TUGAS AIK Perawatan Umum1

14
TUGAS AIK ” PERAWATAN UMUM ’’ DISUSUN OLEH: ALLAN FRISKA IRWINDA ILHAM WILLY ISKANDAR PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

description

af

Transcript of TUGAS AIK Perawatan Umum1

Page 1: TUGAS AIK Perawatan Umum1

TUGAS AIK

” PERAWATAN UMUM ’’

DISUSUN OLEH:

ALLAN

FRISKA IRWINDA

ILHAM WILLY ISKANDAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR

FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2015

Page 2: TUGAS AIK Perawatan Umum1

BAB I

PEMBAHASAN

A. DIMENSI KEPERAWATAN DALAM ISLAM

ISLAM menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan

keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan

merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.

Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan

halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah

satu penentu sehat tidaknya seseorang. “Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang

halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah

dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).

Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga

makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun

ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu

baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut,

sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah

satu resep sehat Nabi Muhammad Saw adalah memelihara makanan dan ketika makan,

porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara

(HR. Turmudzi dan al-Hakim)..

B.       PERSPEKTIF KEPERAWATAN

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi

keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat

dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang

semi modern dan supermodern.

Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai

pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis

dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Menurut

Benjamin Lumenta (l989: l5), pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang

dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat

Page 3: TUGAS AIK Perawatan Umum1

sebagai tujuannya. Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku

antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.

Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan

penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan

individu yang membutuhkannya. Pelayanan medis ini merupakan kegiatan mikrososial

yang berlaku antara orang perorangan (Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo

(l989: l6) menambahkan, pelayanan medis mengandung semangat pelayanan dan usaha

maksimal dengan mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang

tidak egoistis dan materialistis.

Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau

institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan

pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis,

dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang

membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja

profesional dan tidak materialistis.

Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya

juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta

mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama,

yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi

atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan

kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.

Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai

politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk

meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap

harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab

tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang

diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif. Di tengah tingginya

tuntutan kepada profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga

meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di

Page 4: TUGAS AIK Perawatan Umum1

bidang kesehatan dan medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan

hidup matinya manusia, yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan

diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.

C. MULIANYA PROFESI PERAWAT

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973:

l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut

perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit

menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-

makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun

tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia.

Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan

tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya. Islam

tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di

bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan

dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang

penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).

Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan

keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi

Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut

nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu

pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena

Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. Allah

berfirman: Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam

ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan

perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang

tidak diketahuinya. QS al-Alaq: 3-5). Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari

alam semesta beserta segenap organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya

dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian,

diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan

kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-

Nya.

Page 5: TUGAS AIK Perawatan Umum1

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama

kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk

melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang

tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini

merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam

berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap

warganegaranya.

Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah

tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan

pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan

ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.

Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan

siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan

bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan

perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah

dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia

dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk

menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja yang

menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah

menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi

penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah

sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup

para pasien bersangkutan.

Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar

teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa

awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang

keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi

Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit

maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter

Page 6: TUGAS AIK Perawatan Umum1

Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional,

diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang

dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.

Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang

mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan

keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif

dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki,

dan masih banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang

dianggap pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang

keperawatan medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi

keperawatan, baik pria maupun wanita.

D. ASUHAN KEPERAWATAN ISLAM

Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama ”Al Asiyah “ dari kata Aasa yang berarti

mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberikan obat. Pelayanan

kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat

wanita yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas

kesehatan karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.

Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang

membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien.

Hubungan antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai

jasa.

Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah suatu akad

dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan Keahlian.Islam sangat

memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan Fisik, Mental maupun kesehatan

lingkungan.

E. TATA CARA BERIBADAH BAGI ORANG YANG SAKIT

     Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit

1. diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi

jika berhadats besar

Page 7: TUGAS AIK Perawatan Umum1

2.  Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat

kesembuhan, maka boleh tayamum

3.  Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain

4. Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup

mengusap balutan tadi dengan air

5. Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci

sekali pukulan, kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak

tangannya

6. Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan

air jika membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan

juga maka bias bertayamum

7. Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci

8. Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat

lain yang mengandung debu maka boleh menggunakan sapu tangan

9. Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika

tidak mungkin maka ia solat apa adanya, dan solatnya sah

10. Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam

melaksanakan solat jika tidak memungkainkan maka solat apa adanya

dan solatnya sah

11. orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin

maka cara sholat ditempat apa adanya dan sholatnya

sah.                                                                                   

  Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

1.   Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada

tongkat

2.   Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah solat dengan duduk

3.   Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi

tubuh sebelah kanan menghadap kiblat

4.   Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat

dan kepala agak ditinggikan

Page 8: TUGAS AIK Perawatan Umum1

5.  Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika

kepala tidak mampu maka dengan mata

6.  Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati

7.  Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan

menjamak

  Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa dalam bulan suci rhamadan 

1. Orang yang sedang bepergian (musafir)

Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan ukum

islam maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya dihari

yang lain sesuai dengan puasa yang ditinggalkannya.

2. Orang yang sakit

Sakit yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah yang mengakibatkan bahaya

bagi jiwa, atau bertanmbahnya penyakit baginya, atau dikhawatirkan terlambatnya

kesembuhan akibat dari puasa tersebut dan dapat menggantinya dihari yang lain

sesuai dengan puasa yang ditinggalkannya.

3. Wanita yang haid dan nifas

Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka puasanya

tidak sah.

4. Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa hendaknya

memberi makanan setiap hari, satu orang miskin

5. Wanita yang hamil dan menyusui

Allah meringankan bagi mereka untuk tidak berpuasa, dan termasuk dari golongan

hambanya yang lemah adalah wanita hamil dan menyusui. 

Para pemimpin rumah sakit-rumah tidak boleh menugaskan seorang perawat laki-laki dan

seorang perawat wanita untuk piket dan jaga malam bersama, ini suatu kesalahan dan

kemungkaran besar, dan ini artinya mengajak kepada perbuatan keji. Jika seorang laki-laki hanya

berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat, tidak bisa dijamin aman dari godaan setan

untuk melakukan perbuatan keji dan sarana-sarananya.

Page 9: TUGAS AIK Perawatan Umum1

Karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

” Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepian dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya)

kecuali yang ketiganya setan"

Menurut islam kesehatan yang bersifat (Prepentif) lebih diutamakan dari pada Kuratif

(pengobatan).

Hak dan kewajiban petugas kesehatan lebih besar dari pada hak dan kewajiban pasien karna hak

dan kewajiban petugas kesehatan bertanggung jawab atas jiwa dan raga pasien.

Menurut islam bahwasan orang sakit wajib melakukan berobat untuk mengobati penyakit

nya.sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

“berobatlah kamu, hai hamba – hamba Allah! Sebab sesungguhnya Allah SWT tidak membuat

penyakit kecuali membuat pula obat nya, selain itu penyakitnya, ialah sakit tua.”(Hadis riwayat

Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

            Menurut hukum islam, seseorang yang melakukan praktek kedokteran dan pengobatan,

sedangkan ia bukan ahlinya, misalnya, ia “Kunter” (dukun yang melakukan praktek dokter

seperti operasi), atau “Terkun “ (dokter yang melakukan praktek dukun)

Seperti ia tidak memberikan resep obat kepada pasiennya yang sesuai dengan disiplin ilmu

kedokteran yang ia pelajari, tetapi ia harus bertanggung jawab atas kerugian pasien nya,

jiwa/materialnya. Hal ini berdasarkan sabda Hadis Nabi :

“Barang siapa melakukan praktek kedokteran/pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya, maka ia

harus bertanggung jawab menggung kerugian”.

kemudian ketika memberikan pelayanan perawatan bagi pasien yang perempuan

hendaknya dirawat oleh perawat perempuan.begitu juga sebaliknya,pasien laki-laki dirawat oleh

perawat laki-laki pula.