tugas diagnosa cacat.ppt

download tugas diagnosa cacat.ppt

of 18

description

tugas diagnosis cacat

Transcript of tugas diagnosa cacat.ppt

  • CARA DIAGNOSIS DAN EVALUASI TINGKAT CACATKARENA KECELAKAAN DAN PAK BIDANG ORTOPEDI

    BERDASARKAN KETENTUAN American Medical Association dan DEPNAKERTRANS

  • Elemen checklist dari laporan medis sesuai ketentuan AMA 2007 tujuan pemeriksaan (purpose of the examination)catatan atau data mengenai penyakit yang diderita sekarang (history of present illness)komplain dari atasan (chief complain)aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah terjadinya kecelakaan atau cedera (pre-injury and post-injury activities of daily living)data kesehatan di masa lalu (past medical history)

  • uraian tugas/pekerjaan (job description)catatan medis dan hukum yang dilampirkan, termasuk daftar hal-hal yang direviewpemeriksaan fisik (meliputi metode apa yang digunakan dan siapa yang melakukan pemeriksaan), dan hasil dari pemeriksaan ituhasil diagnosa dan pencitraandiagnosa dan rekaman pemeriksaan

  • hasil diskusi dan kesimpulan yang diperoleh :penyebab kecelakaan (specific injury, continous trauma, atau keduanya)apakah pemohon (pasien) telah mencapai perkembangan kesehatan maksimum yang permanent dan menetap?penemuan-penemuan yang obyektif : berkurangnya daerah gerak, deficit neurologis dengan deficit sensoris (sakit, numbness, tingling), dan berkurangnya fungsi motorik (muscle weakness, atropi), spondylolysis, spondylolisthesis, herniater intervertebral disc, benturan urat syaraf, dlldiskusi mengenai positif dan negatifnya uji diagnostic dan pencitraan

  • 5. deskripsi dari impairment tiap-tiap anggota tubuh (secara terpisah)6. apakah kesimpulan dokter konsisten dengan post-SB 899 PDRS dan relevan dengan aspek hukum kasus bersangkutan?7. bagaimana kecelakaan kerja tersebut mempengaruhi ADLs (kegiatan kebutuhan sehari-hari) pemohon?8. rasionalitas dokter dalam menggunakan metode deskripsi dan pengukuran dari AMA Guides9. penyebab impairment permanen, mengapa dan bagaimana faktor-faktor di luar faktor pekerjaan dapat menyebabkan disability permanen10. rekomendasi untuk terapi medis lebih lanjut11. dapatkah pemohon melakukan tugas atau pekerjaan sehari-harinya dengan baik ?12. jenis pekerjaan apa yang masih bisa dilakukan pemohon? Dan pekerjaan apa yang tidak boleh dilakukannya?

  • Contoh : Penentuan tingkat impairment pada cedera Tulang BelakangPasien adalah wanita berusia 17 tahun, seorang pegawai toko kebutuhan sehari-hari, dan merasakan punggung bagian bawah (low back) meletik atau patah (snap) setelah mengangkat kotak berisi 24 botol bir. Dua bulan setelah insiden itu, dokter yang menanganinya menyatakan bahwa kondisinya telah permanent dengan MMI berikut ini :MRI dari lumbar spinal menunjukkan degenerasi pada tulang punggung L5-S1 dengan disertai pembengkakan sebesar 3-4 mm pada anterior epidural fat, tidak terlihat adanya tekanan pada syaraf maupun canal stenosis.

  • Pada pemeriksaan tulang belakang, dokter menyatakan bahwa : Pasien dapat membungkuk sehingga ujung jari berada 12 inchi di atas lantai. Pasien mampu mengulurkan tangan 20% dari keadaan normal dan dapat melakukan rotasi badan (lateral rotation) 50% dari keadaan normal. Setiap daerah pergerakan gerakan selalu dibatasi oleh rasa sakit.Melalui palpasi, diketahui terdapat tenderness di sepanjang lumbar spinal mulai dari L1 hingga L5, namun tidak terlihat adanya kejang pada otot paraspinal.

  • Dokter menyimpulkan bahwa :Pasien memiliki beberapa gejala pada punggung bawah dan kedua belah kaki yang tidak berkorelasi dengan hasil MRI. Pasien juga mengalami pembengkakan ringan pada disc namun tidak ada benturan pada syaraf. Semua keterbatasan gerak semata-mata disebabkan karena rasa sakit. Berbagai gejala pada kedua kaki berada pada distribusi non-dermatomal. Dokter merekomendasikan bahwa pasien termasuk pada DRE kategori I, yaitu 0% impairment

  • Laporan di atas tidak sesuai dengan Pedoman AMA dan bukan merupakan bukti substansial karena alasan-alasan berikut :

    Tidak dilakukan pemeriksaan flexi-extensi dengan sinar-X sehingga tidak diketahui apakah ada instabilitas intervertebralTidak ada penelitian EMG/NCV untuk mengetahui adanya lower extremity radiculopathy. Pernyataan bahwa rasa sakit pada kaki pasien adalah non-dermatomal merupakan pernyataan yang spekulatif, mengingat bahwa dokter tidak mereview pada hasil pemeriksaan EMG atau NCV, dan ia tidak pernah menginformasikan pada pasien mengenai adanya keraguan bahwa pasien mengalami gejala-gejala radicular.

  • Tidak dilakukan tes ROM secara benar. Tidak ada bukti bahwa dokter menggunakan inclinometer atau alat lain yang layak. Dalam pengujian daerah pergerakan (range motion) lumbar spinal, tidak dikenal istilah lateral rotation, karena rotasi adalah fungsi dari pinggul. Bentuk tes daerah pergerakan lumbar spinal adalah forward flexion, backwards extension, lateral flexi kanan dan kiri, atau bending.

  • Film MRI tidak direview. Dokter tidak bisa melihat seberapa banyak ruangan pada spinal canal tanpa MRI. Pembengkakan disc sebesar 3-4 mm secara klinis dapat terlihat signifikan, dan pasien seharusnya merasakan sakit yang sesuai dengan hasil MRI ini.

  • Pasien kemudian dirujuk pada AME pembedahan ortopedik, yang beropini bahwa pasien termasuk DRE kategori III dengan tingkat impairment 13 % karena adanya pembengkakan disc sebesar 3-4 mm pada usia 17 tahun, yang dapat digolongkan sebagai herniation. AME mengindikasikan bahwa menggunaan metode DRE akan lebih baik dibanding metode ROM karena impairment ini disebabkan oleh cedera spesifik. Cedera ini dinilai telah secara drastis mempengaruhi ADLs pasien, berdasarkan fakta bahwa pasien tidak mampu berpartisipasi dalam semua kegiatan fisik di sekolahnya

  • Dari kasus tersebut, diketahui bahwa berdasarkan pedoman AMA 2007, pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosa tingkat kecacatan adalah :

    X-Ray photoMRIEMG/NCVROMPemeriksaan fisik berupa- look (inspeksi)- feel (palpasi)- move (gerakan aktif dan pasif)

  • Berdasarkan pedoman Depnakertrans, diagnosa ditetapkan atas dasar pemeriksaan yang terdiri dari :1. Anamnesaapakah ada trauma dan bagaimana terjadinya ?apakah penderita sementara tak dapat kerja sama sekali ?kidal atau tidak ?sudah berapa lama ?sudah dapat terapi ?sejak kapan dapat terapi ?masih perlu pengobatan rehabilitasi ?berapa lama waktu yang diperlukan untuk kembali kerja ?apakah keadaan tersebut sudah hasil maksimum/stabil ?berapa derajat gangguan fisik yang dapat dinilai persentase terhadap permanent partial disability?

  • 2. Pemeriksaan fisikdari keadaan umum secara keseluruhan termasuk sikap/derajat yang dimiliki seseorang untuk sembuhkeadaan dari anggota gerak atas dan bawah serta tulang belakang secara keseluruhan : - look (inspeksi) - feel (palpasi) - move (gerakan aktif dan pasif)

  • Kelainan yang dapat ditemukan :- kelainan sensorik dan motorik- kelainan tonus otot/lingkar (diameter)- ukuran panjang atau pendek- kekakuan atau kelainan sendi- stabilitas dan gerak lingkup sendi- kelainan lain seperti : sikatriks, trofi (pertumbuhan), deformitas.

  • 3. Pemeriksaan laboratorium rutin4. Rujukan Pemeriksaan roentgen minimal dalam 2 proyeksi- tomografi- kontras (artrografi, mielografi, arteriografi)- CT scan/scintigrafiUSGMRIEMG

  • Perbedaan antara kedua pedoman diagnosa itu, antara lain :Dalam AMA 2007, banyak dibutuhkan data/rekaman kesehatan pasien di masa laluPedoman diagnosa AMA 2007 lebih menuntut info rinci tentang aktivitas yang dilakukan pasien/pemohon baik di dalam pekerjaannya, maupun di luar pekerjaan utamanyaBahan pertimbangan untuk konsensus pada AMA 2007 lebih transparan dan lebih rinciMeskipun secara umum dalam AMA 2007 bidang ortopedi diminta adanya pemeriksaan yang menyeluruh, namun pada tiap-tiap kasus hanya dilakukan pemeriksaan yang spesifik dan benar-benar diperlukan untuk memberi hasil yang signifikan dalam pengambilan keputusan