Artikel Dari Hj Irene Handono Dkk1

download Artikel Dari Hj Irene Handono Dkk1

of 48

Transcript of Artikel Dari Hj Irene Handono Dkk1

  • Gulungan Laut Mati

    Hj. Irena Handono (Pengantar Buku Misteri Naskah Laut Mati) * * * * Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls). Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini juga penemuan-penemuan arkeologis lain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang ditemukan-. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Quran agar kita selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani) yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan pemahaman teologis. Nag Hamadi dan Qumran.

    Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Kendi yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam kendi tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah, terdapat sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan tahun: Peuaggelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip koptik dari Injil Thomas berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, yang edisi paling awalnya diperkirakan dari tahun 50-60 M. Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dilihat oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianggap gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: Apa sebenarnya yang disabdakan

  • oleh Yesus? Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul The Five Gospel pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya.?. Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin penyaliban atau penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib. Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing) bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab perjanjian lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis menurut tradisi Kristen-. Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia bahkan memprediksi bahwa Guru yang jujur yang diceritakan berseberangan dengan Pendeta jahat dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus itu sendiri. Hal ini ia perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok tersebut, sebenarnya adalah Esenes. Kajian-kajian tentang Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya Jesus the Man. Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut Mati. Membaca kejadian alam Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskah-naskah itu baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan Janji Allah dalam al-Quran, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:

  • Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fushilat 53) Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS. Al-Maidah 75). Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Quran, terdapat dalam Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut: Jesus said, Know what is in front of your face, and what is hidden from you will be disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan, Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi kecuali akan dijelaskan. Thome 5:2 Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Juga pada Markus 4:22. Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah, namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Quran untuk mengkaji segala yang terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda yang sudah terkubur selama + 2000 tahun. Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan terhadap dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu. Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmu-ilmu lain yang berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi penemuan), serta tes kimia. Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersberdasarkan ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, mungkin- jika ditemukan pada masa-masa dulu, kepentingan dan ketidakmampuan-lah yang berbicara, maka manuskrip-

  • manuskrip itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di Itali, sehingga kita tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya. Hikmah bagi kaum Muslim Dalam pergaulan antar agama, berkenaan dengan isu pluralisme agama yang dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agama-agama lain yang sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia Kristen, penemuan dua buah naskah sebagaimana yang kita bahas di atas, telah membawa dunia Kristen pada pengakuan akan adanya satu sesembahan saja. Artinya, penemuan yang memperkuat kedudukan Yesus sebagai seorang manusia biasa -seperti nabi dan rasul-rasul yang lainnya-, akan mengeluarkan Yesus dari jajaran Trinitas yang diajarkan sebagai dogma oleh Gereja. Entah apa lagi yang akan terjadi sehingga Roh Kudus pun akan ditempatkan pada posisi yang sebenarnya sebagai Malaikat. Kalaupun hal ini belum bersifat final, namun kajian kristologi sedang mengarah ke titik ini. Tanpa campur tangan kaum muslim pun, kedewasaan rasional manusia akan membawa kepada keyakinan terhadap adanya satu Tuhan saja yang patut disembah dan tidak terbagi-bagi dalam beberapa pribadi, seperti yang diserukan oleh otoritas Kristen. Saya katakan otoritas, sebab kenyataanya tidak semua umat kristiani memahami doktrin trinitas, para pendetanya pun kebanyakan menerimanya sebagai dogma dengan mengorbankan segala rasio yang dimilikinya. Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menurut tradisi dan kaca mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam. Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan dengan seruan al-Quran dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran 64). Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan

  • yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satu-satunya Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang berlaku adalah lakum diinukum waliyadiin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Kudus, 26 Sept 2004 Spinoza dan Kritik Bibel

    Oleh Salim Rusydi Cahyono (Pengantar buku Kritik Bibel karya Spinoza) --------------------------------------------- Buku yang ada di hadapan Anda ini adalah terjemahan dari bagian kritik kitab Taurat dan Perjanjian Lama dari buku Spinoza yang berjudul Tractatus Theologico-Politicus yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. Hassan Hanafi ke dalam bahasa Arab dengan judul Rislah fil lht was siysah. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia barangkali Tesis Tentang Teologi Dan Politik. Sedangkan kandungan umumnya, sebagaimana diungkapkan oleh Spinoza di awal bukunya adalah penjelasan bahwa kebebasan berpikir tidak membahayakan takwa dan negara. Atau dalam kata lain, Spinoza ingin memadukan agama dengan akal di satu sisi dan dengan politik di sisi lain. Sedang masalah kritik kitab suci ini dia bahas mulai fasal tujuh hingga fasal sebelas. Untuk memudahkan pembaca, fasal-fasal itu sengaja kami sesuaikan. Fasal tujuh diubah menjadi fasal satu, fasal delapan menjadi fasal dua dan demikian selanjutnya. Insya Allah, penyesuaian ini tidak akan menyimpangkan ide Spinoza. Dia sendiri membolehkan pembaca untuk membaca bagian mana saja dari buku ini. Bahkan, Hassan Hanafi menganggap bahwa sebenarnya, buku Spinoza ini adalah kumpulan artikel yang dia tulis dalam beberapa waktu yang terpisah satu sama lain dan dengan gaya yang berbeda pula. Ada fasal yang ditulis dengan gaya filsafat yang kering dan adapula fasal yang ditulis dengan gaya tulisan sastra.

    Selanjutnya, menurut saya, bobot kritik kitab suci yang ada dalam buku ini terletak pada penulisnya yang dari kalangan Yahudi sendiri, periode penulisannya yang cukup awal, naskahnya yang dikritik adalah naskah asli berbahasa Ibrani, keilmiahan dan kecermatannya. Selanjutnya, dalam pengantar ini akan kami sampaikan sekilas tentang Spinoza, Taurat dan Perjanjian Lama serta sekilas tentang kandungan kritik ini. Spinoza Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting dalam peradaban barat modern. Tokoh kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi

  • terbesar yang pernah melakukan analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Hidup di Belanda. Lahir dari ibu-bapaYahudi Spanyol-Portugis (Andalusia). Setelah menetap di Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat Yahudi dan pedagang besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang. Pada abad ketujuh belas (abad Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabbinical [Talmudic] Judaism)[1] mulai diterpa krisis yang mampu merobohkan sendi-sendinya. Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh sebagian kecil umat Yahudi di seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai macam aliran lain (seperti Yudaisme rekonstruksionisme) yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yudaisme Rabbinikal. Pada masa ini, kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka selalu sibuk mengeluarkan bidah-bidah pribadi dari teks-teks kitab suci lalu meligitimasinya dengan kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul. Adapun ciri terpenting dari krisis itu adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama Kabbalah Lurian (Lurianic Kabbalah)[2] oleh mayoritas umat Yahudi Eropa yang sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap tulisan Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya tidak habis-habis. Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang merupakan suatu bentuk panteisme emanasi monoisme[3] ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota komunitas-komunitas Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam. Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui dengan cara-cara tradisional. Mempelajari Talmud. Tetapi tafsiran-tafsiran kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam Yeshiva (Sekolah Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsiran-tafsiran Talmud pun banyak diwarnai oleh pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul, dan karya-karya pemikir Yahudi Andalusia lain. Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu Rusyd. Sedang dari tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam buku yang ada di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm al-Andalusi. Ibnu Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab dengan metode -yang menurut saya- paling ilmiah. Dalam bidang ini, dia pernah menulis: Al-Fishal dan Ar-Raddu al Ibni Naghrlah (Bantahan Terhadap Ibnu Naghrlah)[4]. Kembali ke pokok pembicaraan semula, selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga mempelajari bahasa Latin. Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol, Portugal, Ibrani, Perancis dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup luas bagi dirinya. Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa, membaca karya-karya Ren Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang

  • yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai pikiran Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup jelas. Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham). Tetapi di kemudian hari, jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari Jemaat Yahudi Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab suci dan akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani dari kata Ibrani Baruch yang berarti Yang diberkati (dalam bahasa Arab Mubrak). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa mata. Dalam hidupnya, Spinoza hanya menerbitkan dua buku. Yang satu dengan membubuhkan namanya, yaitu buku Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi tidak, yaitu buku Tractatus Theologico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik), buku yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani diterbitkan setelah dia wafat. Filsafat Spinoza bersifat komprehensif. Mencakup pembahasan tentang agama dan dunia, etika dan perasaan, manusia dan alam serta individu dan masyarakat. Secara garis besar, struktur pikiran itu berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia kemudian hubungan antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme, yaitu kesatuan tuhan, alam dan manusia. Taurat Dan Kitab-Kitab Perjanjian Lama Yang Lain Kata Taurat berasal dari verba Yrh yang berarti mengajar atau mengarahkan. Pada mulanya tidak mempunyai arti tertentu hingga digunakan untuk menyatakan pesan, hukum, ilmu, perintah atau ajaran. Dengan demikian, umat Yahudi menggunakannya untuk menyatakan Yudaisme secara keseluruhan. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini dipakai untuk menyatakan Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Hal ini untuk membedakannya dengan kitab-kitab nabi-nabi, kitab-kitab kebijaksanaan dan kidung. Maksud dari kata Taurat itu kemudian lebih meluas lagi hingga mencakup seluruh Perjanjian Lama untuk membedakannya dengan tafsiran para robi. Selain itu, kata Taurat juga dipakai untuk menyatakan maksud hukum atau syariat. Suatu pemakaian yang sepertinya timbul karena pengaruh naskah Septuaginta[5] yang menerjemahkan kata Taurat dengan kata Yunani Nomos yang berarti hukum atau undang-undang. Dan sepertinya penggunaan ini juga sangat populer dalam terjemahan-terjemahan Alkitab yang beredar hingga saat ini. Sedang yang dimaksud dalam buku ini adalah Pentateukh atau kitab Musa yang lima. Perjanjian Lama adalah nama yang digunakan untuk menyatakansejumlkitab umat Yahudi yang disucikan oleh umat Kristen. Termasuk di dalamnya Taurat Musa yang

  • baru saja kita bicarakan. Yang pertama kali menggunakannya adalah umat Kristen. Pertama kali pada awal abad kelima belas Masehi. Pada waktu itu, umat Kristen telah mengukuhkan dua puluh tujuh kitab suci yang kemudian mereka sebut dengan Perjanjian Baru. Jadi penamaan Perjanjian Lama tadi adalah untuk membedakan dua kumpulan kitab suci ini. Yang pertama adalah perjanjian lama yang kembali ke zaman Musa sedang yang kedua adalah perjanjian baru yang dimulai setelah munculnya Almasih. Selanjutnya, terdapat perbedaan dalam Perjanjian Lama. Orang Protestan dan orang Yahudi non-Sumerian mengakui bahwa Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab; sementara Perjanjian Lama orang Katolik terdiri dari 46 kitab. Secara sederhana, kita dapat mengatakan demikian: ada tujuh kitab dan tambahan dua kitab dari Perjanjian Lama yang terdapat dalam Kitab Suci Katolik, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Protestan. Ketujuh kitab tersebut, yaitu Tobit, Yudit, I Makabe, II Makabe, Yesus Sirakh, Kebijaksanaan Salomo dan Barukh. Sedang tambahan dari kitab itu adalah beberapa bagian dari kitab Daniel dan Ester. Orang Katolik menyebutnya kitab-kitab Deuterokanonika, sedang orang Protestan menyebutnya Apokrip. Persoalannya cukup rumit. Namun secara garis besar dapat dikatakan demikian: kitab-kitab tersebut tersimpan dalam bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Ibrani atau Arami. Kitab-kitab itu dikenal orang Kristen melalui Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama dalam bahasaYunani, yang diterjemahkan oleh orang Yahudi sebelum Kristus dan menjadi Kitab Suci yang diterima secara umum oleh Gereja Perdana. Dalam usaha menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa-bahasa asli, para pendukung Reformasi sangat curiga terhadap kitab-kitab yang tidak tersedia dalam bahasa Ibrani dan Arami tersebut. Kebanyakan dari mereka menolak kitab-kitab itu. Persoalannya tambah rumit, karena para teolog Katolik justru menggunakan kitab-kitab itu sebagai acuan doktrin-doktrin yang ditolak oleh para pendukung Reformasi. Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama yang disepakati tiga semua kelompok itu adalah: Bagian pertama: Taurat, Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Hakim-Hakim (dinamakan juga dengan orang-orang Lewi) dan Bilangan. Kitab-kitab ini diyakini telah ditulis sendiri oleh Musa. Kitab Keluaran menceritakan sejarah dunia sejak penciptaan langit dan bumi hingga menetapnya Yakub atau Israel di tanah Mesir. Di dalamnya, cerita tentang Adam dan Hawa, Nuh, topan dan anak turun Sam, salah satu putra Nuh yang menurunkan bangsa Israel, terutama Ibrahim, Ishak, Yakub dan anak-anaknya diceritakan secara terperinci. Sedang cerita-cerita lain dituturkan secara global saja. Kitab Keluaran menuturkan sejarah Bani Israel di Mesir, kisah Musa, misinya, keluarnya dari Mesir bersama Bani Israel dan sejarah mereka pada masa tih di padanga

  • gurun Sinai yang memakan waktu empat puluh tahun. Selain itu, kitab Keluaran juga membahas beberapa hukum agama Yahudi tentang ibadah, muamalah dan hukuman. Adapun kitab Ulangan sebagian besarnya membahas syariat Yahudi yang berkaitan dengan peperangan, politik, ekonomi, muamalah, hukuman dan ibadah. Dinamakan Ulangan karena menyebut kembali ajaran-ajaran yang diterima oleh Musa dari Tuhannya dan diperintahkan agar disampaikan kepada Bani Israel. Kitab Hakim-Hakim sebagian besarnya membahas masalah-masalah ibadah, terutama yang berkaitan dengan korban, makanan-makanan yang diharamkan dari jenis daging hewan dan burung. Orang-orang Lewi adalah anak turun Lewi, salah seorang anak Yakub. Di antara mereka adalah Musa dan Harun. Mereka ini adalah pengurus rumah suci dan penanggung jawab atas urusan mezbah, korban dan undang-undang umat Yahudi. Kitab ini disandangkan kepada mereka karena sebagian besarnya membahas ibadah-ibadah dan muamalah-muamalah yang mereka urusi. Kitab Bilangan sebagian besarnya membahas sensus kabilah-kabilah Bani Israel, tentara dan harta mereka serta urusan dan hukum peribadatan dan muamalah mereka yang bisa disensus. Bagian kedua: dinamakan dengan kitab-kitab sejarah. Jumlahnya dua belas buah. Membahas sejarah Bani Israel sejak pendudukan mereka atas negeri Kanaan dan mapan di Palestina, menceritakan sejarah hakim, raja dan peristiwa-peristiwa penting mereka. Yang termasuk dalam bagian ini adalah: Yosua, Hakim-Hakim, Rut, Samuel I dan II, Raja-Raja I dan II, Tawarikh I dan II, Ezra, Nehemia dan Ester. Bagian ketiga: dinamakan dengan kitab-kitab nyanyian atau syair. Sebagian besarnya berupa nyanyian dan nasihat-nasihat agama. Disusun dalam bentuk syair dengan struktur yang indah. Jumlah ada lima, yaitu: Ayub, Mazmur Daud, Amsal Salomo, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Bagian keempat: dinamakan dengan kitab nabi-nabi. Jumlahnya ada tujuh belas. Yaitu: Yesaya, Yeremia, Ratapan Yeremia, Yehezkial, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus atau Yunan, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Semua nabi ini diutus kepada Bani Israel kecuali nabi Yunus yang terlihat dari keterangan yang ada dalam kitabnya diutus kepada penduduk Niniveh. Sedang tujuh kitab yang disucikan oleh umat Katolik dan tidak disucikan oleh umat Yahudi dan Protestan adalah: Tobit: menuturkan kehidupan seorang Yahudi bernama Tobit dan anaknya. Mereka berdua jatuh dalam tawanan pada abad ketujuh sebelum Masehi. Yudit: Yudit adalah janda Yahudi kaya dan saleh. Kitab ini menuturkan kemenangan Yahudi atas panglima Asyuria berkat bantuannya.

  • Kebijaksanaan Salomo: berisi amsal-amsal bijak dan nasihat-nasihat Salomo. Ditulis untuk membendung arus paganisme. Sirakh: kumpulan amsal-amsal bijak yang mirip dengan Amsal Salomo. Barukh: Barukh adalah murid Yeremia. Yeremia mendiktekan kepadanya nubuat-nubuatnya. Kitab ini berisi doa-doa agama Yahudi. Disusun dengan struktur yang sangat indah. Muncul pertama kali pada sekitar abad keenam sebelum Masehi. Makabe I dan II: Makabe adalah penguasa nasionalis Palestina pada masa Romawi pada abad kedua sebelum Masehi. Nama mereka ini diambil dari semboyan yang selalu mereka bawa pada saat perang, yaitu: Me Kamukho Bijuyyim Yehova yang artinya: Siapa yang menyerupai Kamu di antara bangsa-bangsa wahai Tuhanku? Dari ungkapan ini diambil huruf-huruf pertama dari setiap kata, hingga didapatkan kata: M-K-B-Y yang kemudian digabungkan menjadi Makabe. Selain itu masih ada perselisihan lagi di kalangan umat Yahudi sendiri. Seperti umat Yahudi Sumerian yang mempunyai Taurat khusus. Menolak Taurat dan kitab-kitab lain yang ada dalam Perjanjian Lama sekarang. Selain itu, beberapa bagian dari Taurat ini juga berbeda dengan Taurat versi Masorti[6] dan Septuaginta. Kritik Kitab Suci Sebetulnya, Spinoza ingin mengritik semua kitab suci, tetapi karena keterbatasan bahasa dia hanya mengritik Perjanjian Lama saja. Meski begitu, dia juga tidak meninggalkan Perjanjian Baru sama sekali, meskipun hanya membahas masalah rasul (apostel) dalam satu fasal saja. Menurutnya, para rasul ini menulis surat-surat Selanjutnya, sebelum menganalisa Taurat dan kitab-kitab Perjanjian Lama satu per satu, lebih dulu, Spinoza menyampaikan metode penafsiran kitab suci atau sebenarnya yang dia maksudkan adalah metode kritik historis kitab suci (Fasal satu). Dalam hal ini, dia berpegang pada prinsip Protestan, Sola Scriptura (Alkitab saja), tanpa mempertimbangkan institusi para pendeta atau warisan pemikiran Kristen sepanjang zaman. Oleh karena itu, dia memenuhi buku ini dengan banyak sekali dalil naqli dan tidak menyebutkan dalil-dalil lain, kecuali beberapa tradisi pemikiran Yahudi atau teori filsafat Ibnu Ezra, Ibnu Maimun dan Bakkar yang kadang-kadang dia nukil ketika membahas sejarah bangsa Ibrani. Spinoza betul-betul menolak tafsiran yang berdasarkan hawa nafsu, takhayul atau ilusi. Semua itu adalah bidah yang diklaim sebagai firman Tuhan kemudian dipaksakan kepada orang lain. Sebagian tafsiran itu ada juga yang berlindung kepada kedaulatan tuhan agar tidak ada yang berani menyalahkannya. Ada juga yang mempercayai takhayul dan merendahkan akal. Dan terakhir ada juga yang berpegang pada rahasia, ambiguitas, takwil, mengartikan kata atau ungkapan dengtidak sedan menciptakan keyakinan-keyakinan irasional yang dihasilkan oleh emosi.

  • Untuk itu, Spinoza menawarkan metode lain untuk menafsirkan kitab suci, yaitu metode penafsiran alam/materi. Seperti diketahui, metode ini bergantung pada pengamatan, percobaan, pengumpulan data, membuat hipotesa dan menyimpulkan hasil. Dalam kasus kitab suci, metode ini berupa pencarian fakta-fakta historis yang meyakinkan dan berakhir dengan ditemukannya pikiran para penulis kitab. Dengan demikian, kita bisa menjamin akurasi hasil yang kita dapatkan. Selanjutnya, penilitian historis ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: Mengetahui ciri-ciri bahasa yang dipakai untuk menulis kitab suci dan dipakai oleh penulisnya[7]. Pengetahuan ini memungkinkan kita untuk mengetahui arti teks sesuai dengan pemakaian yang berlaku. Karena bahasa Ibrani adalah bahasa percakapan dan tulisan maka untuk memahami Perjanjian Lama dan Baru bahasa itu harus diketahui. Tetapi langkah ini sulit dilakukan, sebagaimana juga memerlukan syarat yang sulit dipenuhi. Kita tidak memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai bahasa Ibrani. Para pendahulu tidak meninggalkan kepada kita sesuatu yang berarti. Tidak ada kamus atau buku-buku yang darinya kita bisa mengetahui dasar-dasar bahasa Ibrani, gramatika atau retorikanya. Nama-nama tumbuhan banyak yang hilang, demikian juga dengan nama-nama hewan, burung dan ikan. Dalam Taurat juga terdapat banyak kata kerja yang sebetulnya sangat terkenal tetapi artinya tidak diketahui atau diragukan. Dengan demikian kita tidak bisa mengetahui arti lafal menurut pemakaian yang berlaku. Selain itu, tabiat bahasa ini sendiri juga membuatnya tidak jelas. Adapun sebab-sebabnya adalah: Sering disalingtukarnya huruf-huruf yang mempunyai makhraj (artikulasi) sama, misalnya huruf ahlef dalam kata (a-l) yang berartike diganti dengan huruf ayen yang mempunyai makhraj sama, hingga mengubah kata itu menjadi (a-l)yang berarti di atas. Tidak adanya unsur masa (sekarang, lalu tidak sempurna, lalu sempurna dan mendatang sudah lewat) dalam bentuk berita, tidak adanya semua unsur masa kecuali sekarang dalam bentuk perintah atau infinitif dan tidak adanya semua unsur masa dalam bentuk diksi. Tidak memiliki huruf vokal Tidak memiliki titik, harakat (sandangan; diakritik) dan tanda baca. Sedang yang ada sekarang ini dibuat pada masa yang jauh kemudian hingga membuat kita meragukan bacaan yang ada saat ini.

  • Terakhir, masih ada kesulitan bahasa yang lebih penting lagi, yaitu kita tidak memiliki beberapa kitab dalam bahasa aslinya, terutama Perjanjian Baru. Injil Matius dan Surat Paulus kepada Orang Ibrani mula-mula ditulis dalam bahasa Ibrani, tetapi naskah aslinya telah hilang. Selain itu, kita juga tidak tahu dalam bahasa apa, Kitab Ayub pertama kali ditulis. Seperti diceritakan oleh Ibnu Ezra, kitab itu diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dari bahasa lain. Pengelompokan ayat-ayat kitab suci secara tematis untuk memudahkan penggunaan ayat-ayat yang bertema sama. Selain secara tematis, ayat-ayat itu juga harus diklasifikasikan menurut derajat kejelasan dan ketakjelasannnya (muhkam dan mutasyabih atau mujmal dan mubayyan). Ayat-ayat yang jelas dijadikan satu kelompok demikian juga dengan ayat-ayat yang tidak jelas. Yang dimaksud jelas di sini adalah jelas menurut konteks kalimat bukan menurut logika. Dengan demikian harus dihindari pencampuradukan antara makna ayat dengan fakta yang sesungguhnya. Tugas kita di sini hanya memahami teks berdasarkan bahasa atau penyimpulan-pnyimpulan berdasarkan Alkitab. Misalnya, Allah adalah api adalah ayat yang jelas jika dipahami berdasarkan konteks kalimat, meskipun menurut logika sangat janggal. Maka menurut prinsip ini, ayat-ayat semacam ini harus diletakkan dalam kelompok ayat yang jelas (muhkam). Contoh lain, ayat menyatakan dengan jelas bahwa matahari berputar mengelilingi bumi juga tidak boleh ditafsirkan secara paksa, artinya disembunyikan atau diganti dengan arti lain. Dalam hal ini, Yosua bin Nun yang mengeluarkan pernyataan ini belum mengetahui ilmu falak[8]. Mengetahui situasi penyerta penulisan riwayat dalam kitab. Yakni: mengetahui kehidupan, kebiasaan dan karakter penulis, tujuan, momen, waktu dan bahasa penulisan, kemudian nasib kitab itu selanjutnya, juga mengetahui proses pengumpulan, trasmisi dan penyalinan, dan terakhir mengetahui perbedaan antarnaskah dan proses pemasukannya ke dalam kitab kanonik. Ini semua dimaksudkan untuk memungkinkan pembedaan antara ayat-ayat hukum dengan etika, menghindari dicampuradukkannya ajaran-ajaran temporal dengan firman tuhan yang abadi, dan akhirnya bisa diketahui nilai kitab suci dan kemungkinannya untuk bisa dipercaya karena barangkali saja ada tangan-tangan jahil yang mengubahnya secara sengaja atau tangan-tangan saleh yang membenarkan kesalahan dengan niat baik. Tetapi, langkah ini menghadapi banyak kendala. Kita tidak mengetahui situasi khusus yang menyertai semua kitab suci. Selain itu, juga tidak mengenal para penyusun atau penulisnya, tidak mengetahui dalam kesempatan apa dan kapan ditulis, tidak mengetahui siapa penuturnya, tangan-tangan siapa saja yang pernah memegangnya, jumlah naskah, perbedaan-perbedaan yang ada antara naskah itu dan sumber-sumbernya, terutama jika suatu teks menuturkan masalah-masalah tak jelas dan tak bisa dipahami atau dipercaya tanpa mengetahui tujuan penulisnya. Sebaliknya, jika semua ini bisa kita ketahui, kita bisa terbebas dari penilaian-penilaian terdahulu kemudian memahami suatu teks sesuai dengan maksud penulis dan tidak tergesa-gesa menilainya sebagai mitologis, politis atau

  • agamais. Sampai di sini timbul pertanyaan, mampukah metode Spinoza ini untuk menjelaskan seluruh kandungan kitab Perjanjian Lama? Jawabannya adalah tidak. Banyak masalah dalam Perjanjian Lama yang tidak bisa dijelaskan dengan metode ini. Namun menurut Spinoza, yang tidak bisa dijelaskan itu tidak terlalu penting. Bagian-bagian yang bisa dijelaskan, khususnya masalah ajaran etika sudah cukup untuk dijadikan tuntunan. Selesai membahas metode penafsiran ini, Spinoza mulai beranjak ke analisa kritisnya terhadap Taurat dan kitab-kitab lain dari Perjanjian Lama. Pertama-tama, dia mengkaji dengan sangat teliti situasi umum dan khusus yang menyertai proses penyimpanan, penuturan dan transmisi kitab-kitab. Adapun pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dia ajukan dalam hal ini bisa dihimpun dalam poin-poin berikut: Apakah penyandangan Taurat (Pentateukh; lima kitab) kepada Musa itu benar? Atau dengan kata lain: apakah Musa benar-benar menulis lima kitab yang disandangkan kepada dirinya itu? Autentikkah kandungan Perjanjian Lama? Ditulis oleh satu atau banyak orangkah kitab-kitab itu? Apa sajakah dasar-dasar untuk memahami kitab suci? Apa pula kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh pengkajinya? Tentang kritiknya terhadap Taurat (Pentateukh) bisa dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, penjelasan teka-teki imam Ibnu Ezra dan kedua, catatan-catatan pribadinya. Pertama: Penjelasan teka-teki Ibnu Ezra Dalam tafsirannya atas kitab Ulangan, terdapat beberapa kata yang sengaja dia sebutkan dengan sangat samar, sehingga lebih mendekati teka-teki atau kata sandi daripada gaya kajian ilmiah. Oleh Spinoza, kata-kata itu disebutkan kembali dalam buku ini, dengan mengatakan: Inilah kata-kata Ibnu Ezra, Di seberang sungai Yordan kalau saja kamu mengetahui rahasia dua belas hukum Taurat dituliskan oleh Musa waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu Di atas gunung TUHAN, akan disediakan ranjangnya adalah ranjang dari besi, saat itu kamu akan mengetahui kebenaran. Kemudian komentarnya: Dengan kata-kata yang sedikit ini dia menjelaskan sekaligus membuktikan bahwa Musa bukanlah penulis kitab yang lima, sebaliknya penulisnya adalah orang lain yang hidup jauh setelahnya, sedangkan Nabi Musa sendiri telah menulis kitab lain yang betul-betul berbeda. Inilah tiga kesimpulan yang dia ambil dari perkataan Ibnu Ezra yang telah lalu. Kesimpulan ini telah merangkum pendapat Ibnu Ezra tentang kitab-kitab ini sekaligus merangkum pendapatnya sendiri tentang kitab-kitab itu juga. Selengkapnya, tiga

  • kesimpulan itu adalah: Musa tidak pernah menulis kitab-kitab yang oleh orang Yahudi dan Nasranidisandangkan kdirinya. Penulis asli kitab-kitab ini adalah seseorang yang hidup jauh setelah Musa. Musa menulis kitab lain yang berbeda dengan lima kitab yang sekarang beredar ini. Adapun penjelasan Spinoza terhadap teka-teki itu adalah: Musa tidak pernah menulis mukadimah kitab Ulangan karena tidak pernah menyeberangi sungai Yordan. Kitab Musa tertulis pada dinding mezbah yang tersusun dari dua belas buah batu saja. Yakni kitab itu jauh lebih kecil daripada yang ada pada kita saat ini. Dalam kitab Ulangan disebutkan, hukum Taurat dituliskan oleh Musa yang tidak mungkin ditulis oleh Musa. Dalam kitab Kejadian, si penulis memberikan komentar dengan mengatakan, waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. Komentar ini menunjukkan bahwa kondisi pada waktu kitab itu ditulis sudah berubah. Yakni setelah Musa meninggal dan orang Kanaan diusir. Dengan demikian penulis kitab itu bukan Musa. Dalam kitab Kejadian gunung Moria dinamakan gunung Tuhan, padahal nama ini baru digunakan setelah pendirian kuil. Dalam kitab Ulangan terdapat kisah Og, raja Basan dengan gaya penuturan peristiwa yang terjadi pada masa yang sangat lampau. Kedua: catatan-catatan pribadi Spinoza: Kitab-kitab itu ditulis dengan menggunakan kata ganti orang ketiga

  • Terdapat kisah kematian dan pemakaman Musa, berkabung selama tiga puluh hari dan membandingkannya dengan nabi-nabi yang datang setelahnya. Penamaan beberapa tempat dengan nama-nama yang berbeda dengan nama-nama yang digunakan pada masa Musa. Peristiwa yang terjadi kisah itu terus berlanjut hingga zaman setelah Musa. Selain itu, Musa juga pernah membacakan Kitab Perjanjian di depan rakyat. Kitab ini telah diwahyukan oleh Allah dalam pertemuan yang sangat singkat. Suatu hal yang menunjukkan bahwa kitab yang ditulis Musa jauh lebih kecil daripada kitab yang ada pada kita saat ini. Kitab pertama ini kemudian dia terangkan. Selanjutnya, keterangan ini pun dia cata dalam Taurat Allah. Di kemudian hari, Yosua menambahkan penjelasan lain dan mencatatnya di dalam Taurat Allah ini juga. Yosua juga tidak pernah menulis kitab yang memakai namannya. Sebaliknya, kitab ini ditulis oleh orang lain yang ingin menulis riwayat hidupnya dan ingin memperlihatkan kelebihan dan kemasyhurannya. Peristiwa yang dituturkan di dalamnya pun berlanjut hingga berabad-abad setelah kematiannya. Sebagian dari kitab ini juga ada yang tersebut dalam kitab Hakim-Hakim. Suatu hal yang menunjukkan bahwa dulu ada riwayat-riwayat yang yang dihimpun dalam Perjanjian Lama sebagai sejarah atau dokumen nasional Bani Israel. Selanjutnya tidak akan ada orang normal yang mengatakan bahwa para hakim sendirilah yang menulis kitab mereka. Mukadimah fasal dua puluh satu menunjukkan bahwa kitab ini ditulis oleh satu orang saja. Penulis ini menyatakan bahwa pada masanya tidak ada raja Bani Israel. Hal ini berarti kitab ini ditulis sebelum masa raja-raja. Samuel juga tidak pernah menulis kitabnya. Peristiwa yang dituturkan di dalamnya terus berlanjut hingga berabad-abad setelah kematianya. Raja-raja juga tidak menulis sendiri kitab mereka. Sebaliknya, berdasarkan kesaksian kitab itu sendiri, telah dinukil dari Kitab Kebijaksanaan Salomo, Sejarah Raja-raja Yehuda dan Sejarah Raja-raja Israel. Setelah membuktikan bahwa semua kitab ini tidak ditulis oleh orang-orang yang selama ini diyakini sebagai penulisnya, Spinoza membuktikan bahwa kitab-kitab itu ditulis oleh satu orang saja. Orang ini ingin menceritakan sejarah bangsa Ibrani sejak mula pertama hingga penghancuran kota Yerusalem untuk yang pertama kalinya. Hal ini terlihat jelas dari keberangkaian penuturan, pertalian satu sama lain dan adanya tujuan tertentu. Spinoza menyangka bahwa satu orang yang menulis itu adalah Ezra karena semua peristiwa yang dituturkan di dalam kitab-kitab itu berakhir sebelumnya. Sementara itu, menurut kesaksian Alkitab, Ezra telah memeras semua tenaganya untuk mengkaji Taurat dan menyiarkannya. Sedang dalam kitab yang memakai namanya, Ezra juga

  • memberikan kesaksian bahwa dia telah mengabdikan diri untuk memurnikan Taurat dan menyampaikannya. Tetapi, apakah Ezra ini adalah orang yang membuat rumusan terakhir dari kitab-kitab itu? Bukan. Yang membuat rumusan terakhir itu bukanlah Ezra. Pekerjaannya hanya sebatas pengumpulan riwayat dari buku-buku lain, penulisan dan transmisi tanpa diurutkan atau diperiksa kembali. Selanjutnya, jika kita memeriksa satu per satu kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, kita akan mendapatkan bahwa kitab Tawarikh ditulis lama setelah Ezra meninggal, bahkan bisa jadi setelah renovasi kuil. Kita tidak tahu penulisnya, otoritasnya, manfaatnya dan kandungannya. Bahkan kita heran, mengapa kitab seperti ini dimasukkan ke dalam kitab suci, sementara kitab Kebijaksanaan Salomo, kitab Tobit dan beberapa kitab lain tidak dimasukkan. Kitab Mazmur disusun dan dibagi menjadi lima setelah pembangunan kuil (kuil Salomo). Amsal juga dibukukan dalam waktu yang sama. Oleh sebagian robi, kitab ini ingin dikeluarkan dari daftar kitab suci bersama dengan kitab Pengkhotbah. Sebagai gantinya akan dimasukkan kitab-kitab lain yang sama sekali tidak kita kenal. Adapun kitab nabi-nabi telah dinukil dari buku lain. Menggunakan urutan waktu yang berbeda dengan urutan waktu kemunculan mereka atau urutan keluarnya sabda dan tulisan-tulisan mereka. Di samping itu juga tidak memuat seluruh nabi dan tidak memuat semua nubuat nabi yang disebutkan itu. Nubuat Yesaya terus berlanjut hingga kitab Yeyasa selesai. Jadi kitab ini kurang. Kitab Yeremia adalah kumpulan tulisan yang diambil dari berbagai sumber. Maka dari itu tampak semrawut dan tidak memperhatikan urutan waktu. Beberapa fasal bahkan ada yang diambil dari kitab Barukh. Hal ini berarti tidak adanya pemisah yang tegas antara kitab-kitab para nabi. Juga menunjukkan adanya beberapa sumber lain yang diletakkan di kitab ini atau itu. Selanjutnya juga diketahui mengapa ada pengulangan pembahasan dalam berbagai kitab. Adapun kitab Barukh konon Yeremia sendiri yang mendiktekan kepadanya. Kitab ini juga hanya menyebutkan sebagian nubuat Barukh saja. Fasal-fasal terakhir dari kitab Yehezkial menunjukkan bahwa kitab ini sekadar cuplikan-cuplikan sebagaimana terlihat dari banyak kata penghubung pada bagian-bagian yang kurang. Bahkan pembukaan kitab ini menunjukkan lanjutan nubuat dan bukan permulaannya. Dalam sejarahnya, Yusuf juga pernah menyebutkan beberapa kejadian tentang Yehezkial yang tidak disebutkan sama sekali dalam kitab ini. Kemudian karena pertentangannya dengan Pentateukh, sebagian robi cenderung menolaknya dan mengeluarkannya dari kitab kanonik.

  • Kitab Hosea ditulis lama setelah kematian Hosea sendiri. Selain itu juga hanya menyebutkan sebagian kecil dari nubuatnya. Padahal nabi ini hidup selama delapan puluh empat tahun. Sedang kitab Yunan (Yunus) hanya menyebutkan nubuatnya untuk orang Niniveh saja. Padahal dia juga bernubuat untuk orang Israel. Kitab Ayub ada yang menyangka bahwa Musa sendirilah yang menulisnya dan semua kisah yang ada di dalamnya sekadar permisalan. Yang berpendapat seperti ini adalah Musa bin Maimun dan beberapa orang robi. Tetapi ada juga yang berbendapat bahwa kisah Ayub ini adalah kisah nyata. Terlepas dari itu semua, Ibnu Ezra berpendapat bahwa kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dari bahasa lain. Namun demikian, dia tidak menjelaskan lebih jauh lagi tentang masalah ini. Nabi Daniel menulis kitabnya mulai fasal delapan. Sedang tujuh fasal pertama tidak diketahui siapa penulisnya. Ada kemungkinan ditulis dalam bahasa Kaldea. Di sini, Spinoza menyatakan bahwa ditulisnya tujuh fasal ini dalam bahasa selain Ibrani tidak mengurangi derajat kesuciannya. Kitab Ezra disebutkan langsung setelah kitab Daniel sebagai episode lanjutannya. Menceritakan sejarah orang Ibrani sejak masa tawanan pertama. Ada indikasi bahwa kitab ini ditulis oleh orang yang sama dengan peulis kitab Daniel. Kitab Ester bertalian dengan kitab Ezra. Cara mempertalikan antarkeduanya menunjukkan hal itu. Kitab ini juga bukan kitab yang ditulis oleh Mordekhai. Menurut Ibnu Ezra kitab yang terakhir ini telah hilang. Sebaliknya kitab ini ditulis oleh penulis yang sama dengan kitab Daniel, Ezra dan Nehemia yang dinamakan juga dengan kitEzra II. Jadi ekitab ini ditulis oleh satu orang saja. Penulis ini mengambil data-datanya dari catatan para robi, hakim dan wali-wali negeri yang menyimpan riwayat hidup mereka seperti yang dilakukan oleh para raja. Catatan-catatan ini tersebut dalam dalam kitab Raja-Raja juga dalam kitab Nehemia dan kitab I Makabe. Besar kemungkinan, kitab ini adalah karangan kelompok Saduki. Dan inilah sebabnya kenapa orang Farisi menolaknya. Terlepas dari itu semua, kitab ini berisi mitologi-mitologi yang dikarang secara sengaja. Bisa jadi tujuan kitab-kitab ini adalah untuk membuktikan terwujudnya nubuat Daniel. Tetapi, kitab-kitab ini penuh dengan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh tergesa-gesanya juru tulis. Pada catatan-catatan pinggirnya terdapat banyak dari kesalahan-kesalahan ini. Naskah-naskah ini juga diambil dari sumber-sumber yang salah atau tidak bisa dipercaya, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Salomo. Dengan demikian semua usaha untuk memadukan antarkitab-kitab itu akan menunjukkan lebih banyak kesalahan lagi. Terakhir, pengkanonan kitab-kitab Perjanjian Lama tidak dilakukan sebelum masa orang Makabe. Kitab-kitab itu diseleksi dalam kuil kedua. Imam-imam kuil ini juga menyusun bacaan-bacaan dalam salat. Orang Farisi sendiri pernah menyinggung perkumpulan mereka untuk membahas keputusan pengkanonan sesuai dengan doktrin mereka.

  • Penutup Demikianlah selayang pandang tentang Spinoza dan kritiknya atas Taurat dan Perjanjian Lama. Selanjutnya selamat membaca. Semoga bermanfaat. Tuban, 20 September 2004 --------------------------------------------- Catatan kaki: [1]Yudaisme resmi [2]Dalam bahasa Ibrani kata Kabbalah berarti tradisi. Sejak abad XII Masehi, kata ini menunjukkan kepada aliran sufi Yahudi yang timbul karena reaksi dari aliran rasionalis yang dipelopori oleh Musa bin Maimun. Kabbalah menafsirkan Taurat secara simbolik. Menurut mereka, di samping makna literal, teks kitab suci mempunyai makna batin yang hanya diketahui oleh para salikin (peniti jalan batin). Selanjutnya, metode penafsiran mereka ini berlandaskan pada dasar-dasar berikut: Penggantian: penggantian suatu huruf abjad dengan huruf abjad lain berdasarkan kaedah tertentu. Penjumlahan nilai nominal suatu huruf atau kata. Dari jumlah ini disimpulkan suatu makna. Misalnya dua kata pertama dalam kitab Kejadian mempunyai nilai nominal 1116 yang kita dapatkan dalam kalimat berikut: diciptakan pada awal tahun. Yakni penciptaan alam semesta telah selesai pada awal tahun Yahudi. Indikasi inisial. Yakni setiap huruf dari kata dianggap awal huruf dari kata lain. Misalnya struktur kata Adam mengandung huruf alif (berarti Adam), dal (berarti Daud) dan mim (berarti Masih). Jadi kata Adam mengandung maksud: Masih putra Adam dan Daud. Selanjutnya, di samping takwilan kebatinan yang kita temukan juga dalam kalangan Syiah, terutama sekte Ismaliah ini, kelompok ini juga mempercayai adanya inkarnasi, nujum, sihir dan membaca rajah tangan. Sedang Kabbalah Lurian adalah salah satu dari dua alirannya. Lurian diambil dari pendirinya Ishak Luria (Isaac laveugle) dari kota Nimes di Perancis Selatan. Sedang alirannya yang lain adalah adalah Kabbalah Zohar.

  • [3]Wihdat al-wujd atau panteisme ruhiah di mana tuhan tinggal nama saja. [4]Ibnu Naghrlah adalah menteri Yahudi pada salah satu pemerintahan Islam di Andalusia. Pernah mengarang buku yang berisi cacian terang-terangan terhadap Islam dan kitab sucinya. Buku inilah yang dibalas oleh Ibnu Hazm. [5]Septuaginta (Tujuh puluhan) adalah naskah Taurat berbahasa Yunani. Menurut mitologi yang ada dalam surat Pseudo-Aristee, asal usul nama ini adalah karena Ptolemius meminta kepada orang Yahudi untuk menerjemahkan Taurat Musa ke dalam bahasa Yunani. Permintaan itu pun dipenuhi. Sebanyak tujuh puluh dua orang Yahudi menerjemahkan kitab Taurat selama tujuh puluh dua hari. Philon menambahkan bahwa setiap penerjemah mengerjakan satu terjemahan dan tidak berhubungan sama lain selama proses penerjemahan itu. Meski begitu, hasil terjemahan mereka hampir sama. [6]Masorti adalah ulama Yahudi yang menetapkan bacaan terakhir dari naskah-naskah Taurat. Mereka juga yang membukukan pengucapan kata dan bacaan-bacaan yang sampai ke mereka secara lisan. Ada banyak cara untuk menentukan bacaan itu: dua di Babel dan dua lagi di Palestina. Pada akhir abad ketujuh atau awal abad kedelapan belas sekolahan-sekolahan Teberau menciptakan cara baru untuk menampakkan semua suara yang diucapkan. Di Stutgart tahun 1937 M., kittel telah mencetak naskah Ibrani berdasarkan bacaan Masorti pada masa itu. Keluarga Ben Asher mempunyai peran penting dalam mengedit naskah dengan menggunakan sarana-sarana berikut: 1. Titik huruf illah sebagai ganti dari huruf illah itu sendiri yang diletakkan di atas huruf mati. Usaha ini dimulai sejak abad ketujuh. 2. Sandangan (diakritik) untuk membedakan kata-kata yang ditulis dengan cara yang sama tetapi maknanya berbeda. Misalnya dalam bahasa Latin Maria berarti samudera sedang Mria berarti Maria (Siti Maryam) 3. Tanda bacaan (Tajwid) yang menunjukkan kepada penggandaan beberapa huruf mati atau beberapa perubahan dalam bacaan (seperti Qr yang berarti yang harus dibaca). Naskah Masorti tidak berbeda dengan naskah kuno yang diterjemahkan oleh Santo Jerome. Usaha penyeragaman naskah telah dimulai setelah penghancuran kuil pada tahun 71 M. Dalam hal ini, manuskrip-manuskrip Laut Mati banyak memberikan informasi yang sangat berharga. Syarat ini mirip dengan keharusan mengetahui dasar-dasar bahasa Arab sebagai syarat pertama untuk menafsirkan teks Alquran yang disyaratkan oleh ahli Usul Fikih. [7]Syarat ini mirip dengan keharusan mengetahui dasar-dasar bahasa Arab sebagai

  • syarat pertama untuk menafsirkan teks Alquran yang disyaratkan oleh ahli Usul Fikih. [8]Para ulama Usul Fikih telah meletakkan beberapa dasar kebahasaan untuk mengontrol arti lafal. Untuk itu, mereka membagi lafal dilihat dari artinya ke dalam muhkam dan mutasyabih, hakikat (arti sebenarnya) dan majaz (kiasan), mujmal dan mubayyan serta zhahir dan mu-awwal. Mukjizat Ilmiah Puasa

    Banyak orang berpandangan bahwa puasa mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. Mereka memandang tubuh sebagai mesin yang tidak dapat bekerja tanpa bahan bakar. Makan tiga kali sehari, menurut mereka, merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka dan, sebaliknya, meninggalkan makan satu kali saja akan dapat membahayakan kesehatan. Pandangan semacam itu mendorong banyak orang untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman dalam jumlah besar pada malam bulan puasa. Pandangan yang keliru ini tampak cukup menggejala, baik pada tingkat individu maupun masyarakat, sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang ibadah puasa yang benar menurut ajaran Islam.

    Pendahuluan: Banyak orang berpandangan bahwa puasa mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. Mereka memandang tubuh sebagai mesin yang tidak dapat bekerja tanpa bahan bakar. Makan tiga kali sehari, menurut mereka, merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka dan, sebaliknya, meninggalkan makan satu kali saja akan dapat membahayakan kesehatan. Pandangan semacam itu mendorong banyak orang untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman dalam jumlah besar pada malam bulan puasa. Pandangan yang keliru ini tampak cukup menggejala, baik pada tingkat individu maupun masyarakat, sebagai akibat dari ketidaktahuan tentang ibadah puasa yang benar menurut ajaran Islam. Dalam tulisan ini kita akan menyoroti beberapa segi kemukjizatan saintis puasa yang membuktikan dengan dalil ilmiah bahwa pandangan tersebut di atas keliru. I. Puasa mencegah berbagai penyakit Allah Subhanahu wa Taala menginformasikan kita melalui Alquran bahwa puasa diwajibkan kepada kita dan kepada umat beragama lain sebelum kita agar kita memperoleh ketakwaan dan keimanan yang dapat mencegah kita dari berbuat maksiat dan dosa dan mencegah kita dari berbagai jenis penyakit, baik fisik maupun psikis. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa [1]. Selain itu, dalam sebuah hadisnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, Puasa adalah perlindungan. Maksudnya, puasa dapat melindungi dan memelihara pelakunya dari banyak hal.[2]

  • Melalui sejumlah penelitian medis telah dibuktikan bahwa puasa bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Puasa dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh yang pada gilirannya dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Dengan berpuasa, indikator fungsional sel-sel getah bening akan membaik 10 kali lipat, dan besar persentase sel-sel yang bertanggung jawab atas kekebalan spesifik (limfosit T) juga bertambah banyak. Selain itu, beberapa jenis antibodi dalam tubuh bertambah banyak dan reaksi ketahanan juga meningkat sebagai akibat dari bertambahnya protein lemak yang berkepadatan rendah. 2. Puasa mencegah kegemukan dengan berbagai dampak negatifnya. Diyakini bahwa kegemukan, selain diakibatkan oleh adanya gangguan dalam pencernaan makanan, juga dapat diakibatkan oleh adanya tekanan lingkungan, tekanan kejiwaan atau tekanan sosial. Semua tekanan itu adakalanya datang bersama-sama. Selain itu, goncangan jiwa juga dapat menyebabkan gangguan dalam pencernaan makanan. Semua faktor yang dapat menyebabkan kegemukan itu dapat dicegah melalui puasa berkat adanya ketenangan jiwa dan mental yang dicapai melalui puasa yang ditimbulkan oleh adanya nuansa keimanan yang melingkupi pelaku puasa saat melakukan ibadah puasa. Ketenangan jiwa dan mental itu juga ditimbulkan oleh banyak beribadah dan berzikir, membaca Alquran, menghindari emosi dan kecemasan, menahan hawa nafsu dan mengarahkan semua energi tubuh dan jiwa ke arah yang positif dan bermanfaat. 3. Puasa dapat mencegah pembentukan batu-batu ginjal pada tubuh, karena puasa dapat menambah tingkat sodium pada air mata yang kemudian mencegah kristalisasi garam kalsium. Selain itu, bertambahnya zat urina juga dapat membantu mencegah jatuhnya garam air kencing yang membentuk batu-batu pada saluran kencing. [3] 4. Puasa dapat melindungi tubuh dari berbagai racun yang terdapat pada sel-sel tubuh akibat mengkonsumsi berbagai jenis makanan terutama makanan yang diawetkan dan makanan olahan dan akibat mengkonsumsi obat dan menghirup udara yang tercemar oleh racun tersebut. [4] 5. Puasa dapat mengurangi dan menurunkan dorongan seksual, khususnya di kalangan pemuda, yang pada gilirannya dapat melindungi tubuh dari psikopati dan penyimpangan perilaku. Hal itu sejalan dengan mukjizat lain yang disebutkan dalam hadis Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya, Wahai anak-anak muda. Barang siapa di antara kalian telah mampu, hendaklah ia kawin, karena kawin lebih dapat menundukkan mata dan lebih dapat melindungi kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak/belum mampu kawin, hendaklah ia banyak berpuasa, karena puasa dapat menjadi perlindungan (wij) baginya. Namun demikian, dampak positif puasa berupa berkurangnya nafsu seksual itu baru dapat dicapai jika seseorang melakukannya secara konsisten, mengingat dalam hadis tersebut Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menyebutkan fa alayhi bi al-shawm yang berarti banyak berpuasa dan bukan sekadar berpuasa.

  • Pernah dilakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh puasa yang dilakukan secara terus-menerus, terhadap kelenjar seksual [5] yang membuahkan hasil sangat positif. Penelitian tersebut menitikberatkan pada hikmah dan mukjizat yang dikandung dalam hadis tersebut di atas. Di antara hasil penelitian tersebut adalah bahwa memperbanyak puasa dengan makan dan minum secara tidak berlebihan dan berupaya untuk berpuasa yang mendekati puasa berkesinambungan dapat membantu pemuda dalam menahan dorongan seksualnya dengan mudah. Selain itu, penelitian tersebut juga membuktikan bahwa puasa semacam itu tidak membahayakan kesehatan. Penelitian di atas membuktikan dengan jelas mukjizat yang dikandung dalam sabda Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam karena puasa dapat menjadi perlindungan baginya, dari dua sisi: Pertama, hadis tersebut mengindikasikan bahwa testis merupakan tempat untuk memproduksi faktor-faktor rangsangan seksual. Sebab, di antara makna kata wij yang terdapat dalam hadis tersebut adalah mememarkan dua butir testis sehingga menghilangkan gairah untuk melakukan senggama. [6] Melalui penelitian telah terbukti bahwa di dalam testis terdapat sel-sel yang memproduksi hormon testosteron, yaitu hormon penggerak dan perangsang seksual. Di samping itu, juga telah terbukti bahwa memotong kedua testis (mengebiri) dapat menghilangkan dan bahkan mematikan nafsu seksual. Kedua, banyak berpuasa dapat menekan nafsu seksual. Penelitian yang dilakukan di atas membuktikan bahwa hormon testosteron mengalami penurunan tajam selama puasa yang dilakukan secara hampir bersinambung, bahkan selama tiga hari setelah puasa itu dihentikan untuk kemudian naik kembali secara tajam pula. Hal ini membuktikan bahwa puasa dapat menekan gairah seksual dan memperbaikinya setelah itu. Hal ini membuktikan pula bahwa di antara faedah puasa adalah menambah tingkat kesuburan pada laki-laki setelah berbuka puasa. II. Lebih Baik Berpuasa Di atas telah disebutkan bahwa puasa dapat mencegah berbagai penyakit baik yang bersifat psikis maupun fisik. Di bagian lain dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan bahwa ibadah puasa mengandung kebaikan (khair), bukan saja bagi orang-orang yang sehat dan tidak bepergian, tetapi juga bagi orang-orang sakit, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, orang-orang tua yang berpuasa dengan susah payah dan sebagainya. Lanjutan ayat di atas berbunyi sebagai berikut: Yaitu pada hari-hari tertentu. Maka, barangsiapa di antara kalian sakit atau sedang dalam perjalanan, maka ia dapat mengganti puasanya pada hari-hari lain. Sedangkan orang-orang yang tidak mampu berpuasa dapat mengganti puasanya dengan membayar fidyah, berupa memberi makan orang miskin. Barangsiapa yang berbuat lebih dari itu, hal itu lebih baik baginya. Dan berpuasa adalah lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui (manfaat dan keutamaan puasa). [7]

  • Beberapa Penyakit yang Dikhawatirkan Timbul Akibat Puasa 1. Banyak kalangan medis yang hingga saat ini percaya bahwa puasa dapat berpengaruh negatif bagi penderita penyakit saluran kencing, terutama mereka yang menderita pembentukan batu ginjal atau mereka yang menderita disfungsi ginjal. Mereka dianjurkan untuk tidak berpuasa dan banyak mengkonsumsi cairan. 2. Akan tetapi kenyataan membuktikan sebaliknya, sebab puasa justru dapat membantu menghambat pembentukan batu ginjal dan melarutkan garam. Puasa terbukti tidak berdampak negatif sama sekali, bahkan terhadap pengidap penyakit ginjal yang mengalami cuci ginjal berulang-ulang. [8] 3. Dahulu orang menduga bahwa berkurangnya cairan tubuh secara relatif, menurunnya volume debar jantung dan naiknya tingkat kelelahan selama berpuasa berpengaruh negatif dalam mengontrol trombosis (pembekuan darah), suatu penyakit yang cukup berbahaya. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa puasa yang diajarkan Islam tidak berpengaruh negatif pada pasien jika sebelumnya telah meminum obat dalam dosis tertentu. 4. Puasa terbukti bukan merupakan ancaman bagi penderita diabetes, bahkan dapat membantu banyak di antara penderita diabetes. [9] Beberapa Penyakit yang Disembuhkan Oleh Puasa 1. Penyakit yang ditimbulkan akibat kegemukan seperti penyempitan pembuluh nadi, darah tinggi, dan berbagai macam penyakit jantung. [10] 2. Penyakit-penyakit sirkulasi darah ujung, seperti penyakit rynaud dan penyakit burger. [11] 3. Puasa yang berterus-terusan bisa mengobati infeksi persendian. [12] 4. Puasa secara Islam dapat menormalkan tingkat kadar asam perut yang pada gilirannya membantu menghilangkan bisul perut, jika disertai dengan pengobatan yang sesuai. [13] 5. Puasa terbukti tidak membahayakan ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui, tidak mengubah komposisi kimia pada tubuh ibu yang menyusui dan pada bulan-bulan pertama dan pertengahan kehamilan. [14] Manfaat Lain Puasa 1. Puasa dapat meningkatkan kemampuan mekanisme pencernaan dan penyerapan pada sistem pencernaan dalam melakukan fungsinya dengan baik, yaitu dengan tidak memasukkan makanan dan minuman ke dalam makanan yang sedang dicerna. Puasa dapat memberikan ketenangan fisiologis pada sistem pencernaan dengan tidak mengkonsumsi makanan dan minuman selama 9 11 jam setelah penyerapan makanan. Selain itu, alat-alat penyerapan pada usus dapat beristirahat selama masa puasa, [15] dan penyusutan-penyusutan khusus dapat membersihkan usus yang telah bekerja cukup lama dan secara terus menerus. [16]

  • 2. Puasa dapat meningkatkan kemampuan kelenjar endokrin yang berhubungan dengan proses metabolisme pada periode setelah penyerapan dalam melaksanakan fungsinya dalam mengatur dan mengeluarkan hormon-hormon vital secara sempurna. Yaitu dengan mengaktifkan mekanisme penggagalan, dan mengingatkannya setiap hari secara rutin, dan berubah-ubah selama setahun. Dengan demikian, tercapai suatu keseimbangan antara hormon-hormon yang kontradiktif. Seperti hormon ensolin sebagai hormon pembentuk di satu sisi dan hormon glukoson dan hormon kortison sebagai hormon pemusnah di sisi lain. Keseimbangan yang tepat antara hormon-hormon itu adalah syarat utama demi terwujudnya konsentrasi zat asam amenia dalam darah dan keseimbangan metabolisme. [17] 3. Puasa dapat mengaktifkan mekanisme metabolisme atau asimilasi dalam rangka pembentukan dan pemusnahan glukose, lemak dan protein pada sel agar dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna. 4. Jika tubuh hanya melakukan pembentukan saja, dan perhatiannya hanya tertumpu pada penimbunan makanan di dalamnya, maka mekanisme pembentukan akan mengalahkan mekanisme pemusnahan. Sebagai akibatnya, mekanisme yang terkahir akan mengalami kelemahan secara berangsur-angsur. Gejalanya tampak pada hilangnya nafsu makan secara drastis, baik pada saat sehat maupun pada saat sakit. Selanjutnya, ada kemungkinan, orang yang bersangkutan tidak akan bisa melanjutkan hidup atau menahan penyakit. [18] 5. Puasa dapat memperbaiki tingkat kesuburan, baik pada laki-laki maupun pada perempuan. [19] 6. Seorang yang menjalankan puasa akan memperoleh banyak manfaat dari dahaga yang dirasakannya selama berpuasa, karena rasa dahaga tersebut dapat membantu menyuplai energi pada tubuh, meningkatkan kemampuan belajar, dan memperkuat daya ingatan. [20] 7. Ketika proses pemusnahan sel-sel lebih mendominasi daripada proses pembentukan selama puasa, sel-sel yang sakit dan lemah akan hancur, dan timbul lagi sel-sel baru selama periode pembentukan. [21] 8. Selain itu semua, puasa adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan penuh pengharapan akan ganjaran dan pahala dari-Nya. Puasa juga merupakan sebuah bentuk ibadah yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, baik secara fisik maupun kejiwaan. Puasa dapat menimbulkan rasa tenang dalam jiwa yang pada gilirannya berpengaruh positif terhadap proses metabolisme sehingga berjalan dengan mudah dan baik yang hasilnya dapat dirasakan oleh tubuh. [22] Sebagai keyakinan pikiran dan pelaksanaan praktis, puasa dapat memperkuat sisi-sisi kejiwaan manusia seperti kesabaran, ketabahan, kemauan keras, pengendalian nafsu. Puasa juga menanamkan rasa tenang, nrimo (menerima apa adanya) dan rasa gembira.

  • Sehubungan dengan ini, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang perpuasa mempunyai dua kegembiraan: kegembiraan ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia menghadap Tuhannya dengan bekal puasanya. [23] 9. Melalui penelitian telah terbukti bahwa praktik puasa seperti yang diajarkan Islam tidak mempunyai dampak negatif sama sekali terhadap kerja otot dan tingkat ketahanan fisik. Sebaliknya, seperti dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ahmed Elkadi dan kawan-kawan [24] di Amerika Serikat, puasa justru dapat menambah tingkat ketahanan fisik yang pada gilirannya kemampuan kerja otot sebesar 200% pada 30% orang yang dijadikan sampel, dan sebesar 7% pada 40% orang. Dengan puasa debar jantung membaik sekitar 6%, sedangkan hasil tekanan darah dikalikan kecepatan debar membaik 12%. Sementara tingkat rasa sesak nafas membaik sekitar 9%, dan tingkat rasa lelah pada betis membaik 11%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Amhed Elkadi dan kawan-kawan itu dengan sendirinya kini menggugurkan pemahaman banyak orang selama ini bahwa puasa dapat melemahkan tingkat ketahanan fisik dan mengurangi semangat sehingga mereka pada umumnya menjalani puasa dengan banyak tidur dan bermalas-malasan. III. Puasa yang Diajarkan Islam Itu Mudah Beberapa studi yang dilakukan mengenai fungsi organ tubuh selama masa puasa medis menyebutkan bahwa puasa model Islam terbilang sangat mudah, sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Taala di ujung ayat puasa: Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan. [25] Dalam menafsirkan ayat tersebut, Imam Ar-Razi berkomentar, Allah mewajibkan ibadah puasa dengan penuh kemudahan dan hanya pada masa yang pendek dalam satu tahun. Lagi pula Allah tidak mewajibkan puasa kepada orang yang sakit dan orang yang sedang dalam perjalanan. [26] Selain itu, kemudahan puasa dalam Islam juga terlihat pada terpenuhinya semua kebutuhan tubuh terhadap suplai makanan. Puasa tidak menghalangi bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebab, orang yang berpuasa menahan makan dan minum hanya selama masa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Sedangkan di malam hari, ia bebas untuk makan dan minum secara normal. Dengan demikian, praktik puasa dalam Islam sebenarnya hanya merupakan peralihan atau pergeseran jadwal waktu makan saja. Allah sama sekali tidak mewajibkan kita untuk pantang makan dan minum secara total dalam waktu yang lama atau bahkan dalam waktu sehari semalam, demi kemudahan dan keringanan umat nabi terakhir, Muhammad sallallahu alaihi wa sallam Kemudahan praktek puasa yang diajarkan Islam itu tampak semakin jelas berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa referensi medis membagi masa pelaparan menjadi tiga periode: periode awal, menengah dan panjang. [27] Puasa pendek terjadi setelah masa penyerapan pada makan terakhir (atau sekitar 5 jam, menurut beberapa ahli). Puasa yang diajarkan Islam terjadi pada masa itu dan pada masa

  • penyerapan makanan. Tidak mengkonsumsi makanan pada masa-masa itu menurut standar ilmiah dinilai sangat aman dan tidak membahayakan. Sebab, glukose adalah satu-satunya bahan bakar untuk otak, sementara lemak tidak teroksidasi dalam kadar yang bisa melahirkan jasad ketone (ketone body) dalam darah selama masa itu, dan protein juga tidak dikonsumsi untuk memproduksi energi dalam kadar yang bisa menimbulkan gangguan pada keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Oleh karena itu, banyak ahli yang tidak memasukkan masa ini ke dalam masa-masa pelaparan. Fakta tersebut memperjelas betapa puasa yang diajarkan Islam itu sangat mudah dan berbeda dengan periode-periode pelaparan yang lain. Dari paparan di atas dapat kita ketahui bahwa rentang waktu puasa dalam Islam berkisar rata-rata antara 12 sampai 16 jam yang sebagiannya terletak pada masa penyerapan dan sebagian besarnya terletak pada periode pasca-penyerapan di mana terjadi pengaktifan semua proses penyerapan dan metabolisme secara seimbang. Dengan demikian, proses disolusi (penguraian) glikogen, oksidasi dan disolusi lemak, disolusi protein dan pembentukan glukose baru menjadi semakin aktif tanpa menimbulkan gangguan apa-apa dalam tubuh manusia. Sementara pelaparan atau puasa medis baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak berhenti pada pengaktifan proses itu, tetapi berlanjut hingga menimbulkan gangguan pada sebagian fungsi tubuh. Dengan demikian, maka puasa menurut Islam merupakan asimilasi yang sangat spesifik, karena mencakup masa-masa pembentukan dan pemusnahan. Setelah buka puasa dan makan sahur, terjadi proses pembentukan komposisi-kompoisi penting di dalam sel dan pembaruan bahan-bahan yang tersimpan yang digunakan untuk memproduksi tenaga. Setelah masa penyerapan makan sahur, terjadi pemusnahan sehingga cadangan makanan glikogen dan lemak mengalami disolusi sehingga tubuh mendapat suplai tenaga yang diperlukan selama bergerak dan beraktivitas di siang hari puasa. [28] Dari situ dapat kita pahami mengapa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam sangat menekankan perlunya makan sahur. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik semoga Allah meridainya, beliau bersabda, Makan sahurlah, karena di dalam makan sahur terdapat berkah. [29] Hal itu dicapai dengan mensuplai pembentuk kepada tubuh selama empat jam terhitung dari saat berhenti makan. Dengan demikian juga dapat dicapai perpendekan masa pasca-penyerapan. Hal itu diperkuat dengan penegasan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam yang menganjurkan kita untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan makan sahur. Dalam sebuah hadisnya beliau bersabda, Orang-orang masih dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka puasa. [30] Dan dalam hadis lain diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit semoga Allah meridanya, bahwa ia berkata, Kami makan sahur bersama Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam lalu kami mendirikan salat. Lalu Zaid ditanya oleh salah seorang Sahabat, Berapa lama jarak antara makan dan salat? Zaid menjawab, Sekitar bacaan 50 ayat. [31] Menyegerakan berbuka dan menunda atau mengakhirkan sahur dengan sendirinya akan

  • memperpendek masa puasa agar, sedapat mungkin, tidak melewati masa pasca-penyerapan. Dengan demikian, puasa secara Islam ini sebenarnya tidak menyulitkan dan tidak menimbulkan tekanan jiwa yang membahayakan kesehatan tubuh. Atas dasar fakta-fakta di atas dapat kita pahami bahwa satu hal yang berhenti selama masa puasa hanyalah proses pencernaan dan penyerapan, dan bukan proses nutrisi. Sel-sel tubuh bekerja secara normal dan memperoleh semua kebutuhan dasarnya dari cadangan makanan setelah mengalami disolusi yang dapat dianggap sebagai proses pencernaan di dalam sel. Melalui proses itu, glikogin berubah menjadi gula glukose, lemak dan protein berubah menjadi asam lemak dan asam amina, berkat jaringan enzim yang sangat rumit yang semuanya menunjukkan keagungan dan kemahakuasaan Tuhan. Dari mana Muhammad sallallahu alaihi wa sallam tahu bahwa ibadah puasa mencegah berbagai penyakit fisik dan kejiwaan? Dari mana ia tahu bahwa puasa besar manfaatnya bukan hanya bagi orang yang sehat, tetapi juga bagi orang yang sakit dan uzur? Dari mana ia tahu bahwa puasa yang diajarkan Islam itu mudah dan sama sekali tidak membahayakan jasmani dan rohani? Dari mana ia tahu bahwa banyak berpuasa dapat mengendalikan nafsu seksual, terutama bagi kalangan pemuda? Dari mana ia tahu semua itu kalau bukan dari Allah Yang Mahakuasa? Puasa dan Keracunan Tubuh manusia mudah terkena bahan-bahan berbahaya dan racun yang bisa jadi menumpuk di antara jaringan sel-sel tubuhnya. Pada umumnya bahan-bahan berbahaya itu masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi dalam jumlah besar, terutama pada zaman sekarang yang ditandai dengan gaya hidup masyarakat mewah. Berbagai jenis makanan tersedia dengan mudah berkat bantuan kemajuan teknologi pembuatan dan penyajiannya yang semakin menggoda selera. Konsumen pun tergoda untuk mengkonsumi apa saja dan dalam jumlah besar. Tanpa disadari, hal itu sesungguhnya dapat menimbulkan gangguan dalam kegiatan biologis di dalam sel tubuh yang pada gilirannya menimbulkan berbagai penyakit baru yang diistilahkan dengan penyakit modern seperti kegemukan, penyempitan urat nadi, tekanan darah tinggi, tekanan jantung, otak dan paru-paru, kanker, alergi dan kehilangan kekebalan tubuh. Beberapa referensi kedoketeran menyebutkan bahwa hampir semua makanan pada zaman sekarang mengandung sedikit bahan beracun yang dimasukkan ke dalam makanan saat pemrosesannya atau pengawetannya. Makanan zaman sekarang juga banyak yang mengandung penyedap, pewarna, anti-oksida dan bahan pengawet. Bahan makanan nabati atau hewani juga hampir tak lepas dari penambahan bahan kimia seperti perangsang pertumbuhan, antibiotik, penyubur atau turunannya. Beberapa jenis tumbuhan dalam komponennya mengandung beberapa bahan yang membahayakan, dan banyak di antara makanan yang kita konsumsi mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan racun dan dapat menyebabkan pencemaran. [32] Di samping itu, racun juga terdapat pada udara yang kita hirup akibat asap kendaraan bermotor, gas pabrik, racun obat yang dikonsumsi orang tanpa aturan, dan sebagainya. Belum lagi racun-racun yang dimiliki oleh mikroorganisme yang ada dalam tubuh kita dalam jumlah yang tidak terhitung. Terkahir, sisa-sisa pembakaran di dalam sel yang berenang dalam darah,

  • seperti gas karbondioksida, urea, sulfur, amonia, dan lain-lain. [33] Tetapi Allah Subhanahu wa Taala telah menciptakan dalam tubuh manusia suatu organ yang bertugas untuk membunuh atau membuang racun itu. Hati yaitu organ utama dalam membersihkan tubuh dari berbagai jenis racun menghentikan aksi atau daya kerja bahan-bahan beracun tadi, bahkan kadang-kadang mengubahnya menjadi bahan yang bermanfaat seperti urea, kriaten, dan garam amonia. Hanya, hati memiliki kemampuan yang terbatas. Sel-sel dapat menderita gangguan akibat adanya penyakit atau akibat proses alami seperti ketuaan. Jika demikian, sebagian zat beracun itu akan masuk ke dalam jaringan tubuh, terutama tempat-tempat penimbunan lemak. Hati antara lain berfungsi mengubah molekul-molekul beracun, yang pada umumnya larut di dalam lemak pelumas, menjadi molekul-molekul yang larut dalam air tak beracun yang dapat dikeluarkan oleh hati melalui sistem pencernaan atau keluar melalui ginjal. Selama puasa, sejumlah besar lemak yang terdapat dalam tubuh beralih ke hati sehingga mengalami oksidasi dan bermanfaat bagi tubuh. Lemak itu akan mengeluarkan racun yang larut di dalamnya untuk kemudian terbuang melalui limbah tubuh. Lemak yang berkumpul di hati yang datang dari berbagai bagian tubuh selama puasa membantu mengontrol kolesterol, menambah produksi senyawaan air empedu dalam hati yang pada gilirannya melarutkan zat-zat beracun dan membuangnya bersamaan dengan tinja. Selain itu, puasa sangat berguna bagi sel-sel hati dengan melakukan oksidasi terhadap zat asam lemak, hingga bersih dari lemak-lemak yang tertimbun di dalamnya. Selanjutnya, sel-sel itu akan bertambah giat dan bisa melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, dengan ditambahkannya zat asam sulfur dan zat asam glukonik, sel-sel itu menjadi sebanding dengan zat-zat beracun hingga membuatnya tidak aktif dan akhirnya lenyap dari tubuh. Hati juga menelan semua mikroorganisme, seperti karbon yang sampai ke darah dengan pagositosis molekul-molekulnya, dengan perantaraan sel-sel khusus yang bernama kuifer yang tersembunyi dalam bilik-bilik hati dan dikeluarkan bersamaan dengan air empedu. Selama puasa, sel-sel ini berada pada puncak kecakapannya dalam melakukan tugas, hingga dengan lahap menyantap semua bakteri yang sebelumnya telah diserang oleh zat-zat antibodi. Karena proses pemusnahan (katabolisme) di dalam hati selama melakukan puasa lebih dominan daripada proses pembentukan dalam lingkup proses asimilasi, maka peluang dibuangnya racun yang bertumpuk di sel-sel tubuh juga bertambah besar. Bersamaan dengan itu, aktivitas sel-sel hati dalam menghilangkan unsur racun dari banyak zat beracun juga menjadi lebih besar. Dengan demikian, puasa merupakan surat keterangan sehat bagi organ-organ tubuh.

  • Dr. Mac Fadon, salah seorang dokter kaliber dunia yang getol mempelajari puasa dan pengaruhnya dari segi kesehatan berkomentar, Semua orang memerlukan puasa, meskipun ia tidak sakit, karena racun yang dibawa makanan dan obat akan berkumpul di dalam tubuh yang kemudian menjadikan orangnya tampak lemah bagai orang sakit sehingga geraknya pun menjadi berkurang. Maka, jika seseorang berpuasa ia akan terbebas dari racun-racun semacam itu dan akan bergairah dan mempunyai semangat yang tidak pernah dialaminya. Mana Yang Lebih Baik Selama Berpuasa: Banyak Bergerak Atau Diam? Referensi-referensi medis menyebutkan bahwa gerak otot pada masa penyerapan makanan (selama puasa) mengoksidasi sejumlah asam amina. Setelah sel-sel otot memperoleh energi yang dihasilkan dari oksidasi itu, di dalam sel-sel itu akan terbentuk asam amina yang sangat penting, yaitu zat asam alanin (alanine acid) dan zat asam glutamik (glutamic acid). Zat asam yang pertama merupakan bahan bakar pokok dalam memproduksi glukose baru di hati. Sedangkan yang kedua akan masuk ke dalam asam nuklir (nucleic acid), dan sebagiannya berubah menjadi zat asam yang pertama. Selama bergerak akan terbentuk dua zat asam akibat proses oksidasi glukose di dalam sel-sel otot. Kedua asam itu juga merupakan bahan bakar utama untuk membentuk glukose hati. Zat asam amina bercabang pada dasarnya mengalami oksidasi di dalam otot, [34] di mana banyak terdapat enzim yang khusus mengubah sejumlah amina pengubah (amino transferase) di dalam dua sistem pembakaran di dalam sel-sel otot, proses oksidasi itu akan semakin bertambah dengan bergerak. Oleh karena itu, maka proses pembentukan glukose baru di dalam hati akan bertambah pula dengan bertambahnya gerak otot, bisa jadi mencapai tiga kali lipat jika dibandingkan dengan keadaan tidak bergerak. Asam alanin merupakan zat asam amina yang paling penting yang terbentuk di dalam otot selama puasa (mencapai 30%). Jumlah itu semakin bertambah banyak dengan menambah gerak dan aktivitas. [35] Sistem otot (musculature) mengkonsumsi glukose yang datang dari hati untuk memperoleh energi. Jika gerak bertambah dan glukose tidak cukup untuk mensuplai energi ke otot, otot akan memperoleh kebutuhannya dari oksidasi zat asam amina bebas yang datang dari penguraian lemak di dalam jaringan-jaringan lemak. Jika zat asam lemak berkurang, otot memperoleh energinya dari jasad keton (ketone body) yang dihasilkan dari oksidasi lemak di dalam hati. Hal ini sekaligus menekankan bahwa aktivitas dan gerak dapat mengaktifkan semua proses oksidasi bagi setiap senyawa yang mensuplai energi ke tubuh dan mengaktifkan proses disolusi lemak. Selain itu, banyak bergerak juga dapat mengaktifkan proses pembentukan glukose di dalam hati dari gliserin yang dihasilkan dari disolusi lemak di dalam serat lemak, dan dari laktik yang dihasilkan dari oksidasi glukose di dalam otot. Oleh karena itu, bergerak selama puasa Islami merupakan sesuatu yang positif dan penting untuk menambah daya kerja hati dan otot, mengurangi lemak, dan melindungi tubuh dari bahaya pertambahan jasad-jasad keton. Selain itu, gerakan otot juga dapat menghambat pembentukan protein di dalam hati dan otot. Dan tingkat hambatan itu sesuai dengan kekuatan dan kecepatan gerak. Hal itu, pada gilirannya, dapat menghemat

  • banyak energi yang digunakan untuk pembentukan protein. Karena dalam proses pembentukan protein ini jika terjadi setiap ikatan asam amina akan memerlukan cadangan energi yang terdapat dalam lima molekul adenosine triphosphate (ATP) dan guanine triphosphate (GTP). Jika masing-masing molekul dari dua senyawa itu mengandung energi 5 10 kilo kalori, dan jika kita tahu bahwa satu bagian dari protein yang paling sederhana mengandung tidak kurang dari 100 ikatan asam amina, maka berapa banyak energi yang dapat dihemat melalui penghambatan pembentukan sejumlah protein dengan aneka ragam jenisnya itu? Selama terjadi gerakan, glukose, asam lemak dan asam amina digunakan untuk memproduksi energi untuk sel-sel otot. Hal itu, pada gilirannya, akan mengingatkan pusat saraf makan yang ada di hipotalamus (hyphotalamus) yaitu melalui adanya arus balik (feedback) antara zat-zat itu di dalam darah dan tingkat kekenyangan, dan antara pengingatan pusat makan di otak. Dengan demikian, gerak otot dapat membangkitkan pusat makan dan membuka nafsu makan. Gerak otot yang berlebih juga dapat menguraikan glekogen menjadi glukose ketika tidak terdapat oksigen. Dari proses asimilasi gula buatan itu, didapatkan asam laktik yang mengalir ke darah dan pada saatnya, berubah menjadi glukose dan glekogen dengan perantaraan hati. Selama tidak terjadi gerakan otot, glekogen tidak akan terurai menjadi glukose karena tidak adanya enzim glukose 6 fospat. Dengan demikian, bergerak merupakan faktor penting untuk mengaktifkan pengubahan cadangan glekogen otot menjadi glukose dan menyajikannya ke jaringan-jaringan utama seperti otak, sistem saraf, sel darah, sumsum tulang, dan isi ginjal. [36] Selain itu, gerakan otot juga bisa jadi mempunyai kaitan dengan proses pembaruan sel-sel pengawal usus sehingga membuat proses pencernaan dan penyerapan makanan menjadi lebih baik. Sebab, sel-sel itu memerlukan zat asam glutamik (glutamic acid) untuk memproduksi zat asam nuklir (nucleotide synthesis) yang banyak dihasilkan oleh otot selama bergerak. [37] Sel-sel muda yang terdapat di dalam usus (mucosal cells) terus mengalami pembaruan setiap dua sampai enam hari, dan kehilangan 17 juta sel setiap hari. [38] Lalu, mungkinkah gerakan otot menjadi penyembuh bagi gangguan pencernaan dan penyerapan? Filosofi puasa sebenarnya didasari atas meninggalkan makan dan minum serta memotivasi mekanisme pemusnahan (proses biokimia) terutama sekali dalam proses asimilasi. Dan siang hari merupakan masa yang paling banyak terjadi proses asimilasi, terutama proses pemusnahan. Sebab, siang hari merupakan waktu untuk bergerak, beraktivitas dan mengkonsumsi energi untuk bekerja. Allah Subhanahu wa Taala telah menciptakan jam biologi yang mengatur hormon kelenjar style='mso-bidi-font-size: endokrin dan mekanisme asimilasi sehingga sesuai dengan aktivitas mekanisme itu selama siang hari. Sebagai contoh adalah hormon kortison dan adrenalin. Hormon kortison, pada orang

  • yang tidur pada malam hari, mencapai puncak pertambahannya kira-kira pada pukul 09 pagi, untuk kemudian berkurang hingga mencapai kira-kira seperlima rata-rata konsentrasinya pada tengah malam. [39] Hormon ini termasuk hormon pemusnah yang memecah protein menjadi asam amina. Sedangkan hormon kedua, hormon adrenalin, mencapai puncak pertambahannya di penghujung pagi dan siang (sekitar pukul 09.00 dan 14.00). Hormon ini menambah tingkat konsentrasi glukose dan asam lemak serta menambah tingkat pemusnahannya. Selain itu, hormon ini juga membantu mengaktifkan pembentukan protein dan pengoksidasian asam amina pada otot, dan mengiring alanin (alanine) ke arah hati; [40] untuk membentuk glukose baru di dalam hati serta menyajikan lebih banyak energi kepada tubuh, dan membangkitkan sistem saraf. Di situlah, barangkali, salah satu hikmah mengapa Allah mewajibkan puasa pada siang hari sebagai waktu bergerak, beraktivitas dan bekerja, dan bukan pada malam hari sebagai waktu untuk beristirahat. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa melakukan gerakan selama menjalankan puasa dapat menyediakan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dari glukose buatan atau yang tersimpan dalam hati, yang merupakan bahan bakar paling ideal bagi otak, butir-butir darah merah, dan sistem saraf, agar lebih mampu melaksanakan fungsinya. Melakukan gerakan juga dapat menyediakan energi yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan vital. Gerakan dapat menggagalkan pembentukan protein dari asam amina dan menambah aktif mekanisme pemusnahan selama siang hari, kemudian mengkonsumsi energi cadangan dan membersihkan tempat penyimpanan energi dari racun yang bisa jadi akan menguat atau larut dalam senyawaan lemak atau amina. Malas dan tidur pada siang hari puasa menghilangkan manfaat-manfaat itu. Bahkan, bisa jadi akan mendatangkan banyak penyakit kepada si pelaku puasa dan membuatnya bertambah malas. Tidur di siang hari dan begadang di malam hari Ramadan juga menyebabkan terjadinya gangguan pada jam biologi yang ada dalam tubuh, yang pada gilirannya akan membawa pengaruh buruk pada metabolisme makanan di dalam sel. Telah dilakukan penelitian yang membuktikan terjadinya kekacauan pada hormon kortison oleh Dr. Muhammad Al-Hadrami di Fakultas Kedokteran, Universitas King Abdul Aziz. Penelitian itu dilakukan pada 10 orang dalam kondisi sehat di luar rumah sakit. Dari penelitian itu dihasilkan bahwa pada empat orang dari mereka telah terjadi kekacauan pada daur harian kortison, selama dua minggu terkahir bulan Ramadan. Kadar yang biasa diketahui pada pagi hari dan tengah malam telah berbalik. Kadar pagi hari menurun dan kadar sore hari menaik. Hal ini adalah kebalikan dari keadaan yang terjadi pada hari-hari biasa. Menurut peneliti kekacauan ini disebabkan oleh perubahan perilaku para pelaku puasa itu. Selama dua minggu itu, mereka menghabiskan waktu siang untuk tidur dan waktu malam untuk begadang. Kortison itu kembali kepada kondisi normalnya lagi pada empat minggu setelah berlalu bulan puasa. Yaitu setelah stabilnya disiplin tidur pada malam hari dan aktivitas di siang hari bagi orang-orang itu.

  • Karena alasan ini, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, para sahabatnya dan orang-orang Muslim terdahulu tidak membedakan perkerjaan yang mereka lakukan selama hari-hari puasa dan hari-hari lain. Bahkan, tidak jarang mereka melakukan peperangan dalam keadaan puasa. Sampai di sini, timbul pertanyaan, sudahkah kaum Muslimin membebaskan diri dari waham takut bergerak dan bekerja pada saat berpuasa? Apakah mereka dengan khusyuk beribadah kepada Allah, dan pada waktu yang sama juga bekerja, berproduksi dan berjihad dengan meneladani Nabi mereka sallallahu alaihi wa sallam dan para pendahulu mereka yang saleh? Puasa Menghilangkan Lemak Kegemukan terkait dengan terlalu banyaknya makan, khususnya makanan yang banyak mengandung lemak, dan sarana hidup yang nyaman. Kegemukan adalah problem yang menyebar luas. Telah ditemukan bahwa kegemukan selalu disertai dengan bertambahnya risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah; seperti lemah jantung, jantung berhenti bekerja, koroner (pembuluh nadi tajuk jantung), dan kebuntuan pada pembuluh yang mengitari jantung. Kegemukan terjadi akibat kacaunya hubungan antara tiga unsur energi, yaitu kuantitas makanan yang dikonsumsi, energi yang dipakai dalam aktivitas dan gerak, dan energi yang disimpan dalam bentuk lemak. Selanjutnya, terlalu banyak makan yang disertai dengan sedikitnya penggunaan energi akan menyebabkan kegemukan. Manusia biasa mengkonsumsi 20 ton makanan selama hidupnya. Dalam pada itu 20% kesalahan dalam keseimbangan energi menyebabkan pertambahan berat badan yang mencapai 50 kg. Artinya, jika tubuh orang yang kesimbangan energinya salah itu 70 kg, maka akan menjadi 120 kg. Ini semua menjelaskan betapa pentingnya membuat aturan makan dengan tepat demi menjaga stabilitas berat badan. Diyakini, kegemukan terjadi akibat gangguan asimilasi atau akibat tekanan lingkungan atau sosial. Tetapi kegemukan itu juga bisa terjadi akibat gangguan pada kelenjar endokrin, sebab-sebab kejiwaan dan sosial yang berkumpul jadi satu dan tampak pada terlalu banyaknya makan. Dan seringkali terjadinya kekacauan asimilasi itu bersamaan dengan datangnya tekanan lingkungan hingga saling melengkapi satu sama lain, dan akhirnya kondisi menjadi semakin kompleks. Di sisi lain, banyak ilmuwan yang melihat bahwasanya kegoncangan jiwa yang mengakibatkan lahap makan, dan yang kemudian mengakibatkan kegemukan, bisa jadi menyebabkan munculnya kekacauan dalam proses metabolisme atau asimmilasi. Dengan begitu, rasanya sulit untuk bisa menafsirkan kekacauan utama yang terjadi pada keseimbangan energi pada kondisi kegemukan sebagai suatu perubahan yang terjadi pada salah satu unsur. Tetapi tetap jelas bahwa terlalu banyak makan adalah salah satu faktor utama dari terjadinya kegemukan. Di sana ada perubahan biokimia yang menyertai kegemukan. Yang paling penting

  • adalah perubahan watak metabolisme lemak. Protein lemak (jenis beta) yang ada dalam plasma dan zat asam lemak bebas, bertambah. Konsentrasi insolin dalam darah juga bertambah dalam kadar yang tinggi yang menyebabkan pengembungan pangkreas atau bertambahnya jaringan-jaringannya. Akibatnya, produksi insolin juga bertambah, yang kemudian mengakibatkan kepada pembentukan zat asam lemak dalam hati dari materi-materi karbohidrat, dan bertambahnya kadar kejatuhan zat-zat lemak dalam jaringan-jaringan lemak. Akhirnya, semua itu menyebabkan munculnya gejala-gejala penyakit gula, yang mana penyambut-penyambut insolin yang ada dalam jaringan tidak mau menyambutnya. Banyak orang yang mencoba untuk menyembuhkan kegemukan. Untuk tujuan itu, mereka membuat banyak program makan. Tetapi sayang kebanyakannya adalah palsu dan tidak terbangun atas dasar-dasar ilmiah. Hal itu, karena program-program itu hanya sekadar menghilangkan air tubuh dalam kadar yang relatif banyak, hingga memberikan kesan seolah-olah telah terjadi penurunan berat. [41] Puasa Islami ideal adalah satu-satunya model pencegahan sekaligus pengobatan kegemukan. Makan yang wajar dan meninggalkan makan yang dibarengi dengan melakukan aktifitas d