tugas besar pranata pembangunan
-
Upload
jimmy-septian -
Category
Documents
-
view
80 -
download
7
Transcript of tugas besar pranata pembangunan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kerjasama antar pemerintah daerah merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan
pemerintah saat ini mengingat perannya dalam menentukan ketahanan negara, dan
melihat begitu banyak masalah dan kebutuhan masyarakat di daerah yang harus diatasi
atau dipenuhi dengan melewati batas-batas wilayah administratif. Untuk mensukseskan
kerjasama ini diperlukan identifikasi isu-isu strategis, bentuk atau model kerjasama yang
tepat, dan prinsip-prinsip yang menuntun keberhasilan kerjasama tersebut. Mengingat
peran strategis yang dimainkan propinsi dalam sistem negara kesatuan ini, maka
peningkatan peran dan kemampuan propinsi dalam mekanisme kerjasama ini, termasuk
penyesuaian struktur dan fungsi kelembagaannya, harus menjadi agenda penting
pemerintah di masa mendatang.
Dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 19 tahun 2009 tentang pedoman
peningkatan kapasitas pelaksana kerjasama daerah dijelaskan bahwa peningkatan
kapasitas pelaksana kerja sama daerah adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembangkan pengetahuan, minat, dan motivasi, serta memantapkan sikap dan
semangat pengabdian aparatur pemerintah daerah yang membidangi kerja sama daerah.
Pelaksana kerja sama daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diserahi tugas
untuk merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan kerjasama daerah sesuai dengan
objek dan bidang yang dikerjasamakan. Kerja sama daerah adalah kesepakatan antara
gubernur dengan gubernur atau gubernur dengan bupati/walikota atau antara
bupati/walikota dengan bupati/walikota yang lain, dan/atau gubernur,bupati/walikota
dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban.
Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Pemerintah Daerah Propinsi Bangka Belitung mempunya potensi sumber daya
alam berupa biji timah yang perlu digali dan digarap untuk mencapai hasil yang
maksimal. Dalam penambangan biji timah pemerintah daerah Bangka tentu tidak mampu
untuk mengerjakan sendiri, baik dari segi pembiayaan maupun sumber daya manusia
yang ada. Untuk itu pemerintah daerah Bangka memerlukan kerja sama baik dengan
pihak swasta maupun pemerintah daerah lainnya. Kerja sama dengan pihak swasta yang
sudah berlangsung, mengalami kendala dan problem masalah yang berdampak pada
rusaknya lingkungan di daerah penambangan. Kerja sama antar pemerintah daerah di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung bisa dilakukan dalam upaya pemberdayaan potensi
sumber daya alam yang ada, serta untuk menunjang pelaksanaan pembangunan daerah di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.2. Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan tugas ini, adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang ada kaitannya dengan kerja sama antar daerah.
1.2.2. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari penyusunan tugas ini, adalah :
1. Menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kerja sama antar daerah yag ada di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Melakukan kajian teoritis yang berkaitan dengan permasalahan kerja sama antar daerah
3. Melakukan analisis terhadap topik permasalahan yang terungkap.
4. Menstrukturkan permasalahan yang ada sesuai dengan konsep masalah dan dianalisis
menggunakan pohon masalah.
5. Menentukan topik permasalahan untuk kajian/penelitian lebih lanjut.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Kepulauan Bangka Belitung terletak antara garis 1050’ – 30010’ Lintang Selatan dan garis
1050 – 1080 Bujur Timur. Dengan batas sebagai berikut :
Sebelah utara : Laut Natuna
Sebelah Timur : Selat Karimata
Sebelah Selatan : Laut Jawa
Sebelah Barat : Selat Bangka
1.3.2. Ruang Lingkup Materi
Permasalahan kerja sama antar daerah yang terjadi pada suatu wilayah kota merupakan
sesuatu yang penting untuk dilakukan terutama untuk menggali potensi yang ada di daerah yang
dihadapi oleh Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam masalah penambangan untuk
meningkatkan perkembangan ekonominya. Oleh sebab itu dalam penyusunan tugas ini perlu
dilakukan pembatasan materi dalam pembahasan. Adapun batasan pembahasan materinya, yaitu
permasalahan kerja sama antar daerah yang ada di Kepulauan Bangka Belitung terutama
dilokasi penambangan timah yang merusak lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas
penambangan timah di Pulau Bangka Belitung.
1.4. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan dalam penyusunan tugas ini, maka disusun sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Membahas tentang latar belakang dipilihnya topik permasalahan kerja sama antar
daerah, tujuan dan sasaran dalam penyusunan laporan, ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup pembahasan materi serta sistematika penulisan laporan/tugas.
Bab II Kerja Sama Antar Daerah
Menguraikan tentang pengertian dan teori tentang kerja sama antar daerah
Bab III Analisis Penanganan Permasalahan Penambangan Biji Timah di Pulau Bangka.
Menguraikan tentang kajian/tinjauan mengenai penambangan biji timah yang ada
di pulau Bangka, latar belakang permasalahan yang diakibatkan oleh aktifitas
penambangan dan analisis pohon masalah.
Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi
Menguraikan tentang kesimpulan yang berhasil digali dari hasil pembahasan
permasalahan serta usulan rekomendasi yang merupakan alternatif-alternatif topik
yang akan dijadikan topik penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KERJA SAMA ANTAR DAERAH
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun
2007 tentang tata cara pelaksanaan kerja sama daerah, Kerja sama daerah
adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau gubernur
dengan bupati/wali kota atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali
kota yang lain, dan atau gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga,
yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. Sedang
pihak ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen
atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan hukum, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Yayasan, dan lembaga di
dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. Badan kerja sama dapat
diartikan suatu forum untuk melaksanakan kerja sama yang keanggotaannya
merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang melakukan kerja sama.
Setelah diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, ternyata
telah dipersepsikan dan disikapi secara variatif oleh beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia.
Misalnya mereka mempersepsikan otonomi sebagai momentum untuk memenuhi keinginan-
keinginan daerahnya sendiri tanpa memperhatikan konteks yang lebih luas yaitu kepentingan
negara secara keseluruhan dan kepentingan daerah lain yang berdekatan. Akibatnya, muncul
beberapa gejala negatif yang meresahkan antara lain berkembangnya sentimen primordial,
konflik antar daerah, berkembangnya proses KKN, konflik antar penduduk, eksploitasi
sumberdaya alam secara berlebihan, dan munculnya sikap ego daerah yang berlebihan.
Kabupaten atau kota cenderung memproteksi seluruh potensinya secara ketat demi
kepentingannya sendiri, dan menutup diri terhadap kabupaten atau kota lain. Dampak negatif
kegiatan ekonomi di suatu daerah pada daerah lain, juga tidak dihiraukan lagi. Bahkan sentimen
daerah mulai timbul dengan adanya kecenderungan umum mengangkat putera daerah menjadi
pegawai negeri sipil daerah.
Munculnya gejala-gejala negatif tersebut di atas patut mendapatkan perhatian serius karena cepat
atau lambat akan mempengaruhi disintegrasi bangsa. Melihat letak dan kondisi geografis
Indonesia serta perbedaan kondisi sosial budaya, ekonomi, dan politik seperti sekarang ini maka
hubungan antara pemerintahan daerah yang satu dengan pemerintah daerah yang lain patut
mendapatkan perhatian serius. Bagaimanapun hubungan antara mereka merupakan perekat sosial
yang menentukan ketahanan nasional. Hubungan antara satu kabupaten dengan kabupaten lain,
antara kabupaten dengan kota, antara kota yang satu dengan kota yang lain, atau juga antara
kabupaten/kota dengan propinsi harus selalu dimonitor dan dievaluasi.
Kerjasama antar Pemerintah Daerah merupakan salah satu dari pilihan-pilihan yang
dihadapi Pemerintah Daerah. Tidak semua masalah dan pelayanan di daerah harus diselesaikan
melalui Kerjasama antar Pemerintah Daerah. Hanya masalah dan pelayanan tertentu yang
dipecahkan atau diselesaikan melalui kerjasama tersebut. Untuk itu, dibutuhkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu. Cara yang efektif untuk menentukan kebutuhan tersebut adalah dengan
mempelajari hakekat permasalahan yang dihadapi atau kebutuhan yang dirasakan dengan
menggunakan 2 prinsip yaitu : (1) apakah suatu masalah tersebut timbul dari luar wilayah
administratif Pemerintah Daerah dan telah memberikan dampak yang serius ke dalam wilayah
administratif Pemerintah Daerah yang bersangkutan, atau (2) apakah suatu masalah timbul dari
dalam suatu wilayah administratif Pemerintah Daerah dan telah memberikan dampak yang
serius keluar wilayah administratif Pemerintah Daerah yang lain.
Untuk meningkatkan sensitivitas dalam melihat berbagai permasalahan tersebut, diperlukan dua
perspektif penting yang melihat suatu Pemerintah Daerah baik dalam konteks administratif
maupun fungsional. Mengamati permasalahan yang dihadapi dalam batas wilayah administratif
adalah mengidentifikasi berbagai permasalahan didalam wilayah Pemerintah Daerah yang
mungkin membawa dampak keluar batas wilayah Pemerintah Daerah. Sementara itu, mengamati
permasalahan yang dihadapi dalam batas wilayah fungsional adalah mengidentifikasi berbagai
permasalahan lintas wilayah administratif. Permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi
tersebut harus diaggregasikan dan diartikulasikan untuk mendapatkan perhatian publik, DPRD,
dan eksekutif.