Tugas Analisis Film 1

31
KONSEPSI Ovum yang dilepasoleh ovarium disapu oleh mikrofilamen- mikrofilamenfimbria infundibulumtuba ke arahostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kea rah medial. Ovum inimempunyai diameter 100 µ 90,1 mm). ditengah-tengahnya dijumpai nucleus yang berada dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam amino. Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan dari sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melaluisaluran-saluran halus di zona pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampula tuba makin berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan terjadi. Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio padawaktu koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapatterus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya beberapa ratus yang dapatsampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanyasatu spermatozoa yang mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA

description

ta

Transcript of Tugas Analisis Film 1

KONSEPSI

Ovum yang dilepasoleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-mikrofilamenfimbria

infundibulumtuba ke arahostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus kea rah medial. Ovum

inimempunyai diameter 100 µ 90,1 mm). ditengah-tengahnya dijumpai nucleus yang berada

dalam metaphase pada pembelahan pematangan kedua, terapung-apung dalam sitoplasma yang

kekuning-kuningan yakni vitelus. Vitelus ini mengandung banyak zat karbohidrat dan asam

amino.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Diluar zona pelusida ini ditemukan sel-sel korona

radiata, dan di dalamnya terdapat ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub. Bahan-bahan

dari sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melaluisaluran-saluran halus di zona

pelusida. Jumlah sel-sel korona radiata di dalam perjalanan ovum di ampula tuba makin

berkurang, sehingga ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada dekat pada

perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan terjadi.

Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio padawaktu

koitus. Hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapatterus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya

beberapa ratus yang dapatsampai ke bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat memasuki

ovum yang telah siap untuk dibuahi. Hanyasatu spermatozoa yang mempunyai kemampuan

(kapasitasi) untuk membuahi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di

nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum karena diduga dapat

melepaskan hialuronidase.

Fertilisasi atau pembuahan merupakan penyatuan ovum (oostit sekunder) dan

spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi

spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic.

Hanya satuspermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi

membrane sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata

(lapisan sel diluar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua

lapisan yang menutupi dan encegah ovum mengalami fertilisasi leih dari satu spermatozoa. Suatu

moleul komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3

glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang

membantu spermatozoa menembus zona pelusida.

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula

korteks di dalam ovum berfusi dengan membrane plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-

granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di

zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat

ditembus oleh spermatozoa. Prosesini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat

berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.

Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan

lancer, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok selyang sama besarnya. Hasil konsepsi berada

dalam stadium morula kemudian hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars

interstisial tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan kea rah kavum uteri oleh

arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.

EMBRIOGENESIS

Pada hampir semua mahluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur yang telah

difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu suatu sel hasil penggabungan dari sel induk betina dan sel

induk jantan, dimana masing-masing induk berperan dalam menentukan sifat-sifat individu baru

yakni dalam hal ukuran, bentuk, perlengkapan fisiologis dan pola perilakunya. Pada proses

perkembangan manusia melalui berbagai tahap yang dimulai dari gametogenesis pada masing-

masing induk, dimana induk jantan mengalami spermatogenesis (proses pembentukan sperma),

dan induk betina mengalami oogenesis ( proses pembentukan ovum). Setelah terjadi vertilisasi

(proses peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu dengan sifat genetik yang berasal dari

kedua induknya) maka akan terbentuk zigot. Zigot akan mulai membentuk suatu organisme yang

multiseluler yang dilakukan dengan proses-proses pembelahan. Pembelahan awal yang terjadi

disebut sebagai blastulasi, dimana sel yang merupakan hasil fertilisasi antara dua induk

mengalami pembelahan menjadi 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, dsb.

Proses Perkembangan Janin Manusia

Setelah Implantasi/Nidasi, tahapan yang selanjutnya terjadi adalah fase perkembangan embrio

atau fase embrionik. Pada tahapan ini, mulai terjadi organogenesis atau pembentukan organ dan

sistem organ pada embrio yang berasal dari 3 lapisan germinal. Proses ini berlangsung pada

minggu ke-2 hingga minggu ke-8.

Pada akhir minggu ke-8, semua sistem organ telah terbentuk. Pada saat tersebut (minggu ke-8),

embrio telah disebut fetus, dengan ukuran panjang sekitar 3 cm. Tulang-tulang pada fetus

tersebut mulai mengalami ossifikasi dan otot skeletal mulai melakukan kontraksi involunter

walaupun masih terlalu lemah untuk dapat dirasakan oleh ibu.

Jantung, yang sudah mulai berdetak pada minggu ke-4, sekarang mulai mensirkulasikan darah.

Jantung dan liver membentuk

penonjolan pada bagian ventral,

sedangkan kepala ukurannya

setengah dari seluruh panjang

tubuh. Pada minggu ke-2 hingga

minggu ke-8, ketiga lapisan

germinal, yaitu

ektoderm,mesoderm dan

endoderm akan mengalami

perkembangan dan menjadi derivat dari berbagai macam organ. Perkembangan tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut:

Lapisan

Germinal

Perkembangan Utama

Ektoderm Epidermis, folikel rambut dan muskulus piloerector, kelenjar

kutaneus, sistem saraf, medulla adrenal, kelenjar pineal dan

hipofisis, lensa, kornea dan otot intrinsik pada mata, telinga

internal dan eksternal, kelenjar saliva, epithel kavum nasi,

kavum oris dan kanalis analis.

Mesoderm Skeleton, otot skeletal, otot polos, otot jantung, kartilago, korteks

adrenal, telinga tengah, dermis, darah, pembuluh darah,

pembuluh limfatik, sumsum tulang, jaringan limfoid, epitel

ginjal, epitel ureter dan gonad, duktus genital, mesothelium

rongga tubuh ventral.

Endoderm Sebagian besar mukosa epithelium saluran digestif, vesika

urinaria, ureter dan saluran respirasi; Komponen epithel dari

kelenjar aksesoris reproduksi dan saluran digesitif; Kelenjar

tiroid, paratiroid dan thymus.

FASE PERKEMBANGAN FETUS

Tahapan ini mulai terjadi pada akhir minggu ke-8 atau awal minggu ke-9 hingga masa kelahiran.

Organ yang sudah terbentuk pada fase embriogenik/organogenesis sekarang mengalami

pertumbuhan dan diferensiasi seluler serta membentuk kemampuan fungsional untuk mendukung

kehidupan di luar rahim.

Sistem sirkulasi merupakan sistem yang memiliki perbedaan anatomis yang cukup unik, yaitu

pada masa fetus yang bergantung pada plasenta yang kemudian berubah setelah masa kelahiran

(neonatus). Aspek unik pada sistem sirkulasi tersebut adalah terdapatnya jalur umbilikal-plasenta

dan adanya jalur pintas sirkulasi yang disebut shunt. Shunt tersebut meliputi:

1. Duktus Venosus

Arteri iliaka interna pada fetus akan bercabang menjadi dua arteri umbilikalis yang akan

masuk ke dalam umbilical cord. Darah pada arteri ini memiliki kadar oksigen yang rendah

dan memiliki banyak sampah metabolit fetus. Sampah metabolit tersebut kemudian

dikeluarkan melalui plasenta, menangkap oksigen dan nutrisi, lalu kembali memasuki

sirkulasi fetus melalui vena umbilikalis yang bermuara ke liver. Pada masa postpartum,

sebagian besar darah akan melewati liver, namun karena liver fetus belum berkembang

secara optimal, terdapat shunt yang langsung menyalurkan darah dari vena umbilikal menuju

vena cava inferior yaitu Duktus Venosus.

2. Foramen Ovale

Darah yang memasuki atrium kanan jantung pada masa postpartum akan dipompakan

menuju ventrikel kanan, kemudian memasuki arteri pulmunalis menuju paru-paru, namun

karena fungsi paru-paru pada fetus belum berkembang, terdapat shunt berikutnya yaitu

Formaen Ovale yang menyalurkan darah dari atrium kanan langsung ke dalam atrium kiri.

3. Duktus Arteriosus

Selain melewati foramen ovale, darah yang terdapat pada atrium kanan juga akan

dipompakan ke dalam ventrikel kanan yang kemudian memasuki arteri pulmonal, namun

karena paru-paru belum berkembang secara optimal, terdapat shunt terakhir yaitu Duktus

Arteriosus yang mengubungkan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga darah bisa langsung

memasuki aorta.

Berikut adalah pertumbuhan yang

terjadi pada masa fetal:

o 12 Minggu

Pada akhir minggu ke-12, ketika

uterus terpalpasi di atas simfisis

pubis, panjang fetus 6-7 cm. Pusat

osifikasi muncul pada sebagian besar

tulang fetus. Jari serta jempol terlah

terdiferensiasi. Kulit dan kuku sudah

berkembang dan rambut rudimenter

mulai muncul. Organ genitalia

eksterna mulai menunjukkan

pembentukan jenis kelamin. Fetus

mulai melakukan gerakan spontan.

o 16 Minggu

Pada akhir minggu ke-16, panjang fetus sekitar 12 cm dengan berat sekitar 110 gram. Jenis

kelamin telah dapat dibedakan pada minggu ke-14.

o 20 Minggu

Pada akhir minggu 20 fetus memiliki berat >300 gram dan berat mulai bertambah dengan

cara linear. Kulit fetus menjadi tidak begitu transparan, sebagian scalp sudah berkembang.

o 24 Minggu

Berat fetus pada akhir minggu 24 sekitar 630 gram. Kulit mengkerut dan deposisi lemak

mulai terjadi. Kepala masih cenderung besar, alis dan bulu mata mulai dapat dikenali. Terjadi

periode kanalikular perkembangan paru-paru, di mana bronkus dan bronkiolus membesar dan

duktus alveolus terbentuk hampir sempurna. Fetus yang lahir pada usia ini mampu bernapas

namun tidak mampu melakukan pertukaran gas.

o 28 Minggu

Pada akhir minggu ini, panjang fetus sekitar 25 cm dengan berat 1100 gram. Kulit berwarna

merah dan ditutupi vernix kaseosa. Membran pupil telah menghilang dari mata. Bayi yang

lahir pada periode ini menggerakkan tungkainya dengan kuat dan menangis dengan lemah.

Bayi yang lahir pada usia ini memiliki 90% harapan hidup tanpa kelainan fisik maupun

neurologis.

o 32 Minggu

Pada usia kehamilan 32 minggu, fetus telah memiliki panjang 28 cm dengan berat sekitar

1800 gram. Permukaan kulit masih merah dan berkerut. Bayi yang lahir pada periode ini

dapat bertahan hidup.

o 36 Minggu

Pada akhir minggu 36, rata-rata panjang fetus 32 cm dengan berat sekitar 2500 gram. Karena

adanya deposisi lemak, tubuh fetus menjadi lebih berisi dan kerutan pada wajah telah

menghilang. Bayi yang lahir pada periode ini memiliki peluang yang sangat baik untuk

bertahan hidup dengan perawatan optimal.

o 40 Minggu

Pada periode ini, fetus telah berkembang sempurna. Rata-rata panjang fetus sekitar 36 cm

dengan berat sekitar 3400 gram.

FISIOLOGI KEHAMILAN

- Pematangan Dan Pembuahan Ovum

Ketika masih berada didalam ovarium, ovum berada dalam stadium oosit primer. Sesaat

sebelum dilepaskan dari folikel ovarium, nukleusnya membelah dengan cara meiosis dan dari

nukleus oosit tersebut dilepaskan badan polar I. Oosit prmer kemudian menjadi oosit sekunder.

Dalam proses ini, setiap 23 pasang kromosom akan kehilangan 1 pasangannya, yang bergabung

dengan sebuah badan polar yang dikeluarkan sehingga membuat 23 kromosom tidak

berpasangan berada dalam oosit sekunder. Kemudian ovum akan berovulasi ke dalam rongga

perut dan memasuki ujung salah satu tuba fallopi yang berfimbria.

Ketika terjadi ovulasi ovum bersama dengan beratus-ratus atau lebih sel-sel granulosa

yang melekat padanya yang membentuk korona radiata, dikeluarkan langsung kedalam rongga

peritoneum dan selanjutnya harus masuk kedalam salah satu tuba fallopi secara alami jatuh

disekitar ovarium. Permukaan dalam tentakel fimbria dibatasi oleh epitel bersilia dan silia

tersebut teraktivasi oleh estrogen dari ovarium sehingga menyebabkan silia secara terus menerus

bergerak kearah pembukaan atau ostium, dari tuba fallopi yang terlibat. Karena adanya arus

cairan yang lambat mengalir ke arah ostium. Dengan cara ini ovum memasuki salah satu tuba

fallopi.

Setelah seorang pria mengejakulasikan semen ke dalam vagina saat berhubungan seksual,

dalam waktu 5-10 menit beberapa sperma dari vagina akan dihantarkan ke atas, melalui uterus

dan tuba fallopi, ke ampula tuba fallopi didekat tuba yang berujung ovarium. Penghantaran

sperma tsb dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopi yang dirangsang oleh hoemon

prostaglandin dalam cairan semen pria, dan oleh oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis

posterior wanita selama mengalami orgasme. Dari hampir setengah miliar sperma yang dideposit

dalam vagina, beberapa ribu sperma tersebut berhasil mencapai setiap ampula.

Pembuahan ovum umumnya terjadi di ampula dari salah satu tuba fallopi, tetapi sebelum

sperma dapat memasuki ovum; pertama sperma harus menembus berlapis-lapis sel-sel granulosa

yang melekat disis luar ovum (korona radiata) dan kemudian akan menembus zona pelusida yang

mengelilingi ovum itu sendiri. Sekali sebuah sperma telah masuk kedalam ovum (masih dalam

stadium oosit sekunder), oosit akan membelah kembali untuk membentuk ovum matang

ditambah mengeluarkan badan polar II. Ovum yang matang itu masih membawa nukleusnya

(pronukleus wanita) yang mangandung 23 kromosom. Salah satu kromosom tsb adalah

kromososm wanita yaitu kromososm X.

Pada saat yang bersamaan sperma yang membuahi juga berubah. Ketika memasuki

ovum, kepala sperma akan membengkak untuk membentuk sebuah pronukleus pria. Kemudian,

ke 23 kromosom yang tidak berpasangan dari pronukleus pria dan ke 23 kromososm yang tidak

berapasangan dari pronukleus wanita berikatan bersama-sama untuk membentuk kembali

komplemen menyeluruh dengan 46 kromosom (23 pasang) dalam sebuah ovum yang sudah

dibuahi.

Setelah pembentukan sperma matang, setengah dari seluruh sperma tersebut membawa

sebuah kromosom X (kromosom wanita) dan setengahnya membawa kromosom Y (kromosom

pria) dalam genomnya. Oleh karena itu, jika sebuah kromosom X dari sperma bergabung dengan

sebuah kromososm X dari ovum, sehingga bergabung menjadi XX, seorang anak perempuan

akan lahir. Tetapi jika sebuah kromososm Y dari sperma dipasangkan dengan sebuah kromosom

X dari ovum, yang memberikan gabungan XY, anak laki-laki yang akan dilahirkan.

- Transpor Ovum Yang Dibuahi Didalam Tuba Fallopi

Setelah pembuahan terjadi, untuk transpor ovum yang telah dibuahi melalui sisa bagian

tuba fallopi ke dalam kavum uteri. Biasanya perlu waktu 3-5 hari. Transpor ini terutama

dipengaruhi oleh arus cairan yang lemah didalam tuba fallopi akibat kerja sekresi epitel ditambah

kerja epitel bersilia yang melapisi tuba. Kemudian silia tersebut selalu bergerak kearah uterus.

Kontraksi yang lemah dari tuba fallopi juga mungkin membantu lewatnya ovum.

Tuba fallopi dilapisi oleh permukaan kriptoid yang tidak rata sehingga menghalangi

jalannya ovum walaupun ada raus cairan. Selain itu isthmus tuba fallopi (2 cm sebelum masuk ke

uterus) dapat berkontraksi secara spesifik selam 3 hari pertama setelah ovulasi. Setelah saat ini,

peningkatan progesteron yang cepat yang dosekresi oleh korpus luteum ovarium pertama akan

memacu peningkatan reseptor progesteron pada sel-sel otot polos tuba fallopi; lalu progesteron

tersebut akan mengaktivasi reseptor-reseptor, melepaskan suatu efek relaksasi tuba yang

memungkinkan masuknya ovum ke dalam uterus.

Transpor ovum terbuahi yang tertunda melalui tuba fallopi ini memungkinkan terjadinya

beberapa tahap pembelahan sel sebelum ovum yang sudah membelah itu (blastokista), yang

mengandung kira-kira 100 sel kemudian memasuki uterus. Selam waktu tersebut, sel sekret tuba

fallopi membentuk sejumlah besar sekret yang digunakan untuk nutrisi perkembangan

blastokista.

- Implantasi Blastokista Didalam Uterus

Setelah mencapai uterus, blastokista yang sedangberkembang biasanya tetap tinggal

didalam kavum uteri selam 1-3 hari lagi sebelum berimplantasi diendometrium, jadi implantasi

biasanya terjadi kira-kira pada hari ke 5 -7 setelah ovulasi.sebelum implantasi blastokista

mendapat makanan dari sekresi endometrium uterus (susu uterus).

Implantasi merupakan hasil kerja dari sel-sel trofoblas yang berkembang diseluruh permukaan

blastokista. Sel-sel ini menyekresikan enzim proteolitik yang mencerna dan mencairkan sel-sel

endometrium uterus. Sebagian cairan dan nutrisi yang dilepaskan akan ditarnspor secara aktif

oleh sel-sel trofobas yang sama ke dalam blastokista, menambah untuk perkembangan lebih

lanjut. Sekali implantasi terjadi, sel-sel trofoblas dan sel-sel yang berdekatan lainnya (dari

blastokista dan endometrium uterus) berproliferasi dengan cepat, membentuk plasenta dan

berbagai membran kehamilan.

- Plasentasi

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan

tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata – rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan

plasenta biasanya di tengah ; keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila hubungan ini agak ke

pinggir, disebut insersio lateralis, dan bila di pinggir plasenta disebut insersio marginalis.

Kadang – kadang tali-pusat berada di luar plasenta, dan berhubungan dengan plasenta melalui

selaput janin, jika demikian, disebut insersio velamentosa.

Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan kurang 16 minggu dengan ruang

amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion

tertekan kearah korion, namun amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion.

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas kearah

fundus uteri. Hal ini adalah hal fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas,

sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya

berasal dari sebagian dari bagian janin, yaitu villi koriales yang bersal dari korion, dan sebagian

kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.

Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di

desidua basalis. Pada systole darah disemprotkan dengan tekanan 70 – 80 mmHg seperti air

mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-

kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan - lahan

dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.

Di tempat – tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena – vena yang lebar

(sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat pula

suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.

Ruang ini disebut sinus marginalis.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta dipekirakan menaik dari 200 ml tiap menit

pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang

interviller tanpa villi korales mempunyai volume lebih kurang 150 – 250 ml. permukaan villi

koriales diperkirakan seluas lebih kurang 11 m 2. Dengan demikian, pertukaran zat –zat makanan

terjamin benar.

Perubahan – perubahan terjadi pula pada jonjot – jonjot selama kehamilan berlangsung.

Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan tetapi dari lapisan

sitotrofoblas sel – sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok - kelompok sel ;

stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit – fagosit, dan pembuluh – pembuluh

darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblas. Pada kehamilan 36 minggu

sebagian besar sel – sel sitotropoblas tidak ada lagi, akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin

selalu ada lapisan trofoblas. Lagi pula, terjadi kalsifikasi pembuluh – pembuluh darah dalam

jonjot – jonjot dan pembentukan fibrin di permukaan beberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini

mengakibatkan pertukaran zat – zat makanan, zat asam, dan sebagainya antara ibu dan janin

mulai terganggu.

Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, sedangkan banyaknya juga

berbeda beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup villi dan villi itu kehilangan

hubungan dengan darah ibu lalu berdegenerasi. Dengan demikian, timbulah infark. Di samping

itu, spiral arteries yang member darah ke ruang interviller dapat mengadakan spasme oleh salah

satu sebab, sehingga darah mengalir perlahan – lahan, sehingga timbul pembekuan setempat.

Fungsi plasenta:

Fungsi plasenta adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini

dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan

pembuangan CO2 serta sampah metabolism janin ke peredaran darah ibu.

Dapat dikemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :

1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin

2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme

3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2

4. Sebagai alat yang membentuk hormon

5. Sebagai alat yang menyalurkan pelbagai antibodi ke janin

6. Mungkin hal – hal yang belum di ketahui.

Perlu dikemukakan bahwa plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat – obat

tertentu. Penyaluran zat makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan sebaliknya harus melewati

lapisan tropoblas. Cepatnya penyaluran zat – zat tersebut tergantung pada konsentrasinya di

kedua belah lapisan tropoblas, tebalnya lapisan tropoblas, besarnya permukaan yang

memisahkan dan jenis zat.

Difusi air melalui lapisan tropoblas sama dengan difusi lewat membran sel di seluruh

tubuh. Halogen seperti bromide, fluorid, iodide, tidak seberapa cepat melintasi lapisan

trofoblas seperti garam kalsium. Dari alkali adalah natrium dan kalium yang mudah dan

cepat disalurkan. Lebih tua kehamilan dan lebih tipis lapisan tropoblas, lebih mudah natrium

melintasi tropoblas. Zat amino, urea, asam urat juga sebagai gas disalurkan dengan cara

difusi dari yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi rendah. Jadi jika di janin

terdapat urea dan asam urat yang berlebih, maka kelebihan itu dapat dengan mudah

disalurkan kepada ibunya. Sebaliknya dapat terjadi pula, zat – zat lain dalam konsentrasi

yang jauh lebih tinggi dalam plasma ibu terjadi pula, zat – zat lain dalam konsentrasi yang

jauh lebih tinggi dalam plasma ibu disalurkan secara aktif dengan sistem enzim yang

kompleks. Sebagian besar zat – zat tersebut dipecah dahulu ke dalam asam amino, lipid ke

dalam asetat, hidrat arang ke dalam protein dipecah ke dalam glukosa, glikogen atau

fruktosa, dan pecahan – pecahan yang sederhana ini disalurkan secara aktif ke sinsitium,

tempat mana zat – zat yang lebih kompleks dibentuk kembali sebelum dimasukkan kedalam

sistem kapiler janin di dalam jonjot. Hanya beberapa protein disalurkan utuh akan tetapi

penyalurannya amat lambat dan dan diperkirakan secara pinositosis, umpamanya

immunoglobulin G dan albumin.

Plasenta adalah suatu barrier terhadap bakteri dan virus, akan tetapi tidak efektif dan

dewasa ini diragukan sekali. Obat – obat diberikan pada ibunya dalam waktu singkat dapat

ditemukan pada janinnya. Bakteri – bakteri dan virus – virus tertentu yang beredar dalam

darah ibu, dapat melewati plasenta dan menyebabkan kelainan pada janin. Yang terkenal

yaitu penyakit rubella, bila infeksi terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama

kehamilan) maka ibu yang bersangkutan akan melahirkan bayi bercacat 15 – 50%.

Plasenta adalah tempat pembuatan hormon – hormone, khususnya korionik gonadotropin,

korionik somato-mammotropin (placental lactogen), estrogen dan progesterone. Korionik

tirotropin dan relaksin pun dapat diisolasi dari jaringan plasenta. Kemungkinan bahwa masih

ada hormone – hormone lain dalam rangka fungsi plasenta, khususnya dalam fungsi

hormonal dalam kehamilan, masih harus diselidiki lebih lanjut.

Korionik gonadotropin adalah suatu glikoprotein dengan kemampuan untuk berkhasiat

luteinizing, interstitial cell stimulating, dan luteotropic. Hormon ini ditemukan dalam darah

dan air kencing ibu hamil. Di dalam plasenta hormone tersebut ditemukan dalam konsentrasi

yang tinggi. Bukti bahwa hormon itu di buat plasenta adalah karena jaringan plasenta yang

dibiakkan ternyata menghasilkan hormone tersebut. Hormon yang khas untuk kehamilan ini

dibentuk oleh tropoblas. Dengan lebih tuanya kehamilan, trofoblas membentuk lebih banyak

jonjot ; dalam hubungan ini produksi dan ekskresi hCG meningkat pula. Ini mencapai

puncaknya pada kehamilan 60 hari untuk kemudian menurun kembali, sesuai dengan adanya

korion leave dan terbentuknya plasenta yang tetap.

Fungsi hCG adalah mempertahankan korpus luteum yang membuat estrogen dan

progesterone sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup

estrogen dan progesteron. Pada waktu itu kadar hCG juga turun.

Korionik somato-mammotropin adalah hormone protein yang merangsang pertumbuhan,

mempunyai efek laktogenic dan luteotropic. Perubahan dalam metabolisme hidrat arang dan

lemak sewaktu kehamilan kirannya disebabkan oleh hormon ini.

Korionik tirotropin juga dapat ditemukan dalam jaringan plasenta. Akan tetapi, fungsinya

dalam kehmilan belum dapat dipastikan.

Estogen dalam bentuk estradiol, estron dan estriol ditemukan dalam konsentrasi lebih

tinggi di vena uterine dibanding di arteri uterine yang berarti bahwa estrogen di buat di

plasenta.

Progesteron ditemukan dalam darah yang keluar dari plasenta dalam konsentrasi yang

lebih tinggi daripada di dalam darah yang masuk ke dalam plasenta. Ini berarti bahwa

progesterone dibentuk di plasenta. Berlainan dengan produksi estrogen, kematian janin atau

adanya anensefalus tidak mempengaruhi kadar progesterone. Enzim – enzim di plasenta

membentuk progesterone dari kolesterol di dalam darah melalui pregnenolon.

SELAPUT JANIN (AMNION DAN KORION)

Secara bahasa selaput janin/ amnion adalah suatu membran yang liat dan keras namun

lentur. Membran fetus bagian dalam tak berpembuluh darah ini berbatasan dengan cairan

amnion dan berperan sangan penting dalam proses kehamilan.

Struktur :

Bourne (1962) telah menjelaskan 5 lapisan pada amnion. Lapisan terdalam, yang langsung

berhubungan dengan cairan amnion, merupakan lapisan tak terputuskan, lapisan tunggal dengan

epithelium kuboid yang dipercaya berasal dari lapisan ektoderm embrionik. Eptihelium ini

melekat sengat kuat pada membran dasar yang dihubungkan dengan lapisan aselular, yang

disusun secara primer oleh lapisan klagen interstisial. Pada bagian luarnya, terdapat suatu

barisan sel mesenkim-mirip fibroblas, yang menyebar secara luas. Bagian ini kemungkinan

berasal dari diskus embrionik mesoderm. Terdapat juga beberapa makrofag fetal pada amnion.

Lapisan paling luar dari amnion adalah zona spongiosa aselular. Yang berhubungan langsung

dengan membran jannin kedua, yaitu chorion laeve. Amnion manusia sedikit mengandung sel

otot polos, saraf, limfatik, dan yang terpenting pembuluh darah.

Perkembangan :

Selama awal implantasi, suatu ruang berkembang diantara massa sel embrionik dan

berbatasan dengan trophoblast. Sel-sel kecil yang melapisis lapisan paling dalam dalam

trophoblast ini disebut sel amniogenik-suatu prekursor dari epithelium amnionik. Amnion

pertama kali diidentifikasi sekitar hari ke tujuh atuke delapan pada perkembangan embrio.

Pertumbuhan ini diawali dengan vesikel, yang kemudian berkembang menjadi kantung kecil

yang menutupi lapisan dorsal pada embrio. Ketika amnion membesar, secara berangsur-angsur

menelan embrio yang berkembang, yang nantinya akan tururn dalam ruang/kavum amnio.

Distensi pada kantung amnionik secara cepat membanwanya ke dalam kontak dengan

lapisan interior dari chorion laeve. Aposisi dari korion laeve dan amnion pada akhit dari

trimester pertama dapat menyebabkan obliterasi pada extraembrionik coeloem.

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi / jonjot meliputi seluruh lingkaran

permukaan korion.Dengan berlanjutnya kehamilan :

1. Jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (chorion

frondosum) sementara

2. Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus disebut

chorion laeve.

Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan

perbedaan pada kutub embrional dan abembrional :

1. desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis

2. desidua yang meliputi embrioblas / kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua

kapsularis.

3. desidua di sisi / bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietalis.

Antara membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan

berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran amnion dan membran

korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic

membrane).

Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion laeve dengan

desidua parietalis.

CAIRAN AMNION

Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai RONGGA AMNION. Di dalam ruangan

ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Asal cairan amnion diperkirakan terutama disekresi

oleh dinding selaput amnion / plasenta, kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine

janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion.

Fungsi cairan amnion :

1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin

3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga

amnion, untuk suasanalingkungan yang optimal bagi janin.

4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin (terutama

pada persalinan).

5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang steril,

sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Keadaan normal cairan amnion :

1. pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc.

2. keadaan jernih agak keruh

3. steril

4. bau khas, agak manis dan amis

5. terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama

albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel.

6. sirkulasi sekitar 500 cc/jam