Tugas Fisio
-
Upload
joshua-richards -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Tugas Fisio
SISTEM ENDOKRIN“ DIABETES MELLITUS ”
Disusun oleh :
Halimatussadiyah
142 2012 0032
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
2015
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).
2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin.
3. Manifestasi Klinik
a. Poliuria
b. Polidipsia
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka
reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara
otomatis.
e. Malaise atau kelemahan (Brunner & Suddart, 2002)
4. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi
pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf,
dan lain-lain (corwin, 2000)
Fisiologi Pankreas
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon
yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan
sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan penggunaan
glukosa untuk produksi energi. Insulin meningkatkan transport glukosa dari darah ke sel
dengan meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap glukosa (namun otak, hati,
dan sel-sel ginjal tidak bergantung pada insulin untuk asupan glukosa). Di dalam sel,
glukosa digunakan digunakan pada respirasi sel untuk menghasilkan energi. Hati dan
otot rangka mengubah glukosa menjadi glikogen (glikogenesis) yang disimpan untuk
digunakan di lain waktu. Insulin juga memungkinkan sel-sel untuk mengambil asam
lemak dan asam amino untuk digunakan dalam sintesis lemak dan protein (bukan untuk
produksi energi). Insulin merupakan hormon vital; kita tidak dapat bertahan hidup untuk
waktu yang lama tanpa hormon tersebut. Sekresi insulin dirangsang oleh hiperglikemia.
Keadaan ini terjadi setelah makan, khususnya makanan tinggi karbohidrat. Ketika
glukosa diabsorbsi dari usus halus ke dalam darah, insulin disekresikan untuk
memungkinkan sel menggunakan glukosa untuk energi yang dibutuhkan segera. Pada
saat bersamaan, semua kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan otot sebagai
glikogen
Glukagon. Efek glukagon secara keseluruhan adalah meningkatkan kadar glukosa
darah dan membuat semua jenis makanan dapat digunakan untuk proses energi.
Glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen menurunkan glukosa
(glikogenolisis) dan meningkatkan penggunaan lemak dan asam amino untuk produksi
energi. Proses glukoneogenesis merupakan pengubahan kelebihan asam amino
menjadi karbohidrat sederhana yang dapat memasuki reaksi pada respirasi sel.Sekresi
glukagon dirangsang oleh hipoglikemia. Hal ini dapat terjadi pada keadaaan lapar atau
selama stres fisiologis, misalnya olahraga.
Pulau-pulau langerhans adalah sekelompok kecil sel-sel yang tersebar di seluruh pankreas dan kaya akan pembuluh darah. Kelenjar langerhans menghasilkan hormon insulin dan glucagon. Insulin berfungsi mengubah gula darah (glukosa) menjadi gula otot (glikogen) di hati sehingga mengurangi kadar gula dalam darah. Glucagon berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa.
Kekurangan hormon insulin dapat mengakibatkan diabetes mellitus (kencing manis) akibat kadar gula dalam darah naik
Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus berdasarkan
perawatan dan simtoma:[2]
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas
yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus
dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada
penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan
sindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan
gestational diabetes mellitus, GDM.
1. Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel ? pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin
(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan,
keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2. Diabetes Tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel ? tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat
danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi,
gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
3. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi,
kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.