Tugas Analisis Film 1
-
Upload
baiqhulhizatilamni -
Category
Documents
-
view
28 -
download
3
description
Transcript of Tugas Analisis Film 1
KONSEPSI
Ovum yang dilepasoleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamenfimbria
infundibulumtuba ke arahostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kea rah medial. Ovum
inimempunyai diameter 100 µ 90,1 mm). ditengah-tengahnya dijumpai nucleus yang berada
dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang
kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam
amino.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona
radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan
dari sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melaluisaluran-saluran halus di zona
pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampula tuba makin
berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada
perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan terjadi.
Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio padawaktu
koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapatterus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya
beberapa ratus yang dapatsampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki
ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanyasatu spermatozoa yang mempunyai kemampuan
(kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum karena diduga dapat
melepaskan hialuronidase.
Fertilisasi atau pembuahan merupakan penyatuan ovum (oostit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic.
Hanya satuspermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi
membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata
(lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua
lapisan yang menutupi dan encegah ovum mengalami fertilisasi leih dari satu spermatozoa. Suatu
moleul komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3
glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang
membantu spermatozoa menembus zona pelusida.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula
korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-
granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di
zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat
ditembus oleh spermatozoa. Prosesini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat
berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan
lancer, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok selyang sama besarnya. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula kemudian hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars
interstisial tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kea rah kavum uteri oleh
arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
EMBRIOGENESIS
Pada hampir semua mahluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang telah
difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu suatu sel hasil penggabungan dari sel induk betina dan sel
induk jantan, dimana masing-masing induk berperan dalam menentukan sifat-sifat individu baru
yakni dalam hal ukuran, bentuk, perlengkapan fisiologis dan pola perilakunya. Pada proses
perkembangan manusia melalui berbagai tahap yang dimulai dari gametogenesis pada masing-
masing induk, dimana induk jantan mengalami spermatogenesis (proses pembentukan sperma),
dan induk betina mengalami oogenesis ( proses pembentukan ovum). Setelah terjadi vertilisasi
(proses peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu dengan sifat genetik yang berasal dari
kedua induknya) maka akan terbentuk zigot. Zigot akan mulai membentuk suatu organisme yang
multiseluler yang dilakukan dengan proses-proses pembelahan. Pembelahan awal yang terjadi
disebut sebagai blastulasi, dimana sel yang merupakan hasil fertilisasi antara dua induk
mengalami pembelahan menjadi 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, dsb.
Proses Perkembangan Janin Manusia
Setelah Implantasi/Nidasi, tahapan yang selanjutnya terjadi adalah fase perkembangan embrio
atau fase embrionik. Pada tahapan ini, mulai terjadi organogenesis atau pembentukan organ dan
sistem organ pada embrio yang berasal dari 3 lapisan germinal. Proses ini berlangsung pada
minggu ke-2 hingga minggu ke-8.
Pada akhir minggu ke-8, semua sistem organ telah terbentuk. Pada saat tersebut (minggu ke-8),
embrio telah disebut fetus, dengan ukuran panjang sekitar 3 cm. Tulang-tulang pada fetus
tersebut mulai mengalami ossifikasi dan otot skeletal mulai melakukan kontraksi involunter
walaupun masih terlalu lemah untuk dapat dirasakan oleh ibu.
Jantung, yang sudah mulai berdetak pada minggu ke-4, sekarang mulai mensirkulasikan darah.
Jantung dan liver membentuk
penonjolan pada bagian ventral,
sedangkan kepala ukurannya
setengah dari seluruh panjang
tubuh. Pada minggu ke-2 hingga
minggu ke-8, ketiga lapisan
germinal, yaitu
ektoderm,mesoderm dan
endoderm akan mengalami
perkembangan dan menjadi derivat dari berbagai macam organ. Perkembangan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Lapisan
Germinal
Perkembangan Utama
Ektoderm Epidermis, folikel rambut dan muskulus piloerector, kelenjar
kutaneus, sistem saraf, medulla adrenal, kelenjar pineal dan
hipofisis, lensa, kornea dan otot intrinsik pada mata, telinga
internal dan eksternal, kelenjar saliva, epithel kavum nasi,
kavum oris dan kanalis analis.
Mesoderm Skeleton, otot skeletal, otot polos, otot jantung, kartilago, korteks
adrenal, telinga tengah, dermis, darah, pembuluh darah,
pembuluh limfatik, sumsum tulang, jaringan limfoid, epitel
ginjal, epitel ureter dan gonad, duktus genital, mesothelium
rongga tubuh ventral.
Endoderm Sebagian besar mukosa epithelium saluran digestif, vesika
urinaria, ureter dan saluran respirasi; Komponen epithel dari
kelenjar aksesoris reproduksi dan saluran digesitif; Kelenjar
tiroid, paratiroid dan thymus.
FASE PERKEMBANGAN FETUS
Tahapan ini mulai terjadi pada akhir minggu ke-8 atau awal minggu ke-9 hingga masa kelahiran.
Organ yang sudah terbentuk pada fase embriogenik/organogenesis sekarang mengalami
pertumbuhan dan diferensiasi seluler serta membentuk kemampuan fungsional untuk mendukung
kehidupan di luar rahim.
Sistem sirkulasi merupakan sistem yang memiliki perbedaan anatomis yang cukup unik, yaitu
pada masa fetus yang bergantung pada plasenta yang kemudian berubah setelah masa kelahiran
(neonatus). Aspek unik pada sistem sirkulasi tersebut adalah terdapatnya jalur umbilikal-plasenta
dan adanya jalur pintas sirkulasi yang disebut shunt. Shunt tersebut meliputi:
1. Duktus Venosus
Arteri iliaka interna pada fetus akan bercabang menjadi dua arteri umbilikalis yang akan
masuk ke dalam umbilical cord. Darah pada arteri ini memiliki kadar oksigen yang rendah
dan memiliki banyak sampah metabolit fetus. Sampah metabolit tersebut kemudian
dikeluarkan melalui plasenta, menangkap oksigen dan nutrisi, lalu kembali memasuki
sirkulasi fetus melalui vena umbilikalis yang bermuara ke liver. Pada masa postpartum,
sebagian besar darah akan melewati liver, namun karena liver fetus belum berkembang
secara optimal, terdapat shunt yang langsung menyalurkan darah dari vena umbilikal menuju
vena cava inferior yaitu Duktus Venosus.
2. Foramen Ovale
Darah yang memasuki atrium kanan jantung pada masa postpartum akan dipompakan
menuju ventrikel kanan, kemudian memasuki arteri pulmunalis menuju paru-paru, namun
karena fungsi paru-paru pada fetus belum berkembang, terdapat shunt berikutnya yaitu
Formaen Ovale yang menyalurkan darah dari atrium kanan langsung ke dalam atrium kiri.
3. Duktus Arteriosus
Selain melewati foramen ovale, darah yang terdapat pada atrium kanan juga akan
dipompakan ke dalam ventrikel kanan yang kemudian memasuki arteri pulmonal, namun
karena paru-paru belum berkembang secara optimal, terdapat shunt terakhir yaitu Duktus
Arteriosus yang mengubungkan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga darah bisa langsung
memasuki aorta.
Berikut adalah pertumbuhan yang
terjadi pada masa fetal:
o 12 Minggu
Pada akhir minggu ke-12, ketika
uterus terpalpasi di atas simfisis
pubis, panjang fetus 6-7 cm. Pusat
osifikasi muncul pada sebagian besar
tulang fetus. Jari serta jempol terlah
terdiferensiasi. Kulit dan kuku sudah
berkembang dan rambut rudimenter
mulai muncul. Organ genitalia
eksterna mulai menunjukkan
pembentukan jenis kelamin. Fetus
mulai melakukan gerakan spontan.
o 16 Minggu
Pada akhir minggu ke-16, panjang fetus sekitar 12 cm dengan berat sekitar 110 gram. Jenis
kelamin telah dapat dibedakan pada minggu ke-14.
o 20 Minggu
Pada akhir minggu 20 fetus memiliki berat >300 gram dan berat mulai bertambah dengan
cara linear. Kulit fetus menjadi tidak begitu transparan, sebagian scalp sudah berkembang.
o 24 Minggu
Berat fetus pada akhir minggu 24 sekitar 630 gram. Kulit mengkerut dan deposisi lemak
mulai terjadi. Kepala masih cenderung besar, alis dan bulu mata mulai dapat dikenali. Terjadi
periode kanalikular perkembangan paru-paru, di mana bronkus dan bronkiolus membesar dan
duktus alveolus terbentuk hampir sempurna. Fetus yang lahir pada usia ini mampu bernapas
namun tidak mampu melakukan pertukaran gas.
o 28 Minggu
Pada akhir minggu ini, panjang fetus sekitar 25 cm dengan berat 1100 gram. Kulit berwarna
merah dan ditutupi vernix kaseosa. Membran pupil telah menghilang dari mata. Bayi yang
lahir pada periode ini menggerakkan tungkainya dengan kuat dan menangis dengan lemah.
Bayi yang lahir pada usia ini memiliki 90% harapan hidup tanpa kelainan fisik maupun
neurologis.
o 32 Minggu
Pada usia kehamilan 32 minggu, fetus telah memiliki panjang 28 cm dengan berat sekitar
1800 gram. Permukaan kulit masih merah dan berkerut. Bayi yang lahir pada periode ini
dapat bertahan hidup.
o 36 Minggu
Pada akhir minggu 36, rata-rata panjang fetus 32 cm dengan berat sekitar 2500 gram. Karena
adanya deposisi lemak, tubuh fetus menjadi lebih berisi dan kerutan pada wajah telah
menghilang. Bayi yang lahir pada periode ini memiliki peluang yang sangat baik untuk
bertahan hidup dengan perawatan optimal.
o 40 Minggu
Pada periode ini, fetus telah berkembang sempurna. Rata-rata panjang fetus sekitar 36 cm
dengan berat sekitar 3400 gram.
FISIOLOGI KEHAMILAN
- Pematangan Dan Pembuahan Ovum
Ketika masih berada didalam ovarium, ovum berada dalam stadium oosit primer. Sesaat
sebelum dilepaskan dari folikel ovarium, nukleusnya membelah dengan cara meiosis dan dari
nukleus oosit tersebut dilepaskan badan polar I. Oosit prmer kemudian menjadi oosit sekunder.
Dalam proses ini, setiap 23 pasang kromosom akan kehilangan 1 pasangannya, yang bergabung
dengan sebuah badan polar yang dikeluarkan sehingga membuat 23 kromosom tidak
berpasangan berada dalam oosit sekunder. Kemudian ovum akan berovulasi ke dalam rongga
perut dan memasuki ujung salah satu tuba fallopi yang berfimbria.
Ketika terjadi ovulasi ovum bersama dengan beratus-ratus atau lebih sel-sel granulosa
yang melekat padanya yang membentuk korona radiata, dikeluarkan langsung kedalam rongga
peritoneum dan selanjutnya harus masuk kedalam salah satu tuba fallopi secara alami jatuh
disekitar ovarium. Permukaan dalam tentakel fimbria dibatasi oleh epitel bersilia dan silia
tersebut teraktivasi oleh estrogen dari ovarium sehingga menyebabkan silia secara terus menerus
bergerak kearah pembukaan atau ostium, dari tuba fallopi yang terlibat. Karena adanya arus
cairan yang lambat mengalir ke arah ostium. Dengan cara ini ovum memasuki salah satu tuba
fallopi.
Setelah seorang pria mengejakulasikan semen ke dalam vagina saat berhubungan seksual,
dalam waktu 5-10 menit beberapa sperma dari vagina akan dihantarkan ke atas, melalui uterus
dan tuba fallopi, ke ampula tuba fallopi didekat tuba yang berujung ovarium. Penghantaran
sperma tsb dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopi yang dirangsang oleh hoemon
prostaglandin dalam cairan semen pria, dan oleh oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
posterior wanita selama mengalami orgasme. Dari hampir setengah miliar sperma yang dideposit
dalam vagina, beberapa ribu sperma tersebut berhasil mencapai setiap ampula.
Pembuahan ovum umumnya terjadi di ampula dari salah satu tuba fallopi, tetapi sebelum
sperma dapat memasuki ovum; pertama sperma harus menembus berlapis-lapis sel-sel granulosa
yang melekat disis luar ovum (korona radiata) dan kemudian akan menembus zona pelusida yang
mengelilingi ovum itu sendiri. Sekali sebuah sperma telah masuk kedalam ovum (masih dalam
stadium oosit sekunder), oosit akan membelah kembali untuk membentuk ovum matang
ditambah mengeluarkan badan polar II. Ovum yang matang itu masih membawa nukleusnya
(pronukleus wanita) yang mangandung 23 kromosom. Salah satu kromosom tsb adalah
kromososm wanita yaitu kromososm X.
Pada saat yang bersamaan sperma yang membuahi juga berubah. Ketika memasuki
ovum, kepala sperma akan membengkak untuk membentuk sebuah pronukleus pria. Kemudian,
ke 23 kromosom yang tidak berpasangan dari pronukleus pria dan ke 23 kromososm yang tidak
berapasangan dari pronukleus wanita berikatan bersama-sama untuk membentuk kembali
komplemen menyeluruh dengan 46 kromosom (23 pasang) dalam sebuah ovum yang sudah
dibuahi.
Setelah pembentukan sperma matang, setengah dari seluruh sperma tersebut membawa
sebuah kromosom X (kromosom wanita) dan setengahnya membawa kromosom Y (kromosom
pria) dalam genomnya. Oleh karena itu, jika sebuah kromosom X dari sperma bergabung dengan
sebuah kromososm X dari ovum, sehingga bergabung menjadi XX, seorang anak perempuan
akan lahir. Tetapi jika sebuah kromososm Y dari sperma dipasangkan dengan sebuah kromosom
X dari ovum, yang memberikan gabungan XY, anak laki-laki yang akan dilahirkan.
- Transpor Ovum Yang Dibuahi Didalam Tuba Fallopi
Setelah pembuahan terjadi, untuk transpor ovum yang telah dibuahi melalui sisa bagian
tuba fallopi ke dalam kavum uteri. Biasanya perlu waktu 3-5 hari. Transpor ini terutama
dipengaruhi oleh arus cairan yang lemah didalam tuba fallopi akibat kerja sekresi epitel ditambah
kerja epitel bersilia yang melapisi tuba. Kemudian silia tersebut selalu bergerak kearah uterus.
Kontraksi yang lemah dari tuba fallopi juga mungkin membantu lewatnya ovum.
Tuba fallopi dilapisi oleh permukaan kriptoid yang tidak rata sehingga menghalangi
jalannya ovum walaupun ada raus cairan. Selain itu isthmus tuba fallopi (2 cm sebelum masuk ke
uterus) dapat berkontraksi secara spesifik selam 3 hari pertama setelah ovulasi. Setelah saat ini,
peningkatan progesteron yang cepat yang dosekresi oleh korpus luteum ovarium pertama akan
memacu peningkatan reseptor progesteron pada sel-sel otot polos tuba fallopi; lalu progesteron
tersebut akan mengaktivasi reseptor-reseptor, melepaskan suatu efek relaksasi tuba yang
memungkinkan masuknya ovum ke dalam uterus.
Transpor ovum terbuahi yang tertunda melalui tuba fallopi ini memungkinkan terjadinya
beberapa tahap pembelahan sel sebelum ovum yang sudah membelah itu (blastokista), yang
mengandung kira-kira 100 sel kemudian memasuki uterus. Selam waktu tersebut, sel sekret tuba
fallopi membentuk sejumlah besar sekret yang digunakan untuk nutrisi perkembangan
blastokista.
- Implantasi Blastokista Didalam Uterus
Setelah mencapai uterus, blastokista yang sedangberkembang biasanya tetap tinggal
didalam kavum uteri selam 1-3 hari lagi sebelum berimplantasi diendometrium, jadi implantasi
biasanya terjadi kira-kira pada hari ke 5 -7 setelah ovulasi.sebelum implantasi blastokista
mendapat makanan dari sekresi endometrium uterus (susu uterus).
Implantasi merupakan hasil kerja dari sel-sel trofoblas yang berkembang diseluruh permukaan
blastokista. Sel-sel ini menyekresikan enzim proteolitik yang mencerna dan mencairkan sel-sel
endometrium uterus. Sebagian cairan dan nutrisi yang dilepaskan akan ditarnspor secara aktif
oleh sel-sel trofobas yang sama ke dalam blastokista, menambah untuk perkembangan lebih
lanjut. Sekali implantasi terjadi, sel-sel trofoblas dan sel-sel yang berdekatan lainnya (dari
blastokista dan endometrium uterus) berproliferasi dengan cepat, membentuk plasenta dan
berbagai membran kehamilan.
- Plasentasi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata – rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan
plasenta biasanya di tengah ; keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke
pinggir, disebut insersio lateralis, dan bila di pinggir plasenta disebut insersio marginalis.
Kadang – kadang tali-pusat berada di luar plasenta, dan berhubungan dengan plasenta melalui
selaput janin, jika demikian, disebut insersio velamentosa.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion
tertekan kearah korion, namun amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah
fundus uteri. Hal ini adalah hal fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,
sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian dari bagian janin, yaitu villi koriales yang bersal dari korion, dan sebagian
kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di
desidua basalis. Pada systole darah disemprotkan dengan tekanan 70 – 80 mmHg seperti air
mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-
kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan - lahan
dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Di tempat – tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena – vena yang lebar
(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula
suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Ruang ini disebut sinus marginalis.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta dipekirakan menaik dari 200 ml tiap menit
pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang
interviller tanpa villi korales mempunyai volume lebih kurang 150 – 250 ml. permukaan villi
koriales diperkirakan seluas lebih kurang 11 m 2. Dengan demikian, pertukaran zat –zat makanan
terjamin benar.
Perubahan – perubahan terjadi pula pada jonjot – jonjot selama kehamilan berlangsung.
Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan
sitotrofoblas sel – sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok - kelompok sel ;
stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit – fagosit, dan pembuluh – pembuluh
darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblas. Pada kehamilan 36 minggu
sebagian besar sel – sel sitotropoblas tidak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin
selalu ada lapisan trofoblas. Lagi pula, terjadi kalsifikasi pembuluh – pembuluh darah dalam
jonjot – jonjot dan pembentukan fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini
mengakibatkan pertukaran zat – zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara ibu dan janin
mulai terganggu.
Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, sedangkan banyaknya juga
berbeda beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan
hubungan dengan darah ibu lalu berdegenerasi. Dengan demikian, timbulah infark. Di samping
itu, spiral arteries yang member darah ke ruang interviller dapat mengadakan spasme oleh salah
satu sebab, sehingga darah mengalir perlahan – lahan, sehingga timbul pembekuan setempat.
Fungsi plasenta:
Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan
pembuangan CO2 serta sampah metabolism janin ke peredaran darah ibu.
Dapat dikemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :
1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin
2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme
3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2
4. Sebagai alat yang membentuk hormon
5. Sebagai alat yang menyalurkan pelbagai antibodi ke janin
6. Mungkin hal – hal yang belum di ketahui.
Perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat – obat
tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati
lapisan tropoblas. Cepatnya penyaluran zat – zat tersebut tergantung pada konsentrasinya di
kedua belah lapisan tropoblas, tebalnya lapisan tropoblas, besarnya permukaan yang
memisahkan dan jenis zat.
Difusi air melalui lapisan tropoblas sama dengan difusi lewat membran sel di seluruh
tubuh. Halogen seperti bromide, fluorid, iodide, tidak seberapa cepat melintasi lapisan
trofoblas seperti garam kalsium. Dari alkali adalah natrium dan kalium yang mudah dan
cepat disalurkan. Lebih tua kehamilan dan lebih tipis lapisan tropoblas, lebih mudah natrium
melintasi tropoblas. Zat amino, urea, asam urat juga sebagai gas disalurkan dengan cara
difusi dari yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi rendah. Jadi jika di janin
terdapat urea dan asam urat yang berlebih, maka kelebihan itu dapat dengan mudah
disalurkan kepada ibunya. Sebaliknya dapat terjadi pula, zat – zat lain dalam konsentrasi
yang jauh lebih tinggi dalam plasma ibu terjadi pula, zat – zat lain dalam konsentrasi yang
jauh lebih tinggi dalam plasma ibu disalurkan secara aktif dengan sistem enzim yang
kompleks. Sebagian besar zat – zat tersebut dipecah dahulu ke dalam asam amino, lipid ke
dalam asetat, hidrat arang ke dalam protein dipecah ke dalam glukosa, glikogen atau
fruktosa, dan pecahan – pecahan yang sederhana ini disalurkan secara aktif ke sinsitium,
tempat mana zat – zat yang lebih kompleks dibentuk kembali sebelum dimasukkan kedalam
sistem kapiler janin di dalam jonjot. Hanya beberapa protein disalurkan utuh akan tetapi
penyalurannya amat lambat dan dan diperkirakan secara pinositosis, umpamanya
immunoglobulin G dan albumin.
Plasenta adalah suatu barrier terhadap bakteri dan virus, akan tetapi tidak efektif dan
dewasa ini diragukan sekali. Obat – obat diberikan pada ibunya dalam waktu singkat dapat
ditemukan pada janinnya. Bakteri – bakteri dan virus – virus tertentu yang beredar dalam
darah ibu, dapat melewati plasenta dan menyebabkan kelainan pada janin. Yang terkenal
yaitu penyakit rubella, bila infeksi terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama
kehamilan) maka ibu yang bersangkutan akan melahirkan bayi bercacat 15 – 50%.
Plasenta adalah tempat pembuatan hormon – hormone, khususnya korionik gonadotropin,
korionik somato-mammotropin (placental lactogen), estrogen dan progesterone. Korionik
tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan plasenta. Kemungkinan bahwa masih
ada hormone – hormone lain dalam rangka fungsi plasenta, khususnya dalam fungsi
hormonal dalam kehamilan, masih harus diselidiki lebih lanjut.
Korionik gonadotropin adalah suatu glikoprotein dengan kemampuan untuk berkhasiat
luteinizing, interstitial cell stimulating, dan luteotropic. Hormon ini ditemukan dalam darah
dan air kencing ibu hamil. Di dalam plasenta hormone tersebut ditemukan dalam konsentrasi
yang tinggi. Bukti bahwa hormon itu di buat plasenta adalah karena jaringan plasenta yang
dibiakkan ternyata menghasilkan hormone tersebut. Hormon yang khas untuk kehamilan ini
dibentuk oleh tropoblas. Dengan lebih tuanya kehamilan, trofoblas membentuk lebih banyak
jonjot ; dalam hubungan ini produksi dan ekskresi hCG meningkat pula. Ini mencapai
puncaknya pada kehamilan 60 hari untuk kemudian menurun kembali, sesuai dengan adanya
korion leave dan terbentuknya plasenta yang tetap.
Fungsi hCG adalah mempertahankan korpus luteum yang membuat estrogen dan
progesterone sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup
estrogen dan progesteron. Pada waktu itu kadar hCG juga turun.
Korionik somato-mammotropin adalah hormone protein yang merangsang pertumbuhan,
mempunyai efek laktogenic dan luteotropic. Perubahan dalam metabolisme hidrat arang dan
lemak sewaktu kehamilan kirannya disebabkan oleh hormon ini.
Korionik tirotropin juga dapat ditemukan dalam jaringan plasenta. Akan tetapi, fungsinya
dalam kehmilan belum dapat dipastikan.
Estogen dalam bentuk estradiol, estron dan estriol ditemukan dalam konsentrasi lebih
tinggi di vena uterine dibanding di arteri uterine yang berarti bahwa estrogen di buat di
plasenta.
Progesteron ditemukan dalam darah yang keluar dari plasenta dalam konsentrasi yang
lebih tinggi daripada di dalam darah yang masuk ke dalam plasenta. Ini berarti bahwa
progesterone dibentuk di plasenta. Berlainan dengan produksi estrogen, kematian janin atau
adanya anensefalus tidak mempengaruhi kadar progesterone. Enzim – enzim di plasenta
membentuk progesterone dari kolesterol di dalam darah melalui pregnenolon.
SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION)
Secara bahasa selaput janin/ amnion adalah suatu membran yang liat dan keras namun
lentur. Membran fetus bagian dalam tak berpembuluh darah ini berbatasan dengan cairan
amnion dan berperan sangan penting dalam proses kehamilan.
Struktur :
Bourne (1962) telah menjelaskan 5 lapisan pada amnion. Lapisan terdalam, yang langsung
berhubungan dengan cairan amnion, merupakan lapisan tak terputuskan, lapisan tunggal dengan
epithelium kuboid yang dipercaya berasal dari lapisan ektoderm embrionik. Eptihelium ini
melekat sengat kuat pada membran dasar yang dihubungkan dengan lapisan aselular, yang
disusun secara primer oleh lapisan klagen interstisial. Pada bagian luarnya, terdapat suatu
barisan sel mesenkim-mirip fibroblas, yang menyebar secara luas. Bagian ini kemungkinan
berasal dari diskus embrionik mesoderm. Terdapat juga beberapa makrofag fetal pada amnion.
Lapisan paling luar dari amnion adalah zona spongiosa aselular. Yang berhubungan langsung
dengan membran jannin kedua, yaitu chorion laeve. Amnion manusia sedikit mengandung sel
otot polos, saraf, limfatik, dan yang terpenting pembuluh darah.
Perkembangan :
Selama awal implantasi, suatu ruang berkembang diantara massa sel embrionik dan
berbatasan dengan trophoblast. Sel-sel kecil yang melapisis lapisan paling dalam dalam
trophoblast ini disebut sel amniogenik-suatu prekursor dari epithelium amnionik. Amnion
pertama kali diidentifikasi sekitar hari ke tujuh atuke delapan pada perkembangan embrio.
Pertumbuhan ini diawali dengan vesikel, yang kemudian berkembang menjadi kantung kecil
yang menutupi lapisan dorsal pada embrio. Ketika amnion membesar, secara berangsur-angsur
menelan embrio yang berkembang, yang nantinya akan tururn dalam ruang/kavum amnio.
Distensi pada kantung amnionik secara cepat membanwanya ke dalam kontak dengan
lapisan interior dari chorion laeve. Aposisi dari korion laeve dan amnion pada akhit dari
trimester pertama dapat menyebabkan obliterasi pada extraembrionik coeloem.
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi / jonjot meliputi seluruh lingkaran
permukaan korion.Dengan berlanjutnya kehamilan :
1. Jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (chorion
frondosum) sementara
2. Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut
chorion laeve.
Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan
perbedaan pada kutub embrional dan abembrional :
1. desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis
2. desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua
kapsularis.
3. desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietalis.
Antara membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan
berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran
korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic
membrane).
Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion laeve dengan
desidua parietalis.
CAIRAN AMNION
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai RONGGA AMNION. Di dalam ruangan
ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi
oleh dinding selaput amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine
janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.
Fungsi cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar
2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin
3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga
amnion, untuk suasanalingkungan yang optimal bagi janin.
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin (terutama
pada persalinan).
5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang steril,
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.
Keadaan normal cairan amnion :
1. pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.
2. keadaan jernih agak keruh
3. steril
4. bau khas, agak manis dan amis
5. terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama
albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.
6. sirkulasi sekitar 500 cc/jam