Tugas Anaknya Puang Hj

19
BUDAYA MAKASSAR Di wilayah Sulawesi Selatan suku bangsa Makasar menempati daerah Kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Pangkajene, Maros, Gowa, dan Kepulauan selayar. Dalam kebudayaan Makasar, busana adat merupakan salah satu aspek yang cukup penting. Bukan saja berfungsi sebagai penghias tubuh, tetapi juga sebagai kelengkapan suatu upacara adat. Yang dimaksud dengan busana adat di sini adalah pakaian berikut aksesori yang dikenakan dalam berbagai upacara adat seperti perkawinan, penjemputan tamu, atau hari-hari besar adat lainnya. Pada dasarnya, keberadaan dan pemakaian busana adat pada suatu upacara tertentu akan melambangkan keagungan upacara itu sendiri. Melihat kebiasaan mereka dalam berbusana, sebenarnya dapat dikatakan bahwa busana adat Makasar menunjukkan kemiripan dengan busana yang biasa dipakai oleh orang Bugis. Meskipun demikian, ada beberapa ciri, bentuk maupun corak, busana yang khas milik pendukung kebudayaan Makasar dan tidak dapat

description

NN

Transcript of Tugas Anaknya Puang Hj

Page 1: Tugas Anaknya Puang Hj

BUDAYA MAKASSAR

Di wilayah Sulawesi Selatan suku bangsa Makasar menempati daerah Kabupaten Takalar,

Jeneponto, Bantaeng, Pangkajene, Maros, Gowa, dan Kepulauan selayar.

Dalam kebudayaan Makasar, busana adat merupakan salah satu aspek yang cukup penting.

Bukan saja berfungsi sebagai penghias tubuh, tetapi juga sebagai kelengkapan suatu upacara

adat. Yang dimaksud dengan busana adat di sini adalah pakaian berikut aksesori yang

dikenakan dalam berbagai upacara adat seperti perkawinan, penjemputan tamu, atau hari-hari

besar adat lainnya. Pada dasarnya, keberadaan dan pemakaian busana adat pada suatu upacara

tertentu akan melambangkan keagungan upacara itu sendiri.

Melihat kebiasaan mereka dalam berbusana, sebenarnya dapat dikatakan bahwa busana adat

Makasar menunjukkan kemiripan dengan busana yang biasa dipakai oleh orang Bugis.

Meskipun demikian, ada beberapa ciri, bentuk maupun corak, busana yang khas milik

pendukung kebudayaan Makasar dan tidak dapat disamakan dengan busana milik masyarakat

Bugis.

Pada masa dulu, busana adat orang Makasar dapat menunjukkan status perkawinan, bahkan

juga status sosial pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu disebabkan masyarakat Makasar

terbagi atas tiga lapisan sosial. Ketiga strata sosial tersebut adalah ono karaeng, yakni lapisan

yang ditempati oleh kerabat raja dan bangsawan; tu maradeka, yakni lapisan orang merdeka

atau masyarakat kebanyakan; dan atu atau golongan para budak, yakni lapisan orangorang

yang kalah dalam peperangan, tidak mampu membayar utang, dan yang melanggar adat.

Page 2: Tugas Anaknya Puang Hj

Namun dewasa ini, busana yang dipakai tidak lagi melambangkan suatu kedudukan sosial

seseorang, melainkan lebih menunjukkan selera pemakainya.

Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin pemakainya, busana adat Makasar tentu saja dapat

dibedakan atas busana pria dan busana wanita. Masing-masing busana tersebut memiliki

karakteristik tersendiri, busana adat pria dengan baju bella dada dan jas tutunya sedangkan

busana adat wanita dengan baju bodo dan baju labbunya. Busana adat pria Makasar terdiri

atas baju, celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu.

Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah

dada atau bella dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku

di kanan dan kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang

pada leher baju. Gambaran model tersebut sama untuk kedua jenis baju pria, baik untuk jas

tutu maupun baju bella dada. Hanya dalam hal warna dan bahan yang dipakai terdapat

perbedaan di antara keduanya. Bahan untuk jas tutu biasanya tebal dan berwarna biru atau

coklat tua. Adapun bahan baju bella dada tampak lebih tipis, yaitu berasal dari kain lipa sabbe

atau lipa garusuk yang polos, berwarna terang dan mencolok seperti merah, dan hijau.

Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain pasapu yang terbuat

dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada busana adat pria Makasar dihiasi

dengan benang emas, masyarakat menyebutnya mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau

tutup kepala tidak berhias benang emas, pasapu guru sebutannya. Biasanya, yang

mengenakan pasapu guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian

tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang

melambangkan satus sosial pemakainya. Kelengkapan busana adat pria Makasar yang tidak

pernah lupa untuk dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante

sembang, sapu tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau

sigarak. Keris yang senantiasa digunakan adalah keris dengan kepala dan sarung yang terbuat

dari emas, dikenal dengan sebutan pasattimpo atau tatarapeng. Jenis keris ini merupakan

benda pusaka yang dikeramatkan oleh pemiliknya, bahkan dapat digantungi sejenis jimat

yang disebut maili. Agar keris tidak mudah lepas dan tetap pada tempatnya, maka diberi

pengikat yang disebut talibannang. Adapun gelang yang menjadi perhiasan para pria

Makasar, biasanya berbentuk ular naga dan terbuat dari emas atau disebut ponto naga.

Gambaran busana adat pria Makasar lengkap dengan semua jenis perhiasan seperti itu,

tampak jelas pada seorang pria yang sedang melangsungkan upacara pernikahan. Lebih

tepatnya dikenakan sebagai busana pengantin pria.

Page 3: Tugas Anaknya Puang Hj

Sementara itu, busana adat wanita Makasar terdiri atas baju dan sarung atau lipa. Ada dua

jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan baju labbu dengan

kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak berlengan, sisi samping kain

dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk memasukkan kepala yang sekaligus juga

merupakan leher baju. Adapun baju labbu atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya

berbentuk baju kurung berlengan panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan

tangan. Bahan dasar yang kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain

sutera tipis, berwarna tua dengan corak bunga-bunga.

Kaum wanita dari berbagai kalangan manapun bisa mengenakan baju labbu.

Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat dari benang

biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan warna dan corak

yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar adalah hitam, coklat tua,

atau biru tua, dengan hiasan motif kecilkecil yang disebut corak cadii.

Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai perhiasan untuk

melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan yang terdapat di kepala

adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang), dan

anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher antara lain kalung berantai (geno ma`bule),

kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya.

Penggunaan busana adat wanita Makasar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat

pada busana pengantin wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya

saja perhiasan yang dikenakannya tidak selengkap itu.

Page 4: Tugas Anaknya Puang Hj

BUDAYA TORAJA

1. TONGKONAN

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi

dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa

Toraja tongkon (“duduk”).

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan

tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua

anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka

dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga

dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut

dan menggelar upacara yang besar.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan biasanya dilakukan dengan

bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan. Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan

tertinggi, yang digunakan sebagai pusat “pemerintahan”. Tongkonan pekamberan adalah

milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal

sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu. Eksklusifitas kaum bangsawan

atas tongkonan semakin berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan

yang menguntungkan di daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang

biasa pun mampu membangun tongkonan yang besar.

Page 5: Tugas Anaknya Puang Hj

–          UKIRAN KAYU

Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukkan

konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa’ssura

(atau “tulisan”). Oleh karena itu,

ukiran kayu merupakan

perwujudan budaya Toraja.

Setiap ukiran memiliki nama

khusus. Motifnya biasanya adalah

hewan dan tanaman yang

melambangkan kebajikan,

contohnya tanaman air seperti

gulma air dan hewan seperti

kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan. Gambar kiri memperlihatkan contoh

ukiran kayu Toraja, terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau

atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel

tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan keluarga

akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang tersimpan dalam

sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas melambangkanhewan air, menunjukkan

kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan yang bergerak di

permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan keahlian tertentu untuk

menghasilkan hasil yang baik.

Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja (lihat desain

tabel di bawah), selain itu ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering

digunakan sebagai dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan

geometri yang teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan

mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya

berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk membuat

oranamen geometris.

Page 6: Tugas Anaknya Puang Hj

–          UPACARA PEMAKAMAN

    Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan

berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya

akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar

pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh

ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman

yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai

tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat

pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian,

lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku

Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang

kelas rendah.

Upacara pemakaman ini kadang-kadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-

bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar

keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya

pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan

tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya(dunia arwah, atau

akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan

disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai

upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang

maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan

menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu

pemiliknya, yang sedang dalam “masa tertidur”. Suku Toraja percaya bahwa arwah

membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya

jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak

upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang

muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan

dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Page 7: Tugas Anaknya Puang Hj

Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu

berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya kadang-kadang dikubur di makam batu berukir.

Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di

beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga.

Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti

mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan

selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.

–          MUSIK DAN TARIAN

Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan.

Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus

menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang

menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu

sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebut Ma’badong). Ritual

tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman. Pada hari kedua

pemakaman, tarian prajurit Ma’randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum

semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari

kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma’randing

mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara

pemakaman. Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma’katia sambil

bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu. Tarian Ma’akatia bertujuan untuk

mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan

kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan

tarian ceria yang disebut Ma’dondan.

Page 8: Tugas Anaknya Puang Hj

Seperti di masyarakat agraris lainnya, suku Toraja bernyanyi dan menari selama musim

panen. Tarian Ma’bugi dilakukan untuk meraya

kan Hari Pengucapan Syukur dan tarian Ma’gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang

menumbuk beras. Ada beberapa tarian peran

g, misalnya tarian Manimbong yang dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian

Ma’dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja

menari. Sebuah tarian yang disebut Ma’bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma’bua

adalah upacara Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan

menari di sekeliling pohon suci.

Alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut Pa’suling. Suling berlubang

enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma’bondensan, ketika alat ini

dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari

panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya, misalnya Pa’pelle yang dibuat dari

daun palem dan dimainkan pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.

BAHASA

Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa’dan Toraja sebagai

dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi

dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah

dasar di Tana Toraja.

Page 9: Tugas Anaknya Puang Hj

Ragam bahasa di Toraja antara lain Kalumpang, Mamasa, Tae’ , Talondo’ , Toala’ , dan

Toraja-Sa’dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa

Austronesia. Pada mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak

dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana Toraja,

beberapa dialek Toraja menjadi terpengaruh oleh bahasa lain melalui proses transmigrasi,

yang diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab utama dari keragaman

dalam bahasa Toraja.

Denominasi ISO 639-3

Populasi (pada

tahun ) Dialek

Kalumpang kli 12,000 (1991)

Karataun, Mablei,

Mangki (E’da), Bone

Hau (Ta’da).

Mamasa Mqj 100,000 (1991)

Mamasa Utara,

Mamasa tengah,

Pattae’ (Mamasa

Selatan, Patta’

Binuang, Binuang,

Tae’, Binuang-Paki-

Batetanga-Anteapi)

Ta’e Rob 250,000 (1992)

Rongkong, Luwu

Timur Laut, Luwu

Selatan, Bua.

Talondo’ Tln 500 (1986)

Toala’ Tlz 30,000 (1983) Toala’, Palili’.

Torajan-Sa’dan Sda 500,000 (1990)

Makale

(Tallulembangna),

Rantepao (Kesu’),

Toraja Barat (Toraja

Barat, Mappa-Pana).

Page 10: Tugas Anaknya Puang Hj

Ciri yang menonjol dalam bahasa Toraja adalah gagasan tentang duka cita kematian.

Pentingnya upacara kematian di Toraja telah membuat bahasa mereka dapat mengekspresikan

perasaan duka cita dan proses berkabung dalam beberapa tingkatan yang rumit. Bahasa

Toraja mempunyai banyak istilah untuk menunjukkan kesedihan, kerinduan, depresi, dan

tekanan mental. Merupakan suatu katarsis bagi orang Toraja apabila dapat secara jelas

menunjukkan pengaruh dari peristiwa kehilangan seseorang; hal tersebut kadang-kadang juga

ditujukan untuk mengurangi penderitaan karena duka cita itu sendiri.

Page 11: Tugas Anaknya Puang Hj

BUDAYA MINAHASA

Seperti yang kita ketahui Minahasa mempunyai begitu banyak keragaman budaya yang ada.

Mulai dari Tarian,alat music, Makanan dan minuman.

Mapalus

Mapalus adalah bentuk gotong royong tradisional warisan nenek moyang orang Minahasa di

Kota Manado yang merupakan suatu sistem prosedur, metode atau tehnik kerja sama untuk

kepentingan bersama oleh masing-masing anggota secara bergiliran. Mapalus muncul atas

dasar kesadaran akan adanya kebersamaan, keterbatasan akan kemampuannya baik cara

berpikir, berkarya, dan lain sebagainya. Jadi, mapulus ini merupakan suatu bentuk

kebersamaan yg selalu di junjung oleh suku MINAHASA dalam menjalin kebersamaan

diantara masyarakat Minahasa.

Rumah Panggung Adat MINAHASA.

Rumah panggung atau wale merupakan

tempat kediaman para anggota rumah

tangga orang Minahasa di Kota Manado,

dimana didalamnya digunakan sebagai

tempat melakukan berbagai aktivitas.

Rumah panggung jaman dahulu

dimaksudkan untuk menghindari serangan

musuh secara mendadak atau serangan

binatang buas. Sekalipun keadaan sekarang tidak sama lagi dengan keadaan dahulu, tapi

masih banyak penduduk yang membangun rumah panggung berdasarkan konstruksi rumah

modern.

Pengucapansyukur

Pada masa lalu pengucapan syukur diadakan untuk menyampaikan doa atau mantra yang

memuji kebesaran dan kekuasaan para dewa atas berkat yang diberikan sambil menari dan

menyanyikan lagu pujian dengan syair yang mengagungkan. Saat ini pengucapan syukur di

Kota Manado dilaksanakan dalam bentuk ibadah di gereja. Pada hari H tersebut setiap rumah

tangga menyiapkan makanan dan kue untuk dimakan oleh anggota rumah tangga, juga

dipersiapkan bagi para tamu yang datang berkunjung.

Page 12: Tugas Anaknya Puang Hj

Contoh pengucapan syukur sering kali dirangkaikan dengan IBADAH rukun, ucapan syukur

kadang di adakan seperti kalau ada yang berulang Tahun,Syukur atas Kesembuhan, atau

Berkat-berkat yang telah di terima keluarga tersebut. Tari Kabasaran

Tari kabasaran sering juga disebut tari cakalele, adalah salah satu seni tari tradisional orang

Minahasa yang banyak dimainkan oleh masyarakat Kota Manado, yang biasanya ditampilkan

pada acara-acara tertentu seperti menyambut tamu dan pagelaran seni budaya. Tari ini

menirukan perilaku dari para leluhur dan merupakan seni tari perang melawan musuh.

Tari Maengket.

Tari maengket adalah salah satu seni

tarian rakyat orang Minahasa. Tarian ini

disertai dengan nyanyian dan diiringi

gendang atau tambur yang biasanya

dilakukan sesudah panen padi sebagai

ucapan syukur kepada Sang Pencipta.Jadi,

Tari maengket ini merupakan tarian

rakyat untuk Hasil panen yg telah mereka dapatkan yang sejak dulu sudah di ciptakan untuk

ucapan syukur atas hasil panen.

Musik kolintang

Pada awalnya dibuat dari bahan yang

disebut wunut dari jenis kayu yang

disebut belar. Pada perkembangan

selanjutnya, kolintang mulai

menggunakan bahan kayu telor dan

cempaka. Orkes kolintang sebagai produk

seni musik tradisional bukan saja sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga sebagai media

penerapan pendidikan musik yang dimulai dari anak-anak sekolah di Kota Manado.

Page 13: Tugas Anaknya Puang Hj

Musik Bia

Bia adalah sejenis kerang atau keong yang hidup dilaut. Sekitar tahun 1941 seorang

penduduk Desa Batu Minahasa Utara menjadikan kerang/keong sebagai satu tumpukan

musik. Musik bia akhirnya telah menjadi salah satu seni musik tradisional yang turut

memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kota Manado. Dengan hadirnya musik ini pada

pagelaran kesenian dan acara tertentu, telah menimbulkan daya tarik tersendiri bagi

wisatawan baik mancanegara maupun nusantara.