Tugas Dbd m Rizky
-
Upload
muhammad-rizky -
Category
Documents
-
view
225 -
download
2
description
Transcript of Tugas Dbd m Rizky
PENDAHULUAN
Demam dengue / Demam DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue
Hemorrahagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan / syok. Demam dengue dan demam berdarah
dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga
Flaviviridae. Flaviviridae merupakan virus dengan diameter 30mm terdiri dari asam
ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
DHF atau Dengue Haemorraghic Fever adalah penyakit trombositopenia infeksius
akut yang parah, dan sering bersifat fatal, disebabkan oleh infeksi virus dengue. Pada DHF
terjadi hemokonsentrasi atau penumpukan cairan tubuh, abnormalitas hemostasis dan pada
kondisi yang parah dapat timbul kehilangan protein yang masif (Dengue Shock Syndrome),
yang dipikirkan sebagai suatu proses imunopatologik.
Epidemiologi
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama
Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana
yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
1. Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
2. Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (diderah
perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah pedesaan).
Demam dengue dan DHF juga disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang
berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah :
DEN-1
DEN-2
DEN-3
DEN-4.
Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup
tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang
hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur
hidupnya.Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Faktor Risiko
Infeksi virus dengue pada manusia menyebabkan gejala dengan spektrum luas,
berkisar dari demam biasa sampai penyakit perdarahan yang serius. Pada area endemik,
infeksi dengue memiliki gejala klinis yang tidak spesifik, terutama pada anak-anak. Gejala
yang tampak hanya seperti infeksi virus pada umumnya.
Faktor risiko yang penting dan berpengaruh terhadap proporsi pasien yang mengalami
gejala yang berat selama transmisi endemik di antaranya strain dan serotipe virus yang
menginfeksi, status imunitas dari setiap individu, usia penderita, faktor genetik dari pasien
Patogenesis
Patofisiologi primer DBD adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke
kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan
penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini
didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Perubahan hemostasis pada DBD melibatkan 3 faktor : perubahan vaskuler, trombositopeni
dan kelainan koagulasi. Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopeni, dan banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang abnormal.
Adanya ikatan antigen-antibodi (komplek antibodi-virus) ini dalam sirkulasi darah
akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Agregasi trombosit melepaskan ADP dan mengalami metamorfosis yang kemudian
kehilangan fungsi sehingga dimusnahkan sistem retikulo endotel dengan akibat
trombositopeni hebat dan perdarahan. Disamping itu trombosit yang mengalami
metamorfosis melepaskan faktor trombosis ke-3 yang mengakibatkan sistem pembekuan.
b. Aktifasi faktor Hageman (faktor XII) akan mengakibatkan sistem pembekuan dengan
akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang sangat luas. Dalam proses ini
plasminogen menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin menjadi
plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuranfibrin menjadi
fibrin degradation product. Disamping itu aktifasi faktor XII menggiatkan sistem kinin
yang berperan meningkatkan permeabilitas kapiler, menurunnya faktor pembekuan yang
disebabkan aktifasi sistem pembekuan dan kerusakan hati akan menambah beratnya
perdarahan. 7
Gambaran klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam, demam berdarah dengue, atau syndrome syok dengue
(SSD).
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase
kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat.1 Bintik-bintik
perdarahan di kulit sering terjadi, kadang disertai bintik-bintik perdarahan di farings dan
konjungtiva. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati, nyeri di
tulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut.
DHF adalah komplikasi serius dengue yang dapat mengancam jiwa penderitanya,
ditandai oleh :
demam tinggi yang terjadi tiba-tiba
manifestasi perdarahan
hepatomegali/pembesaran hati kadang-kadang terjadi syok manifestasi perdarahan pada
DHF dimulai dari tes torniquet positif dan bintik-bintik perdarahan di kulit (ptechiae).
Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak, ketiak, wajah dan gusi, juga bisa terjadi
perdarahan hidung, perdarahan gusi, perdarahan dari saluran cerna dan perdarahan dalam
urin.
Diagnosis
1. Demam dengue
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retroorbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia) di
tambah pemeriksaan serologis dengue positif atau ditemukan pasien demam dengue/
demam berdarah dengue yang telah dikonfirmasi pada waktu dan lokasi yang sama.
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah
ini terpenuhi.
a) Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
b) Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Petekie, ekimosis, purpura
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi) atau
perdarahan dari tempat lain.
Hematemesis atau melena.
c) Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul)
d) Terdapat minimal satu dari tanda tanda kebocoran plasma sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD disertai dengan kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (< 20 mmHg), hipotensi dibandingkan
standard sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.
Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue
DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih tanda :
Sakit kepala
Nyeri retroorbital
Mialgia
Artralgia
Leukopenia
Trombisitopenia
Tidak ada bukti kebocoran plasma
Uji serologi dengue (+)
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif Trombositopenia < 100.000
Ht meningkat >20%
Uji serologi dengue (+)
Bukti ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan Trombositopenia < 100.000
Ht meningkat > 20%
Uji serologi dengue (+)
Bukti ada kebocoran plasma
DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
Trombositopenia < 100.000
Ht meningkat > 20%
Uji serologi dengue (+)
Bukti ada kebocoran plasma
DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur.
Trombositopenia < 100.000
Bukti ada kebocoran plasma
Ht meningkat > 20%
Uji serologi dengue (+)
Pemeriksaan laboratorium
Leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemukan limfositosis relative (>45%
dari leukosit) disertai adanya lifosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit
pada fase syok akan meningkat.
Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan peningkatan hematokrin ≥ 20% dari hematokrin awal,
umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan AP, APTT, Fibrinogen, D- Dimer atau FDP pada keadaan yang
dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoalbuminemia akibat kebocoran plasma
Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Serelogi
Dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG terhadap dengue, yaitu:
- IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60-
90 hari
- IgG terdeteksi mulai hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2 (infeksi sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai hari kedelapan.
Sensitivitas sama tingginya dengan spesitifitas gold standart kultur virus. Hasil negatif
antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didpatkan efusi pleura, terutama pada hematoraks kanan tetapi apabila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai kedua hemitoraks.
Tata laksana
Protokol dibagi dalam 5 kategori :
Protokol 1: Penanganan Tersangka (Probable) DBD Dewasa tanpa Syok
Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam pemberian pertolongan pertama pada
penderita DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat. Dilakukan
pemeriksaan hemonglonin (Hb), hematokrin (Ht), dan trombosit, bila :
Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke Poliklinik dalam waktu 24
jam berikutnya (dilakukan pemriksaan Hb, Ht, leukosit dan trombosit tiap 24 jam) atau
bila keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit Gawat Darurat.
Hb, Ht normal tetapi trombosit , 100.000 dianjurkan untuk dirawat
Hb, Ht meningkat dan tombosit normal atau turun juga dianjurka untuk dirawat
Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa di Ruanag Rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masih dan tanpa syok maka
di ruang rawat diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut
ini :
Volume cairan kristaloid / hari yang diperkukan, sesuai rumus berikut :
1500+ (20 x (BB dalam kg – 20 )
Setelah pemberian cairan dilakukan dilakukan pemberian Hb, Ht tiap 24 jam:
Bila Hb, Ht meningkan 10-20% dan tombosit < 100.000 jumlah pemberian cairan
tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb, Ht, trombo dilakukan tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan
sesuai dengan protocol penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%.
Protokol 3. Penatalaksaan DBD dengan Peningkatan Ht > 20%
Meningkatnya Ht > 20% menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit cairan
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan
infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam
pemberian cairan.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/KgBB/jam dalam tapi keadaan
tetap tidak membaik, yang ditndai dengan Ht dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun < 20
mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infuse menjadi 10
ml/kgBB/jam. dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk dan didapatkn
tanda-tanda syok maka pasien ditananganisesuai protocol tatalaksana sindrom syok dengue
pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi
pemberian cairan.
Protokol 4. Penatalaksaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah : perdarahan
hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung,
perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan
saluran kencing ( hematuria, perdarahan otak atau perdarahan sembunyi dengan jumlah
perdarahan sebanyak 4-5 ml/KgBB/jam. . Pada keadaan seperti ini jumlah dan
kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD tanpa syok. Pemeriksaan TD,
nadi, pernapasan, dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan
Hb, Ht, dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris didapatkan
tanda-tanda koagulasi intravaskuler diseminata (KID). Taranfusi komponen darah
diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi factor-faktor
pembekuan darah (PT dan aPTT) yang memanjang), PRC diberikan bila nilai Hb
kurang dari 10 g/dl. Transfusi trombosit hanya diberikan pada pasien DBD yang
perdarahan spontan dan massif dengan jumlah tromboit <100.000/mm3 disertai atau
tanpa KID
Protokol 5. Tatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada Dewasa
Bila berhadapan dengan SSD maka hal pertama yang harus diingat adalah
renjatan harus segera diatasi dan oleh karena itu penggantian cairan dilakukan
intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka kematian SSD 10 kali lipat
dibandingakan dengan penderita DBD tanpa renjatan. Dan renjatan dapat terjadi karena
kerelambatan penderita DBD mendapat pertolongan.
Pada kasus SSD cairan kritaloid adalah pilihan utama yang diberikan. Penderita
juga diberikan O2 2-4 liter/menit. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostalisi, analisis gas darah, kadar
natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kreatinin.
Bila keadaan tetap belum teratasi, maka perhatikan nilai Ht. :
Bila Ht meningkat berarti perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian
cairan koloid merupakan pilihan.
- Pemberian koloid mula-mula diberikan 10-20ml.kgBB dan dievaluasi setelah
10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka pemantaun cairan
dilakukan pemasangan kateter vena sentral, dan pmberian dapat ditambah
hingga jumlah maksimum 30ml/kgBB ( maksimal 1-1,5µ/hari) dengan sasaran
tekanan vena sentral 15-18cmH2O
- Bila keadaan belum teratasi harus diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap
gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID, infeksi sekunder.
- Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target tetapu renjatan
tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik / vasopresor.
Bila Ht menurun, berarti terjadi perdarahan (internal bleeding) maka pada
penderita diberikan transfuse darah segar 10ml/kgBB dan dapat diulang sesuai
kebutuhan.