Tugas Analisis Video Pembelajaran
-
Upload
dede-salim-nahdi -
Category
Documents
-
view
5.121 -
download
469
description
Transcript of Tugas Analisis Video Pembelajaran
LAPORAN HASIL ANALISIS
VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
A. PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang
sesungguhnya terjadi di dalam kelas adalah dengan observasi kelas, misalnya
dengan video. Dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stigler et al.
(Stigler et al., 1999), beberapa penelitian baik yang intern dalam suatu
negara kelas ataupun yang lintas negara, misalnya TIMSS Video Sains,
melakukan penelitian dengan menggunakan video untuk mengetahui apa yang
sesungguhnya terjadi di dalam kelas.
Penelitian tentang kegiatan pembelajaran di kelas memang menyita
banyak waktu, biaya, tenaga dan selain itu juga rumit dalam
penganalisaanya. Sebagai gambaran untuk analisis video diperlukan
seperangkat video kamera, kemudian rekaman tersebut perlu ditransfer,
ditranskrip, dan selanjutnya dikoding. Selain itu proses belajar mengajar
merupakan proses yang sangat kompleks dan berlangsung dalam tempo
yang cepat sehingga relatif sulit dalam analisisnya.
Secara umum ada dua strategi utama untuk mengamati proses belajar
mengajar di dalam kelas, yaitu dengan cara pengamatan langsung dan
pengamatan dengan bantuan audio maupun video kamera. Pengamatan
langsung memungkinkan pengamat untuk bisa merasakan atmosfer
pembelajaran di dalam kelas, sehingga pengamat bisa menghayati benar apa
yang terjadi. Suasana seperti ini tidak akan terungkap apabila peneliti
menggunakan angket, atau bahkan dengan mengamati rekaman video. Namun
demikian pengamatan langsung juga bisa menimbulkan permasalahan sebab
pengamat bisa terpengaruh oleh atmosfer di kelas sehingga yang mereka
cenderung menafsirkan apa yang dilihat dan bukan mengamati apa yang
sesungguhnya terjadi (Good & Brophy, 1978). Karena pengamatan
langsung memungkinkan untuk “diputar ulang”, maka kualitas pengamat
akan sangat menentukan validitas data yang diperoleh.
Pengamatan secara tidak langsung dengan menggunakan rekaman video
mampu mengatasi kekurangan pengamatan secara langsung. Pertama,
karena video dapat diputar ulang, diperlambat, dan beberapa kemungkinan
lainnya, pengamatan dengan video memungkinkan peneliti untuk mengamati
proses belajar mengajar dengan lebih baik sekalipun proses itu kompleks dan
berlangsung cepat (Stigler et al., 1999). Karena kompleks dan cepatnya proses
pembelajaran, pengamatan langsung tidak memungkinkan seorang pengamat
untuk mengamati beberapa aspek pembelajaran sekaligus. Dengan rekaman
video seorang pengamat dapat memfokuskan pengamatannya pada aspek
tertentu saja dan pada pengamatan selanjutnya memfokuskan pada aspek
yang lainnya. Apabila ada proses yang berlangsung sangat cepat, dia juga
dapat memperlambatnya sehingga memungkinkan untuk dianalisis. Oleh karena
itu pengamatan melalui rekaman video akan membantu mengurai kompleksitas
pembelajaran.
Rekaman video pembelajaran memungkinkan untuk dianalisis dari
berbagai aspek oleh pengamat yang tidak terbatas jumlahnya tanpa harus
mengganggu kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian
dapat diperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana
kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, misalnya
pembelajaran dianalisis dari aspek Oleh karena itu satu kegiatan
pembelajaran dapat dikaji dari berbagai aspek.
B. TAHAPAN PEMBELAJARAN
Materi yang dibahas pada saat kegiatan pembelajaran adalah
“Menemukan luas trapesium dengan pendekatan segitiga”. Pada kegiatan
pembelejaran ini, guru memulai aktifitas dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengajak siswa untuk mempersiapkan diri sebelum
pemebelajaran dimulai. Kemudian siswa diajak untuk mengingat kembali
mengenai sifat-sifat segitiga dan trapezium yang telah mereka pelajari di kelas V.
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam 10 kelompok kecil dimana satu
kelompok beranggotakan 3 – 4 orang.
Setelah itu, guru pun memperkenalkan konteks “Rumah Adat
Indonesia” yang berbentuk trapezium yakni rumah adat salah satu
daerah di Indonesia. Namun, sebelumnya guru menceritakan bahwa
ternyata nenek moyang bangsa Indonesia sudah bisa membuat rumah dengan
bentuk trapezium, jauh sebelum mereka mengenal yang namanya matematika.
Siswa pun penasaran rumah adat dari daerah mana yang dimaksud. Untuk itu
guru mengajak siswa bermain puzzle untuk menemukan rumah adat yang
berbentuk trapezium tersebut. Puzzle yang guru berikan, semuanya dibuat
sedemikan rupa sehingga puzzle tersebut, disusun oleh potongan-
potongan yang berbentuk trapezium.
Pada awalnya siswa bingung membentuk rumah tersebut dari
permainan puzzle, namun mereka tampak antusias mengikuti permainan yang
diberikan. Dalam permainan ini sangat terlihat kekompakkan, kerjasama tim,
dan pertukaran ide antar sesama murid dalam kelompok untuk menemukan
rumah adat yang dimaksud dalam puzzle tersebut. Namun, hal ini sangatlah baik
untuk membangun karakter siswa yang ada.
Setelah siswa menemukan rumah adat yang dimaksud, yakni rumah adat
dari daerah Sumba Timor NTT, maka guru memberikan masalah kontekstual
kepada siswa yakni bagaimana mencari luas dari atap rumah adat yang
berbentuk trapezium tersebut. Untuk memfasilitasi siswa mencari luas atap dari
rumah tersebut, guru memberikan alat peraga yang terdiri dari 2 trapezium
yang kongruen. Alat peraga tersebut dibuat dari kertas berwarna hijau dan
merah, trapesium yang berwarna merah dipotong menurut salah-satu
diagonalnya, sehingga trapesium itu dibagi menjadi 2 segitiga. Alat peraga
tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merepresentasikan bentuk dari
rumah adat yang telah mereka cari tadi.
Dalam tahap ini, siswa dituntun untuk menemukan rumus luas trapezium
berdasarkan rumus luas segitiga yang mereka ketahui. Siswa dituntun
mengerjakannya lewat LKS yang telah diberikan dan mendiskusikannya
dengan teman sekelompoknya
Selanjutnya dalam tahap diskusi, guru mempersilahkan siswa untuk
mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dalam tahap
ini guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator dimana guru tidak
menyatakan mana yang benar dan mana yang salah, guru hanya memfasilitasi
siswa, sehingga terjadi komunikasi antar siswa dan siswa akan mendapatkan
Dur
asi (
Men
it)
informasi tetang kebenaran jawabannya dari siswa lain.
C. ANALISIS PEMBELAJARAN
Dalam video pembelajaran tahapan-tahapan pembelajaran yang
sebagaimana disarankan oleh konstruktivisme (Widodo, 2004) yang
muncul dalam pembelajaran dideskripsikan dalam grafik di bawah ini :
Grafik waktu untuk tiap tahapan pembelajaran
Grafik di atas menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran yang paling
lama adalah “Pendahuluan” dan “Restrukturisasi” sedangkan tiga tahapan
yang lainnya jarang muncul dalam pembelajaran, tahap aplikasi bahkan hanya
muncul sangat sebentar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran belum
memberikan arahan kepada siswa untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang
telah dipelajari. Kurangnya pempelajaran dalam mendorongan siswa untuk
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari tampaknya perlu
mendapatkan perhatian yang serius sebab sering kali siswa mengalami
kesulitan untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pahami.
Penelitian ini juga mencoba menganlisis peran pertanyaan dalam
kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran tercatat ada 62
pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa (3 diantaranya tidak relevan
dengan kegiatan pembelajaran) dan hanya 6 pertanyaan yang diajukan siswa
kepada guru. Analisis lebih lanjut terhadap pertanyaan-pertanyaan guru
disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel
Jenis dan jumlah pertanyaan guru
Jenis Pertanyaan Jumlah
Pertanyaan pengarah agar siswa mengkonstruk pengetahuan 28
Pertanyaan pengarah untuk membimbing siswa melakukan
kegiatan pembelajaran
25
Pertanyaan tentang aturan pembelajaran 6
Jumlah 59
Analisis terhadap pertanyaan yang muncul dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa siswa perlu lebih didorong lagi untuk bisa
merumuskan pertanyaan, terutama pertanyaan produktif. Ketrampilan siswa
mengajukan pertanyaan, terutama pertanyaan produktif, merupakan prasyarat
penting untuk keberhasilan model-model pembelajaran berbasis kegiatan,
misalnya model inkuiri dan penemuan. Tanpa adanya kemampuan siswa
untuk merumuskan pertanyaan produktif, model-model pembelajaran
tersebut tidak akan bisa dilaksanakan dengan baik.
D. ALTERNATIF PEMBELAJARAN
Berdasarkan hasil temuan-temuan di atas, maka observer
merekomendasikan langkah-langkah pembelajaran pada materi trapesium
sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
a) Guru menginformasikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran.
b) Guru mengingatkan kembali unsur-unsur dan sifat-sifat trapesium
yang telah diperoleh siswa sebelumnya.
c) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa mereka akan belajar
menengenai keliling dan luas trapesium melalui aktivitas kelompok
d) Guru menjelaskan definisi keliling dan luas kepada siswa.
2. Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri
dari 4 atau 5 otang siswa.
b) Guru membagikan LKS dan kertas berpetak kepada setiap kelompok
c) Guru menjelaskan/menginformasikan secara umum apa yang harus
dilakukan siswa dengan LKS dan kertas berpetak tersebut.
d) Selama kurang lebih 20 menit siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok.
Kegiatan dalam LKS (dilakukan secara berkelompok):
o Siswa diminta membuat sebuah trapesium di kertas berpetak.
o Siswa mengukur keliling dari trapesium tersebut menggunakan
penggaris atau yang lain.
o Siswa menghitung luas trapesium tersebut dengan menghitung
banyaknya persegi satuan dalam kertas berpetak.
o Guru meminta siswa menggunting trapesium yang telah dibuat.
o Siswa diminta untuk membuat sebuah persegi panjang dari
trapesium yang telah digunting tadi.
o Siswa menghitung luas persegi panjang yang telah terbentuk
o Siswa membandingkan luas trapesium dan persegi panjang tersebut
o Siswa menyimpulkan akivitas yang telah mereka lakukan.
o Siswa menuliskan hasil diskusi mereka dalam kertas
plano/poster yang telah disediakan
e) Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengawasi jalannya diskusi
f) Guru meminta siswa untuk menempel hasil diskusi mereka di papan tulis
g) Selama kurang lebih 5 menit, siswa diberi kesempatan untuk melihat dan
mengamati jawaban kelompok lain.
h) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok diminta maju untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka
i) Guru menanyakan pendapat siswa/kelompok lain
j) Guru memberikan soal latihan
k) Guru meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan jawaban dari
soal latihan
3. Kegiatan Akhir/Penutup
a) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi terhadap jalannya
pembelajaran
b) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran
c) Guru memberikan penjelasan tambahan, memberikan penguatan atau
koreksi terhadap jawaban siswa
E. KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap empat aspek
pembelajaran, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian:
1) Materi pelajaran hendaknya direncanakan secara lebih matang lagi
sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
2) Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa perlu lebih didorong untuk
dapat mengaplikasikan apa-apa yang telah mereka pelajari. Terkait
dengan materi pembelajaran, materi yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari perlu lebih dioptimalkan pemanfaatannya.
3) Diskusi di akhir kegiatan pembelajaran perlu diberikan alokasi waktu
yang lebih memadai, misalnya dengan cara menjelaskan aturan
pembelajaran jauh hari sebelum pelaksanaan sehingga waktu untuk
pendahuluan dapat dikurangi.
4) Siswa perlu dilatih dan didorong untuk merumusk pertanyaan,
terutama pertanyaan produktif.
Secara umum hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa “efisiensi” kegiatan pembelajaran perlu mendapatkan perhatian,
sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lain.
Video pembelajaran yang diambil dari beberapa kegiatan pembelajaran
selain memberikan informasi tentang bagaimana proses pembelajaran
berlangsung di sekolah juga memberikan ide-ide untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah.
F. DAFTAR RUJUKAN
Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik (suatu alternatif
pendekatan pembelajaran matematika).Yogyakarta:Graha Ilmu
Puji Iryanti. Bagaimana menganalisa video pembelajaran. Yogyakarta.PPPTK
Supinah.(2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP.Yogyakarta.PPPTK
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Jakarta:
Kanisius
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPHI.
Turmudi. 2009. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Leuser Cita Pusaka.