TUGAS BEDAH RSO.docx

download TUGAS BEDAH RSO.docx

of 14

Transcript of TUGAS BEDAH RSO.docx

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    1/14

    REFERAT

    PERAN STEM CELL PADA CIDERA SARAF PERIFER

    Oleh :

    1. Yoga Primadi G9911112145

    2. Lodewyx Bobby G9911112087

    3. Ayu Winarsih G9911112030

    Pembimbing :

    Dr. Pamudji U, Sp OT

    KEPANITERAN KLINIK ILMU BEDAH ORTHOPAEDI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RS ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO

    SURAKARTA

    2013

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    2/14

    PENDAHULUAN

    Pada dekade terakhir perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem

    cell) mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini tidak terlepas dari upaya manusia

    untuk mengobati penyakit-penyakit yang sudah tidak mungkin untuk diobati lagi baik

    secara konservatif maupun operatif.

    Para ahli saat ini telah mulai menengok dan meneliti kemungkinan

    penggunaan sel punca untuk mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan

    yang tak mungkin lagi untuk diobati dengan obat-obatan atau tindakan operatif,

    khususnya penyakit degeneratif maupun kelainan lainnya seperti trauma, keganasan

    dan sebagainya. Selain itu sel punca juga digunakan dalam penelitian untuk mencari

    obat-obat baru pada tingkat laboratorium maupun untuk mempelajari patogenesis

    penyakit. Tentu saja penelitian, penggunaan dan pengembangan sel punca ini tidak

    terlepas dari potensi nilai bisnis yang akan diraih manakala sel punca ini sudah dapat

    digunakan untuk mengobati penyakit atau kelainan pada penderita dan ditemukannya

    obat-obatan baru.

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    3/14

    TI NJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI STEM CELL

    Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan

    mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel

    yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh.

    Gambar-1Sifat/karakter sel punca yaitu differentiate dan self regenerate/renew

    Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel

    Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)

    misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    4/14

    2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui ataumeregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang

    persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

    Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca

    dikelompokkan menjadi

    1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenissel. Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel

    ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk

    membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan

    tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk

    membentuk satu individu yang utuh.

    2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisangerminal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi

    jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel

    punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).

    Gambar-2 Sel Punca totipoten dan pluripoten

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    5/14

    3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenissel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat

    pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi

    menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit,

    lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural stem

    cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel

    glia.

    4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenissel. Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat

    memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya

    erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah

    merah.

    Gambar-3Multipotent dan unipotent stem cells pada sumsum tulang

    Berdasarkan sumbernya,stem cell dapat dikategorikan sebagai ESC, FSC dan

    ASC.Embryonic stem cell diisolasi dari inner cell mass embrio tahap blastosis, FSC

    diperoleh dari darah tali pusat bayi (Aini et al. 2008), sedangkan ASC dapat temukan

    di jaringan tertentu individu dewasa antara lain di sumsum tulang, otak, usus,

    epidermis (Minguell et al. 2001). Tidak seperti ESC yang memiliki kemampuan tidak

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    6/14

    terbatas untuk berdiferensiasi menjadi sel apapun dalam jaringan, ASC meskipun

    masih bersifat pluripoten diperkirakan telah berkurang kemampuan diferensiasinya

    dan telah menjadi lebih spesifik untuk berdiferensisasi menjadi sel tertentu yang

    berperan dalam regenerasi jaringan lokal (Aini et al. 2008).

    Mesenchymal Stem Cell

    Mesenchymal stem cell merupakan salah satu dari Adult Stem Cell (ASC) yang di

    dalam tubuh dapat ditemukan di jaringan tertentu seperti otot, tulang, adiposa dan

    pembuluh darah (Minguell et al. 2001). Sumber utama MSC pada individu dewasa

    adalah di sumsum tulang. Sel-sel tersebut terbenam di dalam stroma sumsum tulang

    (Wobus dan Boheler 2006). Secara histologis, sel ini memiliki sitoplasma yang

    sedikit dan inti yang besar. Inti dari MSC bersifat basa lemah dan memiliki nukleolus

    (anak inti) satu buah atau lebih (Kuehnel 2003). Menurut Aini et al. (2008), MSC

    memiliki bentuk fusiform, fibroblast-like, dan pada fase pertumbuhan in vitro awal

    membentuk koloni. Sel punca mesenkimal dapat diisolasi dari sumsum tulang,

    Whartonsjelly,darah tali pusat, plasenta, dan jaringan lemak. Penelitian Scintu dkk.

    membuktikan sel punca mesenkimal yang berasal dari sumsum tulang dapat

    berdiferensiasi menjadi sel saraf dengan melibatkan sebuah faktor transkripsi yang

    disebut Hes1. Diferensiasi sel tersebut ke arah neural dideteksi dengan ekspresi

    penanda nestin, neuroD1, Neurog2, Msl1, dan otx1.45 Sel punca mesenkimal dari

    Whartons jelly dapat mengekspresikan fenotipe neural, seperti -tubulin, neurofi

    lamen M, axonal growthcone- associated protein, dan tirosin hidroksilase, apabila

    diinduksi oleh basic fi broblast growthfactor (bFGF), butylated hydroxyanisole, and

    dimethylsulfoxide (DMSO) pada medium rendah serum. Hou dkk. berhasil

    membuktikan bahwa sel punca mesenkimal dari darah tali pusat dapat diinduksi agar

    mengekspresikan neurofi lamen dan neuro-spesifi c enolase. Demikian pula dengan

    sumber plasenta, Portmann-Lanz dkk. Berhasil mendiferensiasikan sel punca

    mesenkimal menjadi neuron dan oligodendrosit48 serta telah diujikan pada tikus

    model stroke49 dan multiplesclerosis. Sementara itu, sel punca mesenkimal dari

    jaringan lemak dapat mengekspresikan nestin, tirosin hidroksilase, dan reseptor

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    7/14

    terhadap neurotransmitergamma-aminobutyric acid(GABA). Lebih lanjut, Kingham

    dkk. Membuat sel Schwann dari sel mesenkimal lemak yang terbukti dapat memicu

    pertumbuhan neurit secara in vitro(Merlina dkk, 2012).

    CIDERA SARAF PERIFER

    Kerusakan Syaraf dan Gejala Klinis

    Secara fisiologis menurut Seddon dan Sunderland kerusakan syaraf dapat dibagi

    menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

    1. NeuropraksiaKerusakan syaraf tanpa kehilangan kontinuitas akson. Dalam hal ini

    terdapat gangguan penghantaran impuls yang bersifat sementara.

    Prognosianya baik karena perbaikan fungsi sensoris terjadi secara spontan,

    cepat dan sempurna. Perbaikan paling lambat berlangsung selama 4

    minggu. Kerusakan syaraf ini terjadi akibat gangguan pada selubung

    myelin sedangkan akson tidak rusak. Penyebabnya dapat berupa tekanan

    tumpul, peradangan disekeliling syaraf atau jaringan granulasi.

    2. AksonotmesisKerusakan syaraf yang cukup berat, dimana terjadi kehilangan kontinuitas

    akson tetapi selubung endonerium tetap utuh. Sehingga diperlukan

    regenerasi akson dalam proses perbaikannya. Proses perbaikan biasanya

    berlangsung cukup lama dapat terjadi 2 sampai 6 bulan, tetapi fungsi

    sensoris dapat kembali secara sempurna. Keadaan ini dapat disebabkan

    oleh kompresi yang panjang atau adanya iskemi lokal yang mengganggu

    myelin dan akson.

    3. NeurotmesisKerusakan syaraf yang parah dimana semua susunan dan struktur syaraf

    terputus. Penyembuhan dapat berlangsung lama hingga 2 tahun, bahkan

    kehilangan sensasi biasanyabersifat menetap. Keadaan ini disebabkan oleh

    karena trauma benda tajam.

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    8/14

    Proses perbaikan pada pembuluh syaraf perifer mempunyai harapan besar

    untuk mengadakan regenerasi, bila kedua ujung syaraf yang terpotong

    berdekatan dan tidak ada penghalang serta tidak terjadi infeksi. Secara

    klinis dan elektromiografi regenerasi spontan akson dan myelin tidak

    mungkin terjadi pada kerusakan neurotmesis. Sehingga diperlukan

    intervensi bedah untuk menyembuhkannya.

    Proses degenerasi dan regenerasi syaraf yang cidera merupakan aktifitas

    gabungan dari perineum, endoneurium, akson, myelin serta proliferasi sel-sel schan.

    Sel-sel schan mempunyai peranan penting dalam proses multiplikasi dan migrasi

    yang dibantu oleh sel-sel fibroblas dari endoneurium sehingga terbentuk serat yang

    kuat untuk membentuk jembatan sebagai penghubung antara kedua ujung syaraf yang

    terputus.

    Mekanisme terjadinya parestesi sebagai respon terhadapat kerusakan syaraf

    perifer dapat dijelaskan melalui proses Wallerian degeneration bahwa kerusakan

    anatomi syaraf menyebabkan kelainan sensasi, sentuhan ringan saja dapat

    menimbulkan kelainan sensasi.

    Pada sistem syaraf perifer, jika terjadi kerusakan maka ujung akson pada sisi

    distal akan mengalami degenerasi. Makrofag akan bermigrasi untuk melaksanakan

    fungsi fagositosis terhadap debris maupun benda-benda asing di daerah kerusakan.

    Sel-sel schawn tidak berdegenerasi tetapi berproliferasi dan berubah membentuk sel

    yang solid menyerupai bentuk sel asli seperti sel-sel schawn pada akson bagian

    proksimal. Kemudian akson distal sebagai akson baru yang dibungkus oleh sel-sel

    schawn, akan masuk dan bersatu dengan akson proksimal. Jika pembentukan

    berlangsung terus secara normal maka akan terbentuk akson baru yang akan

    menghubungkan dengan sinaps. Dengan terbentuknya kembali selubung akson maka

    peristiwa penghantaran impuls akan kembali normal. Selama fase regenerasi di

    daerah kerusakan maka peristiwa penghantaran impuls tidak sebaik sebagaimana

    mestinya.

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    9/14

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    10/14

    Gambar-5

    Gambar-6

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    11/14

    Gambar-7

    Gambar-8

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    12/14

    Gambar-9

    Mekanisme fisiologis atau neruoregenerasi dapat meliputi remyelinisasi,generasi baru neuron, glia, akson, myelin atau sinap. Neuroregerasi berbeda

    diantara SSP dengan SSTepi dengan mekanisme fungsional dan khususnya,

    perluasan dan kecepatan.

    Pembedahan dapat dikerjakan pada kasus saraf tepi yang terpotong atauterbelah. Pemulihan saraf tepi sesudah pembedahan tergantung sepenuhnya

    pada usia penderita. Anak kecil dapat pulih mendekati normal fungsinya.

    Sebaliknya, penderita diatas 60 tahun dengan terpotong saraf tepinya di

    tangan hanya diharapkan pulih sensoriknya, kemampuan membedakan

    panas/dingin atau tajam/tumpul. Banyak faktor lain juga mengenai rekoveri

    saraf.

    Sebaliknya, perbaikan sesudah kerusakan SSP adalah terbatas.

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    13/14

    MEKANISME KERJA STEM CELL (SEL PUNCA) DALAM REGENERASI

    SARAF

    Terapi sel punca untuk perbaikan saraf memperlihatkan tiga mekanisme

    regenerasi yang berasosiasi dengan jenis sel punca yang diberikan. Mekanisme

    pertama adalah dengan menggantikan sel-sel saraf yang rusak melalui diferensiasi.

    Mekanisme kedua, dibuktikan oleh Park dkk., adalah dengan berinteraksi langsung

    dengan sel saraf resipien, di mana sel punca dengan bantuan scaff old membentuk

    jembatan dengan sel saraf yang rusak dan sel-sel lain di dekatnya. Interaksi tersebut

    diyakini dapat memicu rekonstruksi jaringan baru, sekalipun volume lesi cukup besar.

    Kedua mekanisme di atas paling sering ditemukan pada penggunaan sel punca neural

    yang umumnya diberikan secara intraserebral atau intratekal. Mekanisme ketiga

    adalah dengan cara menginduksi produksi faktor pertumbuhan yang mendukung

    regenerasi saraf, seperti nervegrowth factor (NGF) dan brain-derived neurotrophic

    factor (BDNF). Mekanisme ketiga nampaknya lazim terjadi pada penggunaan sel

    punca non-neural, seperti pada sel punca hematopoietik, mesenkimal, dan progenitor

    darah tali pusat. Hipotesis Payne terhadap keberhasilan uji klinik sel punca

    hematopoietik CD133+/34+ oleh Ramirez dkk. adalah bahwa sel punca tersebut

    memicu sekresi tumor necrosis factor (TNF)- yang selanjutnya meningkatkan

    sekresi NGF. Studi Velthoven dkk. menunjukkan bahwa sel punca mesenkimal

    meningkatkan ekspresi gen yang mengatur proliferasi dan kelangsungan hidup sel

    saraf di daerah yang rusak. Studi lain menyebutkan bahwa terapi darah tali pusat

    meningkatkan faktor neurotrofi k BDNF dan vascular endothelialgrowth factor

    (VEGF). Pada mekanisme ketiga, migrasi dan homing sel punca di daerah lesi

    nampaknya tidak menjadi keharusan, sehingga dapat diterapkan jalur pemberian

    secara intravena ataupun intramuskular (Merlina dkk, 2012).

  • 8/14/2019 TUGAS BEDAH RSO.docx

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA

    Aini N, Boenjamin S, Sandra S. 2008. Karakteristik biologi stem cell : fokus padamesenchymal stem cell. Cermin Dunia Kedokteran 35: 64-67.

    Kuehnel W. 2003. Color Atlas of Cytology, Hystology and Microscopic Anatomy 4thedition. New York: Thieme Stuttgart

    Minguell J, Erices A dan Conget P. 2001. Mesenchymal stem cell. Boil Med 226(6):507-520.

    Wobus AM, Boheler KR. 2006. Stem Cells. Germany: Springer

    Merlina M, Kusnadi Y, Artati. 2012. Prospek Terapi Sel Punca Untuk Cerebral

    Palsy. Cermin Dunia Kedokteran 198. Vol 39 no 10.