Tugas Dr. Agnes Demam Dengue Dan Dhf - Copy
-
Upload
eka-henny-suryani -
Category
Documents
-
view
225 -
download
4
description
Transcript of Tugas Dr. Agnes Demam Dengue Dan Dhf - Copy
Demam Dengue
Masa tunas berkisar antara 3-15 hari, pada umumnya 5-8 hari. Permulaan penyakit
biasanya mendadak .Gejala prodromal meliputi nyeri kepala, nyeri berbagai bagian
tubuh, anoreksia, menggigil dan malaise. Pada umumnya ditemukan sindrom trias,
yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan timbulnya ruam. Ruam biasanya timbul
5 - 12 jam sebelum naiknya suhu pertama kali, yaitu pada hari ketiga sampai hari kelima
dan biasanya berlangsung selama 3- 4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang
menghilang pada tekanan. Ruam mula-mula dilihat di dada, tubuh serta abdomen dan
menyebar ke anggota gerak dan muka. Pada lebih dari separuh penderita gejala klinis
timbul dengan mendadak, disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri di
belakang bola mata, punggung, otot dan sendi disertai rasa menggigil. Pada beberapa penderita
dapat dilihat kurve yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetapi pada penelitian
selanjutnya bentuk kurve ini tidak ditemukan pada semua penderita sehingga tidak
dapat dianggap patognomonik. Anoreksia dan obstipasi sering dilaporkan di samping
itu perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek
sering ditemukan. Pada stadium dini penyakit sering timbul perubahan dalam indra
pengecap. Gejala klinis lain yang sering terdapat ialah fotofobia, keringat yang
bercucuran, suara serak, batuk, epistaksis dan disuria. Demam menghilang secara
lisis, disertai keluamya banyak keringat.Manifestasi perdarahan tidak
seringdijumpai.3
Demam berdarah dengue
Kasus demam berdarah dengue ditandai dengan empat manifestasi klinis yaitu
demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan
peredaran darah. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan beratnya penyakit
dan membedakan demam berdarah dengue dari demam dengue adalah
meningginya permeabilitas kapiler pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
hipotensi, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Halstead mengemukakan gejala
yang harus dipertimbangkan dalam diferensiasi demam berdarah dengue dengan
demam dengue, adalah:2
1. DHF biasanya disertai dengan pembesaran hati.
2. Leukositosis seringkali ditemukan pada DHF, berlainan dengan demam
dengue yang pada umumnya disertai dengan leukopenia berat.
3. Manifestasi perdarahan seperti petekhie, echimosis, uji tornikuet positif dan
trombositopenia lebih menonjol pada DHF.
4. limfadenopati, ruam makulopapular dan mialgia bersifat lebih ringan pada
DHF.
Demam dengue Demam berdarah dengue
Didapatkan demam akut dengan dua
atau lebih gejala/tanda berikut:
nyerikepala
nyeri retro orbital
nyeri sendi
nyeriotot
ruam
leukopenia
ada kejadian di lokasi dan
waktu yang sama, dan telah
dikonfirmasi oleh criteria
laboratorium (serologi, isolasi,
deteksigenom virus)
mendukung sebagai kasus
dengue
Seluruh komponen berikut harus terpenuhi:
demam selama 2-7 hari tipe bifasik
kecenderungan perdarahan (ptekie,
epistaksis)
trombositopenia< 100.000 sel per
mm3
uji tourniket positif
adanya kebocoran plasma dengan
manifestasi:
o Kenaikan hematokrit 20%
diatas rerata usia seks dan
populasi
o Penurunan hematocrit
setelah intervensi
penggantian volume yang
setara atau lebih besar dari
20% nilai dasarnya
o Tanda-tanda kebocoran
plasma seperti efusi pleura,
asites, dan hipoproteinemia.
Sindrom syok dengue :kasus
DHF dengan sempitnya
tekanan nadi (<20 mmHg),
DD DHF
Trombositopenia <1500000 ribu/mm3 <100.000 ribu/mm3
Leucopenia <5000 sel/mm3 <5000 sel/mm3
Kebocoran plasma
Peningkatan Ht 20%
rekovalensi
Penurunan Ht 20% stlh
diberikan terapi
Efusi pleura, asites
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Dengue shock syndrome
Disfungsi sirkulasi pada DBD, dengue shock syndrom, biasanya terjadi
sesudah hari 2-7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi plasma leakage, efusi cairan ke rongga interstisial sehingga terjadi disfungsi
sirkulasi dan penurunan perfusi organ. Gangguan perfusi ginjal ditandai oleh oliguria
atau anuria dan gangguan perfusi susunan saraf pusat ditandai oleh penurunan
kesadaran. Pada fase awal sindrom syok dengue fungsi organ vital dipertahankan dari
hipovolemia oleh sistem hemostatis dalam bentuk; takikardia,
vasokonstriksi, penguatan kontraktilitas miokard, takipnea, hiperpnea, dan
hiperventilasi.Vasokonstriksi perifer mengurangi perfusi perfusi non-esensial di kulit
dan mneyebabkan sianosis, penurunan suhu permukaan tubuh dan pemanjangan
waktu pengisian kapiler(>5 detik).. Mula-mula tekanan nadi turun, < 20 mmHg
misalnya100/90, karena tekanan sistolik turun sesuai dengan penurunan venous return
danvolume sekuncup, dan tekanan diastolic meninggi sesuai dengan peningkatan
tonus vaskuler. SSD berlanjut dengan kegagalan mekanisme hemostatis, terjadi
iskemia jaringan yang irreversible dan pasien akan meninggal dalam 12-24 jam.4
Tanda kebocoran plasma
Virus dengue mengeluarkan racun-racun yang dapat menyebabkan dinding
pembuluh darah kita melebar. Ketika dinding ini melebar maka cairan dapat keluar ke
ruangan ketiga tersebut.Kebocoran plasma ini akan mudah dilihat dari keadaan yang
semakin buruk seperti keadaan lemas berlebihan pada tahap awal hingga keadaan
syok. Keadaan syok ini dapat ditandai dengan badan yang sangat lemas, sesak nafas,
pendarahan yang spontan, urin yang berkurang, peningkatan dari denyut nadi,
penurunan dari tekanan darah hingga penurunan kesadaran.
Tanda-tanda dari adanya kebocoran plasma adalah :3
1. Kenaikan hematokrit 20% dari hematokrit konvalensi pada hari
sembuhnya pasien
2. Penurunan hematocrit setelah intervensi penggantian volume yang
setara atau lebih besar dari 20% nilai dasarnya
3. Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, dan
hipoproteinemia. Sindrom syok dengue :kasus DHF dengan sempitnya
tekanannadi (<20 mmHg), hipotensi atau tanda syok lain.
MANIFESTASI KELAINAN HEMATOLOGI PADA DEMAM BERDARAH
DENGUE
1. Vaskulopati
Disfungsi endotel pada infeksi virus dengue tampak dalam manifestasi klinis
berupa peningkatan permiabilitas kapiler, yang bertanggung jawa bterhadap proses
kebocoran plasma, hemokonsentrasi, hipoproteinemia atau hipoalbuminemia, efusi
pleura, asites dan gangguan sirkulasi. Kebocoran plasma akibat dari permeabilitas
vaskuler meningkat dan terjadi ekstravasasi cairan interstitial ke ekstraseluler
biasanya terjadi pada fase febris akut dan sangat menonjol terlihat terutama pada
pasien-pasien dengan kegagalan sirkulasi. Tes torniket atau uji Rumple Leede yang
positif menandakan adanya kebocoran plasma, dan biasanya terjadi pada hari awal
serangan. Infeksi virus Dengue pada makrofag dan monosit selanjutnya akan
mengaktivasi limfosit T, baik CD4 maupun CD8. Aktivasi ini makrofag dan
monositakan merangsang infeksi virus dengue untuk mengaktivasi makrofag dan
monosit yang lainnya, yang selanjutnya akan memproduksi mediator inflamasiseperti
TNF , IL-1, PAF, IL-6, histamine sedangkan limfosit T menghasilkan mediator
inflamasi berupa IL-2, TNF , IL-1, IL-6 dan IFN!. Peningkatan VC3a dan C5a juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma melalui anafilaktoksin yang
dihasilkannya.1
2. Koagulopati
Komplek virus antibodi yang terbentuk akan dapat mengaktifkan sistem koagulasi
yang dimulai dari aktivasi faktor Haegeman (faktor XII) menjadi bentuk aktif
(faktorXIIa). Selanjutnya faktorXIIa ini akan mengaktifkan faktor koagulasi lainnya
secara berurutan mengikuti suatu kaskade sehingga akhirnya terbentuk fibrin. Di
samping mengaktifkan sistem koagulasi, faktor XIIa juga akan mengaktifkan sistem
fibrinolisis, yaitu terjadi perubahan plasminogen menjadi plasmin melalui proses
enzimatik. Plasmin memiliki sifat proteolitik dengan sasaran khusus yaitu fibrin.
Fibrin polimerakan dipecah menjadi fragmen X dan Y. Selanjutnya fragmen Y
dipecah lagi menjadi fragmen D danfragmen E yang dikenal sebagai D-dimer.
Degradasi fibrinini (FDP) memiliki sifat sebagai anti koagulan, sehingga jumlah
yang cukup banyak akan menghambat hemostasis. Aktivasi sistem koagulasi dan
fibrinolisis yang berkepanjangan berakibat menurunnya berbagai faktor koagulasi
sepertifaktor II, V, VII, VIII, IX, danX serta plasminogen.Hal ini memperberat
perdarahan yang terjadi pada penderita DBD.1
3. Trombositopenia
Trombositopenia merupakan salah satu criteria sederhana yang diajukan oleh
WHO sebagai diagnosis klinis penyakit DBD.Jumlah trombosit biasanya masih
normal selama 3 hari pertama. Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah
panas dan mencapai titik terendah pada fase syok.Penyebab trombositopenia pada
DBD masihkontroversial, disebutkan terjadi karenaa danya supresi sumsum tulang
serta akibat destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Mekanisme
peningkatan destruksi ini belum diketahui dengan jelas. Ditemukannya kompleks
imun pada permukaan trombosit yang mengeluarkan ADP (adenosin di posphat)
diduga sebagai penyebab agregasi trombosityang kemudian akan dimusnahkan oleh
sistem retikuloendotelial khususnya limpa dan hati.1
Gangguan Masa Perdarahan Masa Pembekuan Rumple Leede Retraksi Bekuan
Vaskulopati Normal Normal Positif Normal
Trombopati Memanjang Normal Positif Abnormal
Koagulopati Normal Memanjang Negatif Normal
Pemeriksaan serologis pada pasien dengue hemorrhagic fever
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi
virus dengue. Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa
saja muncul mungkin karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi.
IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap
terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki nilai diagnostik bila disertai
dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah. Pemeriksaan IgG dan
IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder.
Dengue primer
Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue sebelumnya.
Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat dengan titer yang rendah.
Dengue Sekunder
Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus dengue
sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog muncul
seumur hidup. Setelah beberapa waktu bisa terjadi infeksi dengan virus dengue yang
berbeda. Pada awalnya akan muncul antibodi IgG, sering pada masa demam, yang
merupakan respon memori dari sel imun. Selain itu juga muncul respon antibodi IgM
terhadap infeksi virus dengue yang baru.
Selain itu juga bisa digunakan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung infeksi
dengue primer, sedangkan raso ≤ 1,8 lebih ke arah infeksi dengue sekunder (Dengue,
Tropical Medicine: Science and Practice,2013)
DAFTAR PUSTAKA
1. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and management
of dengue hemorrhagic fever. Transfusion alternatives in transfusion medicine. Journal Compilation 2006;8(suppl 1):3-11
2. Hadinegoro S.R, Demam berdarah dengue Dalam :naskah lengkap pelatihan bagi dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam dalam tatalaksana DBD, Penerbit FKUI, Jakarta, 2005. Hal 1.
3. Yani, demam berdarah dengue dalam: http:/www.bmjournals.com, may 2005.4. WHO, Clinical Diagnosis of Dengue dalam:
http://www.who.int/entity/csr/resources/publications/dengue/12-23.pdf