Tugas Camar 2 IUFD

7

Click here to load reader

description

okry

Transcript of Tugas Camar 2 IUFD

Page 1: Tugas Camar 2 IUFD

A. DefinisiIntra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam rahim yaitu kematian yang terjadi pada

umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gr atau lebih Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians and Gynecologists yang disebut

kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.

B. Klasifikasi

Golongan I

(Blast Ovum)

Golongan II

(Death Conception)

Golongan III

(Late Fetal Death)

Golongan IV

kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh

kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu.

kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas

C. EtiologiPenyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh Ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin,

ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakan janin yang terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll.

Pada 25-60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.

  Faktor maternal antara lain adalahPost term (> 42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu,kematian ibu.

  Faktor fetal antara lain adalahHamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, infeksi.

  Faktor plasenta antara lain adalahKelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.

Page 2: Tugas Camar 2 IUFD

  Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrsi pada ibu, riwayat bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.

Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Deperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan terpapar unfeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.

Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga,pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.

Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokografi.

D. PatofisiologiJanin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain gangguan

gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

E. Tanda dan Gejala  Pertumbuhan janin (-), bahkan janin mengecil sehingga tinggi fundus uteri menurun.  Bunyi jantung janin tak terdengar dengan fetoskop dan dipastikan dengan doppler.  Keluhan ibu : menghilangnya gerakan janin.  Berat badan ibu menurun.  Tulang kepal kolaps.  USG : merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.  Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif. Hasil ini terjadi beberapa hari setelah kematian janin.

F.   DiagnosisPenetapan diagnosa di peroleh dengan cara : anamnesa, pemeriksaan yang meliputi

palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, rontgen foto abdomen.Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang, pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound , dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.

Page 3: Tugas Camar 2 IUFD

Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil.

Dengan fetoskopi dan doppler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala ‘spalding’) tulang kepala hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin. Komplikasi yang dapat terjdi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.G. Komplikasi

Trauma emosional yang berat terjdi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup lama.

Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2

minggu.

H. Pencegahan Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila

ibu mersa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gamelli dengan T + T (twin to twin transfusio) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.

I. Pengelolaan IUFD Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera

dikeluarkan secara: 1. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.

2. Persalinan anjuran :

a. Dilatasi serviks dengan batang laminaria Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus

oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta. b. Dilatasi serviks dengan kateter folley.

1) Untuk umur kehamilan > 24 minggu.

2) Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar kantong amnion.

Page 4: Tugas Camar 2 IUFD

3) Diisi 50 ml aquades steril.

4) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban sebesar 500 gram.

5) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.

c. Infus oksitosin 1) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai dengan Bishop

Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.

2) Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.

d. Induksi prostaglandin 1) Dosis :

Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam. Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml dalam infus.

2) Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

Page 5: Tugas Camar 2 IUFD

Dokumentasi