Tugas Analisis Video Pembelajaran

13
LAPORAN HASIL ANALISIS VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR A. PENDAHULUAN Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas adalah dengan observasi kelas, misalnya dengan video. Dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stigler et al. (Stigler et al., 1999), beberapa penelitian baik yang intern dalam suatu negara kelas ataupun yang lintas negara, misalnya TIMSS Video Sains, melakukan penelitian dengan menggunakan video untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas. Penelitian tentang kegiatan pembelajaran di kelas memang menyita banyak waktu, biaya, tenaga dan selain itu juga rumit dalam penganalisaanya. Sebagai gambaran untuk analisis video diperlukan seperangkat video kamera, kemudian rekaman tersebut perlu ditransfer, ditranskrip, dan selanjutnya dikoding. Selain itu proses belajar mengajar merupakan proses yang sangat kompleks dan berlangsung dalam tempo yang cepat sehingga relatif sulit dalam analisisnya. Secara umum ada dua strategi utama untuk mengamati proses belajar mengajar di dalam kelas, yaitu dengan cara pengamatan langsung dan pengamatan dengan bantuan audio maupun video kamera.

description

Pembelajaran

Transcript of Tugas Analisis Video Pembelajaran

Page 1: Tugas Analisis Video Pembelajaran

LAPORAN HASIL ANALISIS

VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

A. PENDAHULUAN

Salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang

sesungguhnya terjadi di dalam kelas adalah dengan observasi kelas, misalnya

dengan video. Dimulai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stigler et al.

(Stigler et al., 1999), beberapa penelitian baik yang intern dalam suatu

negara kelas ataupun yang lintas negara, misalnya TIMSS Video Sains,

melakukan penelitian dengan menggunakan video untuk mengetahui apa yang

sesungguhnya terjadi di dalam kelas.

Penelitian tentang kegiatan pembelajaran di kelas memang menyita

banyak waktu, biaya, tenaga dan selain itu juga rumit dalam

penganalisaanya. Sebagai gambaran untuk analisis video diperlukan

seperangkat video kamera, kemudian rekaman tersebut perlu ditransfer,

ditranskrip, dan selanjutnya dikoding. Selain itu proses belajar mengajar

merupakan proses yang sangat kompleks dan berlangsung dalam tempo

yang cepat sehingga relatif sulit dalam analisisnya.

Secara umum ada dua strategi utama untuk mengamati proses belajar

mengajar di dalam kelas, yaitu dengan cara pengamatan langsung dan

pengamatan dengan bantuan audio maupun video kamera. Pengamatan

langsung memungkinkan pengamat untuk bisa merasakan atmosfer

pembelajaran di dalam kelas, sehingga pengamat bisa menghayati benar apa

yang terjadi. Suasana seperti ini tidak akan terungkap apabila peneliti

menggunakan angket, atau bahkan dengan mengamati rekaman video. Namun

demikian pengamatan langsung juga bisa menimbulkan permasalahan sebab

pengamat bisa terpengaruh oleh atmosfer di kelas sehingga yang mereka

cenderung menafsirkan apa yang dilihat dan bukan mengamati apa yang

sesungguhnya terjadi (Good & Brophy, 1978). Karena pengamatan

langsung memungkinkan untuk “diputar ulang”, maka kualitas pengamat

akan sangat menentukan validitas data yang diperoleh.

Pengamatan secara tidak langsung dengan menggunakan rekaman video

mampu mengatasi kekurangan pengamatan secara langsung. Pertama,

Page 2: Tugas Analisis Video Pembelajaran

karena video dapat diputar ulang, diperlambat, dan beberapa kemungkinan

lainnya, pengamatan dengan video memungkinkan peneliti untuk mengamati

proses belajar mengajar dengan lebih baik sekalipun proses itu kompleks dan

berlangsung cepat (Stigler et al., 1999). Karena kompleks dan cepatnya proses

pembelajaran, pengamatan langsung tidak memungkinkan seorang pengamat

untuk mengamati beberapa aspek pembelajaran sekaligus. Dengan rekaman

video seorang pengamat dapat memfokuskan pengamatannya pada aspek

tertentu saja dan pada pengamatan selanjutnya memfokuskan pada aspek

yang lainnya. Apabila ada proses yang berlangsung sangat cepat, dia juga

dapat memperlambatnya sehingga memungkinkan untuk dianalisis. Oleh karena

itu pengamatan melalui rekaman video akan membantu mengurai kompleksitas

pembelajaran.

Rekaman video pembelajaran memungkinkan untuk dianalisis dari

berbagai aspek oleh pengamat yang tidak terbatas jumlahnya tanpa harus

mengganggu kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian

dapat diperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana

kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, misalnya

pembelajaran dianalisis dari aspek Oleh karena itu satu kegiatan

pembelajaran dapat dikaji dari berbagai aspek.

B. TAHAPAN PEMBELAJARAN

Materi yang dibahas pada saat kegiatan pembelajaran adalah

“Menemukan luas trapesium dengan pendekatan segitiga”. Pada kegiatan

pembelejaran ini, guru memulai aktifitas dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengajak siswa untuk mempersiapkan diri sebelum

pemebelajaran dimulai. Kemudian siswa diajak untuk mengingat kembali

mengenai sifat-sifat segitiga dan trapezium yang telah mereka pelajari di kelas V.

Selanjutnya guru membagi siswa kedalam 10 kelompok kecil dimana satu

kelompok beranggotakan 3 – 4 orang.

Setelah itu, guru pun memperkenalkan konteks “Rumah Adat

Indonesia” yang berbentuk trapezium yakni rumah adat salah satu

Page 3: Tugas Analisis Video Pembelajaran

daerah di Indonesia. Namun, sebelumnya guru menceritakan bahwa

ternyata nenek moyang bangsa Indonesia sudah bisa membuat rumah dengan

bentuk trapezium, jauh sebelum mereka mengenal yang namanya matematika.

Siswa pun penasaran rumah adat dari daerah mana yang dimaksud. Untuk itu

guru mengajak siswa bermain puzzle untuk menemukan rumah adat yang

berbentuk trapezium tersebut. Puzzle yang guru berikan, semuanya dibuat

sedemikan rupa sehingga puzzle tersebut, disusun oleh potongan-

potongan yang berbentuk trapezium.

Pada awalnya siswa bingung membentuk rumah tersebut dari

permainan puzzle, namun mereka tampak antusias mengikuti permainan yang

diberikan. Dalam permainan ini sangat terlihat kekompakkan, kerjasama tim,

dan pertukaran ide antar sesama murid dalam kelompok untuk menemukan

rumah adat yang dimaksud dalam puzzle tersebut. Namun, hal ini sangatlah baik

untuk membangun karakter siswa yang ada.

Setelah siswa menemukan rumah adat yang dimaksud, yakni rumah adat

dari daerah Sumba Timor NTT, maka guru memberikan masalah kontekstual

kepada siswa yakni bagaimana mencari luas dari atap rumah adat yang

berbentuk trapezium tersebut. Untuk memfasilitasi siswa mencari luas atap dari

rumah tersebut, guru memberikan alat peraga yang terdiri dari 2 trapezium

yang kongruen. Alat peraga tersebut dibuat dari kertas berwarna hijau dan

merah, trapesium yang berwarna merah dipotong menurut salah-satu

diagonalnya, sehingga trapesium itu dibagi menjadi 2 segitiga. Alat peraga

tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga dapat merepresentasikan bentuk dari

rumah adat yang telah mereka cari tadi.

Dalam tahap ini, siswa dituntun untuk menemukan rumus luas trapezium

berdasarkan rumus luas segitiga yang mereka ketahui. Siswa dituntun

mengerjakannya lewat LKS yang telah diberikan dan mendiskusikannya

dengan teman sekelompoknya

Selanjutnya dalam tahap diskusi, guru mempersilahkan siswa untuk

mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dalam tahap

ini guru bertindak sebagai fasilitator dan moderator dimana guru tidak

menyatakan mana yang benar dan mana yang salah, guru hanya memfasilitasi

siswa, sehingga terjadi komunikasi antar siswa dan siswa akan mendapatkan

Page 4: Tugas Analisis Video Pembelajaran

Dur

asi (

Men

it)

informasi tetang kebenaran jawabannya dari siswa lain.

C. ANALISIS PEMBELAJARAN

Dalam video pembelajaran tahapan-tahapan pembelajaran yang

sebagaimana disarankan oleh konstruktivisme (Widodo, 2004) yang

muncul dalam pembelajaran dideskripsikan dalam grafik di bawah ini :

Grafik waktu untuk tiap tahapan pembelajaran

Grafik di atas menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran yang paling

lama adalah “Pendahuluan” dan “Restrukturisasi” sedangkan tiga tahapan

yang lainnya jarang muncul dalam pembelajaran, tahap aplikasi bahkan hanya

muncul sangat sebentar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran belum

memberikan arahan kepada siswa untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang

telah dipelajari. Kurangnya pempelajaran dalam mendorongan siswa untuk

mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari tampaknya perlu

mendapatkan perhatian yang serius sebab sering kali siswa mengalami

kesulitan untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pahami.

Page 5: Tugas Analisis Video Pembelajaran

Penelitian ini juga mencoba menganlisis peran pertanyaan dalam

kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran tercatat ada 62

pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa (3 diantaranya tidak relevan

dengan kegiatan pembelajaran) dan hanya 6 pertanyaan yang diajukan siswa

kepada guru. Analisis lebih lanjut terhadap pertanyaan-pertanyaan guru

disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel

Jenis dan jumlah pertanyaan guru

Jenis Pertanyaan Jumlah

Pertanyaan pengarah agar siswa mengkonstruk pengetahuan 28

Pertanyaan pengarah untuk membimbing siswa melakukan

kegiatan pembelajaran

25

Pertanyaan tentang aturan pembelajaran 6

Jumlah 59

Analisis terhadap pertanyaan yang muncul dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa siswa perlu lebih didorong lagi untuk bisa

merumuskan pertanyaan, terutama pertanyaan produktif. Ketrampilan siswa

mengajukan pertanyaan, terutama pertanyaan produktif, merupakan prasyarat

penting untuk keberhasilan model-model pembelajaran berbasis kegiatan,

misalnya model inkuiri dan penemuan. Tanpa adanya kemampuan siswa

untuk merumuskan pertanyaan produktif, model-model pembelajaran

tersebut tidak akan bisa dilaksanakan dengan baik.

D. ALTERNATIF PEMBELAJARAN

Berdasarkan hasil temuan-temuan di atas, maka observer

merekomendasikan langkah-langkah pembelajaran pada materi trapesium

sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal/Pendahuluan

Page 6: Tugas Analisis Video Pembelajaran

a) Guru menginformasikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran.

b) Guru mengingatkan kembali unsur-unsur dan sifat-sifat trapesium

yang telah diperoleh siswa sebelumnya.

c) Guru menginformasikan kepada siswa bahwa mereka akan belajar

menengenai keliling dan luas trapesium melalui aktivitas kelompok

d) Guru menjelaskan definisi keliling dan luas kepada siswa.

2. Kegiatan Inti

a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen yang terdiri

dari 4 atau 5 otang siswa.

b) Guru membagikan LKS dan kertas berpetak kepada setiap kelompok

c) Guru menjelaskan/menginformasikan secara umum apa yang harus

dilakukan siswa dengan LKS dan kertas berpetak tersebut.

d) Selama kurang lebih 20 menit siswa mengerjakan LKS secara

berkelompok.

Kegiatan dalam LKS (dilakukan secara berkelompok):

o Siswa diminta membuat sebuah trapesium di kertas berpetak.

o Siswa mengukur keliling dari trapesium tersebut menggunakan

penggaris atau yang lain.

o Siswa menghitung luas trapesium tersebut dengan menghitung

banyaknya persegi satuan dalam kertas berpetak.

o Guru meminta siswa menggunting trapesium yang telah dibuat.

o Siswa diminta untuk membuat sebuah persegi panjang dari

trapesium yang telah digunting tadi.

o Siswa menghitung luas persegi panjang yang telah terbentuk

o Siswa membandingkan luas trapesium dan persegi panjang tersebut

o Siswa menyimpulkan akivitas yang telah mereka lakukan.

o Siswa menuliskan hasil diskusi mereka dalam kertas

plano/poster yang telah disediakan

e) Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk mengawasi jalannya diskusi

f) Guru meminta siswa untuk menempel hasil diskusi mereka di papan tulis

Page 7: Tugas Analisis Video Pembelajaran

g) Selama kurang lebih 5 menit, siswa diberi kesempatan untuk melihat dan

mengamati jawaban kelompok lain.

h) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok diminta maju untuk

mempresentasikan hasil diskusi mereka

i) Guru menanyakan pendapat siswa/kelompok lain

j) Guru memberikan soal latihan

k) Guru meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan jawaban dari

soal latihan

3. Kegiatan Akhir/Penutup

a) Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi terhadap jalannya

pembelajaran

b) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran

c) Guru memberikan penjelasan tambahan, memberikan penguatan atau

koreksi terhadap jawaban siswa

E. KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap empat aspek

pembelajaran, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian:

1) Materi pelajaran hendaknya direncanakan secara lebih matang lagi

sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2) Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa perlu lebih didorong untuk

dapat mengaplikasikan apa-apa yang telah mereka pelajari. Terkait

dengan materi pembelajaran, materi yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari perlu lebih dioptimalkan pemanfaatannya.

3) Diskusi di akhir kegiatan pembelajaran perlu diberikan alokasi waktu

yang lebih memadai, misalnya dengan cara menjelaskan aturan

pembelajaran jauh hari sebelum pelaksanaan sehingga waktu untuk

pendahuluan dapat dikurangi.

4) Siswa perlu dilatih dan didorong untuk merumusk pertanyaan,

terutama pertanyaan produktif.

Page 8: Tugas Analisis Video Pembelajaran

Secara umum hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa “efisiensi” kegiatan pembelajaran perlu mendapatkan perhatian,

sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lain.

Video pembelajaran yang diambil dari beberapa kegiatan pembelajaran

selain memberikan informasi tentang bagaimana proses pembelajaran

berlangsung di sekolah juga memberikan ide-ide untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah.

F. DAFTAR RUJUKAN

Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik (suatu alternatif

pendekatan pembelajaran matematika).Yogyakarta:Graha Ilmu

Puji Iryanti. Bagaimana menganalisa video pembelajaran. Yogyakarta.PPPTK

Supinah.(2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP.Yogyakarta.PPPTK

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Jakarta:

Kanisius

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPHI.

Turmudi. 2009. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. Jakarta:

Leuser Cita Pusaka.