Tugas Anak Lp Askep Atresia Ani Baruuuuuuuu

download Tugas Anak Lp Askep Atresia Ani Baruuuuuuuu

If you can't read please download the document

description

atresia ani

Transcript of Tugas Anak Lp Askep Atresia Ani Baruuuuuuuu

KONSEP DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATRESIA ANI

Disusun oleh :

Alifiatul Oza Hamanu(P17420211052)Eftyan Nur Alifah(P17420211063)Rolleta Perianggani(P17420211089)

Kelas: II B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2012/2013

Atresia Ani

Definisi

Anus Imperforata ( Atresia anal ) merupakan suatu kelainan malformasi kongenital dimana tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara abnormal atau dengan kata lain tidak ada lubang secara tetap pada daerah anus.( Hidayat.A. Aziz Alimul ; 2006 ).

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)

Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)

Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).

Atresia ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai lubang keluar. ( Wong, Donnal ; 2003 )

Etiologi

Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti. Akan tetapi atresia ani juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.Berkaitan dengan sindrom downKegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

Patofisiologi

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna, sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu

ke-8. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu spektrum anomali, kebanyakan membran saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria. Hubungan yang menetap antara bagian bawah dan bagian rektum kloaka menimbulkan fistula. ( Behram ; 2000 )

D.Pathway

Struktur embriologi kloaka

Anus dan rectum

Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral

Membentuk septum urorektum pada kehamilan minggu ke-7

Urogenital kloakaAnus tertutupTerbuka pada kehamilan

mengalami pembukaanmembran minggu ke-8

Gangguan perkembangan struktur anorektal

Atresia ani

Letak tinggiLetak rendah

Colostomi sementaradilatasi digital 1-2 bulan

TransvercolostomySigmoidostomyPenutupan colostomy

Kerusakan inregitas kulit

Luka Peningkatan kerentanan

terhadap bakteri

Resiko terhadap infeksi

Pasca anestesi Pembatasan diet/puasa Peningkatan kebutuhan Imobilitas

protein dan vitamin

Toleransi

aktivitas

Ketidakseimbangan Nutrisi

kurang dari tubuh

Penurunan

peristaltik Mual dan muntah

Konstipasi

Nyeri akut

Kurang pengetahuan

E. Manifestasi Klinik

1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.

4) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).

5) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6) Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal.

7) Perut kembung.

F. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :

a. Asidosis hiperkioremia.

b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.

c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).

d. Komplikasi jangka panjang.

- Eversi mukosa anal

- Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)

e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.

f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)

g. Prolaps mukosa anorektal.

h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

(Ngustiyah, 1997 : 248)

G. Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani :

Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar

2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum

(Wong, Whaley. 1985).

H. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan radiologis. Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.b. Sinar X terhadap abdomen. Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.c. Ultrasound terhadap abdomen. Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.d. CT Scan. Digunakan untuk menentukan lesi.e. Pyelografi intra vena. Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureterf. Pemeriksaan fisik rectum. Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.g. Rontgenogram abdomen dan pelvis. Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.

I. Penatalaksanaan

Medik: Eksisi membran anal Fistula, yaitu dengan melakukan kolostomi sememtara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus

Keperawatan : Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi. Memperhatikan kesehatan bayi.

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ATRESIA ANI

PENGKAJIAN

Pengkajian Pada AnakKaji biodata pasien.Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir.Kaji adanya pasase mekonium.

Perhatikan bila mekonium tampak pada orifisium yang tidak tepat.

Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar / anak kecil yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi / distensi abdomen.Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina.Pengkajian Pada Orang TuaKaji riwayat kehamilanKaji riwayat infeksiKaji psikososial keluargaKaji pengetahuan keluargaPemeriksaan FisikPeriksa keadaan anus

Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.

Perikasa ada / tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra

Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan ditemukan data-data sebagai berikut :

Penyumbatan anus ( anus tidak normal ).Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir.Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium pada urine dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam vagina.Pada pemeriksaan fisik ( dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai sarung tangan / juga dengan memasukkan thermometer sepanjang 2cm ) tidak ditemukan anus secara normal.Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah / juga pada anus.Membran anus yang menetap.Adanya fistula antara rectum dan tractus urinaria.Adanya fistula antara rectum, vagina atau perineum pada perampuan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pra bedahResiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan.Pasca bedahResiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencerna makanan.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.

INTERVENSI

Menurut NIC ; 1996 dan NOC ; 1997

Pra bedahDx 1: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses Keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien adekuat.

NOC: Fluid Balance

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normalTD, nadi, suhu tubuh dalam batas normalTidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Keterangan skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Fluid Management

Intervensi :

Timbang popok / pembalut jika diperlukanPertahankan catatan intake dan output yang akuratMonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)Monitor TTVMonitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harianKolaborasi pemberian cairan IVDorong keluarga untuk membantu pasien makanTawarkan snack / jus buah segar

Dx 2 : Kurang pengetahuan berhubunagn dengan keterbatasan paparan

Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.

NOC: Knowledge : Disease Process

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatanPasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NIC : Teaching : Disease Process

Intervensi :

Jelaskan patofisiolagi dari penyakit.Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar.Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat..Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit.

Pasca bedahDx 1: Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op colostomy.

Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.

NOC:

Knowledge: Infection Control

Kriteria Hasil :

Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.Jumlah leukosit dalam batas normal.Menunjukkan perilaku hidup sehat.

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NIC : Infection Control

Intervensi :

Batasi pengunjung bila perlu.Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.Tingkatkan intake nutrisi.Berikan terapi antibiotic bila perlu.

Dx 2: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri berkurang / hilang.

NOC : Pain Control

Kriteria Hasil :

Mengenal faktor penyebabMengenal serangan nyeriGunakan tindakan preventifGunakan tindakan pertolongan non analgetikGunakan analgetik yang tepat

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan4 : Sering dilakukan

2 : Jarang dilakukan5 : Selalu dilakukan

3 : Kadang dilakukan

NIC : Pain Management

Intervensi :

Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan.Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga.Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan.Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.Berikan analgetik sesuai anjuran.Tingkatkan tidur istirahat yang cukup.Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri.Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mencerna makanan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

NOC: Nutritional Status

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.4 : Sering menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan5 : Selalu menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

NIC : Nutrition Management

Intervensi :

Kaji adanya alergi makanan.Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe.Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein.Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

Dx 4: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan immobilisasi.

Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas.

NOC: Activity Tolerance

Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, Nadi, RR.Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.

Keterangan Skala :

1 : Tidak dilakukan sama sekali. 4 : Sering dilakukan

2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan

3 : Kadang dilakukan

NIC : Activity Theraphy

Intervensi :

Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.

Dx 5: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.

Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.

NOC: Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankanTidak ada luka / lesi pada kulitPerfusi jaringan baikMenunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulangMampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Pressure Management

Intervensi :

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgarHindari kerutan pada tempat tidurJaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan keringMobilisasi pasien setiap 2 jam sekaliMonitor kulit akan adanya kemerahanOleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekanMandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

EVALUASIPra bedahDx 1

Kriteria Hasil :

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal ( skala 5 )TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal ( skala 5 )Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan ( skala 5 )

Dx 2

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan ( skala 5 )Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar ( skala 5 )Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya ( skala 5 )

Pasca bedahDx 1

Kriteria Hasil :

Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi ( skala 5 )Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya ( skala 5 )Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi ( skala 5 )Jumlah leukosit dalam batas normal ( skala 5 )Menunjukkan perilaku hidup sehat ( skala 5 )

Dx 2

Kriteria Hasil :

Mengenal faktor penyebab ( skala 5 )Mengenal serangan nyeri ( skala 5 )Gunakan tindakan preventif ( skala 5 )Gunakan tindakan pertolongan non analgetik ( skala 5 )Gunakan analgetik yang tepat ( skala 5 )

Dx 3

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan ( skala 5 )Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan ( skala 5 )Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi ( skala 5 )Tidak ada tanda-tanda malnutrisi ( skala 5 )Dx 4

Kriteria Hasil :

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( skala 5 )Tidak ada luka / lesi pada kulit ( skala 5 ) Perfusi jaringan baik ( skala 5 ) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang ( skala 5 )Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami ( skala 5 )

DAFTAR PUSTAKA

Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.

Wong, Donna L.2003.Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC