Ringkasan analisis film men of honor
-
Upload
leny-ida-rotua -
Category
Documents
-
view
941 -
download
8
description
Transcript of Ringkasan analisis film men of honor
Ringkasan film Men of Honor ( dari segi analisa self image )
Kisah ini berawal dari masa kecil seorang anak keturunan negro bernama Carl
Brashear. Ia tinggal bersama kedua orangtua dan kakak laki-lakinya di Sonora,
Kentucky pada tahun 1943. Ayah Carl adalah seorang pembajak ladang. Ia adalah
seorang pekerja yang tangguh dan tidak mudah mengeluh walaupun telapak
tangannya selalu berdarah saat bekerja membajak ladang. Ketika membajak ladang,
Carl datang dan ingin membantu. Namun ayah tidak mengijinkannya dan ia berpesan
pada Carl, “Jangan berakhir seperti saya.”
Carl akan masuk Angkatan Laut Amerika Serikat. Pada hari
keberangkatannya, ayahnya berpesan pada Carl bahwa segala sesuatunya pasti akan
sulit dan janganlah kembali untuk waktu yang lama. Kemudian ayah memberikan
radio kesayangannya dan terukir singkatan A.S.N.F. (A Son Never Forgot). Namun,
ketika ia sampai di kapal angkatan laut AS, U.S.S Hoist, ia ditugaskan untuk menjadi
koki bersama orang-orang negro lainnya.
Hari itu adalah hari Jumat dimana orang-orang kulit putih berenang bersama
di laut. Jadwal berenang orang negro ada pada hari Selasa. Namun, apa yang
dilakukan Carl adalah dia melepas sepatu dan pakaiannya kemudian melompat ke
arah laut. Ia dikejar oleh salah satu orang kulit putih, tetapi Carl adalah perenang
ulung dan sulit untuk ditangkap. Seorang kapten datang menemuinya dan mengatakan
bahwa ia dimasukkan ke unit pelaut bukan di tempat koki lagi.
Pada suatu kesempatan, Carl menemui kapten dan mengatakan bahwa ia ingin
menjad a navy master diver (seperti Master Chief Sunday). Maka, ia harus menjadi
pelajar di Navy Dive & Salvage School Bayonne, New Jersey. Kapten mengingatkan
bahwa sekolah itu tidak menerima anak kulit hitam. Carl meminta kapten untuk
merekomendasikannya. Akhirnya, kapten tetap membuat surat rekomendasi itu
walaupun ia merasa tidak yakin bahwa Carl bisa menjadi apa yang ia inginkan.
Master Chief Sunday sudah diberhentikan dari tugasnya untuk menyelam
karena sakit emboli. Oleh sebab itu, ia ditempatkan sebagai pelatih di U.S Navy Dive
& Salvage School Bayonne, New Jersey. Carl ahli dalam ujian-ujian praktik, namun
ia memiliki kekurangan dalam ujian-ujian teori. Ia pun mendapat informasi untuk
belajar di sebuah perpustakaan. Di situlah ia bertemu dengan Jo.
Jo adalah seorang mahasiswi keperawatan dan menguasai hal-hal yang
berhubungan dengan teori-teori yang dipelajari di sekolah angkatan laut. Jo
membantu Carl untuk belajar hingga ia pun menjadi pelajar terbaik di sekolahnya.
Seiring berjalannya waktu, Carl dan Jo saling jatuh cinta. Akhirnya, mereka pun
memutuskan untuk menikah.
Pada saat pelatihan menggunakan baju navy dive, terjadi sebuah masalah yang
dapat merenggut nyawa dua pelajar navy dive. Kedua orang pelajar, Rourke dan Isert,
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas pelatihannya di sebuah kapal yang ada
di bawah laut. Kapal itu tiba-tiba bergerak dan pipa Isert tertindih sebuah besi
sehingga ia tidak bisa keluar dari kapal itu. Carl pun datang dan menolongnya hingga
akhirnya Isert selamat, tetapi Rourke pergi meninggalkan mereka di kapal itu. Namun
yang mendapat penghargaan sebagai pahlawan adalah Rourke bukan Carl.
Berbagai usaha dilakukan untuk mencegah agar Carl tidak lulus dari ujian
praktik menjadi seorang Navy Diver, walaupun nilai ujian teorinya lebih tinggi
dibandingkan pelajar kulit putih lainnya. Ia dilarang untuk datang ke ujian praktik,
tetapi ia tidak menurutinya. Ia tetap datang pada ujian akhir praktiknya. Pada ujian
itu, pelajar diminta untuk merangkai sebuah rangkaian pipa di bawah laut
menggunakan baju navy diver. Carl pun dipersilahkan untuk turun dan ia akan
mendapat tas berisi pipa-pipa beserta skrup-skrup yang harus ia rangkai.
Namun, ujian Carl tidak berjalan dengan lancar. Tasnya dirobek sehingga
pipa-pipa beserta skrup-skrupnya terjatuh di dasar laut dan Carl harus mencarinya
satu per satu. Walaupun demikian, ia tetap berusaha untuk menyelesaikan ujian
praktik itu. Ia membutuhkan waktu 8 jam untuk menyelesaikan dan hasilnya
sempurna. Setelah lulus, ia mendapat pekerjaan untuk menjadi navy diver tetap di
Brooklyn, tetapi ia tidak menerima pekerjaan itu.
Ia ingin menjadi master diver dan mencari yang lebih daripada itu. Ia pun
bekerja sebagai elite navy deep-sea diver. Saat itu Carl bertugas di Spanyol dengan
kapal U.S.S Hoist dalam kasus submarine Rusia. Mereka sedang mencari tabung
nuklir dan Carl menemukannya. Ketika akan mengangkat tabung itu dari dasar laut,
terjadi sebuah insiden dimana tali katrol yang mengangkat beban tabung putus dan
tabung itu kembali jatuh ke dasar laut. Carl berteriak agar semua orang pindah dari
posisi. Namun yang terjadi adalah kaki Carl terkena besi tajam dan kaki dari
pergelangan kakinya terputus. Ia menjalani operasi dan kakinya dapat tersambung
kembali.
Walaupun kakinya dapat tersambung kembali, Jo mengatakan bahwa Carl
tidak bisa melakukan tugasnya kembali. Akhirnya, ia pun dipensiunkan dari tugasnya
oleh petinggi U.S.A Navy Diver. Namun, ia tidak menerima pensiun itu dengan
lapang dada. Carl meminta untuk melakukan amputasi pada kaki kirinya dan
dipasang dengan kaki palsu. Ketika waktunya tiba, ia akan mendemonstrasikannya di
hadapan semua orang menggunakan baju navy diver. Ia melakukan hal ini karena
keinginan untuk menjadi Master Chief belum terpenuhi.
Permintaannya pun disetujui. Sunday pun datang dan melatih Carl agar bisa
mendemonstrasikan baju navy diver dengan menggunakan satu kaki palsunya. Carl
terus berusaha beradaptasi dengan kaki palsunya itu. Ia percaya dan yakin bahwa ia
bisa bertugas dengan kaki palsu sama seperti ketika ia masih memiliki dua kaki.
Pada hari demonstrasi, baik Carl maupun Sunday kaget dengan baju navy yang baru
dimana beratnya lebih dari baju navy diver yang lama.
Saat itu, Carl diminta untuk berjalan mengenakan baju navy diver sebanyak
12 langkah. Sunday sebagai motivatornya membuat Carl tetap bertahan dan mencapai
12 langkahnya. Akhirnya, Carl dan Sunday kembali ke posisi jabatannya masing-
masing. Carl Brashear merupakan navy diver pertama yang kakinya diamputasi. Ia
pun tetap aktif bertugas. Dua tahun kemudian, ia menjadi Master Chief Diver. Ia
tidak pernah pensiun dari angkatan laut untuk sembilan tahun berikutnya.
Analisis Teori Kepribadian
Teori Maslow, dalam teorinya, Maslow memasukkan lima hirarki kebutuhan.
Pada film Man of Honor, penulis mengamati tokoh utamanya, yaitu Carl Brashear
yang dimainkan oleh Cuba Gooding, Jr.
Berikut ini adalah kelima kebutuhan yang terdapat dalam diri Carl Brashear :
1. The physiological Needs : kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
tubuh sehingga kebutuhan itu harus terpenuhi, seperti makan, minum,
air, oksigen, vitamin, aktivitas, istirahat, tidur, menghindari rasa sakit,
dan seks. Carl membutuhkan makan dan minum agar ia dapat
mengikuti pelatihan menjadi navy diver dengan optimal. Carl menikah
dengan Jo dan memiliki seorang anak laki-laki. Hal ini menunjukkan
kalau kebutuhan akan seks ada dalam diri Carl. Carl melakukan
aktivitas untuk berlatih atau beradaptasi menggunakan kaki palsunya.
Tujuannya adalah agar ia tidak pensiun dan tetap menjalankan
tugasnya sebagai navy diver. Tujuan utama sesungguhnya adalah ia
ingin mencapai impiannya untuk menjadi Master Chief Navy Diver.
Namun, impian itu hampir tidak terealisasikan jika ia putus asa karena
kakinya.
2. The safety and security needs : kebutuhan seseorang untuk mencari
satu titik aman, seperti kepastian dalam hidup, tidak hidup dalam rasa
takut, cemas, ataupun curiga, dan kebutuhan akan papan demi
keselamatan jiwa dari alam maupun sesama. Carl membutuhkan
kejelasan akan status dirinya. Ia mendaftar untuk masuk ke dalam
sekolah angkatan laut, tetapi ia ditugaskan sebagai koki di kapal U.S.S
Hoist. Ia menjadi koki karena seperti itulah tugas orang negro di kapal
orang kulit putih. Carl menemui kapten kapal U.S.S Hoist untuk
merekomendasikannya ke sekolah angkatan laut. Ini adalah cara yang
dilakukan Carl agar ia terbebas dari rasa takut ataupun cemas jika
tidak bisa mencapai cita-citanya menjadi seorang Master Chief Navy
Diver. Ketika Carl memperoleh kabar bahwa ayahnya telah meninggal
dunia, ia menangis dan membutuhkan orang lain yang dapat membuat
hatinya tenang. Oleh sebab itu, ia menghubungi Jo untuk datang
menemaninya karena Jo adalah satu-satu orang yang dapat membuat
dirinya merasa aman dan nyaman. Carl divonis tidak dapat berjalan
dengan normal dan membutuhkan tongkat. Ia takut jika cita-citanya
tidak tercapai. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk amputasi kaki
kirinya dan menggunakan kaki palsu agar ia benar-benar bisa
menggapai cita-citanya.
3. The Love and belonging needs : kebutuhan untuk mendapatkan kasih
sayang, seperti kebutuhan untuk memiliki teman, pacar, anak,
perhatian, dan merasa tergabung dalam suatu komunitas yang sama.
Carl mengajak Jo untuk menikah. Setelah menikah, mereka memiliki
seorang anak laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa Carl
membutuhkan kehadiran seorang kekasih. Tidak terlihat bahwa Carl
membutuhkan kasih sayang dari teman-temannya karena ia menyadari
bahwa teman-temannya tidak ingin berteman dengan orang berkulit
hitam. Sejak awal ia masuk ke sekolah angkatan laut, ia selalu
membantu teman-teman yang kesulitan tanpa diminta karena ia orang
yang sangat peka pada situasi. Hasilnya, teman-temannya menjadi
respect dan sayang padanya. Buktinya, banyak pelajar yang akhirnya
mendukung Carl ketika ujian akhir praktik untuk menjadi seorang
navy diver. Carl memperoleh perhatian dari lingkungannya, seperti
Sunday yang semakin hari semakin respect dan perhatian pada masa
depannya. Carl tidak pernah merasa dirinya istimewa maupun berbeda
dari teman-teman kulit putih lainnya. Carl merasa bahwa ia sama
dengan lainnya yang datang ke sekolah angkatan laut untuk menjadi
seorang navy diver.
4. The esteem needs : kebutuhan untuk memperoleh harga diri. Self-
esteem bisa dari luar maupun dari dalam diri manusia. Dari luar,
seperti dihormati dan dihargai oleh orang lain. Dari dalam diri, seperti
keberhasilan, pencapaian, menghargai diri sendiri, dan sulit untuk
dihilangkan. Carl memiliki pribadi yang baik dari dalam dirinya. Ia
memiliki esteem needs yang tinggi. Rasa percaya diri bahwa ia bisa
menjadi Master Chief Navy Diver padahal ia berkulit hitam dan hanya
memiliki satu kaki yang utuh. Kompetensi mengenai angkatan laut
yang sangat luar biasa baik teori maupun praktik, penghargaan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, kekuatan,
tidak bergantung pada orang lain, dan kebebasan untuk tidak terikat
pada suatu hal membuat ia bisa bertahan hingga mencapai impiannya.
Bukan obsesi, melainkan usaha penggenapan akan janjinya pada
almarhum ayahnya. Janji inilah yang membuat dirinya termotivasi
untuk menjadi yang terbaik. Selain itu, ia juga membuktikan bahwa ia
bisa mengubah lingkungan bukan lingkungan yang mengubah dirinya.
5. Self-actualization : kebutuhan seseorang yang tidak pernah berhenti
memaksimalkan potensi untuk memberikan dirinya kepada orang lain.
Pada Carl Brashear, memberikan diri kepada orang lain kurang
dijelaskan, tetapi ia memiliki kepekaan yang tinggi pada situasi-situasi
tertentu. Terlihat dari pemberian dirinya untuk membantu Rourke dan
Isert yang terjebak di dalam kapal di dasar laut, walaupun akhirnya
bukan ia yang memperoleh penghargaan, ia sudah berhasil untuk
memberikan diri kepada orang lain. Contoh lainnya adalah ketika ia
menyelamatkan orang-orang didekatnya saat katrol putus dan ia
terkena besi sehingga kakinya putus. Ia lebih mengutamakan
keselamatan orang lain dibandingkan dirinya. Sesungguhnya salah
satu tugas dari navy diver adalah menyelamatkan orang dari dasar laut
dan terlatih untuk menjadi seorang pahlawan menolong orang-orang
yang terkena musibah di laut. Carl Brashear secara tidak langsung
sudah memberikan diri untuk menghadapi situasi-situasi bahaya
dimana ia harus berusaha menyelamatkan orang lain dan
mengutamakan keselamatan orang lain dibandingkan dirinya sebagai
seorang navy diver.
Dalam Teori Maslow, hambatan pada satu atau lebih kebutuhan yang
kemudian menjadi tema hidup Carl Brashear. Hambatan yang dialami Carl Brashear
dalam mencapai tujuan hidupnya untuk menjadi seorang Master Chief Navy Diver
adalah ia adalah seorang negro. Pada saat itu, politik apartheid masih berlangsung.
Orang negro dianggap buruk oleh orang-orang kulit putih. Orang kulit putih
berpandangan bahwa apa yang dilakukan orang kulit putih tidak mungkin dapat
dilakukan oleh orang kulit hitam dan tidak diijinkan.
Dalam teori Maslow, hambatan yang terjadi pada diri Carl Brashear adalah
esteem needs, yaitu kebutuhan untuk memperoleh status, perhatian, reputasi,
apresiasi, martabat, dihargai, dan lain-lain. Martabat orang kulit hitam yang
direndahkan ini tidak membuat Carl jatuh. Ia tetap percaya pada kemampuan dirinya.
Ia menunjukkan dirinya bahwa ia memiliki kemampuan yang sama seperti orang-
orang kulit putih bahkan lebih. Pembuktian diri inilah yang membuat Carl
memperoleh perhatian, status / jabatan, reputasi, serta penghargaan yang sesuai
dengan usaha-usaha yang telah ia lakukan dari berbagai kalangan untuk hasil
pencapaiannya. Self-esteem yang tinggi inilah yang membuat ia mencapai cita-cita
yang ia impikan, yaitu Master Chief Navy Diver.
Pada Teori Maslow berikutnya adalah kebutuhan aktualisasi diri, tentukan
meta needs-nya. Meta needs yang terdapat dalam kebutuhan aktualisasi diri Carl
Brashear adalah :
1. Simplicity (kesederhanaan) : Carl Brashear adalah orang negro
pertama yang menjadi navy diver dengan kaki diamputasi. Ia pun
akhirnya mencapai cita-citanya menjadi Master Chief Navy Dive.
Kesederhanaan yang ia tampilkan adalah ia tetap rendah hati dan tidak
sombong walaupun kemampuannya diakui oleh orang-orang kulit
putih. Ia dapat bekerja dengan baik bersama orang-orang kulit putih,
tetapi ia tetap sederhana.
2. Playfulness : adalah menganggap hal-hal yang tidak disukai menjadi
dinamika hidup yang harus dijalani. Pada kisah Carl Brashear,
playfulness benar-benar tampak. Carl tetap bertahan untuk tetap
menyelesaikan pendidikannya di sekolah angkatan laut. Ia
menjalaninya dengan sabar dan terus membuktikan diri bahwa ia bisa
menjadi seperti apa yang ia idam-idamkan sesuai dengan kriteria
seorang navy diver. Berbagai masalah ia hadapi. Puncaknya ketika
ujian akhir dimana ia harus berada di bawah permukaan laut selama 8
jam untuk menyelesaikan rangkaian pipa. Ia tidak menyerah dan tetap
bertahan pada kondisi itu. Tidak ada orang yang suka berada di bawah
permukaan laut. Namun, Carl menganggap bahwa ini adalah tantangan
untuknya dan ia harus bisa menyelesaikannya. Dengan keyakinan,
Carl pun dapat menyelesaikan rangkaian pipa dengan sempurna
walaupun terjadi ketidakadilan terhadapnya.
3. Sel-sufficiency : adalah kemampuan diri untuk memaksimalkan
potensi, tidak terus-menerus meminta pertolongan orang lain. Pada
Carl Brashear jelas tampak bahwa ia benar-benar mengandalkan
kemampuan diri sendiri. Selain tidak ada orang lain yang mau
membantunya, ia sudah terlatih sejak kecil untuk percaya pada
kemampuan diri bahwa ia bisa menyelesaikan apa yang sudah menjadi
kewajibannya. Ketika ia butuh bantuan untuk memaksimalkan ujian
teorinya, ia bertemu Jo. Saat itulah Carl menyadari bahwa ada situasi-
situasi tertentu bahwa ia membutuhkan orang lain. Namun, Jo tidak
terus-menerus menjadi ”pengasuhnya”. Jo hanya mendampingin Carl
belajar sebab Carl sendiri memiliki tekad dan niat yang kuat untuk
menggapai cita-citanya sehingga Jo tidak sulit untuk membantunya.
4. Meaningfullness : seseorang yang berharga bagi orang lain. Carl
sangat berharga di mata Jo dan anaknya. Jo yang takut jika Carl
mengalami insiden yang membahayakan dari tugasnya merasa tidak
setuju ketika Carl memutuskan untuk amputasi dan kembali aktif di
angkatan laut dengan kaki palsunya.
Teori Rogers Phenomenal field tokoh pada kejadian-kejadian penting dalam
hidupnya. Phenomenal field adalah pengalaman yang dapat membentuk kepribadian
seseorang berdasarkan luas medan yang ia hadapi. Emosi, ingatan, pengalaman, dapat
membentuk kepribadian seseorang.
Phenomenal field yang dialami oleh Carl Brashear, diantaranya :
Ketika Carl dipersulit untuk menjalani ujian praktik dengan menggunakan
baju navy diver. Semua pelajar diminta untuk merangkai pipa di bawah
permukaan laut. Alat-alat untuk merangkai disediakan dalam sebuah tas yang
akan diturunkan dari atas. Namun, terjadi kecurangan pada Carl, tasnya
dirobek sehingga semua isi alat-alat yang ada di tas itu tercerai berai. Carl
tetap berusaha untuk menyelesaikan rangkaiannya. Ia selesai dalam waktu 8
jam dan hasilnya sempurna. Melalui kejadian fenomenal ini, Carl disadarkan
bahwa untuk mencapai cita-citanya butuh perjuangan dan keyakinan diri. Ia
tidak panik, tetapi ia berusaha tenang dan menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Emosi sangat berperan pada kejadian ini, tetapi motivasi (ayahnya) dan
self-esteem mengalahkan segalanya.
Ketika kaki Carl harus diamputasi dan ia tetap berusaha untuk menggapai
cita-citanya menjadi seorang Master Chief Navy Diver. Awalnya ia putus asa
karena insiden itu, tetapi dengan kehadiran Sunday sebagai motivatornya yang
kedua setelah ayahnya bersedia membantunya untuk menjadi seorang Master
Chief Navy Diver membuat ia semakin yakin bahwa ia masih memiliki
harapan untuk menggenapi apa yang sudah ia janjikan pada almarhum
ayahnya.
Self-concept tokoh
Self-concept Carl pada awalnya adalah incongruity, yaitu adanya
ketidakselarasan antara apa yang Carl terima dari lingkungan (alami) dengan apa
yang Carl harapkan. Buktinya adalah ketika ia naik ke kapal U.S.S Hoist, dijanjikan
bahwa ia akan menjadi angkatan laut. Namun, kenyataannya Carl bersama orang
negro lainnya menjadi koki di dapur. Pengalaman selanjutnya adalah ketika Carl
divonis tidak bisa bertugas kembali karena kakinya yang telah diamputasi. Carl tidak
menerima situasi lingkungan yang tidak yakin pada kemampuannya. Ia terus berusaha
agar apa yang ia inginkan dapat tercapai. Ketika akhirnya ia menjadi seorang Master
Chief Navy Diver, self-concept Carl berubah menjadi congruity, yaitu keselarasan
antara apa yang ia terima dari lingkungan dengan apa yang ia harapkan.
Perilaku maladaptif
Maladaptif adalah perilaku dimana seseorang tidak dapat beradaptasi dengan
lingkungannya atau bisa juga dikatakan maladaptif adalah perilaku menyimpang dari
atura-aturan yang seharusnya. Perilaku maladaptif terdiri dari defenses, denial, dan
perceptual distortion. Defenses merupakan mekanisme pertahanan diri. Ada upaya
untuk membebaskan diri dan ia terbebaskan.
Pada Carl Brashear, defenses yang terjadi ketika incongruity muncul, yaitu
ketika ia harus menjadi koki di kapal bukan menjadi angkatan laut Amerika. Adanya
ketidakselarasan membuat ia melakukan usaha untuk mempertahankan diri bahwa ia
harus menjadi angkatan laut. Defenses lainnya muncul ketika ia mempertahankan diri
bahwa ia bisa bertugas walaupun kakinya sudah diamputasi dan harus menggunakan
kaki palsu.
Denial adalah sikap memungkiri kemampuan yang ia miliki baik positif
maupun negatif. Pada Carl Brashear, denial tidak dapat ditemukan karena ia benar-
benar jujur dan melakukannya dengan sepenuh hati. Ketika ia mengatakan bisa, ia
pasti bisa menyelesaikan tantangan itu. Berikutnya adalah perceptual distortion, yaitu
penyimpangan persepsi dimana seseorang melihat melalui kacamata negatif. Carl
Brashear bukanlah orang demikian, ia selalu mengambil sisi positif dari masalah-
masalah yang ia hadapi.
Teori Allport Propium Propium merupakan teori Allport yang didalamnya
terdapat 7 aspek self. Berikut merupakan pembahasan beberapa aspek self yang
penulis temukan dari Carl Brashear :
1. Self-identity : aspek self ini berkaitan dengan soal nama. Anak mulai
sadar bahwa ia memiliki nama pada awal usia dua tahun. Pada Carl
Brashear, self-identity ini menjadi persoalan. Mengapa ? Sebab Chief
Sunday selalu memanggilnya dengan sebutan ”cookies”. Carl pernah
memperingatkan Sunday bahwa namanya adalah Carl bukan cookies,
tetapi Sunday tetap pada pendiriannya bahwa ia akan memanggil Carl
dengan sebutan cookies (karena di kapal U.S.S Hoist, Carl adalah
seorang koki).
2. Self-esteem : merupakan penghargaan pada diri sendiri. Dapat saya
katakan bahwa self-esteem yang dimiliki Carl sangat tinggi. Ia benar-
benar mengandalkan self-esteem dalam menghadapi persoalan-
persoalan hidupnya, terutama usaha untuk mencapai Master Chief
Navy Diver. Carl menghargai dirinya sendiri sehingga ia dapat
memposisikan diri sebagai pelajar yang satu-satunya orang negro di
sekolah angkatan laut, tetapi ia tidak pernah membatasi diri untuk
mengeksplor bakat alamiahnya beserta keinginan kuatnya untuk
menjadi seorang angkatan laut Amerika walaupun ia seorang negro.
3. Self-extention : merupakan upaya memperluas diri dan mengakui
bahwa dirinya masuk dalam suatu komunitas. Carl Brashear
memperkenalkan diri pada Jo saat pertama kali berjumpa sebagai
seorang pelajar di U.S Navy Dive & Salvage School Bayonne, New
Jersey. Bukti ini menandakan bahwa ia mengakui dirinya masuk
dalam komunitas sekolah tersebut. Ia hanya kesulitan untuk mendapat
teman karena ia seorang negroid.
4. Self-image : merupakan pandangan bahwa ia dilihat baik oleh orang
lain. Self-image Carl sangat tampak karena pada akhirnya semua
orang menghargai dirinya sebagai Master Chief Navy Diver yang
berkompeten. Ia memiliki self-image yang baik karena ia dapat
membuat dirinya membanggakan bagi orang-orang yang ada di
dekatnya.
5. Rational coping : adalah penyelesaian masalah dengan menggunakan
pikiran dibandingkan perasaan. Carl sangat menggunakan pikiran jika
ia dihadapi pada masalah-masalah yang rumit. Namun, penulis
beranggapan bahwa antara pikiran dan perasaan yang Carl miliki dapat
disesuaikan dengan kondisinya. Di saat ia harus berjuang, ia buang
perasaan-perasaan yang mungkin dapat melemahkannya. Perasaan itu
kembali ia tanam ketika membahas masalah percintaan, kepedulian
terhadap hidup dan mati seseorang, dsb.
6. Propriate striving : adalah persoalan ke arah mana seseorang ingin
membawa hidupnya. Carl memiliki tujuan dan arahan hidup sehingga
ia dapat mempersiapkan diri untuk mencapai apa yang ia impikan
tanpa harus merasa bimbang ketika menghadapi masalah. Ia berani
menerima resiko ketika menghadapi masalah-masalah yang mungkin
dapat menghambat dirinya jika ia adalah pribadi yang lemah.
Tekadnya sangat kuat dan dukungan dari keluarga membantu dirinya
untuk lebih mengembangkan diri.
Kesimpulan : Carl sebagai tokoh utama membuat pilihan dan tujuan hidup
berdasarkan pengalaman alami dari masa kecilnya yaitu berasal dari keluarga yang
sangat kekurangan, dengan didikan dan tempaan kuat dari sang Ayah khususnya, Carl
tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa yang memiliki kepribadian kuat, pekerja
keras, berfikir positif, pantang menyerah dan selalu bertekad untuk mencapai apa
yang menjadi impian sang Ayah, yaitu menjadikan kualitas hidup serta martabatnya
lebih baik dibandingkan apa yang dialami sang Ayah. Hidup itu pilihan, tergantung
pada diri kita sendiri, ingin menjadi manusia yang bagaimana, positif atau negatif
suatu latar belakang kehidupan kita menjadi cerminan kita untuk melangkah dan
mengambil tindakan apa yang akan kita lakukan di masa depan, pada intinya
bagaimana kehadiran kita dapat memberikan kontribusi yang baik bagi orang-orang
di lingkungan sekitar kita hidup bersosialisasi dan berinteraksi menuju pemahaman
dan peningkatan karakter manusia yang lebih baik, salam.