk atap;
c) Kertas asbes untuk lantai dan atap, penutup pipa isolator-isolator panas dan listrik;
d) Dinding-dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam isolasi, gasket, ketel, dan
tanur;
e) Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus dan
kebanyakan asbes sebagai bubur. Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat
tekstil adalah dari jenis varitas krosidolit. Hal ini berhubungan dengan daya pintalnya yang
sesuai dengan kebutuhan industri tekstil. Krisotil dan antagonit termasuk ke dalam golongan
asbes serpentin. Krisotil juga merupakan jenis asbes yang sangat penting dalam industri
pertekstilan.
2. Baurit
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan.
Pemakaian ini mencapai sekitar 85-90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya
digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia barium, sebagai bahan pengisi dan
pengembang (filler dan extender), dan agregat semen.
3. Felspar
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar
olahan untuk keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk
keperluan industri lain sesuai spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan
kaca/gelas merupakan dua industri yang paling banyak mengkonsumsi felspar olahan,
terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.
4. Kalsit
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia
pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal
Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Unsur kalsium dalam
kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat
tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam
penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3,
Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn). Sifat
fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular;
pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros,
koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink,
biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam. Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup
berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut, meliputi
sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.
5. Magnesit
Magnesium merupakan logam yang teringan, dengan berat jenisnya 1,74, cukup kuat
dan dalam bentuk alloy, tahan terhadap korosi di udara tetapi tidak tahan terhadap air laut,
serta mudah terbakar. Jumlah mineral yang mengandung magnesium tercatat sebanyak 244
buah. Magnesit dapat ditemukan dalam mineral sekunder dan biasanya berasosiasi dengan
batuan sedimen atau batuan metamorfik, berasal dari endapan marin, kecuali brukit. Magnesit
ditemukan didalam batuan serpentin. Mineral-mineral lain yang sering ditemukan bersama
magnesium adalah talk, limonit, opal, dan kalsit. Magnesit umumnya jarang ditemukan dalam
bentuk mineral, tetapi secara utuh terdapat pada larutan padat siderit (FeCO3) bersama-sama
Mn dan Ca yang dapat menggantikan unsur Mg. Magenesit sering digunakan untuk bahan
refraktori, industri semen sorel, bahan isolasi, pertanian, peternakan, industri karet, dll.
6. Antimony
Penggunaan antimonium Yang paling utama di Amerika Serikat adalah di bahan
kimia yang digunakan untuk mengairi atau memenuhi dan menghamili plastik, tekstil, karet,
dan material lain. Loebih dari sparuh konsumsi U.S. menggunakan antimonium untuk
pembuatan nyala api retardants. Antimonium juga digunakan untuk pigmen di dalam plastik,
cat, karet, dan untuk suatu pelengkap yang luas , mencakup obat kedokteran, mercon.
Antimonium dalam jumlah kecil yang sudah dibersihkan, metalnya digunakan dalam industri
komputer untuk membuat semipenghantar. Untuk dapat bermanfaat di dalam aplikasi ini,
antimoniumnya harus 99.999% murni.
7. Feldspar
Suatu mineral yang rock-forming, secara industri penting di (dalam) gelas/kaca dan
ceramic industri, barang tembikar dan barang dari logam, sabun, abrasif, obligasi;ikatan
untuk rode ampelas [abrasi], semen dan beton, membatasi komposisi, pupuk, unggas
menggertak, mengaspal mengatapi material, dan sebagai perekat ( atau pengisi) di (dalam)
tekstil dan catatan/kertas. Albite adalah suatu feldspar mineral dan adalah suatu sodium
aluminum silikat. Bentuk ini feldspar digunakan sebagai suatu lapisan kaca di (dalam)
keramik.
8. Garam Abu
Garam abu(kalium karbonat) pada umumnya klorid kalium. yang digunakan sebagai
Suatu pupuk, di (dalam) obat/kedokteran, di (dalam) bahan kimia industri, dan digunakan
untuk menghasilkan warna menghias mempengaruhi pada [atas] kuningan, perunggu, dan
nikel. Dapat juga (adalah) kalium sulfate, potassium-magnesium sulfate, dan nitrat kalium.
Adalah suatu mineral penting untuk kehidupan hewan dan sayuran.
9. Phyrite
Phyrite digunakan di dalam pembuatan asam belerang dan belerang dioksida, butir
dari pyrite debu telah digunakan untuk memulihkan besi, emas, tembaga, unsur kimia/kobalt,
nikel, dll. Yang digunakan untuk membuat barang barang perhiasan murah.
10. Rutile
Rutile Dioksid-Titan. yang digunakan dalam campuran logam, karena electroda dalam
busur cahaya, untuk memberi suatu warna kuning ke porselin dan gigi sumbang atau palsu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas kami dapat menarik kesimpulan bahwa di bumi yang
kita tempati terdapat berbagai macam sumber daya geologi terutama mineral. Mineral adalah
senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Untuk mengenal mineral maka kita harus mengetahui jenis-jenis mineral, sifat-sifat
mineral, terjadinya mineral serta manfaat dari mineral itu sendiri. Karena Mineral dapat kita
jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai dan beberapa mineral tersebut dapat mempunyai nilai
ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak.
3.2 Saran
Sebaiknya pemahaman mineral dalam bumi ini perlu di bahas lebih dalam lagi karena di
bumi terdapat mineral yang sangat banyak dan pembahasan dalam makalah ini hanya terbatas
saja sehingga pembaca lebih memahami lebih dalam lagi dari penyajian makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/mineral
Zera,Tati.2007.Geologi.jakarta.
Firdaus. 2008. ”Mineral : Penggolongan Mineral”. http:/firdaus.unhalu.ac.id
http://sangfuehrer.blogspot.com